Anda di halaman 1dari 26

P

.
-1-

E
LAMPIRAN
PERATURAN DIREKTUR RUMAH

T
D
SAKIT IBU DAN ANAK
TANJUNGSARI BLITAR
NOMOR :

u
074/RSIAT/PER/DIR/I/2019
TENTANG

O PEDOMAN PELAYANAN UNIT

*M
RAWAT INAP

BAB I

PENDAHULUAN

u
A
A. Latar Belakang

Pelayanan rumah sakit di era sekarang tidak terlepas dari

a
perkembangan ekonomi masyarakat. Hal ini tercermin pada
perubahan fungsi klasik rumah sakit yang pada awalnya hanya

N memberi pelayanan yang bersifat penyembuhan saja terhadap

n
pasien melalui rawat inap dan rawat jalan bergeser ke pelayanan
yang lebih komprehensif. Rumah sakit adalah suatu lembaga
pelayanan kesehatan dan sekaligus sebagai suatu unit usaha

P (baik pemerintah maupun swasta), dimana lembaga kesehatan ini


dari waktu ke waktu semakin lama akan semakin berkembang,

4
E
baik dari segi kuantitas maupun kualitas dan dilihat dari
berbagai macam bentuk rumah sakit kecil maupun besar yang
ada di seluruh penjuru tanah air. Pelayanan rawat inap


merupakan salah satu unit kerja di rumah sakit yang melayani

N
pasien 24 jam, termasuk seluruh prosedur diagnostik dan
teraupetik. Permenkes Nomor 749 a tahun 1989 menyebutkan

u
bahwa setiap sarana pelayanan kesehatan wajib
menyelenggarakan rekam medis. Rekam Medis (RM) adalah

G berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas

#
-2-

pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan, dan pelayanan lain


kepada pasien pada sarana pelayanan kesehatan.
Penyelenggaraan RM di rumah sakit meliputi penerimaan pasien
sampai pelaporan. Penerimaan pasien merupakan pelayanan
pertama yang diberikan oleh pihak rumah sakit atau sarana
pelayanan kesehatan. Sebelum menerima pelayanan kesehatan
berupa medis dari penyedia layanan kesehatan, pasien
diharuskan mendaftar terlebih dahulu. Hal ini penting agar
pasien dapat menerima pelayanan dan pasien tercatat dalam
buku kunjungan kesehatan.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Sebagai acuan dari berbagai kebijakan dan prosedur


terkait dengan pelayanan Unit Rawat Inap di Rumah Sakit
Ibu dan Anak Tanjungsari.

2. Tujuan Khusus

a. Memberikan pelayanan Rawat Inap yang efektif,


berperikemanusiaan dan memuaskan bagi pasien yang
menjalani pemeriksaan.

b. Menanggulangi masalah nyeri, baik akut maupun


kronis pada pasien yang melakukan pemeriksaan di
Rumah Sakit Ibu dan Anak Tanjungsari.

C. Ruang Lingkup

Ruang lingkup pelayanan Rawat Inap Rumah Sakit Ibu dan


Anak Tanjungsari meliputi:

1. Perawatan Ibu Nifas (Post sectio caerasea dan post partum)

2. Perawatan Ibu hamil

3. Perawatan Gynecology
-3-

4. Perawatan anak

D. Batasan Operasional

Pelayanan Rawat Inap adalah pelayanan pasien untuk


observasi, diagnosis, pengobatan, rehabilitasi medis dan
pelayanan kesehatan lainnya dengan menginap di rumah sakit.
Pelayanan rawat inap adalah salah satu fasilitas yang disediakan
oleh hampir seluruh rumah sakit di Indonesia. Masyarakat
Indonesia sangat membutuhkan pelayanan rawat inap pada
rumah sakit untuk menunjang usaha dalam mencapai
kesehatannya.

E. Landasan Hukum

Penyelenggaraan pelayanan rawat inap Rumah Sakit Ibu


dan Anak Tanjungsari berdasarkan pada:

1. Undang–Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009


tentang Kesehatan;
2. Undang–Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009
tentang Rumah Sakit;
3. Undang–Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2014
tentang Tenaga Kesehatan;
4. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 77 Tahun
2015 Tentang Pedoman Organisasi Rumah Sakit
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 56
Tahun 2014 Tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah
Sakit;
6. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor
129/MENKES/SK/II/2008 tentang Standar Pelayanan
Minimal Rumah Sakit;
7. Keputusan Direktur PT Bunda Subaga Tanjungsari Blitar
Nomor 005/BST/SK/VII/2017 tentang Pengangkatan
Direktur Rumah Sakit Ibu dan Anak Tanjungsari.
-4-

BAB II

STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia

1. Kualifikasi Tenaga Dokter di Unit Rawat Inap Rumah Sakit


Ibu dan Anak Tanjungsari adalah dokter obgyn dan dokter
spesialis anak. Ditambah dengan dokter umum yang juga
berfungsi sebagai dokter jaga.

2. Kualifikasi tenaga bidan dan perawat di Unit Rawat Inap


Rumah Sakit Ibu dan Anak Tanjungsari adalah tenaga
bidan dan perawat di Unit Rawat Inap Rumah Sakit Ibu dan
Anak Tanjungsari yang berpengalaman.

B. Distribusi Ketenagaan

Dalam pelayanan rawat inap perlu menyediakan


sumber daya manusia yang kompeten, cekatan, dan
mempunyai kemampuan sesuai dengan perkembangan teknologi
sehingga dapat memberikan pelayanan yang optimal, efektif, dan
efisien. Atas dasar tersebut di atas, maka perlu kiranya
menyediakan, mempersiapkan, dan mendayagunakan sumber-
sumber yang ada. Untuk menunjang pelayanan rawat inap di
Unit Rawat Inap, maka dibutuhkan tenaga dokter, bidan,
dan perawat yang mempunyai pengalaman, keterampilan dan
pengetahuan yang sesuai.

JUMLAH SDM
No. Nama Jabatan Keteranga
STANDAR JUMLAH n
SAAT INI
1. Dokter Spesialis 1
kandungan
-5-

( Sp.OG)
2. Dokter Spesialis 1
Anak
3. Dokter Umum 3
4. Bidan 13
5. Perawat 10

C. Pengaturan Jaga

Pengaturan jadwal dinas adalah pengaturan tugas


pelayanan bagi dokter umum, perawat, dan bidan untuk
melaksanakan tugas pelayanan di Unit Rawat Inap Rumah
Sakit Ibu dan Anak Tanjungsari. Pelayanan dibagi menjadi 3 shift
yaitu:

NAMA JABATAN WAKTU KERJA DEFINISI WAKTU


KERJA
Dokter Umum 3 shift 07.00–15.00

15.00–23.00

23.00–07.00
2 sift 07.00-19.00

19.00-07.00
Kepala Ruang Rawat 1 shift 07.00-14.00
Inap
Perawat dan Bidan 3 shift 06.30–14.00
Pelaksana
13.30–21.00

21.00–07.00

Ket: Untuk jadwal dokter umum ada 2 jadwal. Untuk jam jaga 12
jam diberlakukan saat ada dokter jaga yang libur.
-6-

BAB III
STANDAR FASILITAS

Bangunan rawat inap kelas I,II, III, VIP (A, B), Rumah Sakit Ibu
dan Anak Tanjungsari terdiri dari ruang nurse station, ruang
-7-

rawat inap kelas I ada 1 kamar, kelas 2 ada 1 kamar, kelas III
ada 2 kamar, ruang VIP ada 5 kamar.

A. DENAH RUANGAN

U VIP A5 VIP A6

KELAS 3 KELAS 2 VIP B3 VIP A4


EMERAL RUBY
D (3 BED)
( 8 BED)

KELAS 1 VIP A1 R.
SAPHIRE INSEMIN
( 2 BED) ASI

KELAS 3
EMERALD TIMUR
( 9 BED)

B. STANDART FASILITAS

1. Standar Minimal Peralatan di Rawat Inap

No. Peralatan Medis Keterangan


-8-

1. Suction Ada
2. Stetoskop Ada
3. Tensi Meter Ada
4. Termometer Ada
5. Pen Light /Senter Ada
6. Nebulizer Ada
7. Standar Infus Ada
8. Ambu Bag Ada
9 Tourniquet Ada
10. Tongue Spatel Ada
11. Tabung O2 Ada
12. 02 sentral Ada
13 Tromol Ada
14 Troli Ada
15 Gunting Ada
16. Linen Ada
17. Tempat Tidur Pasien Ada
18. Pispot Ada
19. Baskom Mandi Ada
20. Kursi Roda Ada

2) Sarana Kerja di Rawat Inap kelas I, II, III ,VIP.

N Sarana Kerja Keterangan


o
1. 1. APAR (Alat Pemadam Api Ringan) Ada
2. 2. Pesawat Telepon Ada
3. 3. File Catatan Keperawatan Ada
4. 4. Buku Folio Ada
5. 5. Lemari Ada
6. 6. Kursi Ada
7. 8. Peralatan Infus Ada
8. 9. Jam Dinding Ada
10. Tempat Sampah Ada
-9-

3) Fasilitas Ruang Rawat Inap

No. Ruangan Fasilitas Keterangan


Rawat
1. VIP A Tempat tidur pasien Ada 4 kamar
Tempat tidur rawat
penunggu
Lemari
Sofa penunggu
pasien
AC
TV
Lemari es
Kamar mandi/Toilet
2. VIP B Tempat tidur pasien Ada 1 kamar
Lemari rawat
Sofa penunggu
pasien
AC
TV
Lemari es
Kamar mandi/Toilet
3. Kelas I Tempat tidur pasien Ada 1 kamar
Lemari rawat inap (2 bed
Sofa penunggu pasien)
pasien
AC
TV
Kamar mandi/Toilet
4. Kelas II Tempat tidur pasien Ada 1 kamar
Lemari rawat inap (3 bed
Kursi penunggu pasien)
pasien
-10-

Kipas angin
Kamar mandi/Toilet
5. Ruang III Tempat tidur pasien Ada 2 kamar
Lemari rawat inap
Kursi penunggu (masing-masing 8
pasien bed pasien)
Kipas angin
Kamar mandi/Toilet
-11-

BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

Jenis pelayanan di rawat inap :


1. Pemeriksaaan dan konsultasi oleh dokter spesialis;
2. Perawatan sesuai dengan standar asuhan keperawatan
secara berkala;
3. Edukasi pasien oleh perawat, bidan, atau dokter;
4. Visite oleh dokter spesialis dan dokter umum;
5. Perawatan dan akomodasi di ruang perawatan;
6. Pemeriksaan dan pengobatan oleh dokter spesialis dan dokter
umum;
7. Pemeriksaan penunjang diagnostik;
8. Tindakan medis yang bersifat diagnostik dan terapeutik;
9. Pemberian obat-obatan pada pasien sesuai dengan catatan
daftar obat pasien dan instruksi dokter spesialis;
10. Pelayanan tranfusi darah;
11. Pemberian surat rujukan;
12. Pemakaian peralatan yang tersedia seperti oksigen, EKG,
USG, dll.
13. SOAPI oleh semua PPA
-12-

BAB V
LOGISTIK

A. Pengadaan Sarana dan Prasarana


Pengadaan sarana dan prasarana seperti alat kesehatan
dan obat adalah suatu prosedur penyediaan alat kesehatan
dan obat-obatan yang digunakan oleh pasien di ruang rawat
inap, dan sebagai penggantinya dibebankan kepada pasien
melalui resep yang di tulis oleh dokter. Untuk alat habis pakai
perawat menulisnya di lembar bahan habis pakai ( BHP).
B. Tujuan
1. Agar alat-alat dan obat-obatan emergency stok yang ada di
ruang rawat inap;
2. Mencegah kesalahan dalam pemberian obat, dengan cara 6
benar;
3. Tetap terjaga dalam segi kualitas dan kuantitas;
4. Memudahkan di dalam penggunaan dan pengawasannya.
C. Prosedur permintaan dan penggantian alat kesehatan dan
obat-obatan
1. Jenis obat stok yang akan di pakai dan alat kesehatan yang
akan diminta, ditulis pada resep oleh dokter jaga/ DPJP.
2. Resep dan lembar BHP yang sudah di isi dengan lengkap
diserahkan ke keluarga pasien untuk ditebus ke bagian
farmasi/ langsung diserahkan ke bagian farmasi.
3. Bila alat kesehatan (alkes) dan obat-obatan yang diminta
sudah tersedia akan diberikan ke ruang rawat inap.
D. Rekonsiliasi Obat
Rumah sakit menetapkan proses rekonsiliasi obat,
yaitu proses membandingkan daftar obat yang digunakan
oleh pasien sebelum dirawat inap dengan
peresepan/permintaan obat dan instruksi pengobatan.
Rekonsiliasi dilakukan untuk mencegah terjadinya kesalahan
-13-

obat seperti obat tidak diberikan, duplikasi, kesalahan dosis


atau interaksi obat. Pencatatan pada rekonsiliasi obat adalah:
1. Pertama kali sejak pasien masuk dinyatakan rawat inap
dilakukan di IGD oleh apoteker yang bertugas. Data
rekonsiliasi obat yang ditulis adalah obat yang digunakan
pasien di IGD, dan alergi pasien terhadap obat.
2. Saat pemindahan pasien antar unit pelayanan (transfer)
dilakukan di ruang perawatan oleh apoteker yang bertugas.
Data rekonsiliasi obat yang ditulis adalah obat-obatan yang
digunakan pasien rawat inap.
3. Sebelum pasien pulang oleh apoteker yang bertugas
mengkaji obat yang dibawa pasien pulang dan
membandingkannya dengan terapi saat di ruang
perawatan.
Tujuan dilakukannya rekonsiliasi obat adalah:
a) Memastikan informasi yang akurat tentang obat yang
digunakan pasien.
b) Mengidentifikasi ketidaksesuaian akibat tidak
terdokumentasinya instruksi dokter.
c) Mengidentifikasi ketidaksesuaian akibat tidak
terbacanya instruksi dokter.
E. Obat Self Admin
Pengobatan sendiri (self administration) oleh pasien
diperbolehkan oleh rumah sakit atas dasar kenyamanan pasien
pada sediaan inhalasi, insulin, rectal dan intravagina. Perawat
akan meminta persetujuan kepada pasien dengan mengisi surat
pernyataan.
Penggunaan obat yang dibawa oleh pasien dari luar rumah
sakit didokumentasikan di formulir riwayat penggunaan obat
serta dibuat berita acara penerimaan obat. Obat yang dibawa
pasien dari rumah baik diteruskan atau untuk dihentikan, harus
dilakukan pencatatan oleh petugas farmasi pada kartu stok,
-14-

kemudian sisa obat harus dikembalikan kepada pasien. Obat


pasien yang dibawa dari rumah disimpan pada keranjang pasien
obat dari rumah di Instalasi Farmasi.
-15-

BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

A. PENGERTIAN
1.Keselamatan Pasien Rumah Sakit adalah suatu sistem
dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih
aman. Sistem tersebut meliputi asesmen risiko,
identifikasi, dan pengelolaan hal yang berhubungan
dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden,
kemampuan belajar dari insiden, dan tindak lanjutnya
serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya
risiko. Sistem tersebut diharapkan dapat mencegah
terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat
melaksanakan suatu tindakan atau tidak melakukan
tindakan yang seharusnya dilakukan.
2. Medication error adalah suatu kesalahan dalam proses
pengobatan yang masih berada dalam pengawasan dan
tanggung jawab profesi kesehatan, pasien, atau
konsumen, dan seharusnya dapat dicegah.
3. Manajemen risiko adalah suatu metode yang
sistematis untuk mengidentifikasi, menganalisis,
mengendalikan, memantau, mengevaluasi, dan
mengkomunikasikan risiko yang ada pada suatu kegiatan.
4. Insiden Keselamatan Pasien (IKP) adalah setiap adalah
setiap kejadian atau situasi yang dapat mengakibatkan
atau berpotensi mengakibatkan harm (penyakit, cedera,
cacat, kematian dan lain-lain) yang tidak seharusnya
terjadi.
5. Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) adalah suatu kejadian
yang mengakibatkan cedera yang tidak diharapkan pada
pasien karena suatu tindakan commission atau karena
tidak bertindak omission, bukan karena underlying disease
-16-

atau kondisi pasien.


6. Kejadian Nyaris Cedera (KNC) adalah suatu insiden
yang belum sampai terpapar ke pasien sehingga tidak
menyebabkan cedera pada pasien.
7. Kejadian Tidak Cedera (KTC) adalah insiden yang sudah
terpapar ke pasien, tetapi tidak menimbulkan cedera, dapat
terjadi karena "keberuntungan " (misal pasien menerima
suatu obat kontraindikasi tetapi tidak timbul reaksi obat),
atau "peringanan" (suatu obat dengan reaksi alergi
diberikan, diketahui secara dini lalu diberikan anti-
dotumnya).
8. Kondisi Potensial Cedera (KPC) adalah kondisi yang
sangat berpotensi untuk menimbulkan cedera, tetapi
belum terjadi insiden.
9. Kejadian Sentinel (Sentinel Event) adalah suatu KTD yang
mengakibatkan kematian atau cedera yang serius,
biasanya dipakai untuk kejadian yang sangat tidak
diharapkan atau tidak dapat diterima seperti: operasi
pada bagian tubuh yang salah. Pemilihan kata “sentinel”
terkait dengan keseriusan cedera yang terjadi, sehingga
pencarian fakta terhadap kejadian ini mengungkapkan
adanya masalah yang serius pada kebijakan dan
prosedur yang berlaku.
10. Laporan insiden keselamatan pasien Rumah Sakit
(Internal) Pelaporan secara tertulis setiap kejadian nyaris
cedera (KNC) atau kejadian tidak diharapkan (KTD)
atau kejadian tidak cedera (KTC) atau kondisi potensial
cedera (KPC) yang menimpa pasien
-17-

B. Alur Pelaporan Keselamatan Pasien:


1. Apabila terjadi suatu insiden di rumah sakit, wajib segera
ditindak lanjut (dicegah/ ditangani) untuk mengurangi
dampak/akibat yang tidak diharapkan.
2. Setelah ditindak lanjuti, segera buat laporan insiden dengan
membuat laporan insiden pada akhir jam kerja/shift kepada
atasan langsung, jangan menunda laporan.
3. Setelah selesai membuat laporan insiden, segera serahkan
kepada atasan. Atasan akan memeriksa langsung dan
menindaklanjuti laporan.

D. Analisis Matriks Grading Risiko


Penilaian matriks risiko adalah suatu metode analisa kualitatif
untuk menentukan derajat risiko suatu insiden berdasarkan
dampak dan probabilitasnya.
1. Dampak (consequences). Penilaian dampak/akibat
suatu insiden adalah seberapa berakibat yang dialami
pasien mulai dari tidak ada cedera sampai meninggal.
Tabel. Penilaian dampak klinis/konsekuensi/severity.
Tingkat Deskripsi Severity
Risiko
1 Tidak Tidak ada cedera
signifikan
2 Minor  Cedera ringan , misal luka
lecet
 Dapat diatasi dengan P3K
3 Moderat  Cedera sedang, misal:luka
robek
 Berkurangnya fungsi
motorik/sensorik/psikologis,
atau intelektual (reversibel.
Tidak berhubungan dengan
-18-

penyakit
 Setiap kasus yg
memperpanjang perawatan
4 Mayor  Cedera luas/berat, misal :
cacat, lumpuh
 Kehilangan fungsi
motorik/sensorik/psikologis,
atau intelektual (ireversibel),
tidak berhubungan dengan
penyakit
5 Katatropik Kematian yang tidak
berhubungan dengan
perjalanan penyakit

2. Probabilitas/frekuensi/likelihood. Penilaian tingkat


probabilitas/frekuensi risiko adalah seberapa seringnya
insiden tersebut terjadi. Analisa dilakukan dengan
menentukan score risiko atau insiden tersebut untuk
menentukan prioritas penanganan dan level manajemen
yang harus bertanggung jawab untuk mengelola/
mengendalikan risiko/insiden tersebut termasuk dalam
kategori biru/hijau/kuning/merah.

Tingkat Deskripsi Peluang/Frekuensi


Risiko
1 Sangat jarang/ rare (> 5 tahun/kali)
2 Jarang/unlikely (> 2 – 5 tahun/kali)
3 Mungkin/Posible (1 -2 tahun/kali)
4 Sering/Likely (beberapa kali/tahun)
5 Sangat sering/almost certain (tiap
minggu/bulan)

Setelah nilai dampak dan probabilitas diketahui,


dimasukkan dalam tabel matriks grading risiko untuk
-19-

menghitung skor risiko dan mencari warna bands risiko.

Skor Risiko:

SKOR RISIKO = DAMPAK X PROBABILITAS

Cara menghitung skor risiko :


Untuk menentukan skor risiko digunakan matriks grading
risiko (tabel 3) :
a. Tetapkan frekuensi pada kolom kiri;
b. Tetapkan dampak pada baris ke arah kanan;
c. Tetapkan warna bands nya, berdasarkan pertemuan
antara frekuensi dan dampak.
Tabel Matriks grading risiko
Probabilitas Tak Minor Moderat Mayor Katatropik
Signifika
n
Sangat sering terjadi Moderat Moderat Tinggi Ekstrim Ekstrim
(Tiap minggu/bulan)
5
Sering terjadi Moderat Moderat Tinggi Ekstrim Ekstrim
(beberapakali/tahun
)
4
Mungkin terjadi Rendah Moderat Tinggi Ekstrim Ekstrim
(1-< 2 tahun/kali)
3
Jarang terjadi Rendah Rendah Moderat Tinggi Ekstrim
(> 2 - < 5 th/kali)
2
Sangat jarang terjadi Rendah Rendah Moderat Tinggi Ekstrim
( > 5 thn/Kali)
1
-20-

Keterangan:
Warna bands : hasil pertemuan antara nilai dampak
yang diurut kebawah dan nilai
probabilitas yang diurut ke samping
kanan
Contoh : Pasien jatuh dari tempat tidur dan meninggal
kejadian seperti ini di rumah sakit x terjadi pada 2 tahun
yang lalu
Nilai dampak : 5 (kata stropik) karena pasien
meninggal
Nilai probabilitas : 3 (mungkin terjadi) karena pernah
terjadi 2 tahun
Lalu skoring risiko : 5 x 3 = 15 → warna bands : merah
(ekstrim)

3. Bands Risiko adalah derajat risiko yang digambarkan


dalam empat wyarna yaitu : biru, hijau, kuning, dan
merah. Warna "bands" akan menentukan investigasi
yang akan dilakukan :

(Tabel 4). Tabel Tindakan sesuai tingkat dan bands


risiko
Level/ Bands Tindakan
Ekstrem Risiko ekstrem, dilakukan RCA paling
(Sangat lama 45 hari, membutuhkan tindakan
Tinggi) segera, perhatian sampai ke Direktur
Rumah Sakit
High Risiko tinggi, dilakukan RCA paling
(Tinggi) lama 45 hari, kaji dengan detail & perlu
tindakan segera, serta membutuhkan
tindakan top manajemen
Moderate Risiko sedang dilakukan investigasi
-21-

(Sedang) sederhana paling lama 2 minggu.


Manajer/pimpinan klinis sebaiknya
menilai dampak terhadap bahaya &
kelola risiko
Low Risiko rendah dilakukan investigasi
(Rendah) sederhana paling lama 1 minggu
diselesaikan dengan prosedur rutin

BAB VII
KESELAMATAN KERJA

A. Latar Belakang
Rumah sakit merupakan tempat kerja yang
-22-

memiliki risiko tinggi terhadap keselamatan dan


kesehatan sumber daya manusia rumah sakit, pasien,
pendamping pasien, pengunjung, maupun lingkungan
rumah sakit. Dalam rangka pengelolaan dan
pengendalian risiko yang berkaitan dengan keselamatan
dan kesehatan kerja di rumah sakit agar terciptanya
kondisi rumah sakit yang sehat, aman, selamat, dan nyaman
bagi sumber daya manusia rumah sakit, pasien,
pendamping pasien, pengunjung, maupun lingkungan
rumah sakit, maka rumah sakit perlu menerapkan SMK3
Rumah Sakit. SMK3 Rumah Sakit merupakan bagian dari
sistem manajemen Rumah Sakit secara keseluruhan

B. Tujuan
1. Terlaksananya kesehatan dan keselamatan kerja di
IFRS agar tercapai pelayanan kefarmasian dan
produktivitas kerja yang optimal.
2. Memberikan perlindungan kepada pekerja farmasi,
pasien, dan pengunjung.
3. Mencegah kecelakaan kerja, paparan bahan berbahaya,
kebakaran, dan pencemaran lingkungan.
4. Mengamankan peralatan kerja, bahan baku, dan hasil
produksi.
5. Menciptakan cara bekerja yang baik dan benar.

C. Konsultasi medis
1. Dokter umum menghubungi dokter DPJP pada pasien ibu
hamil dan anak;
2. Perawat/bidan ruang rawat inap menghubungi dokter
spesialis yang menjadi konsulan;
3. Perawat/bidan melaksanakan asuhan sesuai dengan
advise dari dokter.
-23-

D. Indikasi dan prosedur laboratorium.


1. Perawat/bidan menghubungi laboratorium untuk
melakukan pemeriksaan kepada pasien sesuai advise
dokter;
2. Petugas laborat meminta pasien/keluarga pasien
menandatangani formulir inform consent pemeriksaan
laboratorium;
3. Petugas laborat mengambil sampel darah/urin yang
diperlukan untuk pemeriksaan;
4. Pasien ditindak lanjuti sesuai dengan hasil pemeriksaan.

BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

A. PRINSIP
-24-

Prinsip dasar upaya peningkatan mutu pelayanan adalah


pemilihan aspek yang akan ditingkatkan dengan menetapkan
indikator, kriteria serta standar yang digunakan untuk
mengukur mutu pelayanan rumah sakit.

B. DEFINISI INDIKATOR
Indikator merupakan suatu variabel yang digunakan untuk
bisa melihat perubahan. Indikator yang baik adalah yang
sensitif tapi juga spesifik.

C. KRITERIA
Spesifikasi dari indikator.

D. STANDAR
Tingkat performance atau keadaan yang dapat diterima oleh
seseorang yang berwenang dalam situasi tersebut, atau oleh
mereka yang bertanggung jawab untuk mempertahankan
tingkat performance atau kondisi tersebut. Suatu norma atau
persetujuan mengenai keadaan atau prestasi yang sangat
baik. Sesuatu ukuran atau patokan untuk mengukur
kuantitas, berat, nilai, atau mutu. Dalam melaksanakan
upaya peningkatan mutu pelayanan maka harus
memperhatikan prinsip dasar sebagai berikut:
Aspek yang dipilih untuk ditingkatkan
a.Keprofesian;
b.Efisiensi;
c.Keamanan dan kepuasan pasien;
d.Sarana dan lingkungan fisik.
2.Indikator yang dipilih:
a. Indikator lebih diutamakan untuk menilai output dari
pada input dan proses;
-25-

b. Bersifat umum, yaitu lebih baik indikator untuk situasi


dan kelompok dari pada untuk perorangan;
c. Dapat digunakan untuk membandingkan antar daerah
dan antar rumah sakit;
d. Dapat mendorong intervensi sejak tahap awal pada
aspek yang dipilih untuk di monitor;
e. Didasarkan pada data yang ada.
3. Kriteria yang digunakan kriteria yang digunakan harus
dapat diukur dan dihitung untuk dapat menilai indikator,
sehingga dapat sebagai batas yang memisahkan antara
mutu baik dan mutu tidak baik.
4.Standar yang digunakan
a.Acuan dari berbagai sumber.
b.Benchmarking dengan rumah sakit yang setara.
c.Berdasarkan trend yang menuju kebaikan.

E. INDIKATOR MUTU UNIT RAWAT INAP

BAB IX
PENUTUP
-26-

Peran Rumah Sakit Ibu dan Anak Tanjungsari sangat


penting dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat,
sehingga perlu ditingkatkan kemampuan pelayanan pengelolaan
rawat inap agar mampu memberikan pelayanan kesehatan yang
komprehensif dan terpadu. Koordinasi internal dan eksternal
rumah sakit perlu dilakukan dalam upaya peningkatan kegiatan
pelayanan rawat inap di Rumah Sakit Ibu dan Anak Tanjungsari.

Anda mungkin juga menyukai