Anda di halaman 1dari 10

APLIKASI METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI

SCHLUMBERGER UNTUK MENGETAHUI LETAK AKUIFER


DI UPN “VETERAN” YOGYAKARTA
Zahra Afifa Arundati
115.170.028
Jurusan Teknik Geofisika, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta
Jalan SWK Condongcatur, Yogyakarta
Zahraafifa13@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian dilakukan di UPN “Veteran” Yogyakarta dengan menggunakan metode


geolistrik konfigurasi Schlumberger. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan target
akuifer sehingga diketahui potensi airtanah. Terdapat total 7 lintasan dari penelitian yang
telah dilakukan. Dengan menggunakan IPI2WIN, dapat diketahui nilai resistivitas dan
kedalaman lapisannya. Pada lintasan 4, pada lapisan pertama yaitu sandstone dengan nilai
resistivitas 2115 ohmmeter dan kedalaman sebesar 1 meter; lapisan kedua yaitu gravel
dengan nilai resistivitas sebesar 784 ohmmeter dan kedalaman 5,7 meter, serta lapisan
ketiga yaitu pasir dengan nilai resistivitas 4,82 ohmmeter dan kedalaman 33,1 meter.
Secara keseluruhan lintasan, diperkirakan akuifernya berupa pasir karena resistivitasnya
rendah.
Kata Kunci: Metode Geolistrik, Resistivitas, Schlumberger

ABSTRACT

The study was conducted at UPN "Veteran" Yogyakarta using the Schlumberger
configuration geoelectric method. This study aims to obtain aquifer targets to know
groundwater potential. There are a total of 7 tracks from the research that has been done.
By using IPI2WIN, the resistivity value and layer depth can be determined. At lane 4, the
first layer is sandstone with a resistivity value of 2115 ohmmeter and a depth of 1 meter;
the second layer is gravel with a resistivity value of 784 ohmmeters and a depth of 5.7
meters, and the third layer is sand with a resistivity value of 4.82 ohmmeters and a depth
of 33.1 meters. Overall, the aquifer is estimated to be sand because of its low resistivity.
Keywords: Geoelectric Method, Resistivity, Schlumberger

I. PENDAHULUAN
Metode Geolistrik merupakan arus listrik diinjeksikan ke bawah
salah satu metode geofisika yang permukaan melalui dua buah elektroda
memanfaatkan sifat kelistrikan lapisan arus dan beda potensialnya diukur
bumi untuk mengetahui apa yang ada di menggunakan elektroda potensial
bawah permukaan. Sifat kelistrikan yang (Musbikhin, 2013).
ditinjau berupa nilai resistivitas yang Metode resistivitas ini memiliki
memunjukkan seberapa besar suatu berbagai macam konfigurasi, di
medium dapat menghambat arus listrik. antaranya, konfigurasi Wenner,
Berdasarkan sumber arus listrik yang Schlumberger, Wenner – Schlumberger,
digunakan, metode ini dibagi lagi dipol – dipol. Konfigurasi yang
menjadi 3, yaitu potensial diri, polarisasi digunakan kali ini yaitu Schlumberger.
terimbas, dan resistivitas (Telford, Susunan elektroda pada konfigurasi
1990). Pada penelitian kali ini akan Schlumberger yaitu jarak antara dua
digunakan metode resistivitas. Prinsip elektroda arus dibuat lebih besar
kerja dari metode resistivitas ini yaitu daripada jarak antara elektroda

1
potensial. Elektroda potensial diletakan dari metode ini dengan menginjeksikan
antara dua elektroda arus dan mendekati arus ke bawah permukaan melalui dua
titik sounding. Penetrasi arus ke dalam elektroda arus yang kemudian beda
bumi ditentukan oleh jarak elektroda potensialnya akan diukur oleh dua
arus. Penetrasi kedalam ditentukan oleh elektroda potensial. Konfigurasi yang
jarak-jarak elektroda arus positif dengan biasa digunakan untuk metode
elektroda potensial negative (Sari dkk, resistivitas yaitu Wenner, Schlumberger,
2018). Konfigurasi Schlumberger ini Wenner – Schlumberger, dan Dipol –
dapat menghasilkan penampang bawah dipol.
permukaan secara vertikal atau Vertical Konfigurasi yang digunakan
Electrical Sounding. dalam penelitian ini yaitu Konfigurasi
Maksud diadakannya penelitian Schlumberger. Konfigurasi ini tersusun
kali ini yaitu untuk memahami cara atas dua elektroda arus dan dua
pengambilan data geolistrik dengan elektroda potensial. Elektrode arus
konfigurasi schlumberger serta diletakkan di bagian luar dan elektoda
memahami pengolahan datanya. potensial diletakkan di bagian dalam,
Tujuan dari penelitian ini yaitu dan dengan jarak antar elektroda sebesar
untuk mendaptkan akuifer bawah a. Pada konfigurasi ini nilai elektroda
permukaan pada UPN “Veteran” potensial MN < nilai elektroda arus AB.
Yogyakarta sehingga diketahui adanya Pengukuran dilakukan dengan
potensi air tanah. memindahkan elektroda arus ke arah
II. DASAR TEORI luar. Metode ini tidak membutuhkan
Geolistrik adalah suatu metode bentangan yang luas dan digunakan
geofisika yang mempelajari sifat aliran untuk pengambilan data sounding. Jarak
listrik dalam bumi dan bagaimana antara elektroda AM dan NB sama (AM
mendeteksinya dipermukaan bumi. = NB), sedangkan untuk jarak MN tetap.
Dalam hal ini meliputi pengukuran (Lutfinur, 2015)
potensial, arus, dan medan
elektromagnetik yang terjadi, baik
secara alamiah maupun akibat injeksi
arus kedalam bumi. Oleh karena itu
metode geolistrik mempunyai banyak
macam, termasuk didalamnya potensial
diri, induksi polarisasi, dan resistivitas
(tahanan jenis).
Metode Geolistrik dibagi
menjadi metode aktif dan pasif. Pada
geolistrik pasif tidak diperlukan injeksi
arus karena energi yang dibutuhkan dari
alam. Geolistrik jenis ini disebut Self
Potensial (SP). Geolistrik yang bersifat Gambar 2.1. Konfigurasi Schlumberger
aktif membutuhkan penginjeksian arus
ke dalam bumi terlebih dahulu
(Handoko, 2018). Geolistrik yang III. METODOLOGI PENELITIAN
bersifat aktif terdiri atas metode
3.1. Waktu dan Tempat
resistivitas dan polarisasi terimbas atau
induced polarization. Pengambilan data geolistrik
Metode resistivitas merupakan dilakukan pada Minggu, 1 September
metode geolistrik yang digunakan untuk 2019 dari pukul 14.30 – 16.00 WIB
mempelajari keadaan bawah permukaan dengan kondisi cuaca yang cerah.
dengan cara mempelajari sifat aliran Penelitian bertempat di belakang
listrik di dalam batuan di bawah
permukaan bumi (Sari, 2018). Prinsip

2
gedung Teknik Lingkungan UPN
“Veteran” Yogyakarta. 3.5. Pembahasan Diagram Alir
Dalam melakukan pengolahan
3.2. Desain Survei data, dilakukan langkah – langkah
sebagai berikut :
Berikut ini merupakan langkah –
langkah yang dilakukan pada proses
pengambilan data :
1. Memulai dengan menyiapkan
alat untuk akuisisi.
2. Membentangkan meteran untuk
menghitung total lintasan serta
mengetahui perpindahan
elektroda.
3. Menancapkan elektroda arus
Gambar 3.1. Desain Survei dan potensial sesuai dengan
konfugurasinya.
3.3. Peralatan
4. Kemudian menyalakan alat dan
mengalirkan arus dan alat akan
mengukur beda potensialnya.
5. Mencatat arus dan beda
potensial pada tabulasi data.
6. Memindahkan elektroda arus
pada posisi selanjutnya,
sedangkan elektroda potensial
dalam posisi tetap. Sebisa
mungkin agar elektroda
potensial memiliki jarak sekecil-
kecilnya. Jarak elektroda
potensial paling besar yaitu 1/5
dari panjang elektroda arus.
Gambar 3.2. Peralatan Akuisisi 7. Melakukan pengukuran lagi
kemudian mencatat hasilnya.
3.4. Diagram Alir Pengambilan Data Proses ini dilakukan berulang
hingga diperoleh beberapa data.

Gambar 3.3. Diagram Alir Pengambilan


Data

3
3.6. Diagram Alir Pengolahan Data 2. Mengolah data dengan excel
dengan memasukkan nilai V, I,
AB/2, dan MN/2.
3. Memperoleh nilai Hambatan
(R), Resistivitas semu, Faktor
geometri.
4. Membuka software IPI2WIN
kemudian memasukkan nilai
yang telah diperoleh di excel.
5. Kemudian akan dihasilkan
grafik resistivitas yang akan
diubah sesuai dengan jumlah
lapisan yang ingin dibuat dan
memperhatikan nilai error yang
didapat. Jika nilai error di atas
20% maka grafik masih harus
disesuaikan lagi agar error yang
didapat lebih kecil. Jika nilai
error sudah di bawah 20%,
proses dapat dilanjutkan.
Setelah itu akan dihasilkan nilai
resistivitas, ketebalan, dan
Gambar 3.4. Diagram Alir kedalaman lapisan.
Pengolahan Data 6. Membuka software Strater
untuk membuat profil bawah
3.7. Pembahasan Diagram Alir permukaan dengan
mengkorelasikannya dengan
Pengolahan Data tabel resistivitas. Kemudian
Berikut ini merupakan langkah – menyimpan penampang yang
langkah melakukan pengolahan data: telah dihasilkan.
1. Memulai pengolahan dengan 7. Menginterpretasi grafik dan
memasukkan data tabulasi penampang yang telah
lapangan. dihasilkan. Dan menyimpulkan
hasil yang diperoleh.
8. Selesai

vulkanik Merapi muda ini dibedakan


IV. TINJAUAN PUSTAKA menjadi 2 unit formasi geologi yaitu
formasi Sleman (lebih di dominasi oleh
Kondisi geologi di Kabupaten
endapan piroklastik halus dan tufa) di
Sleman didominasi dari keberadaan
bagian bawah dan formasi Yogyakarta
gunung Merapi. Formasi geologi
(lebih di dominasi oleh pasir vulkanik
dibedakan menjadi endapan vulkanik,
berbutir kasar hingga pasir berkerikil) di
bagian atas. Formasi Yogyakarta dan
sedimen, dan batuan terobosan,
formasi Sleman ini berfungsi sebagai
dengan endapan vulkanik mewakili
lapisan pembawa air utama yang sangat
lebih dari 90% luas wilayah. Material
potensial dan membentuk satu sistem
vulkanik gunung Merapi yang berfungsi
akifer yang di sebut Sistem Akifer
sebagai lapisan pembawa air tanah
Merapi (SAM). Sistem akifer tersebut
(akifer) yang sudah terurai menjadi
menerus dari utara ke selatan dan secara
material pasir vulkanik, yang sebagian
administratif masuk dalam wilayah
besar merupakan bagian dari endapan
Kabupaten Sleman, Kota Yogyakarta,
vulkanik Merapi muda. Material
dan Kabupaten Bantul. Air tanah Merapi

4
yang mengalir di bawah permukaan jalur mata air SlemanCangkringan, jalur
secara rembesan bergerak menuju mata air Ngaglik dan jalur mata air
daerah yang lebih rendah terpotong oleh Yogyakarta. Mata air ini telah banyak
topografi, rekahan atau patahan maka dimanfaatkan untuk sumber air bersih
akan muncul mata air. Di Kabupaten maupun irigasi.
Sleman terdapat 4 jalur mata air (Slemankab.go.id)
(springbelt) yaitu: jalur mata air Bebeng,

V. HASIL DAN PEMBAHASAN


Setelah melakukan pengolahan data di excel, Data yang dihasilkan dimasukkan
ke software IPI2WIN untuk dihasilkan grafik seperti gambar di bawah.

Gambar 5.1. Grafik dan tabel hasil matching

Gambar di atas merupakan cukup bagus karena nilai errornya tidak


grafik yang dihasilkan dengan terlalu besar.
menggunakan software IPI2WIN. Tabel di atas merupakan tabel
Terdapat tiga buah grafik yang ada pada yang dihasilkan ketika mengubah posisi
gambar di atas yang berwarna biru, grafik biru dan hitam. Terdapat nilai ρ
merah, dan hitam. atau resistivitas kemudian nilai h atau
Grafik berwarna hitam ketebalan per lapisan, dan nilai d atau
merupakan data yang diambil di kedalaman lapisan. Lapisan yang
lapangan, grafik merah merupakan data berbeda memiliki nilai resistivitas yang
yang akan dicocokkan dengan grafik berbeda pula. Kedalaman diukur dari
hitam, dan grafik biru merupakan grafik atas permukaan sampai paling bawah
yang akan digeser atau diubah agar dari lapisan yang dapat terukur.
grafik merah dan hitam agar tidak Sedangkan ketebalan merupakan
memiliki nilai error yang besar. ketebalan per lapisan yang ada. Setelah
Semakin besar nilai error yang mendapatkan nilai-nilai di atas,
diperoleh, maka keakuratannya akan selanjutnya membuat profil bawah
makin kecil. Nilai error pada gambar di permukaan dengan Strater. Untuk
atas sebesar 13,9% yang mana sudah mengetahui litologi lapisannya,

5
digunakan tabel resistivitas batuan resistivitas yang berisi nilai rho,
menurut Telford (1990) Tabel yang kedalaman, dan ketebalan.
berada di samping kurva yaitu tabel

Tabel 5.1. Resistivitas Batuan (Telford, 1990) dan Milsom (2003)

Gambar 5.2. Profil Bawah Permukaan

Gambar di atas merupakan profil bawah teratas merupakan batupasir, kerikil, dan
permukaan yang dihasilkan dari paling bawah merupakan pasir. Lapisan
software Strater. Kedalaman yang paling atas, yaitu batupasir memilki
diperoleh sebesar 33,1 meter dengan kedalaman sebesar 1 meter, selanjutnya
didapatkannya 3 litologi, yaitu lapisan lapisan kerikil memiliki kedalaman

6
sebesar 5,7 meter dengan ketebalan resistivitas sebesar 4,82 ohm
lapisan senilai 3,7 meter dan lapisan dikategorikan sebagai pasir. Nilai-nilai
yang paling bawah, pasir, memiliki resistivitas ini dipengaruhi oleh
kedalaman sebesar 33,1 meter dengan
porositas dan permeabilitas medium,
ketebalan lapisan senilai 22,7 meter.
Berdasarkan tabel resistivitas adanya air, serta kekerasan/kekompakan
batuan menurut Telford (1990), Nilai medium. Misalnya pada pasir di lapisan
2115 ohmmeter pada lapisan paling atas ketiga yang memiliki prositas dan
dapat dikategorikan sebagai sandstone. permeabilitas yang baik sehingga dapat
Kemudian lapisan kedua yang memiliki menyimpan dan mengalirkan air. Oleh
nilai resistivitas sebesar 784 ohmmeter karena itu nilai resistivitasnya tinggi
dikategorikan sebagai gravel atau kerikil karena terdapat kemungkinan adanya
serta lapisan ketiga yang memiliki nilai kandungan air. Lapisan inilah yang
dapat berpotensi menjadi akuifer.

Gambar 5.3. Korelasi Lintasan 1,2,3, dan 6

Lintasan 1 memiliki 3 litologi, 4,23 meter. Lintasan 3 memiliki


yaitu paling atas sandstone dengan ketebalan lapisan pertama senilai 0,286
ketebalan 1,34 meter, lapisan kedua meter, lapisan kedua sebesar 0,198
yaitu sand memiliki ketebalan sebesar meter, dan ketebalan lapisan ketiga
3,59 meter, dan lapisan ketiga yaitu sebesar 0,034 meter. Lintasan 6
gravel atau kerikil memiliki ketebalan memiliki ketebalan lapisan pertama
sebesar 6,67 meter. Lintasan 2 memiliki senilai 1,85 meter, lapisan kedua sebesar
ketebalan lapisan pertama senilai 2,36 0,37 meter, dan ketebalan lapisan ketiga
meter, lapisan kedua sebesar 2,43 meter, sebesar 3,16 meter.
dan ketebalan lapisan ketiga sebesar

7
Dari gambar di atas terlihat lapisan kedua dari masing-masing
adanya korelasi lapisan pada keempat lintasan merupakan sand atau material
lintasan di atas, walaupun memiliki tebal pasir yang memiliki nilai resistivitas
lapisan yang berbeda. Tebal lapisan yang cukup rendah, yaitu sekitar 97,1 –
dapat dipengaruhi oleh adanya erosi 173 ohmmeter. Menurut tabel
yang membuat lapisan terkikis sehingga resistivitas batuan Milsom (2003), nilai
memiliki tebal yang berbeda-beda. ini masih termasuk ke dalam material
Syarat terjadinya erosi yaitu lapisan pasir yang mengndung air atau disebut
harus terangkat ke permukaan. akuifer. Batuan atu lapisan yang menjadi
Kemudian setelah tererosi akan akuifer ini merupakan batuan yang dapat
diendapkan kembali lapisan di atasnya. menyimpan dan meloloskan air. Maka
Korelasi menunjukkan dari itu nilai resistivitasnta rendah,
kesamaan waktu pengendapan dan karena air bersifat konduktif.
menunjukkan persebaran lapisannya Akuifernya memiliki kedalaman kurang
secara lateral. Pada gambar di atas pada lebih 5 meter di bawah permukaan.

Gambar 5.4. Korelasi Lintasan 4 dan 7

Lintasan 4 memiliki 3 litologi, Pada gambar di atas pada


yaitu paling atas sandstone dengan lapisan ketiga atau paling bawah dari
ketebalan 1 meter, lapisan kedua yaitu masing-masing lintasan merupakan sand
sand memiliki ketebalan sebesar 3,7 atau material pasir yang memiliki nilai
meter, dan lapisan ketiga yaitu gravel resistivitas yang cukup rendah, yaitu
atau kerikil memiliki ketebalan sebesar sekitar 4,82 – 43,9 ohmmeter. Menurut
22,7 meter. Lintasan 7 memiliki tabel resistivitas batuan Telford (1990),
ketebalan lapisan pertama senilai 1,45 nilai ini masih termasuk ke dalam
meter, lapisan kedua sebesar 1,74 meter, material pasir yang mengandung air atau
dan ketebalan lapisan ketiga sebesar disebut akuifer. Batuan atu lapisan yang
6,14 meter. menjadi akuifer ini merupakan batuan

8
yang dapat menyimpan dan meloloskan Akuifernya dapat ditemukan pada
air. Maka dari itu nilai resistivitasnta kedalaman kurang lebih 14 dan 33 meter
rendah, karena air bersifat konduktif. di bawah permukaan.

Gambar 5.5. Profil Bawah Permukaan Lintasan 5

Lintasan 5 memiliki 3 litologi, material penyusun daerah Sleman yaitu


yaitu paling atas sandstone dengan material vulkanik gunung Merapi yang
ketebalan 0,923 meter, lapisan kedua berfungsi sebagai lapisan pembawa air
yaitu sand memiliki ketebalan sebesar tanah (akuifer) yang sudah terurai
6,177 meter, dan lapisan ketiga yaitu menjadi material pasir vulkanik.
gravel atau kerikil memiliki ketebalan Kemungkinan karena material penyusun
sebesar 10,8 meter. Pada gambar di atas bawah permukaannya memiliki
tidak ditemukan adanya akuifer karena porositas dan permeabilitas yang kurang
resistivitas yang ada cukup tinggi. baik sehingga kurang bisa menyimpan
Padahal, menurut geologi lokal sleman, dan meloloskan fluida.

VI. PENUTUP
6.1. KESIMPULAN

Kesimpulan yang diperoleh dalam ohmmeter, dan lapisan ketiga


penelitian kali ini adalah: senilai 4.82 ohmmeter
 Hasil curve matching lintasan 4  Litologi yang didapatkan pada
yaitu lapisan pertama diperoleh lintasan 4 yaitu lapisan pertama
nilai rho 2115 ohmmeter, berupa batupasir, lapisan kedua
lapisan kedua senilai 784

9
berupa kerikil, dan lapisan lapisan kedua berupa kerikil,
ketiga berupa pasir. dan lapisan ketiga berupa pasir.
 Terdapat akuifer yang Namun, masing-masing
menyimpan air tanah pada kedalaman dan ketebalan
lintasan 4 pada kedalaman lapisannya berbeda. Potensi air
sekitar 33 meter. tanah kira-kira pada kedalaman
 Terdapat korelasi pada lintasan 14 dan 33 meter.
1,2,3, dan 6 dengan litologi  Lintasan 5 tidak memiliki
lapisan pertama berupa potensi air tanah karena nilai
batupasir, lapisan kedua berupa resistivitas cukup tinggi.
pasir, dan lapisan ketiga berupa
kerikil. Namun, masing-masing 6.2. SARAN
kedalaman dan ketebalan Dalam penelitian selanjutnya,
lapisannya berbeda. Potensi air agar mengatur lintasannya lebih teratur
tanah kira-kira pada kedalaman sehingga hasil yang diperoleh lebih
5 meter. maksimal dan diketahui korelasi lebih
 Terdapat korelasi pada lintasan jelasnya.
4 dan 7 dengan litologi lapisan
pertama berupa batupasir,

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2018. Modul Praktikum Geolistrik. Yogyakarta: UPN “V” YK
Anonim. Unknown. Gambaran Umum Kondisi Daerah. Diakses:
http://www.slemankab.go.id/wpcontent/file/rpjmd2011/BAB_II_GambaranUmum
KondisiDaerah_a.pdf. Diakses pada 6 September 2019 Pukul 17.45.
Handoko. 2018. Identifikasi Keberadaan Batuan Candi Kedulan Menggunakan Metode
Resistivitas Di Kompleks Candi Kedulan Kalasan Sleman Yogyakarta.
Yogyakarta: UNY
Lutfinur. 2015. Identifikasi Sesar Bawah Permukaan Menggunakan Metode Geolistrik
Konfigurasi Schlumberger (Studi Kasus Sungai Opak Yogyakarta). Semarang:
Unnes.
Milsom, J., 2003, Field Geophysics Third Edition, University College London, England.
Musbikhin. 2013. Aplikasi Metode Geolistrik Resistivitas Schlumberger Dalam
Memperkirakan Keberadaan Batuan Penyusun Candi Kadisoka. Yogyakarta:
UIN Sunan Kalijaga
Sejati, S.P. 2017. Karakteristik Sumber Daya Airtanah Dangkal Di Kecamatan
Cangkringan Kabupaten Sleman Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Bali:
Universitas Pendidikan Ganesha
Surono., Toha,B.,Sudarno,I., Wiryosujono,S.,.1992. Stratigrafi Pegunungan
Selatan, Jawa Tengah P3G-Ditjen GSMDept.Pertamben, Bandung.
Telford, W.M., Geldart, L.P., dan Sheriff, R.P., 1990, Applied Geophysics 2nd ed,
Cambridge University Pres, Cambridge.

10

Anda mungkin juga menyukai