Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sebagian besar kejadian kesakitan dan kematian ibu yang disebabkan oleh perdarahan
paska persalinan terjadi empat jam pertama setelah kelahiran bayi. Karena itulah penting
sekali untuk memantau ibu secara ketat, segera setelah setiap tahapan atau kala persalinan
diselesaikan, khususnya pada saat setelah persalinan. Pemantauan ini berupa konsultasi paska
persalinan di ruangan maupun pemeriksaan-pemeriksaan yang diperlukan. Jika tanda-tanda
vital dan tonus uterus masih dalam batas normal selama dua jam pertama pasca persalinan,
mungkin ibu tidak akan mengalami perdarahan paska persalinan. Penting sekali untuk tetap
berada di samping ibu dan bayinya selama dua jam pertama pasca persalinan.
Tekanan darah dan denyut nadi harus diukur tiap 15 menit sekali, selama beberapa
jam pertama setelah pelahiran, atau lebih sering bila ada indikasi tertentu. Pemijatan uterus
untuk memastikan uterus menjadi keras juga diperlukan. Pemantauan suhu tubuh, perdarahan
harus diawasi. Tidak dianjurkan menggunakan kain pembebat perut selama dua jam pertama
pasca persalinan atau hingga ibu sudah stabil. Dalam beberapa hari setelah melahirkan suhu
badan ibu sedikit naik antara 37,2-37,8 0C oleh karena resorbsi benda-benda dalam rahim
dan mulainya laktasi. Dalam hal ini disebut demam resorbsi, hal ini adalah normal.
Infeksi nifas adalah keadaan yang mencakup semua peradangan alat-alat genitalia
dalam masa nifas. Demam nifas adalah demam dalam masa nifas oleh sebab apapun.
Mobilitas puereuralis adalah kenaikan suhu badan sampai 38 0C atau lebih selama 2 hari.
Dalam 10 hari pertama postpatum. Kecuali pada hari pertama. Suhu diukur 4x sehari secara
oral (dari mulut)
Beberapa faktor predisposisi:
1. Kurang gizi atau nutrisi
2. Anemia
3. Higiene
4. Kelelahan
5. Proses persalinan bermasalah:
a. Partus lama atau macet
b. Korioamnionitis
c. Persalinan traumatic
d. Kurang baiknya pencegahan infeksi
e. Manipulasi yang berlebihan
f. Dapat berlanjut keinfeksi dalam masa nifas
Bermacam-macam jalan masuk kuman kedalam alat kandungan, seperti eksogen (kuman
datang dari luar), autogen (kuman masuk dari tempat lain dari dalam tubuh), dan endogen
(dari jalan lahir sendiri):

1
1. Streptococcus Haemoliticus Aerobik
2. Staphylococcus aureus
3. Escherichia coli
Infeksi diklasifikasikan menjadi Infeksi terbatas lokasinya pada perineum, vulva,
serviks, dan endometrium dan Infeksi yang menyebar ketempat lain melaui: pembuluh darah
vena, pembuluh limfe dan endometrium (Rustam Muchtar, 1998).
Tomboflebitis merupakan inflamasi permukaan pembuluh darah disertai pembentukan
pembekuan darah. Tomboflebitis cenderung terjadi pada periode pasca partum pada saat
kemampuan penggumpalan darah meningkat akibat peningkatan fibrinogen; dilatasi vena
ekstremitas bagian bawah disebabkan oleh tekanan keopala janin gelana kehamilan dan
persalinan; dan aktifitas pada periode tersebut yang menyebabkan penimbunan, statis dan
membekukan darah pada ekstremitas bagian bawah (Adele Pillitteri, 2007).
Sebagian besar kejadian dan kesakitan yang disebabkan oleh tromboflebitis seperti
pada kematian ibu yang disebabkan oleh perdarahan paska persalinan terjadi empat jam
setelah kelahiran bayi. Karena itu penting sekali memantau tromboflebitis secara ketat,
khusunya kejadian saat persalinan dilakukan.Jika sudah ada tanda-tanda yang menyerupai
tromboflebitis segera periksa apakah memang gejala tromboflebitis atau hanya gejala radang
biasa.
Kita harus dapat membedakan gejala antara tromboflebitis dengan flebotrombosis
ataupun radang biasa.Oleh karena itu, kita harus tahu sebenarnya gejala dari keduanya agar
dapat membedakannya sehingga kita dapat tanggap dalam menanganinya,agar jangan sampai
ke tahap yang lebih parah.
Selama kehamilan kejadiannya relatif rendah,risiko tromboflebitis vena kaki atau pelvis
meningkat setelah kehamilan atau operasi.
Insiden tromboflebitis superfisial sekitar 1dalam 600 pasien-pasien antepartum dan 1 dalam
95 bagi pasien-pasien postpartum.Insiden tromboflebitis profunda berkisar 1 dalam 1900
pasien antepartum dan 1 dalam 700 pasien postpartum.
Faktor-faktor yang mempermudah trombosis vena(tromboflebitis) antar lain, stasis
(perlambatan aliran darah),luka pada dinding pembuluh darah (iritasi lokal dan infeksi),dan
perubahan fisika atau kimia pada konstituen darah.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan tromboflebitis?
2. Apa saja klasifikasi dari tromboflebitis?
3. Apa saja manifestasi dari tromboflebitis?
4. Bagaimana penatalaksanaan untuk kasus tromboflebitis?
5. Apa saja komplikasi dari tromboflebitis?

2
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu trombroflebitis
2. Untuk mengetahui apa sja klasifikasi dari tromboflebitis
3. Untuk mengetahui apa saja manifestasi klinis dari tromboflebitis
4. Untuk mengetahui bagaimana penatalaksanaan untuk kasus tromboflebitis
5. Untuk mengetahui bagaimana komplikasi dari tromboflebitis

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian
Tromboflebitis merupakan trombosis yang diawali dengan peradangan.
Definisi Tromboflebitis secara umum
Tromboflebitis adalah kondisi dimana terbentuk bekuan dalam vena sekunder akibat
inflamasi/trauma dinding vena atau karena obstruksi vena sebagian.
Definisi Tromboflebitis menurut Adele Pillitteri, 2007
Tromboflebitis merupakan inflamasi permukaan pembuluh darah disertai pembentukan
pembekuan darah. Tomboflebitis cenderung terjadi pada periode pasca partum pada saat
kemampuan penggumpalan darah meningkat akibat peningkatan fibrinogen; dilatasi vena
ekstremitas bagian bawah disebabkan oleh tekanan kepala janin kerena kehamilan dan
persalinan; dan aktifitas pada periode tersebut yang menyebabkan penimbunan, statis dan
membekukan darah pada ekstremitas bagian bawah.
Definisi Tromboflebitis menurut Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal, 2002
Tromboflebitis adalah perluasan atau invasi mikroorganisme patogen yang mengikuti
aliran darah di sepanjang vena dan cabang-cabangnya. Jadi, Tromboflebitis adalah radang
vena yang berhubungan dengan pembentukan trombus. Tromboflebitis merupakan inflamasi
permukaan pembuluh darah disertai pembentukan pembekuan darah. Tromboflebitis
cebderung terjadi pada periode pasca partum pada saat kemampuan penggumpalan darah
meningkat akibat peningkatan fibrinogen.

B. Klasifikasi
1. Tromboflebitis Femoralis
Yaitu suatu tromboflebitis yang mengenai satu atau kedua vena femoralis. Hal ini
disebabkan oleh adanya trombosis atau embosis yang disebabkan karena adanya perubahan
atau kerusakan pada intima pembuluh darah, perubahan pada susunan darah, laju peredaran
darah, atau karena pengaruh infeksi atau venaseksi.
2. Tromboflebitis Pelvik
Mengenai vena-vena dinding uterus dan ligamentum latum, yaitu vena ovarika, vena
uterina dan vena hipogastrika. Vena yang paling sering terkena adalah vena ovarika dektra
karena infeksi pada tempat implantasi plasenta terletak di bagian atas uterus. Perluasan
infeksi dari vena ovarika sinistra ialah ke vena renalis, sedang perluasan infeksi dari vena
ovarika dekstra ialah ke vena kava inferior.Perluasan infeksi dari vena uterina ialah ke vena

4
iliaka komunis. Bakteri yang biasanya berkaitan dengan tromboflebitis streptokokus anaerob
dan bakteriodes

C. Etiologi
Secara umum etiologi tromboflebitis adalah sebagai berikut:
a. perluasan infeksi endometrium
b. mempunyai varises pada vena
c. obesitas
Faktor Predisposisi Tromboflebitis
1. Pertambahan usia, semakin tua maka semakin beresiko terjadi tromboflebitis.
2. Episode tromboflebitis sebelumnya
3. Pembedahan obstetric
4. Kelahiran
5. Obesitas
6. Imobilisasi
7. Trauma vaskula
8. Varises
9. Multiparietas
10. Supresi laktasi dengan esterogen
11. Infeksi nifas

D. Patofisiologi
Patofisiologi Tromboflebitis
Terjadinya thrombus :
a. Abnormalitas dinding pembuluh darah
Formasi trombus merupakan akibat dari statis vena, gangguan koagubilitas darah atau
kerusakan pembuluh maupun endotelial. Stasis vena lazim dialami oleh orang-orang yang
imobilisasi maupun yang istirahat di tempat tidur dengan gerakan otot yang tidak memadai
untuk mendorong aliran darah. Stasis vena juga mudah terjadi pada orang yang berdiri terlalu
lama, duduk dengan lutut dan paha ditekuk, berpakaian ketat, obesitas, tumor maupun wanita
hamil.

5
b. Perubahan komposisi darah (hyperkoagulabilitas)
Hyperkoagulabilitas darah yang menyertai trauma, kelahiran dan IMA juga mempermudah
terjadinya trombosis. Infus intravena, banyak faktor telah dianggap terlibat dalam patogenesis
flebitis karena infus intravena, antara lain:
(1) Faktor-faktor kimia seperti obat atau cairan yang iritan (flebitis kimia)
a. pH dan osmolaritas cairan infus yang ekstrem selalu diikuti risiko flebitis tinggi. Obat
suntik yang bisa menyebabkan peradangan vena yang hebat, antara lain kalium klorida,
vancomycin, amphotrecin B, cephalosporins, diazepam, midazolam dan banyak obat
khemoterapi.
b. Mikropartikel yang terbentuk bila partikel obat tidak larut sempurna selama
pencampuran.
c. Penempatan kanula pada vena proksimal (kubiti atau lengan bawah) sangat dianjurkan
untuk larutan infus dengan osmolaritas > 500 mOsm/L. Hindarkan vena pada punggung
tangan jika mungkin, terutama pada pasien usia lanjut
d. Kateter yang terbuat dari silikon dan poliuretan kurang bersifat iritasi dibanding
politetrafluoroetilen (teflon) karena permukaan lebih halus, lebih thermoplastik dan lentur.
Risiko tertinggi untuk flebitis dimiliki kateter yang terbuat dari polivinil klorida atau
polietilen.
(2) Faktor-faktor mekanis seperti bahan, ukuran kateter, lokasi dan lama kanulasi.
(Kanula yang dimasukkan ada daerah lekukan sering menghasilkan flebitis mekanis. Ukuran
kanula harus dipilih sesuai dengan ukuran vena dan difiksasi dengan baik).
(3) Agen infeksius.
Faktor-faktor yang berkontribusi terhadap flebitis bakteri meliputi:
a. Teknik pencucian tangan yang buruk
b. Kegagalan memeriksa peralatan yang rusak.
c. Pembungkus yang bocor atau robek mengundang bakteri.
d. Teknik aseptik tidak baik
e. Teknik pemasangan kanula yang buruk
f. Kanula dipasang terlalu lama
g. Tempat suntik jarang diinspeksi visual
c. Gangguan aliran darah

E. Manifestasi klinis
Penderita-penderita umumnya mengeluh spontan terjadinya nyeri di daerah vena
(nyeri yang terlokalisasi), yang nyeri tekan, kulit di sekitarnya kemerahan (timbul dengan
cepat diatas vena) dan terasa hangat sampai panas. Juga dinyatakan adanya oedema atau

6
pembengkakan agak luas, nyeri bila terjadi atau menggerakkan lengan, juga pada gerakan-
gerakan otot tertentu. Pada perabaan, selain nyeri tekan, diraba pula pengerasan dari jalur
vena tersebut, pada tempat-tempat dimana terdapat katup vena, kadang-kadang diraba
fluktuasi, sebagai tanda adanya hambatan aliran vena dan menggembungnya vena di daerah
katup. Fluktuasi ini dapat pula terjadi karena pembentukan abses. Febris dapat terjadi pada
penderita-penderita ini, tetapi biasanya pada orang dewasa hanya dirasakan sebagai malaise.
1. Pelvio tromboflebitis
a. Nyeri yang terdapat pada perut bagian bawah dan atau perut bagian samping, timbul
pada hari ke-2-3 masa nifas dengan atau tanpa panas.
b. Penderita tampak sakit berat dengan gambaran karakteristik sebagai berikut:
1) Menggigil berulang kali, menggil inisial terjadi sangat berat (30-40 menit) dengan interval
hanya beberapa jam saja dan kadang-kadang 3 hari pada waktu menggigil penderita hampir
tidak panas.
2) Suhu badan naik turun secara tajam (36oC menjadi 40oC) yang diikuti penurunan suhu
dalam 1 jam (biasanya subfebris seperti pada endometritis).
3) Penyakit dapat langsung selama 1-3 bulan.
c. Abses pada pelvis
d. Gambaran darah
1) Terdapat leukositosis (meskipun setelah endotoksin menyebar ke sirkulasi, dapat segera
terjadi leukopenia).
2) Untuk membuat kultur darah, darah diambil pada saat tepat sebelum mulainya menggigil,
kultur darah sangat sukar dibuat karena bakterinya adalah anaerob.
e. Pada periksa dalam hampir tidak diketemukan apa-apa karena yang paling banyak terkena
adalah vena ovarika; yang sukar dicapai dalam pemeriksaan dalam.
f. Komplikasi yang dapat terjadi antara lain pada paru- paru (infark, abses, pneumonia), pada
ginjal sinistra yang diiikuti proteinurina, hematuria, pada persedian.
2. Tromboflebitis femoralis
a Keadaan umum tetap baik, suhu badan subfebris selama 7-10 hari, kemudian suhu
mendadak naik kira-kira pada hari ke-10-20 yang disertai dengan menggigil dan nyeri sekali.
b. Pada salah satu kaki yang terkena, biasanya kaki kiri akan memberikan tanda-tanda
sebagai berikut:
1) Kaki sedikit dalam keadaan fleksi dan rotasi keluar serta sukar bergerak, lebih panas
dibandingkan dengan kaki lainnya.
2) Seluruh bagian dari salah satu vena pada kaki terasa tegang dan keras pada paha bagian
atas.
3) Nyeri hebat pada lipat paha dan daerah paha.

7
4) Reflektorik akan terjadi spasmus arteria sehingga kaki menjadi bengkak, tegang, putih,
nyeri, dan dingin dan pulsasi menurun.
5) Edema kadang-kadang terjadi sebelum atau sesudah nyeri dan pada umumnya terdapat
pada paha bagian atas, teatapi lebih sering dimulai dari jari-jari kaki dan pergelangan kaki
kemudian melus dari bawah ke atas.
6) Nyeri pada betis, yang terjadi spontan atau dengan memijat betis atau dengan
meregangkan tendo akhiles (tanda homan positif).

F. Penatalaksanaan
1. Pelvio tromboflebitis
a. Lakukan pencegahan terhadap endometritis dan tromboflebitis dengan menggunakan
teknik aseptik yang baik
b. Rawat inap : penderita tirah baring untuk pemantauan gejala penyakit dan mencegah
terjadinya emboli pulmonum
c. Terapi medik: pemberian antibiotika, heparin terdapat tanda-tanda atau dugaan adanya
emboli pulmonum
d. Terapi operatif : pengikatan vena kava inferior dan vena ovarika jika emboli septik terus
berlangsung sampai mencapai paru-paru; meskipun sedang dilakukan hipernisasi, siapkan
untuk menjalani pembedahan.
2. Tromboflebitis femoralis
a. Terapi medik : Pemberian analgesik dan antibiotik.
b. Anjurkan ambulasi dini untuk meningkatkan sirkulasi pada ekstremitas bawah dan
menurunkan kemungkinan pembentukan pembekuan darah. Jauhkan tekanan dari daerah
untuk mengurangi rasa sakit dan mengurangi risiko kerusakan lebih lanjut.
c. Tinggikan daerah yang terkena untuk mengurangi pembengkakan. Pastikan Pasien
untuk tidak berada pada posisi litotomi dan menggantung kaki lebih dari 1 jam, dan pastikan
untuk memberikan alas pada penyokong kaki guna mencegah adanya tekanan yaang kuat
pada betis.
d. Sediakan stocking pendukung kepada Pasien pasca partum yang memiliki varises vena
untuk meningkatkan sirkulasi vena dan membantu mencegah kondisi stasis.
e. Instruksikan kepada Pasien untuk memakai stocking pendukung sebelum bangun pagi
dan melepaskannya 2x sehari untuk mengkaji keadaan kulit dibawahnya.
f. Anjurkan tirah baring dan mengangkat bagian kaki yang terkena.
g. Dapatkan nilai pembekuan darah perhari sebelum obat anti koagulan diberikan.
h. Berikan anti koagulan, analgesik, dan anti biotik sesuai dengan resep.

8
i. Berikan alat pamanas seperti lampu. Atau kompres hangat basah sesuai instruksi,
pastikan bahwa berat dari kompres panas tersebut tidak menekan kaki Pasien sehingga aliran
darah tidak terhambat.
j. Sediakan bed cradle untuk mencegah selimut menekan kaki yang terkena.
k. Ukur diameter kaki pada bagian paha dan betis dan kemudian bandingkan pengukuran
tersebut dalam beberapa hari kemudian untuk melihat adanya peningkatan atau penurunan
ukuran.
l. Dapatkan laporan mengenai lokea dan timbang berat pembalut perineal untuk mengkaji
pendarahan jika Pasien dalam terapi antikoagulan.
m. Adanya kemungkinan tanda pendarahan lain, misalnya: pendarahan pada gusi, bercak
ekimosis, pada kulit atau darah yang keluar dari jahitan episiotomi.
n. Yakinkan Pasien bahwa heparin yang diterimanya dapat dilanjutkan pada masa
menyusui karena obat ini tidak akan berada didalam air susu.
o. Siapkan pemberian protamin sulfat sebagai antagonis heparin.
p. Jelaskan pada Pasien mengenai pemberian heparin yang harus dilakukan melalui terapi
sub kutan Jelaskan kepada Pasien bahwa untuk kehamilan selanjutnya ia harus
memberitahukan tenaga kesehatan yang dia hadapi untuk memastikan bahwa pencegahan
trombofrebitis yang tepat telah dilakukan.
Pola Pengobatan Tromboflebitis
Flebitis superfisialis sering menghilang dengan sendirinya. Untuk mengurangi nyeri bisa
diberikan obat pereda nyeri (misalnya Aspirin, ibuprofen). Untuk mempercepat
penyembuhan, bisa disuntikkan anestesi (obat bius) lokal, dilakukan pengangkatan trombus
dan kemudian pemakaian perban kompresi selama beberapa hari.
Jika terjadi di daerah selangkangan, trombus bisa masuk ke dalam vena dalam dan terlepas.
Untuk mencegah hal ini, dianjurkan untuk melakukan pembedahan darurat guna mengikat
vena permukaan. Untuk rekomendasi lebih spesifik, lihat kondisi tertentu. Secara umum,
pengobatan dapat mencakup sebagai berikut: Obat analgesik (nyeri obat), antikoagulan atau
pengencer darah untuk mencegah pembentukan gumpalan baru, Trombolitik untuk
melarutkan bekuan yang sudah ada, non-steroid obat anti inflamasi (OAINS), seperti
ibuprofen untuk mengurangi rasa sakit dan peradangan, antibiotik (jika infeksi hadir).

G. Pemeriksaan Penunjang
1. Ultrasonograf Doppler
Tehnik dopler memungkinkan penilaian kualitatif terhadap kemampuan katub pada vena
profunda,vena penghubung dan vena yang mengalami pervorasi
2. Pemeriksaan hematokrit
Mengidentifikasi Hemokonsentrasi

9
3. Pemeriksaan Koagulasi
Menunjukkan hiperkoagulabilitas
4. Biakan darah
Pemeriksaan Baik aerob maupun anaerob dapat membantu. Organisme yang penting untuk di
antisipasi meliputi Streptokokus aerob dan anaerob. Staphilokokus aureus ,Eschercia coli dan
Bakteriodes
5. Pemindai ultrasuond dupleks
dengan tehnik ini obstruksi vena dan refleks katub dapat dideteksi dan dilokalisasi dan dapat
dilihat diagram vena-vena penghubung yang tidak kompeten
6. Venografi
Bahan kontras disuntikkan kedalam sistem vena untuk memberikan gambaran pada vena-
vena di ekstrimitas bawah dan pelvis.

H. Dianogsa Banding
1. Tromboflebitis pelvica
Diagnosa banding dari tromboflebitis pelvica antara lain adalah:
a) apendiktis akut
b) kista ovarium yang terpuntir
c) hematoma
d) ligamentum lantum
e) abses pelvis
f) Infeksi traktus urinarius
g) infeksi luka.
2. Tromboflebitis femoralis
Diagnosa banding dari tromboflebitis femoralis antara lain adalah:
a) Selulitis
b) vena varikosa
c) trauma dengan hematoma subfasial
d) limfangitis
e) artritis

10
I. Komplikasi
1. Tromboflebitis pelvica
Komplikasi potensial dari tromboflebitis pelvica antara lain adalah:
-emboli paru septik
-septikemia
-emfisema
2. Tromboflebitis femoralis
Komplikasi potensial dari tromboflebitis femoralis yang paling serius adalah emboli paru.

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Tromboflebitis adalah radang vena yang berhubungan dengan pembentukan trombus.
Tromboflebitis merupakan inflamasi permukaan pembuluh darah disertai pembentukan
pembekuan darah. Tromboflebitis cebderung terjadi pada periode pasca partum pada saat
kemampuan penggumpalan darah meningkat akibat peningkatan fibrinogen .
2. Klasifikasi
a. Tromboflebitis Femoralis
b. Tromboflebitis Pelvik
3. Manifestasi klinis :
Pelvio tromboflebitis
a. Nyeri yang terdapat pada perut bagian bawah dan atau perut bagian samping, timbul pada
hari ke-2-3 masa nifas dengan atau tanpa panas.
b. Penderita tampak sakit berat dengan gambaran karakteristik sebagai berikut:
1) Menggigil berulang kali, menggil inisial terjadi sangat berat (30-40 menit) dengan interval
hanya beberapa jam saja dan kadang-kadang 3 hari pada waktu menggigil penderita hampir
tidak panas.
2) Suhu badan naik turun secara tajam (36oC menjadi 40oC) yang diikuti penurunan suhu
dalam 1 jam (biasanya subfebris seperti pada endometritis).
3) Penyakit dapat langsung selama 1-3 bulan.
c. Abses pada pelvis
d. Gambaran darah
1) Terdapat leukositosis (meskipun setelah endotoksin menyebar ke sirkulasi, dapat segera
terjadi leukopenia).
2) Untuk membuat kultur darah, darah diambil pada saat tepat sebelum mulainya menggigil,
kultur darah sangat sukar dibuat karena bakterinya adalah anaerob.
3) Pada periksa dalam hampir tidak diketemukan apa-apa karena yang paling banyak terkena
adalah vena ovarika; yang sukar dicapai dalam pemeriksaan dalam.
4) Komplikasi yang dapat terjadi antara lain pada paru- paru (infark, abses, pneumonia),
pada ginjal sinistra yang diiikuti proteinurina, hematuria, pada persedian.
Tromboflebitis femoralis
a. Keadaan umum tetap baik, suhu badan subfebris selama 7-10 hari, kemudian suhu
mendadak naik kira-kira pada hari ke-10-20 yang disertai dengan menggigil dan nyeri sekali.

12
b. Pada salah satu kaki yang terkena, biasanya kaki kiri akan memberikan tanda-tanda
sebagai berikut:
1) Kaki sedikit dalam keadaan fleksi dan rotasi keluar serta sukar bergerak, lebih panas
dibandingkan dengan kaki lainnya.
2) Seluruh bagian dari salah satu vena pada kaki terasa tegang dan keras pada paha bagian
atas.
3) Nyeri hebat pada lipat paha dan daerah paha.
4) Reflektorik akan terjadi spasmus arteria sehingga kaki menjadi bengkak, tegang, putih,
nyeri, dan dingin dan pulsasi menurun.
5) Edema kadang-kadang terjadi sebelum atau sesudah nyeri dan pada umumnya terdapat
pada paha bagian atas, teatapi lebih sering dimulai dari jari-jari kaki dan pergelangan kaki
kemudian melus dari bawah ke atas.
6) Nyeri pada betis, yang terjadi spontan atau dengan memijat betis atau dengan
meregangkan tendo akhiles (tanda homan positif).
4. Pengobatan
Flebitis superfisialis sering menghilang dengan sendirinya. Untuk mengurangi nyeri bisa
diberikan obat pereda nyeri (misalnya Aspirin, ibuprofen). Untuk mempercepat
penyembuhan, bisa disuntikkan anestesi (obat bius) lokal, dilakukan pengangkatan trombus
dan kemudian pemakaian perban kompresi selama beberapa hari.
5. Komplikasi
a. Tromboflebitis pelvica
Komplikasi potensial dari tromboflebitis pelvica antara lain adalah:
1) emboli paru septik
2) septikemia
3) emfisema
b. Tromboflebitis femoralis
Komplikasi potensial dari tromboflebitis femoralis yang paling serius adalah emboli paru.

B. Saran
1. Kepada klien agar lebih mengetahui tentang tromboflebitis baik pengertian maupun
gejalanya, sehingga apabila dijumpai tanda gejala tromboflebitis tersebut maka klien segera
ke tempat pelayanan kesehatan.
2. Kepada tenaga kesehatan terutama bidan agar dapat memberi penanganan segara bila
menemui kasus tromboflebitis, sehingga tidak terjadi komplikasi yang berlanjut.

13
3. Kepada pembaca agar memahami apa itu tromboflebitis dan pencegahan yang dapat
dilakukan, sehingga pembaca dapat menerapkan prinsip preventif sebelum kuratif.

14
DAFTAR PUSTAKA

Cunningham, F. Gary. dkk. 2006. Obstetri Williams. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Djojosugito, Ahmad. 2010. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta: PT Bina Pustaka.
FKUI. 2007. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka.
Prawirrohardjo, Sarwono. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT Bina Pustaka.
www. Docstoc. com/ docs/ 85267770/ Tromboflebitis-Pasca-Partum. Diakses pada tanggal
16 April 2013, pukul 15.00 WIB.
Goodshoot. Word press. Com/2011/ 06/ 18/ Makalah-Trombosis/ Diakses pada tanggal 16
April 2013, pukul 15.10 WIB.

15

Anda mungkin juga menyukai