Anda di halaman 1dari 15

KERANGKA ACUAN KEGIATAN PROGRAM KESEHATAN

INDERA PENGLIHATAN

I. LATAR BELAKANG
Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional yang
bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat untuk hidup
sehat sehingga terwujud derajat kesehatan yang optimal. Keberhasilan pembangunan kesehatan
berperan penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM). Indera
penglihatan sangat menentukan kualitas sumber daya manusia, karena 83 % informasi sehari-
hari masuknya melalui jalur penglihatan, melalui pendengaran 11 %, penciuman 3,5 %, peraba
1,5 %, dan pengecap 1,0 %.
Dari hasil survey Kesehatan Indera Penglihatan dan Pendengaran tahun 1993-1996 yang
dilakukan di 8 Provinsi menunjukkan bahwa prevalensi kebutaan di Indonesia 1,5 %. Menurut
WHO prevalensi kebutaan yang melebihi 1 % bukan hanya masalah medis saja tetapi sudah
merupakan maslah social yang petlu ditangani secara lintas program dan lintas sector.
Penyebab utama kebutaan adalah katarak (0,78%), glaucoma (0,20%), kelainan refraksi
(0,14%), dan penyakit-penyakit lain yang berhubungan dengan usia lanjut (0,38%).
Dalam rangka menurunkan angka kebutaan ini, WHO telah mencanangkan program
Vision 2020: The Right to Sight pada tanggal 30 September 1999, yang kemudian
ditindaklanjuti dengan pencanangan Vision 2020: The Right to Sight di Indonesia pada tanggal
15 Februari 2000 oleh Ibu Megawati Soekarnoputri. Dalam sidang world Health Assembly ke
59 di Geneva, Mei 2006 dibahas berbagai isu penting diantaranya pemberantasan kebutaan
yang masih menjadi masalah dunia, dengan penyebab terbanyak adalah katarak dan trachoma.
Di Indonesia xeroftalmia masih menjadi penyebab kebutaan yang disebabkan kekurangan
vitamin A.
Sebagai tindak lanjut atas pencanangan Vision 2020 ini Departemen Kesehatan telah
menyusun kebijakan-kebijakan di bidang Kesehatan Indera Penglihatan yaitu: Rencana Strategi
Nasional Penanggulangan Gangguan Penglihatan dan Kebutaan (Renstranas PGPK) untuk
mencapai Vision 2020 dan Pedoman Manajemen Kesehatan Indera Penglihatan dan
Pendengaran. Kegiatan penanggulangan gangguan penglihatan dan kebutaan di Provinsi dan
Kabupaten/Kota akan difokuskan pada 4 penyebab utama kebutaan yaitu katarak, kelainan
refraksi, xeroftalmia, dan glaucoma. Namun demikian adanya focus penanggulangan tersebut
tidak menutup kemungkinan untuk mengangkat penyebab kebutaan yang spesifik yang ada di
wilayah tersebut. Kegiatan pelayanan kesehatan Indera dilaksanakan oleh Puskesmas sebagai
sarana pelayanan kesehatan strata pertama dan Balai Kesehatan Mata Masyarakat (BKMM)/
Balai Kesehatan Indera Masyarakat (BKIM) dan Rumah Sakit Umum (RSU) sebagai sarana
rujukan.
Puskesmas adalah unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang
menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja dan mempunyai funsi
sebagai 1) Penggerak pembangunan berwawasan kesehatan, 2) Pusat pemberdayaan
masyarakat dan 3) Pusat pelayanan kesehatan strata pertama yang meliputi pelayanan
kesehatan perorangan dan pelayanan kesehatan masyarakat. Dalam mencapai Visi: Kecamatan
Sehat, Puskesmas menyelenggarakan upaya kesehatan wajib yaitu upaya promosi kesehatan,
kesehatan lingkungan, kesehatan ibu dan anak serta KB, upaya perbaikan gizi masyarakat,
pencegahan dan pemberantasan penyakit menular serta upaya pengobatan. Selain itu sesuai
dengan masalah daerah setempat dapat dilaksanakan upaya kesehatan pengembangan.
Kesehatan Indera Penglihatan termasuk dalam upaya kesehatan pengembangan Puskesmas
yang dapat diintegrasikan dengan upaya kesehatan lainnya.
Agar program kesehatan Indera Penglihatan ini dapat dikelola baik dari aspek manajemen
di tingkat Puskesmas maupun aspek pelayanan kepada masyarakat yang mencakup promotif,
preventif, dan kuratif, maka diperlukan suatu pedoman pelayanan kesehatan Indera Penglihatan
di Puskesmas. Pedoman ini akan menjadi acuan bagi petugas Puskesmas dalam pelaksanaan
dan pengembangan program kesehatan Indera Penglihatan di wilayah kerja Puskesmas.

II. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Meningkatkan derajat kesehatan Indera Penglihatan masyarakat di wilayah kerja
Puskesmas.
2. Tujuan Khusus
a. Menungkatmya pengetahuan dan ketrampilan petugas kesehtan dan kader
b. Meningkatnya kesadaran, sikap dan perilaku masyarakat untuk memelihara kesehatan
dalam menanggulangi gangguan penglihatan dan kebutaan
c. Meningkatnya jangkauan pelayanan Kesehatan Indera Penglihatan kepada masyarakat
d. Meningkatnya cakupan pelayanan Kesehatan Indera Penglihatan masyarakat melalui
deteksi dini

III. SASARAN
1. Sasaran Primer:
a. Bayi
b. Balita
c. Anak usia sekolah/remaja
d. Usia produktif
e. Usia lanjut
2. Sasaran Sekunder:
a. Tenaga kesehatan
b. Kader
c. Tokoh masyarakat, dll

IV. PERENCANAAN KEGIATAN


Puskesmas yang akan mengembangkan Upaya Kesehatan Indera Penglihatan mempersiapkan;
1. Sumber daya yang ada:
a. Tenaga yang terlibat:
1) Dokter, perawat dan tenaga medis lainnya
2) Kader, guru sekolah dan tokoh masyarakat
3) Tenaga refraksionis
4) Sarana dan prasarana
5) Dana
2. Survei Mawas Diri (SMD) dan Musyawarah Masyarakat Desa (MMD)

3. Penyusunan Usulan Kegiatan


Tabel 1. Contoh Matriks Rencana Kegiatan
No Kegiata Vol Tujua Sasara Lokasi Pelaksan Wakt Biay
. n n n a u a
1.
2.
3.

V. PELAKSANAAN KEGIATAN
1. Sosialisasi
2. Pelatihan
3. Pelayanan Kesehatan Indera Penglihatan di Puskesmas:
a. Pelayanan di dalam gedung Puskesmas, berupa:
1) Penyuluhan kesehatan Indera Penglihatan
2) Penjaringan kasus-kasus penyakit mata dan kebutaan serta gangguan fungsi
penglihatan melalui rawat jalan pengobatan
3) Pemeriksaan dan tindakan medis pelayanan kesehatan Indera Penglihatan Primer
4) Rujukan kasus-kasus penyakit mata
b. Pelayanan di luar gedung Puskesmas
Kegiatan Pelayanan Kesehatan Indera Penglihatan tersebut adalah:
1) Penyuluhan kesehatan kepada masyarakat anak sekolah, kelompok pekerja non
formal, dan lain-lain
2) Penjaringan kasus-kasus gangguan penglihatan dan kebutaan oleh kader, guru
UKS, dan petugas kesehatan
3) Pemberian kapsul vitamin A 2x dalam setahun vitamin A pada balita 6-11 bulan
(100.000 IU/kapsul biru), balita 1-5 tahun (200.000 IU/kapsul merah. Sedang pada
ibu nifas(< 42 hari diberikan 200.000 IU)
4) Pengobatan kasus-kasus penyakit mata serta pertolongan pertama pada kedaruratan
mata dapat dilakukan oleh dokter Puskesmas atau tenga perawat Puskesmas
dengan bimbingan dokter Puskesmas
5) Rujukan kasus ke Puskesmas

4. Pembinaan peran serta masyarakat


Langkah-langkah untuk menjalin kemitraan:
a. Identifikasi dan analisis masalah kesehatan Indera Penglihatan
Tabel 2. Contoh Matriks Analisis Masalah
MASALAH PERILAKU YG DIHARAPKAN DARI
KESEHATAN INDERA INDIVIDU/KELUARGA
PENGLIHATAN Dalam Mencegah Dalam Mengatasi
Katarak
Kelainan refraksi
Glaukoma
Xeroftalmia

b. Pemberdayaan masyarakat
c. Promosi Kesehatan Indera Penglihatan
d. Bina Suasana
5. Advokasi

VI. PEMANTAUAN DAN EVALUASI


Pelaksanaan kegiatan harus diikuti dengan pemantauan secara berkala untuk
melakukan telaahan penyelenggaraan kegiatan dan hasil yang telah dicapai. Telaahan bulanan
terhadap penyelenggaraan kegiatan dan hasil yang telah dicapai Puskesmas dibandingkan
dengan rencana kegiatan dan standar pelayanan. Kesimpulan dirumuskan dalam bentuk
kinerja Puskesmas yang terdiri dari cakupan, mutu dan biaya serta masalah dan hambatan
yang ditemukan pada waktu penyelenggaraan kegiatan.
Telahaan bulanan ini dilakukan dalam Lokakarya Mini Bulanan Puskesmas. Sebagai
tindak lanjut pemantauan ini dirumuskan upaya pemecahan masalah dan diuraikan dalam
bentuk rencana kegiatan bulanan/triwulan yang akan datang. Pada akhir tahun saat
mengadakan evaluasi kegiatan.

VII. PENCATATAN DAN PELAPORAN


Pencatatan dan pelaporan terdiri dari 3 komponen, yaitu komponen informasi melalui
kegiatan pencatatan, komponen pelaporan, dan komponen analisis dan evaluasi.

1. Pencatatan Program Kesehatan Indera Penglihatan


2. Pelaporan Program Kesehatan Indera Penglihatan
3. Analisis dan Evaluasi
8/16/2019 Kerangka Acuan Kegiatan Program Kesehatan Indera Pendengaran

KERANGKA ACUAN KEGIATAN PROGRAM KESEHATAN

INDERA PENDENGARAN

I. LATAR BELAKANG
Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan
kemampuan masyarakat untuk hidup sehat sehingga terwujud derajat kesehatan yang optimal.
Keberhasilan pembangunan kesehatan berperan penting dalam meningkatkan kualitas sumber 
daya manusia 9SDM), di mana Kesehatan Indera Pendengaran merupakan salah satu aktor 
yang sangat penting untuk meningkatkan kualitas SDM
!"# memperkirakan bahwa pada tahun $%%% terdapat $&% juta '(,$) penduduk dunia
menderita gangguan pendengaran, di mana sepertiganya terdapat di *sia +enggara, termasuk 

Indonesia. "asil surey -asional Kesehatan Indera tahun 99(/990 di 1 Proinsi didapatkan
 prealensi ketulian %,(, gangguan pendengaran 2,0 'masukan P34, umur). Penyebab
terbanyak dari morbiditas telinga adalah serumen prop '5,2), dan #MSK '5,) di samping
gangguan pendengaran lainnya yaitu presbikusis '$,2), ototoksisitas '%,5), tuli mendadak 
'%,$), dan tuna rungu '%,).
Dalam rangka menurunkan prealensi ketulian, Departemen Kesehatan telah menyusun
kebijakan/kebijakan di bidang Kesehatan Indera Pendengaran yaitu6 7en8ana Strategi -asional
Penanggulangan angguan Pendengaran dan Ketulian '7enstranas PP Ketulian) dan
Pedoman Manajemen Kesehatan Indera tingkat Proinsi dan Kabupaten3Kota. Kegiatan
Penanggulangan angguan Pendengaran dan Ketulian di Proinsi dan Kabupaten3Kota sesuai
dengan rekomendasi !"# akan diprioritaskan pada ( penyakit penyebab gangguan
 pendengaran dan ketulian yaitu #MSK, Presbikusis, angguan pendengaran akibat
 bising3-oise Indu8e "earing 4oss '-I"4) dan +uli 8ongenital. -amun demikian adanya
 prioritas tersebut tidak mengabaikan penyakit lain penyebab ketulian yang spesiik di wilayah
tersebut. Kegiatan pelayanan kesehatan Indera Pendengaran dilaksanakan oleh Puskesmas

sebagi sarana pelayanan kesehatan strata pertama dan :alai Kesehatan Indera Masyarakat
':KIM) dan 7S; sebagai sarana rujukan.
Puskesmas adalah unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten3Kota yang
menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja dan mempunyai unsi
sebagai ) Penggerak pembangunan berwawasan kesehatan, $) Pusat pemberdayaan
masyarakat dan 5) Pusat pelayanan kesehatan strata pertama yang meliputi pelayanan

http://slidepdf.com/reader/full/kerangka-acuan-kegiatan-program-kesehatan-indera-pendengaran 1/5
8/16/2019 Kerangka Acuan Kegiatan Program Kesehatan Indera Pendengaran

kesehatan perorangan dan pelayanan kesehatan masyarakat. Dalam men8apai <isi6 Ke8amatan
Sehat, Puskesmas menyelenggarakan upaya kesehatan wajib yaitu upaya promosi kesehatan,
kesehatan lingkungan, kesehatan ibu dan anak serta K:, upaya perbaikan gi=i masyarakat,
 pen8egahan dan pemberantasan penyakit menular serta upaya pengobatan. Selain itu sesuai
dengan masalah daerah setempat dapat dilaksanakan upaya kesehatan pengembangan.
Kesehatan Indera Pendengaran termasuk dalam upaya kesehatan pengembangan Puskesmas
yang dapat diintegrasikan dengan upaya kesehatan wajib.
*gar program kesehatan Indera Pendengaran ini dapat dikelola baik dari aspek 
manajemen di tingkat Puskesmas maupun aspek pelayanan kepada masyarakat yang men8akup
 promoti, preenti, dan kurati, maka diperlukan suatu pedoman pelayanan kesehatan Indera
Pendengaran di Puskesmas. Pedoman ini akan menjadi a8uan bagi petugas Puskesmas dalam

 pelaksanaan dan pengembangan program kesehatan Indera Pendengaran di wilayah kerja


Puskesmas.

II. TUJUAN
. +ujuan ;mum
Meningkatkan derajat kesehatan Indera Pendengaran masyarakat di wilayah kerja
Puskesmas.
$. +ujuan Khusus
a. Menungkatmya pengetahuan dan ketrampilan petugas kesehtan dan kader 
 b. Meningkatnya kesadaran, sikap dan perilaku masyarakat untuk memelihara kesehatan
dalam menanggulangi gangguan pendengaran dan ketulian
8. Meningkatnya jangkauan pelayanan Kesehatan Indera Pendengaran kepada
masyarakat
d. Meningkatnya temuan kasus gangguan pendengaran se8ara dini
e. Meningkatnya 8akupan pelayanan Kesehatan Indera Pendengaran masyarakat

III. SASARAN
. Sasaran Primer6
a. :ayi
 b. :alita
8. *nak usia sekolah3remaja
d. ;sia produkti 
e. Ibu hamil
. Pekerja industri

http://slidepdf.com/reader/full/kerangka-acuan-kegiatan-program-kesehatan-indera-pendengaran 2/5
8/16/2019 Kerangka Acuan Kegiatan Program Kesehatan Indera Pendengaran

g. ;sia lanjut
$. Sasaran Sekunder6
a. +enaga kesehatan
 b. Kader 
8. +okoh masyarakat

d. uru
IV. PERENCANAAN KEGIATAN
Puskesmas yang akan mengembangkan ;paya Kesehatan Indera Penglihatan mempersiapkan>
. Sumber daya
a. +enaga yang terlibat6
) Dokter, perawat dan tenaga medis lainnya
$) Kader, guru ;KS dan tokoh masyarakat
 b. Sarana dan prasarana
8. Dana
$. Surei Mawas Diri 'SMD)

5. Penyusunan ;sulan
+abel . ?ontoh Kegiatan
Matriks 7en8ana Kegiatan
No Kegiata Vol Tuua Sa!a"a Lo#a!i Pela#!an $a#t Bia%
. n n n a u a
.
$.
5.

V. PELAKSANAAN KEGIATAN
. Sosialisasi

$.
5. Pelatihan
Pelayanan Kesehatan Indera Pendengaran di Puskesmas6
a. Pelayanan di dalam gedung Puskesmas, berupa6
) Penyuluhan kesehatan Indera Pendengaran
$) Penjaringan kasus/kasus gangguan pendengaran dan ketulian melalui rawat jalan
 pengobatan dan pada unit/unit pelayanan lainnya
5) Pemeriksaan dan tindakan medis masalah gangguan pendengaran
() Merujuk kasus/kasus gangguan pendengaran dan ketulian kepada asilitas
 pelayanan kesehatan yang lebih tinggi
 b. Pelayanan di luar gedung Puskesmas

Kegiatan Pelayanan
) Penyuluhan Kesehatan
kesehatan Indera
kepada Pendengaran
masyarakat anaktersebut adalah6
sekolah, kelompok pekerja yang
 berisiko terhadap gangguan pendengaran,, dan lain/lain
$) Penjaringan kasus/kasus gangguan pendengaran dan ketulian di masyarakat dan
sekolah oleh kader, dokter ke8il, guru ;KS, dan petugas kesehatan yang sudah
dilatih

http://slidepdf.com/reader/full/kerangka-acuan-kegiatan-program-kesehatan-indera-pendengaran 3/5
8/16/2019 Kerangka Acuan Kegiatan Program Kesehatan Indera Pendengaran

5) Pengobatan kasus/kasus gangguan pendengaran dan pertolongan pertama pada


kedaruratan telinga dapat dilakukan oleh dokter dari perawat Puskesmas
() 7ujukan kasus ke Puskesmas atau asilitas yang lebih tinggi
(. Pembinaan peran serta masyarakat
4angkah/langkah untuk menjalin kemitraan6
a. Identiikasi dan analisis masalah gangguan pendengaran dan ketulian

+abel $. ?ontoh Matriks *nalisis Masalah


MASALAH PERILAKU &G DIHARAPKAN DARI
GANGGUAN INDIVIDU'KELUARGA
PENDENGARAN DAN MENCEGAH MENGATASI
KETULIAN
#MSK 
Presbikusis
angguan Pendengaran
*kibat :ising3-I"4
+uli kongenital
4ain/lain

 b. Pemberdayaan masyarakat


8. Promosi Kesehatan Indera Pendengaran
d. :ina Suasana
&. *dokasi

VI. PEMANTAUAN DAN EVALUASI


Pelaksanaan kegiatan harus diikuti dengan pemantauan se8ara berkala untuk 
melakukan telaahan penyelenggaraan kegiatan dan hasil yang telah di8apai. +elaahan bulanan
terhadap penyelenggaraan kegiatan dan hasil yang telah di8apai Puskesmas dibandingkan
dengan ren8ana kegiatan dan standar pelayanan. Kesimpulan dirumuskan dalam bentuk 
kinerja Puskesmas yang terdiri dari 8akupan, mutu dan biaya serta masalah dan hambatan
yang ditemukan pada waktu penyelenggaraan kegiatan.

http://slidepdf.com/reader/full/kerangka-acuan-kegiatan-program-kesehatan-indera-pendengaran 4/5
8/16/2019 Kerangka Acuan Kegiatan Program Kesehatan Indera Pendengaran

+elahaan bulanan ini dilakukan dalam 4okakarya Mini :ulanan Puskesmas. Sebagai
tindak lanjut pemantauan ini dirumuskan upaya peme8ahan masalah dan diuraikan dalam
 bentuk ren8ana kegiatan bulanan3triwulan yang akan datang. Pada akhir tahun saat
mengadakan ealuasi kegiatan.

VII. PENCATATAN DAN PELAPORAN


Pen8atatan dan pelaporan terdiri dari 5 komponen, yaitu komponen inormasi melalui
kegiatan pen8atatan, komponen pelaporan, dan komponen analisis dan ealuasi.

. Pen8atatan Program Kesehatan Indera Pendengaran


$. Pelaporan Program Kesehatan Indera Pendengaran
5. *nalisis dan @aluasi

http://slidepdf.com/reader/full/kerangka-acuan-kegiatan-program-kesehatan-indera-pendengaran 5/5
KERANGKA ACUAN
PELACAKAN KASUS PASUNG DAN GANGGUAN JIWA
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TERARA TAHUN 2016

A. PENDAHULUAN
Menurut undang-undang republik indonesia nomor 18 tahu 2014, kesehatan jiwa
adalah kondisi dimana seorang individu dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual
dan sosial sehingga individu tersebut menyadari kemampuan sendiri, dapat mengatasi
tekanan, dapat bekerja secara produktif, dan mampu memberikan kontribusi bagi
komunitasnya.
Orang dengan masalah kejiwaan (ODMK) adalah orang yang mempunyai
masalah fisik, mental, sosial, pertumbuhan, dan perkembangan, dan / kualitas hidup
sehingga memiliki resiko mengalami gangguan jiwa.
Orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) adalah orang yang mengalami gangguan
dalam pikiran, perilaku, dan perasaan yang termanifestasi dalam bentuk sekumpulan
gejala dan atau perubahan perilaku yang bermakna serta dapat menimbulkan penderitaan
dan hambatan dalam menjalankan fungsi orang sebagai manusia
(www.hukumonline.com).
Seseorang dengan gangguan jiwa berhadapan dengan stigma, diskriminasi dan
marginalisasi. Stigma dapat mengakibatkan penderita tidak mencari pengobatan yang
sebenarnya sangat mereka butuhkan atau mereka akan mendapatkan pelayanan yang
bermutu rendah. Marginalisasi dan diskriminasi dapat meningkatkan risiko kekerasan
pada hak-hak individu, hak politik, ekonomi, sosial dan budaya.
Pasien dengan gangguan jiwa berat sering memiliki gejala yang dapat menjadi
ancaman, baik terhadap keluarga, diri sendiri, maupun orang lain. Keluarga dan
masyarakat di sekitar lingkungannya cenderung melakukan tindakan paksa untuk
mengurangi atau membatasi ancaman tadi. Bentuk pemaksaan itu dapat berupa
pemasungan, yaitu mengikat tangan dan/atau kaki dengan rantai atau seutas tali atau
menguncinya pada sebuah batang kayu, atau mengurungnya dalam sebuah ruangan yang
sangat sempit. Pembatasan gerak ini atau pemasungan acapkali juga disertai dengan
penelantaran termasuk kebutuhan hidupnya yang sangat mendasar tidak diperhatikan.
Kebutuhan makan minum, buang air besar dan buang kecil, kebersihan diri dan
berpakaian yang pantas menjadi sangat sulit ia dapatkan. Pada kondisi ini sebenarnya
penderita gangguan jiwa yang dipasung adalah individu terlantar dan miskin, yang
seharusnya ditanggung oleh pemerintah.
Pemasungan di Indonesia telah dilarang sejak tahun 1977 dengan surat Menteri
Dalam Negeri No: PEM.29/6/15 tanggal 11 Nopember 1977. Surat ini ditujukan kepada
Gubernur seluruh Indonesia yang meminta kepada masyarakat untuk tidak melakukan
pemasungan terhadap penderita gangguan jiwa dan menumbuhkan kesadaran masyarakat
untuk menyerahkan perawatan penderita di Rumah Sakit Jiwa. Hal ini juga agar
diinstruksikan kepada para Camat dan Kepala-Kepala Desa agar secara aktif mengambil
prakarsa dan langkah-langkah dalam hal penanggulangan pasien yang ada di daerah
masing-masing.
Berbagai alasan dikemukakan mengenai mengapa mereka dipasung. Sebagian
masyarakat memasung anggota keluarganya untuk melindungi dari kecelakaan. Sebagian
lagi memasung karena takut membahayakan orang lain. Orang tua yang lain memasung
anaknya karena malu sebab anaknya sering membuat onar.
Upaya kesehatan jiwa adalah setiap kegiatan untuk mewujudkan derajat kesehatan
jiwa yang optimal bagi setiap individu, keluarga, dan masyarakat dengan pendekatan
promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang diselenggarakan secara menyeluruh,
terpadu, dan berkesinambungan oleh pemerintah daerah, dan / masyarakat
(www.hukumonline.com).
Survei data kesehatan jiwa di masyarakat, pelatihan kesehatan jiwa, penyediaan
obat-obatan esensial untuk gangguan jiwa, pengembangan program sesuai kebutuhan
daerah setempat, penggunaan posyandu, pemberdayaan keluarga pasien gangguan jiwa
dan dukungan pemerintah baik daerah maupun pusat baik dalam hal anggaran maupun
kegiatan, adalah hal yang harus dipertimbangkan dalam mengintergrasikan pelayanan
kesehatan jiwa di pelayanan primer (Carla R. Machira,2011).
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Tujuan dari program jiwa ini adalah mendukung dalam “Mewujudkan Terara Bebas
Pasung”
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui jumlah penderita gangguan jiwa yang berada di wilayah kerja
Puskesmas Terara.
b. Merumuskan langkah-langkah penanganan pasien gangguan jiwa di wilayah
kerja Puskesmas Terara.
c. Melakukan kegiatan pencegahan munculnya penderita gangguan jiwa baru di
wilayah kerja Puskesmas Terara.
C. KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN
NO KEGIATAN POKOK RINCIAN KEGIATAN

1. Pelacakan orang dengan masalah Membagikan kuisoner dan membantu


kejiwaan dan orang dengan pasien ataupun keluarga ODMK dan
gangguan jiwa ODGJ dalam mengisinya
Memberikan penyuluhan kepada pasien
dan keluarga mengenai masalah jiwa
Menstimulus pasien dan keluarga agar mau
berkonsultasi ke puskesmas mengenai
kesehatan pasien
Menstimulus keluarga agar
memperbolehkan pasien pasung di jemput
dan di rawat di RSJ
Menerangkan kepada keluarga apa yang
harus dilakukan keluarga setelah pasien
pulang dari RSJ
Mengadvokasi keluarga agar menyiapkan
syarat-syarat pembuatan BPJS untuk
pasien jiwa yang belum memilikinya.
Melengkapi status pasien

2. Rapat koordinasi dan Menyampaikan hasil kegiatan jiwa tiap


komunikasi lintas sektoral tahun
dengan seluruh kader jiwa, ninik Menyampaikan hasil pelacakan jiwa tiap
mamak, kecamatan dan tahun
jajarannya, serta dinas Menyampaikan masalah-masalah yang
sosial,dinas kesehatan. yang mungkin muncul dari penelantaran
pasien jiwa
Menyampaikan kendala-kendala dalam
pendeteksian, pengobatan dan perawatan
pasien jiwa
1. BPJS
2. Dukungan keluarga
3. Ketersediaan obat
Mendiskusikan dan merumuskan masalah
jiwa di wilayah kerja Puskesmas Terara
dan penyelesaiannya secara bersama-sama
3. Pelatihan Kader Jiwa wilayah Menerangkan jenis-jenis gangguan jiwa
kerja Puskesmas Terara dan cara mencegah terjadinya gangguan
jiwa
Menerangkan tugas dan tanggung jawab
seorang kader sehat jiwa
Menerangkan tehnik-tehnik penyuluhan
yang dapat dilakukan seorang kader sehat
jiwa di desanya
Menjelaskan isu-isu global mengenai
kesehatan jiwa
4. Kunjungan rumah untuk Melakukan anamnesa dan pemeriksaan
pemberian obat kepada pasien fisik dan pemberian regimen terapi kepada
gangguan jiwa berat yang tidak pasien
bisa berobat ke puskesmas Melengkapi rekam medis pasien

Memberikan penyuluhan kepada pasien


dan keluarga mengenai penyakit pasien
Menerangkan langkah-langkah yang harus
keluarga jalankan dalam membantu
perawatan pasien
Menerangkan alur pelaporan jika terjadi
hal-hal yang berbahaya baik bagi pasien
maupun bagi orang lain.
D. CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN
1. Observasi.
2. Wawancara.
3. Diskusi /Tanya jawab
E. JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN

F. EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN DAN PELAPORAN


Evaluasi dilaksanakan sesuai jadwal yang telah ditetapkan dan disusun pelaporannya
G. PENCATATAN, PELAPORAN, DAN EVALUASI KEGIATAN

Anda mungkin juga menyukai