Refka Fahmil Bedah 3
Refka Fahmil Bedah 3
TUMOR THYROID
Oleh :
FAHMIL AGUNG
N 111 17 171
PEMBIMBING KLINIK
dr. AHMADI ALWI, M.KES Sp.B.,
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2019
1
BAB I
PENDAHULUAN
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Tiroid adalah kelenjar yang normalnya berlokasi dibagian tengah-depan dari
leher kita. Ada tiga bagian yaitu : lobus kanan, lobus kiri dan lobus intermedius
yang menghubungkan lobus kanan dan lobus kiri.
Dalam keadaan normal, kelenjar tiroid berukuran kecil, dengan berat hanya 2-
4 gram posisinya dileher depan bagian tengah dan tidak teraba. Sehingga pada leher
orang normal tidak tampak tonjolan atau massa yang mengganggu pemandangan
seperti apa yang kita lihat pada penderita gondok.
Tumor tiroid merupakan penyakit yang sering ditemukan, pada umumnya
berupa tumor jinak, sebagian kecil berupa karsinoma, jarang sekali dijumpai
sarkoma.
3
parafolikular atau sel C, yang memproduksi kalsitonin. Kelenjar tyroid janin
secara fungsional mulai mandiri pada minggu ke-12 masa kehidupan intrauterin.2
2.3 Anatomi Kelenjar Tiroid
Kelenjar tyroid terletak dibagian bawah leher, antara fascia koli media dan
fascia prevertebralis. Didalamruang yang sama terletak trakhea, esofagus,
pembuluh darah besar, dan syaraf. Kelenjar tyroid melekat pada trakhea sambil
melingkarinya dua pertiga sampai tiga perempat lingkaran. Keempat kelenjar
paratyroid umumnya terletak pada permukaan belakang.4
Tyroid terdiri atas dua lobus, yang dihubungkan oleh istmus dan menutup
cincin trakhea 2 dan 3. Kapsul fibrosa menggantungkan kelenjar ini pada fasia
pretrakhea sehingga pada setiap gerakan menelan selalu diikuti dengan
terangkatnya kelenjar kearah kranial. Sifat ini digunakan dalam klinik untuk
menentukan apakah suatu bentukan di leher berhubungan dengan kelenjar tyroid
atau tidak.4
4
Vaskularisasi kelenjar tyroid berasal dari a. Tiroidea Superior (cabang dari a.
Karotis Eksterna) dan a. Tyroidea Inferior (cabang a. Subklavia). Setiap folikel
lymfoid diselubungi oleh jala-jala kapiler, dan jala-jala limfatik, sedangkan sistem
venanya berasal dari pleksus perifolikular.4
Nodus Lymfatikus tyroid berhubungan secara bebas dengan pleksus trakhealis
yang kemudian ke arah nodus prelaring yang tepat di atas istmus, dan ke nl.
Pretrakhealis dan nl. Paratrakhealis, sebagian lagi bermuara ke nl. Brakhiosefalika
dan ada yang langsung ke duktus thoraksikus. Hubungan ini penting untuk
menduga penyebaran keganasan.4
5
2.5 Fisiologi Hormon Tiroid
Kelenjar tyroid menghasilkan hormon tyroid utama yaitu Tiroksin (T4).
Bentuk aktif hormon ini adalah Triodotironin (T3), yang sebagian besar berasal
dari konversi hormon T4 di perifer, dan sebagian kecil langsung dibentuk oleh
kelenjar tyroid. Iodida inorganik yang diserap dari saluran cerna merupakan bahan
baku hormon tyroid. Iodida inorganik mengalami oksidasi menjadi bentuk organik
dan selanjutnya menjadi bagian dari tyrosin yang terdapat dalam tyroglobulin
sebagai monoiodotirosin (MIT) atau diiodotyrosin (DIT). Senyawa DIT yang
terbentuk dari MIT menghasilkan T3 atau T4 yang disimpan di dalam koloid
kelenjar tyroid.5
Sebagian besar T4 dilepaskan ke sirkulasi, sedangkan sisanya tetap didalam
kelenjar yang kemudian mengalami diiodinasi untuk selanjutnya menjalani daur
ulang. Dalam sirkulasi, hormon tyroid terikat pada globulin, globulin pengikat
tyroid (thyroid-binding globulin, TBG) atau prealbumin pengikat tiroksin
(Thyroxine-binding pre-albumine, TPBA). 5
a. Metabolisme T3 dan T4
Waktu paruh T4 di plasma ialah 6 hari sedangkan T3 24-30 jam. Sebagian
T4 endogen (5-17%) mengalami konversi lewat proses monodeiodonasi
6
menjadi T3. Jaringan yang mempunyai kapasitas mengadakan perubahan ini
ialah jaringan hati, ginjal, jantung dan hipofisis. Dalam proses konversi ini
terbentuk juga rT3 (reversed T3, 3,3’,5’ triiodotironin) yang tidak aktif, yang
digunakan mengatur metabolisme pada tingkat seluler.4,5
b. Pengaturan faal tiroid : 4,5
Ada 4 macam kontrol terhadap faal kelenjar tiroid :
1. TRH (Thyrotrophin releasing hormone). Tripeptida yang disentesis oleh
hpothalamus. Merangsang hipofisis mensekresi TSH (thyroid stimulating
hormone) yang selanjutnya kelenjar tiroid teransang menjadi hiperplasi dan
hiperfungsi
2. TSH (thyroid stimulating hormone). Glikoprotein yang terbentuk oleh dua
sub unit (alfa dan beta). Dalam sirkulasi akan meningkatkan reseptor di
permukaan sel tiroid (TSH-reseptor-TSH-R) dan terjadi efek hormonal
yaitu produksi hormon meningkat
3. Umpan Balik sekresi hormon (negative feedback). Kedua hormon (T3 dan
T4) ini menpunyai umpan balik di tingkat hipofisis. Khususnya hormon
bebas. T3 disamping berefek pada hipofisis juga pada tingkat hipotalamus.
Sedangkan T4 akan mengurangi kepekaan hipifisis terhadap rangsangan
TSH.
4. Pengaturan di tingkat kelenjar tiroid sendiri. Produksi hormon juga diatur
oleh kadar iodium intra tiroid
7
Penyebab defisiensi hormon tiroid termasuk inborn error sintesis hormon tiroid,
defisiensi iodida dan goitrogen.
2.7 Diagnosis5
Tumor Tiroid
Tumor/Karsinoma tiroid seperti dijelaskan pada pendahuluan merupakan
keganasan yang jarang terjadi, dilaporkan hanya 1,5% dari keganasan seluruh tubuh.
Biasanya menunjukkan keganasan sistem endokrin. Kebanyakan karsinoma tiroid
merupakan lesi well differentiated.
Banyak cara klasifikasi tumor/karsinoma tiroid. Rosai J membedakan tumor
tiroid atas adenoma folikulare, karsinoma papilare, karsinoma folikulare, hurthle cell
tumors , clear cell tumors, tumor sel skuamous, tumor musinus, karsinoma medulare,
karsinoma berdiferensiasi buruk dan undifferentiated carcinoma. Untuk
menyederhanakan penatalaksanaan Mc Kenzie membedakan kanker tiroid atas 4 tipe
yaitu karsinoma papilare, karsinoma folikulare, karsinoma medulare dan karsinoma
anaplastik. Sedangkan WHO membedakan tumor ini menjadi 4 tipe besar dan beberapa
subtipe yaitu :
1.Tumor epitel maligna :
Karsinoma folikulare
Karsinoma papilare
Campuran karsinoma folikulare-papilare
Karsinoma anaplastik ( undifferentiated )
Karsinoma sel skuamosa
Karsinoma Tiroid medulare
2.Tumor non-epitel maligna :
Fibrosarkoma
Lain-lain
3.Tumor maligna lainnya :
Sarkoma
8
Limfoma maligna
Haemangiothelioma maligna
Teratoma maligna
4.Tumor sekunder dan Unclassified tumors
A. Epidemiologi
Nodul tiroid pada umumnya jinak. Prevalensi yang dilaporkan penyakit tiroid nodular
tergantung pada populasi yang diteliti dan metode yang digunakan untuk mendeteksi
nodul. Insiden meningkat dengan bertambahnya usia dan angka kejadian tinggi pada
wanita dengan faktor resiko defisiensi yodium dan setelah paparan radiasi. Sejumlah
penelitian menunjukkan prevalensi 2-6% terdiagnosis dengan palpasi, 19-35% dengan
USG dan 8-65% dalam data otopsi
B. Faktor resiko
1. Benigna
Penampilan sebagai nodul soliter dari tiroid dengan sisa jaringan palpable.
Teoritis ada adenoma papiler tetapi kebanyakan adenoma folikular. Sangat sukar
dibedakan dengan karsinoma. Oleh karena itu, tindakan selalu pembedahan karena
berdasar morfologi sendiri adenoma selalu tidak dapat dibedakan dengan
karsinoma, diagnosis hanya dikonfirmasikan histologi yang dapat menunjukkan
invasi ke kapsula atau ke pembuluh darah.
9
2. Maligna
Rosai J. membedakan tumor tiroid atas adenoma folikular, karsinoma
papillare, karsinoma folikular, “hurtle cell tumors”, “clear cell tumors”, tumor sel
skuamous, tumor musinus, karsinoma medulare, dan karsinoma anaplastik.
10
Karsinoma ini merupakan jenis karsinoma yang banyak diderita pada
umur muda. Sebanyak 1/3 penderita umumnya menunjukkan metastase
intraglanduler lymphatic (yang sebelumnya dianggap multisentrik).
Metastasis yang paling sering terutama ke limfonodi servikal, namun
karsinoma ini relatif tidak terlalu ganas.
b. Karsinoma folikuler
Karsinoma folikuler biasanya terjadi pada penderita yang lebih tua.
Karsinoma ini bersifat lebih ganas dibandingkan tipe papiler. Selain itu,
karsinoma ini sering merupakan komplikasi dari adenoma benigna soliter
ataupun struma multinoduler. Metastasis jauh sering ditemukan terutama
secara hematogen ke dalam otot dan paru.
c. Karsinoma anaplastik
Karsinoma jenis ini merupakan tumor yang tidak menunjukkan
diferensiasi ke arah folikuler ataupun papiler dan terdiri dari rangkaian sel-sel
solid yang tidak mempunyai aspek khas untuk karsinoma meduler. Biasanya
11
diderita pada usia lanjut. Penyebaran biasanya secara limfogen ataupun
hematogen pada stadium awal.
Secara histologi, terdapat 2 tipe sel yaitu tipe small cell dan giant cell.
Kedua tipe menunjukkan gambaran pleomorphi tetapi tipe giant cell lebih
ganas.
d. Karsinoma meduler
Karsinoma ini berasal dari sel parafolikuler C (derivat dari corpus
ultimobranchial) dan beberapa ragu-ragu bahwa ini berasal dari jaringan
tiroid. Ada 2 tipe, yaitu familial dan sporadis. Tipe familial sering melibatkan
dua lobus dan dapat berasal multifocal sebagai sel parafolikular pada jaringan
interstisial dari kelenjar tiroid.
Metastasis dengan limfonodi dalam persentase yang tinggi penderita
dan prognosis buruk. Tipe sporadis biasanya unilobar dan kurang malignant.
Histologi menunjukkan karakter undifferentiated terdiri dari berkas-
berkas gel bulat dan dapat menyerupai tumor karsinoid. Karakteristik adanya
amiloid baik mikroskopik maupun makroskopik. Tumor juga menyebabkan
kelainan biokimia karena kenaikan sekresi dari :
Kalsitonin (hipokalsemia, osteoporosis, pembesaran paratiroid, dan
sakit tulang)
5-hidroksitriptamine seperti pada karsinoid (dengan manifestasi diare)
ACTH (nampak cushingoid)
e. Karsinoma epidermoid
Karsinoma ini merupakan kanker sekunder berasal dari luar, biasanya
dari perluasan sekunder kanker esofagus atau faring. Dalam klinik terkadang
ditemukan adenoma maligna (perubahan menjadi ganas dalam adenoma.
Karsinoma yang terjadi awalnya dapat berupa struma nodular soliter. Bisa
berupa occult (tersembunyi) bila yang primer tidak palpabel tetapi pasien
12
biasanya menampilkan metastasis pada limfonodi di dekatnya (thyroid
aberrant lateral).
E. gambaran klinis
T – Tumor primer
T2 Tumor > 1cm tapi tidak lebih dari 4 cm, masih terbatas di tiroid
T3 Tumor > 4cm, terbatas di tiroid atau tumor ukuran berapapun dengan
ekstensi ekstra tiroid yang minimal (misal ke m.
sternocleidomastoideus atau kelenjar paratiroid
T4a Tumor telah berekstensi keluar kapsul tiroid dan menginvasi daerah
berikut : jaringan subkutis, laring, trakea, esophagus, n. laryngeus
reccurens
13
N1a Metastase kelenjar limfe servikal ipsilateral
M – Metastase jauh
Diagnosis
Prosedur diagnostik dari karsinoma tiroid adalah :
Anamnesis
14
Pengaruh usia dan jenis kelamin
Apabila nodul tiroid terjadi pada usia dibawah 20 tahun atau diatas 50
tahun dan jenis kelamin laki-laki mempunyai resiko malignansi lebih
tinggi
Pengaruh radiasi di daerah leher dan kepala
Radiasi pada masa anak-anak dapat menyebabkan malignansi pada
tiroid ± 33-37 %
Kecepatan tumbuh tumor
Nodul jinak membesar dalam waktu yang tidak terlalu cepat
Nodul ganas membesar dalam waktu yang cepat
Nodul anaplastik membesar dengan sangat cepat
Kista dapat membesar dengan cepat
Riwayat gangguan mekanik di daerah leher
Keluhan gangguan menelan, perasaan sesak, perubahan suara dan
nyeri dapat terjadi akibat desakan dan/atau infiltrasi tumor.
Riwayat penyakit serupa pada keluarga
Pemeriksaan Fisik
a. Pada tumor primer dapat berupa suatu nodul soliter atau multipel dengan
konsistensi yang bervariasi dari kistik sampai dengan keras bergantung
kepada jenis patologi anatominya.
b. Perlu diketahui ada atau tidaknya pembesaran kelenjar getah bening regional.
c. Perlu dicari ada tidaknya benjolan pada kalvaria, tulang belakang, klavikula,
sternum, dll, serta tempat metastasis jauh lainnya yaitu paru-paru, hati dan
otak.
Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
15
Human Thyroglobulin ; suatu tumor marker untuk keganasan tiroid ; jenis
yang berdiferensiasi baik, terutama untuk follow up.
Pemeriksaan kadar FT4 dan TSHS untuk menilai fungsi tiroid
Kadar kalsitonin hanya untuk pasien yang dicurigai karsinoma meduler.
b. Pemeriksaan radiologis
Dilakukan pemeriksaan foto paru posterior anterior, untuk menilai ada
tidaknya metastasis, foto polos leher antero-posterior dan lateral dengan
metode “soft tissue technique” dengan posisi leher hiper ekstensi, bila
tumor besar. Untuk melihat ada atau tidaknya mikrokalsifikasi.
Esofagogram dilakukan bila secara klinis terdapat tanda-tanda adanya
infiltrasi ke esophagus
Pembuatan foro tulang dilakukan bila ada tanda-tanda metastasis ke tulang
yang bersangkutan
c. Pemeriksaan Ultrasonografi (USG)
Diperlukan untuk mendeteksi nodul yang kecil atau nodul posterior
yang secara klinis belum dapat dipalpasi. Disamping itu dapat dipakai untuk
membedakan nodul yang padat dan kistik serta dapat dimanfaatkan untuk
penuntun dalam tidakan biopsi.
d. Pemeriksaan sidik tiroid
Bila nodul menangkap lebih sedikit dari jaringan tiroid yang normal
disebut nodul dingin (cold nodule), bila sama afinitasnya maka disebut nodul
hangat (warm nodule) dan bila afinitasnya lebih maka disebut nodul panas
(Hot nodule).
Karsinoma tiroid sebagai besar adalah nodul dingin. Sekitar 10-17%
struma dengan nodul dingin ternyata adalah suatu keganasan. Bila akan
dilakukan pemeriksaan sidik tiroid, maka obat-obatan yang mengganggu
penangkapan iodium oleh tiroid harus dihentikan selama 2-4 minggu
sebelumnya.
16
e. Pemeriksaan sitologi BAJAH.
Keberhasilan dan ketepatan hasil BAJAH tergantung atas 2 hal yaitu faktor
kemampuan pengambilan sampel dan faktor ketepatan interpretasi oleh seorang
sitolog sehingga angka akurasinya sangat bervariasi. Ketepatan pemeriksaan ini pada
karsinoma tiroid anaplastik, medulare dan papilare hampir mendekati 100%, tetapi
jenis folikulare hampir tidak dapat dipakai karena gambaran sitologi untuk
adenomatosus goiter, adenoma folikulare dan adeno karsinoma folikuler adalah
sama, tergantung dari gambaran invasinya ke kapsul dan vaskular yang hanya dapat
dilihat dari gambaran histopatologi.
f. Pemeriksaan histopatologi
Merupakan pemeriksaan diagnostik utama jaringan diperiksa, setelah
dilakukan tindakan lobektomi atau isthmolobektomi
Untuk kasus inoperabel, jaringan yang diperiksa diambil dari tindakan biosi
insisi.
Penatalaksanaan
Bila nodul tersebut suspek maligna dibedakan atas apakah kasus tersebut
operabel atau inoperabel. Bila kasus yang dihadapi inoperabel maka dilakukan
tindakan biopsi insisi dengan pemeriksaan histopatologi secara blok parafin.
Dilanjutkan dengan tindakan debulking dan radiasi eksterna atau kemoradioterapi.
17
Gambar 1. bagan penatalaksanaan neoplasma tiroid
18
Bila nodul tiroid secara klinis suspek benigna dilakukan tindakan
FNAB/BAJAH (Biospi Aspirasi Jarum Halus). Ada 2 kelompok hasil yang mungkin
didapat yaitu :
a. Pembedahan
Operasi tiroid (tiroidektomi) merupakan operasi bersih dan
tergolong operasi besar. Berapa luas kelenjar tiroid yang akan diambil
tergantung patologiya serta ada tidaknya penyebaran dari karsinomanya.
Ada 6 macam operasi, yaitu:
1. Lobektomi subtotal; pengangkatan sebagian lobus tiroid yang
mengandung jaringan patologis
2. Lobektomi total (Hemitiroidektomi, ismolobektomi);
pengangkatan satu sisi lobus tiroid
3. Tiroidektomi subtotal; pengangkatan sebagian kelenjar tiroid yang
mengandung jaringan patologis,meliputi kedua lobus tiroid
4. Tiroidektomi near total; pengangkatan seluruh lobus tiroid yang
patologis berikut sebagian besar lobus kontralateralnya.
5. Tiroidektomi total; pengangkatan seluruh kelenjar tiroid
6. Operasi yang sifatnya ”extended”:
19
a. Tiroidektomi total + laringektomi total
b. Tiroidektomi total + reseksi trakea
c. Tiroidektomi total + sternotomi
d. Tiroidektomi total + FND atau RND
20
BAB III
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn.R
Umur : 49 tahun
Jenis kelamin : laki-laki
Agama : Islam
Alamat : Jln. Pelawa
No. RM : 05-44-02
Tanggal masuk RS : 19 Mei 2019
B. ANAMNESIS
Keluhan Utama :
benjolan pada leher kiri
21
Riwayat Penyakit Terdahulu :
Pasien tidak riwayat penyakit ini sebelumnya
C. Pemeriksaan fisik :
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : composmentis
Tanda – tanda vital : 120/80 mmHg
Nadi : 84 x/menit
Pernapasan : 20 x/menit
Suhu : 36,70C
Keadaan gizi : Baik
Kepala : Normocephal
Mata : Conjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil
isokor (+/+), raccon eye (-/-)
Hidung : nafas cuping (-), sekret (-), septum deviasi (-),
Rhinorrhea (-)
Telinga : Ottorhea(-),
Mulut : bibir sianosis (-), parrese (-)
Tenggorokan : T1-T1, faring hiperemis (-).
Leher : teraba massa kenyal, padat, mobile, ikut saat menelan,
nyeri tekan (-), warna dan suhu sama dengan kulit
sekitar, ukuran ±3x3cm. trakhea ditengah, pembesaran
KGB (-)
22
Thorax
Pulmo
Inspeksi : simetris statis dan dinamis, retraksi sela iga (-/-), jejas (-),
oedem (-), hematom (-), deformitas (-).
Palpasi : vocal fremitus simetris kiri dan kanan , nyeri tekan (-/-)
Perkusi : sonor di kedua lapang paru
Auskultasi : vesikular kanan dan kiri, ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
Jantung
Auskultasi : bunyi jantung I-II murni reguler, gallop (-), murmur (-)
Abdomen
Inspeksi : datar, jejas (-), hematom (-), oedem (-)
Auskultasi : Peristaltik (+) kesan Normal
Palpasi : nyeri tekan dinding perut (-), defans muskular (-)
Perkusi : timpani, shifting dullnes (-)
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium Darah Lengkap (19/05/2019)
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai normal
Darah rutin :
Leukosit 9,00 103/ul 3,6-11
Eritrosit 5,38 106/ul 3,8-5,2
Hemoglobin 15,4 g/dl 11,7-15,5
Hematokrit 45,8 % 35-47
Trombosit 304 103/ul 150-440
23
Kimia klinik:
GDS 117 mg/dL 70-149
SGOT 28,7 U/L 0,0-31,0
SGPT 19,7 U/L 0,0-31,0
Urea 25,2 mg/dL 15,0-43,2
Creatinin 1,43 mg/dL 0,60-1.20
Serologi :
HbsAg NonReaktif Nonreaktif
2. USG Leher
24
Kesan :
- Tidak tampak pembesaran KGB
- Isthmus tidak menebal
- Thyroid kanan : bentuk, ukuran dan eho texture normal
- Thyroid kiri : tampak massa slight hipoehoic berbentuk bulat batas tegas
dengan ukuran 2,3 cm x 2,6 cm x 3,7 cm
- Kesimpulan : Nodul Thyroid sinistra
Resume :
Pasien laki-laki 49 tahun datang ke rumah sakit dengan keluhan massa pada colli
sinistra dialami kurang lebih 10 tahun yang lalu, massa dirasakan terus membesar.
Benjolan dirasakan tidak nyeri, tidak mengganggu waktu bernafas ataupun menelan.
Suara pasien tidak terganggu dan tidak terjadi perubahan suara selama terdapat
benjolan. Pasien tidak mempunyai riwayat jantung berdebar, tangan gemetaran, mata
melotot, susah tidur, sensitif terhadap suhu dingin, berkeringat banyak, nafsu makan
menurun, mudah lelah, sering diare, penurunan berat badan, kepanasan ataupun
kedinginan.
Pada pemeriksaan fisik, TD 120/80 mmHg, N 84 x/menit, P 20 x/menit, S 36,7C,
pemeriksaan thorax dan abdomen dalam batas normal. Status lokalis teraba massa pada
region colli sinistra teraba massa kenyal, padat, mobile, ikut saat menelan, nyeri tekan
(-), warna dan suhu sama dengan kulit sekitar, ukuran ±3x3cm.
E. DIAGNOSIS
Tumor Thyroid
25
F. PENATALAKSANAAN
1. Medikamentosa
a. Operatif
- Thyroidectomy
Laporan :
Pasien baring dalam posisi supine dengan pengaruh tindakan general anastesi
26
Gambar. Thyroidectomy
2. Non medikamentosa
- Tirah Baring
- Menjaga higienitas
G. FOLLOW UP
Tanggal Keluhan dan Pemeriksaan Instruksi Dokter
19/5/2019 S : benjolan pada leher kiri (+), nyeri (-) Rencana operasi tgl
, demam (-), mual (–), muntah (-), bab 20/5/2019
dan bak biasa.
O: - Konsultasi Anestesi
TD : 130/80 mmHg - Puasakan 8 jam pre op
N : 84 x/menit
P : 20 x/menit
27
S : 36,7ºC
A : Tumor thyroid
20/5/2019 S : benjolan pada leher kiri (+), terasa Instruksi Pre op:
mengganjal pada leher kiri (+), nyeri (-) - IVFD RL 20 tpm
demam (-), mual (–), muntah (-), bab - Persiapan operasi
dan bak biasa. - Konsultasi anastesi
O: - Puasakan 8 jam pre op
TD : 120/80 mmHg
N : 82 x/menit
P : 20 x/menit
S : 36,5ºC
A : Tumor thyroid
28
TD : 120/80 mmHg - inj dexketoprofen
N : 82 x/menit amp/8jam
P : 20 x/menit - inj omeprazole 40 mg/
S : 36,5ºC 24 jam
A : tumor thyroid post op H1 - inj methylprednisolon
amp/8jam
- inj asam tranexamat
amp/8jam
22/05/2019 S : nyeri luka operasi (+), demam (-), ivfd ringer lactate : dextrose
pusing (-), mual (-), muntah (-), bab 28 tpm
dan bak biasa. inj cefotaxim 1mg/12jam
O: inj dexketoprofen amp/8jam
TD : 120/80 mmHg inj omeprazole 40 mg/ 24
N : 76 x/menit jam
P : 20 x/menit inj methylprednisolon
S : 36,7ºC amp/8jam
A : Tumor thyroid post op H2 inj asam tranexamat
amp/8jam
23/05/2019 S : nyeri luka operasi (+) berkurang , ivfd ringer lactate : dextrose
demam (-), mual (–), muntah (-), bab 28 tpm
dan bak biasa. inj cefotaxim 1mg/12jam
O: - inj dexketoprofen
TD : 120/80 mmHg amp/8jam
N : 88 x/menit -inj omeprazole 40 mg/ 24
P : 20 x/menit jam
S : 36,5ºC -inj methylprednisolon
Drainase ±20cc warna merah amp/8jam
A : tumor thyroid post op H3 - inj asam tranexamat
amp/8jam
29
24/05/2019 S : nyeri luka operasi(+) berkurang , Aff infus
demam (-), mual (–), muntah (-), bab Ganti obat oral
dan bak biasa. Cefixime 100mg 2x1
O: Ibuprofen 400mg 3x1
TD : 120/80 mmHg Metilprednisolon 4mg
N : 80 x/menit Ranitidin 150 mg
P : 20 x/menit Rawat luka
S : 36,6ºC Pulang
A : tumor thyroid post op H4
30
BAB IV
PEMBAHASAN
Benigna Penampilan sebagai nodule soliter dari thyroid dengan sisa jaringan
palpabel. Secara Teoritis ada adenoma papiller tetapi kebanyakan adenoma follikuler.
Sangat sukar dibedakan dengan karsinoma. Oleh karena itu tindakan selalu
pembedahan karena berdasar morphologi sendiri.
31
DAFTAR PUSTAKA
32