Pengertian Fitnah
Kata “fitnah” merupakan bentuk masdar dari فتن يفتن فتنة. Dalam kitab Lisanul
Arab, kata fitnah mempunyai arti اختبار, امتحان, االبتالءyang berarti cobaan dan
ujian, yang asal mula katanya dari perkataan فتنت الفضة والذهب اذا أذبتهما بالنار لتميز
الرديئ من الجيّد
“saya menguji emas dan perak apabila saya melebur keduanya dengan api untuk
memisahkan yang buruk dari yang baik“ [1]
Perumpamaan menguji emas disini dapat kita kaitkan bahwasanya Allah menguji
manusia juga bertujuan untuk mengetahui manakah diantara mereka mukmin
yang benar ataupun mukmin yang tidak benar.
Dalam kitab Mu’jam Mufradati Alfadhil Qur’an, kita dapat menemukan beberapa
macam makna fitnah. Makna fitnah tidak hanya berarti fitnah atau ujian, akan
tetapi juga memiliki ragam makna antara lain adalah:
1. Kata fitnah juga digunakan dalam makna memasukkan manusia kedalam api
neraka, terdapat dalam surat adz-Dzariyat ayat 13,
5. fitnah itu dijadikan seperti kata bala’, bahwasanya lafadz fitnah dan bala’ itu
digunakan untuk makna cobaan berat yang sangat tidak disukai oleh manusia (QS
al-Anbiya’:35)
6. fitnah digunakan untuk makna cobaan yang berat (QS al-Baqarah:102, 191,
193 dan surat at-Taubah:49, Yunus: 83al-Maidah:49, al-Isra’:73. Al-Hadid:14, al-
Anfal:25, 28,) dalam surat al-Anfal ayat 28 Allah menamakan anak sebagai ujian,
sebagai pelajaran terhadap cobaan seseorang karena anak-anaknya. Dan pada
surat ath-thagahabun ayat 14 allah menyebut anak sebagai musuh bagi kalian.
Dalam surat ali Imran ayat 14, Allah menjadikan anak sebagai perhiasan.
7. Fitnah merupakan perbuatan yang datangnya dari Allah dan manusia seperti
cobaan, musibah, pembunuhan, adzab dan perbuatan yang dibenci lainnya.
Apabila perbuatan datangnya dari Allah maka ada unsur hikmah didalamnya
sedangkan jika fitnah datang dari manusia maka tidak ada efek yang ditimbulkan
dari perbuatan tersebut. Terdapat dalam surat al-Baqarah ayat 191, al-Buruj: 10,
ash-shafat:162.[2]
C. Macam-Macam Fitnah
Dalam beberapa ayat al-Qur’an yang berbicara tentang fitnah kita dapat
menemukan beberapa macam dari fitnah tersebut, antara lain:
“ Maka apabila manusia ditimpa bahaya ia menyeru kami, Kemudian apabila kami
berikan kepadanya nikmat dari kami ia berkata: "Sesungguhnya Aku diberi nikmat
itu hanyalah Karena kepintaranku". Sebenarnya itu adalah ujian, tetapi
kebanyakan mereka itu tidak Mengetahui.”
c. Sehat atau Sakit
¢OèO žcÎ) š•-/u‘ šúïÏ%©#Ï9 (#rã•y_$yd .`ÏB ω÷èt/ $tB (#qãZÏFèù ¢OèO
(#r߉yg»y_ (#ÿrçŽy9|¹ur žcÎ) š•-/u‘ .`ÏB $ydω÷èt/ Ö‘qàÿtós9 ÒO‹Ïm§‘ ÇÊÊÉÈ
“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. kami akan menguji kamu dengan
keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). dan Hanya
kepada kamilah kamu dikembalikan.”
d. Ilmu sihir
“Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh syaitan-syaitanpada masa kerajaan
Sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu mengerjakan sihir),
padahal Sulaiman tidak kafir (Tidak mengerjakan sihir), Hanya syaitan-syaitan lah
yang kafir (mengerjakan sihir). mereka mengajarkan sihir kepada manusia dan apa
yang diturunkan kepada dua orang malaikat di negeri Babil yaitu Harut dan Marut,
sedang keduanya tidak mengajarkan (sesuatu) kepada seorangpun sebelum
mengatakan: "Sesungguhnya kami Hanya cobaan (bagimu), sebab itu janganlah
kamu kafir". Maka mereka mempelajari dari kedua malaikat itu apa yang dengan
sihir itu, mereka dapat menceraikan antara seorang (suami) dengan isterinya. dan
mereka itu (ahli sihir) tidak memberi mudharat dengan sihirnya kepada
seorangpun, kecuali dengan izin Allah. dan mereka mempelajari sesuatu yang
tidak memberi mudharat kepadanya dan tidak memberi manfaat. Demi,
Sesungguhnya mereka Telah meyakini bahwa barangsiapa yang menukarnya
(Kitab Allah) dengan sihir itu, tiadalah baginya keuntungan di akhirat, dan amat
jahatlah perbuatan mereka menjual dirinya dengan sihir, kalau mereka
Mengetahui.”
dan Demikianlah telah Kami uji sebahagian mereka (orang-orang kaya) dengan
sebahagian mereka (orang-orang miskin), supaya (orang-orang yang Kaya itu)
berkata: "Orang-orang semacam inikah di antara kita yang diberi anugerah Allah
kepada mereka?" (Allah berfirman): "Tidakkah Allah lebih mengetahui tentang
orang-orang yang bersyukur (kepadaNya)?"
b. Nabi Sulaiman
34. dan Sesungguhnya Kami telah menguji Sulaiman dan Kami jadikan (dia)
tergeletak di atas kursinya sebagai tubuh (yang lemah karena sakit), kemudian ia
bertaubat”
c. Kaum Fir’aun
ô‰s)s9ur $¨ZtFsù óOßgn=ö6s% tPöqs% šcöqtãö•Ïù öNèduä!%y`ur ×Aqß™u‘
îLqÌŸ2 ÇÊÐÈ
Sesungguhnya sebelum mereka telah Kami uji kaum Fir'aun dan telah datang
kepada mereka seorang Rasul yang mulia,
- kelemahan iman
Nßg÷ZÏBur `¨B ãAqà)tƒ bx‹ø•$# ’Ík< Ÿwur ûÓÍh_ÏGøÿs? 4 Ÿwr& ’Îû ÏpuZ÷GÏÿø9$#
(#qäÜs)y™ 3 žcÎ)ur zO¨Yygy_ 8psÜŠÅsßJs9 šúïÍ•Ïÿ»x6ø9$$Î/
49. di antara mereka ada orang yang berkata: "Berilah saya keizinan (tidak pergi
berperang) dan janganlah kamu menjadikan saya terjerumus dalam fitnah."
ketahuilah bahwa mereka telah terjerumus ke dalam fitnah[645]. dan
Sesungguhnya Jahannam itu benar-benar meliputi orang-orang yang kafir.
a. orang-orang kafir, yaitu berupa serangan. Terdapat pada surat an-Nisa’ ayat
101
“dan apabila kamu bepergian di muka bumi, Maka tidaklah mengapa kamu men-
qashar[343] sembahyang(mu), jika kamu takut diserang orang-orang kafir.
Sesungguhnya orang-orang kafir itu adalah musuh yang nyata bagimu.”
“Hai anak Adam, janganlah sekali-kali kamu dapat ditipu oleh syaitan
sebagaimana ia telah mengeluarkan kedua ibu bapamu dari surga, ia
menanggalkan dari keduanya pakaiannya untuk memperlihatkan kepada
keduanya 'auratnya. Sesungguhnya ia dan pengikut-pengikutnya melihat kamu
dan suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya Kami
telah menjadikan syaitan-syaitan itu pemimpin-pemimpim bagi orang-orang yang
tidak beriman.”
!$yJsù z`tB#uä #Óy›qßJÏ9 žwÎ) ×pƒÍh‘èŒ `ÏiB ¾ÏmÏBöqs% 4†n?tã 7$öqyz `ÏiB
šcöqtãö•Ïù óOÎg'ƒZ~tBur br& óOßgoYÏGøÿtƒ 4 ¨bÎ)ur šcöqtãö•Ïù 5A$yès9 ’Îû
ÇÚö‘F{$# ¼çm¯RÎ)ur z`ÏJs9 tûüÏùÎŽô£ßJø9$# ÇÑÌÈ
“Maka tidak ada yang beriman kepada Musa, melainkan pemuda-pemuda dari
kaumnya (Musa) dalam Keadaan takut bahwa Fir'aun dan pemuka-pemuka
kaumnya akan menyiksa mereka. Sesungguhnya Fir'aun itu berbuat sewenang-
wenang di muka bumi. dan Sesungguhnya Dia Termasuk orang-orang yang
melampaui batas.”
d. malaikat Harut dan Marut, terdapat pada surat surat al-Baqarah ayat 102
“dan mereka mengikuti apa[76] yang dibaca oleh syaitan-syaitan[77] pada masa
kerajaan Sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu mengerjakan
sihir), Padahal Sulaiman tidak kafir (tidak mengerjakan sihir), hanya syaitan-
syaitan lah yang kafir (mengerjakan sihir). mereka mengajarkan sihir kepada
manusia dan apa yang diturunkan kepada dua orang malaikat[78] di negeri Babil
Yaitu Harut dan Marut, sedang keduanya tidak mengajarkan (sesuatu) kepada
seorangpun sebelum mengatakan: "Sesungguhnya Kami hanya cobaan (bagimu),
sebab itu janganlah kamu kafir". Maka mereka mempelajari dari kedua Malaikat
itu apa yang dengan sihir itu, mereka dapat menceraikan antara seorang (suami)
dengan isterinya[79]. dan mereka itu (ahli sihir) tidak memberi mudharat dengan
sihirnya kepada seorangpun, kecuali dengan izin Allah. dan mereka mempelajari
sesuatu yang tidak memberi mudharat kepadanya dan tidak memberi manfaat.
Demi, Sesungguhnya mereka telah meyakini bahwa Barangsiapa yang
menukarnya (kitab Allah) dengan sihir itu, Tiadalah baginya Keuntungan di
akhirat, dan Amat jahatlah perbuatan mereka menjual dirinya dengan sihir, kalau
mereka mengetahui.”
e. orang-orang yang hatinya condong pada kesesatan, yaitu surat Ali Imron
ayat 7
“dan peliharalah dirimu dari pada siksaan yang tidak khusus menimpa orang-
orang yang zalim saja di antara kamu. dan ketahuilah bahwa Allah Amat keras
siksaan-Nya.”
g. Allah
Dalam hal ini Allah memberikan fitnah berupa cobaan, ujian, menimpakan adzab,
dan menimpakan bencana.
mereka menjawab: "Kami mendapat nasib yang malang, disebabkan kamu dan
orang-orang yang besertamu". Shaleh berkata: "Nasibmu ada pada sisi Allah,
(Bukan Kami yang menjadi sebab), tetapi kamu kaum yang diuji".
Sesungguhnya Kami menjadikan pohon zaqqum itu sebagai siksaan bagi orang-
orang yang zalim.
z`ÏBur Ĩ$¨Z9$# `tB ߉ç7÷ètƒ ©!$# 4’n?tã 7$ö•ym ( ÷bÎ*sù ¼çmt/$|¹r& îŽö•yz
¨br'yJôÛ$# ¾ÏmÎ/ ( ÷bÎ)ur çm÷Ft/$|¹r& îpuZ÷FÏù |=n=s)R$# 4’n?tã ¾ÏmÎgô_ur
uŽÅ£yz $u‹÷R‘‰9$# not•ÅzFy$#ur 4 y7Ï9ºsŒ uqèd ãb#uŽô£ã‚ø9$# ßûüÎ7ßJø9$#
ÇÊÊÈ
dan di antara manusia ada orang yang menyembah Allah dengan berada di
tepi[980]; Maka jika ia memperoleh kebajikan, tetaplah ia dalam Keadaan itu, dan
jika ia ditimpa oleh suatu bencana, berbaliklah ia ke belakang[981]. rugilah ia di
dunia dan di akhirat. yang demikian itu adalah kerugian yang nyata.
”dan bunuhlah mereka di mana saja kamu jumpai mereka, dan usirlah mereka
dari tempat mereka telah mengusir kamu (Mekah); dan fitnah[117] itu lebih besar
bahayanya dari pembunuhan, dan janganlah kamu memerangi mereka di Masjidil
haram, kecuali jika mereka memerangi kamu di tempat itu. jika mereka
memerangi kamu (di tempat itu), Maka bunuhlah mereka. Demikanlah Balasan
bagi orang-orang kafir.”
“Dan fitnah itu lebih besar bahayanya dari pembunuhan.” Membuat kekacauan di
muka bumi, mengusir kaum Mukmin dari tanah air dan tempat tinggal mereka,
menyakiti, mengganggu, menganiaya kaum Mukmin karena agama yang mereka
yakini, semua itu merupakan fitnah terhadap agama. Fitnah terhadap agama
merupakan penganiayaan terhadap sesuatu yang paling suci dan agung dalam
kehidupan manusia. Oleh karena itu, ia lebih bahaya dari membunuh jiwa atau
menghilangkan nyawa. Sama saja apakah fitnah ini baru berupa ancaman atau
berupa tindakan nyata mengganggu (menyakiti), atau menimbulkan suasana
kacau yang menyesatkan manusia, merusak dan menjauhkan mereka dari agama
Allah.
Hal termulia dalam diri manusia adalah kebebasan beragama dan berkeyakinan.
Berangsiapa merampas kebebasan ini dari seseorang, atau berupaya
memalingkannya dari agama yang diyakininya secara langsung atau tidak, maka ia
dihukum dengan hukuman yang lebih berat dari hukuman pembunuhan. Karena
beratnya hukuman itu, ayat kemudian menggunakan kata ( وا ْقتُلُو ُه ْمbunuhlah
mereka) bukan ( وقاتلوهمperangilah mereka). “Bunuhlah mereka di mana pun kalian
menjumpai mereka, dalam keadaan apa pun mereka, dan dengan cara apa pun
yang kalian miliki.” Tentu saja dengan tetap menjaga etika Islam seperti tidak
membunuh secara berlebihan, tidak membunuh dengan cara membakar, dan
tidak melakukannya di Masjid Haram, kecuali terhadap orang-orang kafir yang
tidak mengindahkan kehormatan masjid ini di mana mereka memulai memerangi
kaum Muslim di masjid tersebut.[3]
Dan juga akibat yang ditimbulkan dari fitnah lebih berbahaya daripada hanya
sekedar pembunuhan. Dampak dari fitnah bisa berlanjut sampai ia meninggal
bahkan setelah ia meninggalpun dampak yang ditimbulkannya masih ada yang
bisa berakibat pada kondisi psikologis orang yang difitnah. Hal ini sangat
berbahaya sekali, mengingat fitnah itu dapat merembet kemanapun selama lidah
masih dapat berbicara. Sedangkan kalau pembunuhan tidak punya dampak yang
menyebabkan akibat yang fatal bagi seseorang. Pembunuhan bisa saja beberapa
waktu akan hilang begitu saja. Beda dengan fitnah yang dampaknya bisa ada
sepanjang masa.
“dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan
dan Sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar.”
Dalam tafsir ibnu Kastir, kata fitnah pada ayat di atas berarti ikhtibâr wa imtihân
(cobaan dan ujian). Berdasarkan ayat ini, harta dan anak-anak merupakan cobaan
dan ujian dari-Nya bagi manusia yang mendapatkan keduanya supaya diketahui
apakah mereka bersyukur kepada-Nya atas harta dan anak-anak itu serta
menaati-Nya, ataukah mereka disibukan dan dipalingkan dengan keduanya dari-
Nya. Senada dengan ayat ini, QS al-Taghâbun/64: 14, 51, al-Anbiyâ`/21: 53, dan
al-Munâfiqûn/63: 9.
Jika harta dan anak-anak hanya cobaan, maka di sisi Allah-lah pahala yang besar.
Pahala, karunia dan surga-Nya lebih baik dari harta dan anak-anak. Sebab
terkadang ada di antara mereka yang malah menjadi musuh dan banyak pula yang
tidak mampu memberi kebaikan apa-apa. Allah-lah Pengatur dan Pemilik dunia
dan akhirat. Di sisi-Nya pahala yang banyak di hari kiamat. Demikian Ibn Katsîr
mengomentari ayat ini. Untuk menguatkan pernyataannya ini, ia mengutip hadits:
Ada tiga hal yang jika dimiliki seseorang maka ia akan menemukan manisnya
iman. Allah dan Rasul-Nya lebih ia cintai dari selain keduanya; mencintai
seseorang dan ia tidak mencintanya melainkan karena Allah; dan ia lebih suka
dilemparkan ke dalam api daripada kembali kepada kekufuran setelah Allah
menyelamatkannya darinya (HR. al-Bukhârî).
Bahkan, demikian menurut Ibn Katsîr, kecintaan kepada Rasulullah Saw. haruslah
melebihi kecintaan pada anak-anak, harta dan jiwa. Sebagaimana sabda beliau:
Demi Zat Yang jiwaku di Tangan-Nya, tidaklah beriman seseorang dari kalian
sehingga aku lebih ia cintai dari dirinya, keluarganya, hartanya dan manusia
seluruhnya (HR. al-Bukhârî dan Muslim.[4]
Perbedaan Fitnah dengan Bala’
Sebagaimana disebutkan dalam Lisan al-Arab bahwa salah satu dari makna finah
adalah al-Ibtila’ atau bala’. Namun disini ada perbedaan diantara makna bala’
dengan fitnah itu sendiri. Perbedaan-perbedaan antara fitnah dengan bala’
meliputi:
diketahui bahwa makna fitnah adalah lebih umum dan maknanya sangat luas dan
beragam. Makna Bala’ seperti mayoritas digunakan dalam ayat al-Qur’an adalah
bermakna ujian, cobaan dan musibah, sedang makna membakar, membunuh, gila
dan lain sebagainya masuk dalam cakupan makna fitnah.
Dalam Tafsir Al-Baghawi dijelaskan bahwa maksud ibtila’ dalam ayat ini bermakna
ujian dan cobaan, yaitu ujian terhadap Nabi Ibrahim a.s.[5] diantaranya:
membangun Ka'bah, membersihkan ka'bah dari kemusyrikan, mengorbankan
anaknya Ismail, menghadapi raja Namrudz dan lain-lain. Jadi ujian tersebut masih
dalam satu tingkatan yang bisa di jalani dan tidak menimbulkan satu kerusakan
yang fatal atau sampai membinasakan. Sedang makna fitnah sering digunakan
untuk menyebutkan hal atau ujian yang lebih berat dibandingkan dengan bala’
seperti membakar, menyerang, membunuh atau siksaan yang dapat
menimbulkan kerusakan yang fatal atau bahkan sampai membinasakan serta
melenyapkan.
3. Bala’ bisa menjadi fi’il yang disandarkan kepada Allah sebagai Fa’ilnya.
“Dan sungguh akan kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan,
kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. dan berikanlah berita
gembira kepada orang-orang yang sabar.”
Ø Q.S. Muhammad: 31
öNä3¯Ruqè=ö7uZs9ur 4Ó®Lym zOn=÷ètR tûïωÎg»yfßJø9$# óOä3ZÏB
tûïÎŽÉ9»¢Á9$#ur (#uqè=ö7tRur ö/ä.u‘$t6÷zr& ÇÌÊÈ
“Dan Sesungguhnya kami benar-benar akan menguji kamu agar kami mengetahui
orang-orang yang berjihad dan bersabar di antara kamu, dan agar kami
menyatakan (baik buruknya) hal ihwalmu.”
PENUTUP
Dari pemaparan serta penjelasan tentang makna fitnah serta seluk beluk yang ada
didalamnya. Kita dapat menemukan ragam makna fitnah dalam al-Qur’an. Dalam
arti fitnah kita dapat menemukan bahwa fitnah tidak hanya berarti ujian ataupun
ujian tapi juga bermacam-macam arti antara lain serangan ditimbulkan oleh
orang-orang kafir (QS al-Nisâ`/4: 101), tipuan, dilakukan oleh setan (QS al-A’râf/7:
27), siksaan berasal dari Fir`aun dan pemuka-pemuka kaumnya (QS Yûnus/10: 83),
memalingkan orang-orang Mukmin dari apa yang telah diwahyukan (QS al-
Isrâ`/17: 73), penganiayaan atau penindasan yang dilakukan oleh orang-orang
kafir lebih besar dosanya daripada membunuh. (QS al-Baqarah/2: 217), Kesesatan
(Q.S. al-Shaffat: 162). Dalam beberapa yat tentang fitnah kita juga dapat
menemukan beberapa macam-macam fitnah antara lain Anak atau Harta (QS at-
Taghabun:15), Kebaikan dan Keburukan (QS al-Anbiya’:35), Ilmu Sihir (QS al-
Baqarah:102), Kenikmatan Hidup (QS az-Zumar:49). Sedangkan subjek atau
pelaku fitnah antara lain Orang-orang Kafir (QS an-Nisa’:101), Syetan (QS al-
A’raf:27), Fir’aun dan Para Pemukanya (QS Yunus:83), Malaikat Harut dan Marut
(QS al-Baqarah:102), orang-orang yang hatinya condong pada kesesatan (QS Ali
Imron:7), orang-orang zalim (QS al-Anfal:25), Allah memberikan fitnah berupa
cobaan, ujian, menimpakan adzab, dan menimpakan bencana.
Kita dapat menemukan perbedaan antara fitnah dan balak. Meskipun balak
merupakan salah satu arti dari fitnah akan tetapi keduanya memiliki perbedaan
antara lain:
ü fitnah lebih umum daripada bala’. Makna Bala’ seperti mayoritas digunakan
dalam ayat al-Qur’an adalah bermakna ujian, cobaan dan musibah, sedang makna
membakar, membunuh, gila dan lain sebagainya masuk dalam cakupan makna
fitnah.
ü Bala’ bisa menjadi fi’il yang disandarkan kepada Allah sebagai Fa’ilnya.
DAFTAR PUSTAKA
ar-Raghib al-Ishfahani, Mu’jam Mufradati Alfadil Qur’an. Beirut: Dar al-Kutub al-
Ilmiyah. 1971.
Ibnu Mandzur, Lisanul Arab jilid 13. Beirut:Dar al-Kutub Ilmiah. 2009.
[1]Ibnu Mandzur, Lisanul Arab Jilid 13. (Beirut:Dar al-Kutub Ilmiah. 2009), hlm.
387.
[4]Ibnu Kastir, Tafsir Ibnu Kastir Jilid 4, hlm. 40-. Maktabah Syamilah