Anda di halaman 1dari 11

Makalah tentang penerapan rekayasa genetika dalam aspek

pertanian
D
I
S
U
S
U
N
O
L
E
H
CORNELIUS ADRIAN.P.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Genetika disebut juga dengan ilmu keturunan, berasal dari kata genos (bahasa
latin) yang artinya bersuku – suku bangsa atau asal usul. Secara “etimologi”
artinya asal mula kejadian. Namun, genetika bukan merupakan ilmu tentang asal
mula kejadian meskipun pada batas – batas tertentu memang ada kaitannya dengan
hal itu. Genetika adalah ilmu yang mempelajari tentang seluk beluk alih informasi
hayati dari generasi ke generasi. Oleh karena cara berlangsungnya alih informasi
hayati tersebut mendasari adanya perbedaan dan persamaan sifat diantara individu
organism, maka dengan singkat dapat pula dikatakan bahwa genetika adalah ilmu
yang mempelajari tentang pewarisan sifat. Dalam ilmu ini dipelajari tentang
bagaimana sifat keturunan itu diwariskan pada anak cucunya, serta kemungkinan
variasi yang timbul didalamnya. Teknologi rekayasa genetika merupakan
transplantasi atau pencangkokan satu gen ke gen lainnya dimana dapat bersifat
antar gen dan dapat pula lintas gen. Rakayasa genetika juga diartikan sebagai
perpindahan gen. Misalnya gen pankreas babi ditransplantasikan ke bakteri
Escheria coli sehingga dapat menghasilkan insulin dalam jumlah yang
besar.Perkembangan genetika ini dimulai sejak perkembangan bioteknologi
berkembang, hal ini dengan di temukannya teknologi DNA rekombinan. Oleh
sebab itu, perkembangan genetika semakin maju. Dengan adanya perkembangan
DNA rekombinan ini maka optimasi biotransformasi dalam suatu proses
bioteknologi dapat diperoleh dengan lebih terarah dan langsung. Teknologi DNA
rekombinan atau rekayasa genetik memungkinkan kita mengkonstruksi, bukan
hanya mengisolasi, suatu galur yang sangat produktif. Sel prokariot atau eukariot
dapat digunakan sebagai "pabrik biologis" untuk memproduksi insulin, interferon,
hormon pertumbuhan, bahan anti virus, dan berbagai macam protein Lainnya.
Teknologi DNA rekombinan juga memungkinkan produksi senyawa-senyawa
tertentu yang jumlahnya secara alami sangat sedikit, sehingga tidak ekonomis bila
diekstrak langsung dari sumber alaminya.
1.2. TUJUAN
Genetika perlu dipelajari, agar kita dapat mengetahui sifat – sifat keturunan kita
sendiri serta setiap makhluk hidup yang ada disekitar lingkungan kita. Kita sebagai
manusia tidak hidup autonom dan terisolir dari makhluk hidup disekitar kita tetapi
kita menjalin ekosistem dengan mereka. Oleh karena itu, selain kita harus tau sifat
– sifat yang menurun dari tubuh kita sendiri, kita juga harus tau pada tumbuhan
dan hewan. Lagi pula prinsip – prinsip genetika itu sama saja bagi semua
makhluk.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. SEJARAH REKAYASA GENETIKA
Rasa ingin tahu manusia dan keinginan untuk selalu mendapatkan yang
terbaik dalam memecahkan semua masalah kehidupan membawa manusia untuk
berfantasi dan mengembangkan imajinasinya. Hal inilah yang dialami oleh para
ilmuwan di bidang biologi ketika mereka dihadapkan pada masalah kesehatan dan
biologi. Mereka berimajinasi dan berandai-andai adanya suatu makhluk hidup yang
merupakan perpaduan dari sifat-sifat positif makhluk hidup yang sudah ada.
Pada awalnya, proses rekayasa genetika ditemukan oleh Crick dan Watson pada
tahun 1953. Rekayasa genetika merupakan suatu rangkaian metode yang canggih
dalam perincian akan tetapi sederhana dalam hal prinsip yang memungkinkan
untuk dilakukan pengambilan gen atau sekelompok gen dari sebuah sel dan
mencangkokkan gen atau sekelompok gen tersebut pada sel lain dimana gen atau
sekelompok gen tersebut mengikat diri mereka dengan gen atau sekelompok gen
yang sudah ada dan bersama-sama menaggung reaksi biokimia penerima. Secara
sederhana, proses rekayasa genetika tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.
Setiap makhluk hidup terdiri atas jutaan sel individu yang masing-masing sel
tersebut mengandung satu set gen yang identik. Gen-gen tersebut berfungsi
memberikan perintah-perintah biologi yang hanya mengeluarkan satu dari ribuan
perintah yang diperlukan untuk membangun dan menjaga kelangsungan suatu
makhluk hidup serta menentukan penampakan yang dimunculkan dalam bentuk
fisik suatu makhluk hidup.
Setiap gen mengandung ribuan rantai basa yang tersusun menjadi sebuah
rangkaian dimana gen tersebut berada dalam kromosom sebuah sel. DNA mudah
diekstraksi dari sel-sel, dan kemajuan biologi molekuler sekarang memungkinkan
ilmuwan untuk mengambil DNA suatu spesies dan kemudian menyusun konstruksi
molekuler yang dapat disimpan di dalam laboratorium. DNA rekombinan ini dapat
dipindahkan ke makhluk hidup lain bahkan yang berbeda jenisnya. Hasil dari
perpaduan tersebut menghasilkan makhluk hidup rekombinan yang memiliki
kemampuan baru dalam melangsungkan proses hidup dan bersaing dengan
makhluk hidup lainnya. Dengan kata lain makhluk hidup rekombinan memiliki
sifat unggul bila dibandingkan dengan makhluk asalnya. Perkembangan rekayasa
genetika sebagai bagian dari perkembangan bioteknologi. Bioteknologi ini semakin
mencapai puncaknya ketika diciptakannya ‘rekayasa genetika’ sekitar tahun 70-an,
dengan ditemukannya cara pencangkokan sepotong ‘informasi’ genetika asing ke
dalam mikroba. Penemuan ini memberikan sentuhan baru terhadap pandangan
Haldane yaitu; apabila tidak dapat menemukan mikroorganisme yang dapat
membuat apa yang Anda inginkan maka ciptakanlah makhluk tersebut dengan
cara perekayasaan genetika.
Teknologi rekayasa genetika merupakan transplantasi atau pencangkokan satu
gen ke gen lainnya dimana dapat bersifat antar gen dan dapat pula lintas gen.
Rakayasa genetika juga diartikan sebagai perpindahan gen. Misalnya gen pankreas
babi ditransplantasikan ke bakteri Escheria coli sehingga dapat menghasilkan
insulin dalam jumlah yang besar.
2.2. REKAYASA GENETIKA
Secara tradisional, pemuliaan tanaman, dan rekayasa genetika sebenarnya telah
dilakukan oleh para petani melalui proses penyilangan dan perbaikan tanaman.
Misalnya melalui tahap penyilangan dan seleksi tanaman dengan tujuan tanaman
tersebut menjadi lebih besar, kuat, dan lebih tahan terhadap penyakit. Selama
puluhan bahkan ratusan tahun yang lalu, para petani dan para pemulia tanaman
telah berhasil memuliakan tanaman padi, jagung, dan tebu, sehingga tanaman-
tanaman tersebut mempunyai daya hasil tinggi dan memiliki kualitas panen yang
lebih baik.
Rekayasa genetika merupakan salah satu teknik yang dilakukan untuk
mengkombinasikan gen yang sudah ada dalam suatu makhluk hidup sehingga
susunan gennya menjadi berubah. Gen yang telah direkayasa susunannya tersebut
dapat menyebabkan suatu makhluk hidup menghasilkan suatu senyawa/produk
tertentu yang diinginkan kita.
Melalui rekayasa genetika manusia “menciptakan” tanaman, hewan dan
mikroorganisme baru. Para ilmuwan telah berhasil mengungkapkan kode genetis
yang menentukan sifat-sifat khusus semua makhluk hidup dan kini telah mampu
mengkombinasikan gen-gen yang kalau secara alami, tidak akan pernah
berkombinasi. Perubahan genetis bukan sesuatu yang baru, karena secara alami
dapat terjadi melalui peristiwa yang disebut mutasi. Teknik yang paling dikenal
untuk mengubah makhluk hidup secara genetic adalah DNA rekombinan (rDNA).
DNA adalah singkatan dari Deoksiribonukleat Acid, suatu molekul yang
mengkoda intruksi biologis.
Pada tahun 1978 beberapa ahli seperti Werner Arber, Hamilton Smith, dan
Daniel mendapatkan hadiah nobel untuk penemuannya tentang Endonuklease
restriksi, yaitu enzim yang dapat memotong DNA. Paul Berg untuk hybrid SU-40-I
(Simin Virus-40 bakteriofage I) dalam teknik DNA rekombinan.
Dengan enzim tersebut, kini manusia dapat memotong-motong dan
mengeluarkan gen dari tempatnya pada kromosom, dan memindahkannya ke sel
individu lain atau jenis makhluk lain, dan dapat bekerja normal dalam tubuh
penerima atau yang mengalami rekayasa itu.
Perlengkapan yang diperlukan untuk rekayasa genetika adalah : (1) enzim
pemotong gen yaitu Endonuklease retriksi, (2) enzim penyambung gen yang
dikehendaki yaitu Ligase, (3) vektor yang membawa gen yang akan
disisipi/dititipkan dapat berupa plasmid bakteri (gen diluar kromosom bakteri) atau
virus, dan (4) inang. Adapun tahap-tahap rekayasa genetika adalah sebagai berikut
:1) mendapatkan gen yang diinginkan (gen yang diinginkan dari suatu indifidu
dipotong dengan enzim endonuklease restriksi), (2) gen dengan enzim ligase, (3)
vektor yang sudah membawa gen titipan dimasukkan ke dalam inang, (4)
vektor dalam sel inang ditumbuhkan, (5) isolasi produk dari inang, (6)
penyempurnaan produk.
Prinsip dasar rekayasa genetika adalah penyisipan informasi genetika ke dalam
organisme, replikasi gen, pembelahan (duplikasi) sel dan DNA, mutagenesis
(mutasi gen baik yang spontan maupun dengan induksi), DNA rekombinan dan
pengklonan gen. Prinsip dasar teknologi rekayasa genetika adalah memanipulasi
atau melakukan perubahan susunan asam nukleat dari DNA (gen) atau
menyelipkan gen baru ke dalam struktur DNA organisme penerima. Gen yang
diselipkan dan organisme penerima dapat berasal dari organisme apa saja.
Misalnya, gen dari bakteri bisa diselipkan di khromosom tanaman,
sebaliknya gen tanaman dapat diselipkan pada khromosom bakteri. Gen serangga
dapat diselipkan pada tanaman atau gen dari babi dapat diselipkan pada bakteri,
atau bahkan gen dari manusia dapat diselipkan pada khromosom bakteri. Produksi
insulin untuk pengobatan diabetes, misalnya, diproduksi di dalam sel bakteri
Eschericia coli (E. coli) di mana gen penghasil insulin diisolasi dari sel pankreas
manusia yang kemudian diklon dan dimasukkan ke dalam sel E. coli. Dengan
demikian produksi insulin dapat dilakukan dengan cepat, massal, dan murah.
Teknologi rekayasa genetika juga memungkinkan manusia membuat vaksin pada
tumbuhan, menghasilkan tanaman transgenik dengan sifat-sifat baru yang khas.
Rekayasa genetika pada tanaman mempunyai target dan tujuan antara lain
peningkatan produksi, peningkatan mutu produk supaya tahan lama dalam
penyimpanan pascapanen, peningkatan kandunagn gizi, tahan terhadap serangan
hama dan penyakit tertentu (serangga, bakteri, jamur, atau virus), tahan terhadap
herbisida, sterilitas dan fertilitas serangga jantan (untuk produksi benih hibrida),
toleransi terhadap pendinginan, penundaan kematangan buah, kualitas aroma dan
nutrisi, perubahan pigmentasi.
Rekayasa Genetika pada mikroba bertujuan untuk meningkatkan efektivitas
kerja mikroba tersebut (misalnya mikroba untuk fermentasi, pengikat nitrogen
udara, meningkatkan kesuburan tanah, mempercepat proses kompos dan pembuatan
makanan ternak, mikroba prebiotik untuk makanan olahan), dan untuk menghasilkan
bahan obat-obatan dan kosmetika.
2.3. MANFAAT REKAYASA GENETIKA
Obyek rekayasa genetika mencakup hampir semua golongan organisme, mulai dari
bakteri, fungi, hewan tingkat rendah, hewan tingkat tinggi, hingga tumbuh-
tumbuhan. Bidang kedokteran dan farmasi paling banyak berinvestasi di bidang
yang relatif baru ini. Sementara itu bidang lain, seperti ilmu pangan, kedokteran
hewan, pertanian (termasuk peternakan dan perikanan), serta teknik lingkungan
juga telah melibatkan ilmu ini untuk mengembangkan bidang masing-masing.
Rekayasa genetika ini memiliki manfaat bagi kehidupan yaitu:
a. Meningkatnya derajat kesehatan manusia, dengan diproduksinya berbagai
hormone manusia seperti insulin dan hormone pertumbuhan.
b. Tresedianya bahan makanan yang lebih melimpah.
c. Tersedianya sumber energy yang terbaharui.
d. Proses industry yang lebih murah.
e. Berkurangnya polusi.

2.4. REKAYASA GENETIKA DI BIDANG PERTANIAN


Pada tumbuhan/tanaman Teknologi produksi tanaman transgenic.
Ahli rekayasa genetik tanaman melakukan transformasi gen dengan tujuan untuk
memindahkan gen yang mengatur sifat-sifat yang diinginkan dari satu organisme ke
organisme lainnya. Beberapa sifat yang banyak dikembangkan untuk pembuatan
tanaman transgenik misalnya (1) gen resistensi terhadap hama, penyakit dan
herbisisda, (2) gen kandungan protein tinggi, (3) gen resistensi terhadap stres
lingkungan seperti kadar alumium tinggi ataupun kekeringan dan (4) gen yang
mengekspresikan suatu ciri fenotipe yang sangat menarik seperti warna dan bentuk
bunga, bentuk daun dan pohon yang eksotik.
Dalam hubungannya dengan pembuatan tanaman transgenik terdapat tiga
komponen penting yaitu:
1. Isolasi gen target.
Gen target yang kita inginkan misalnya gen Bt (gen tahan terhadap penggerek
yang diisolasi dari bakteri Bacillus thurigenensis) diekstrak kemudian dipotong
dengan enzim restriksi. Gen yang sudah terpotong-potong kemudian diseleksi
bagian gen mana yang menyandikan gen Bt dan diisolasi. Potongan gen Bt
kemudian disisipkan ke dalam DNA sirkular (plasmid) sebagai vektor
menghasilkan molekul DNA rekombinan gen Bt. Vektor yang sudah mengandung
molekul DNA rekombinan gen Bt dimasukkan kembali ke dalam sel inang yaitu
bakteri untuk diperbanyak. Sel inang akan membelah membentuk progeni baru
yang sudah merupakan sel DNA rekombinan gen.
2. Proses transfer gen ke tanaman target.
Agar sel DNA rekombinan get Bt dapat terintegrasi pada inti sel tanaman maka
diperlukan vektor yang lain lagi untuk memindahkan gen Bt ke dalam inti sel
tanaman. Vektor tersebut adalah bakteri Agrobacterium tumefaciens. Bakteri ini
menyebabkan penyakit tumor pada tanaman. Penyakit ini akan terjadi bila terdapat
luka pada batang tanaman sehingga memungkinkan bakteri menyerang tanaman
tersebut. Luka pada tanaman mengakibatkan tanaman mengeluarkan senyawa
opine yang merangsang bakteri untuk menyerang tanaman dimana senyawa ini
merupakan sumber carbon dan nitrogen dari bakteri. Akibat masuknya bakteri
menyebabkan terjadinya proliferasi sel yang berlebihan sehingga menimbulkan
penyakit tumor pada tanaman. Kemampuan untuk menyebabkan penyakit ini pada
tanaman ternyata ada hubungannya dengan DNA sirkular (plasmid) Ti (Tumor
inducing plasmid) dalam sel bakteri A. tumefaciens. Sifat yang menyolok pada
plasmid Ti ialah bahwa setelah infeksi oleh A. tumefaciens, sebagian dari molekul
DNAnya berintegrasi dalam DNA kromosom tanaman. Segmen ini dikenal dengan
nama T-DNA (transfer DNA) Metode kerjasama antara tanaman dan A.
tumefaciens ini digunakan oleh ahli rekayasa genetika tanaman untuk
memindahkan gen Bt agar dapat terintegrasi dalam sel tanaman. Oleh karena itu
langkah selanjutnya adalah menyisipkan DNA rekombinan yang sudah membawa
gen Bt ke dalam plasmid Ti dari A. tumefaciens. Setelah itu A. tumefaciens yang
membawa gen Bt diinokulasikan pada tanaman. Proses inokulasi tersebut
dilakukan pada tanaman target yang sedang diregenerasikan dalam kultur jaringan.
Hal ini memudahkan bagi proses transfer gen Bt ke dalam inti jaringan tanaman
dimana tanaman masih dalam proses pembelahan sel yang sangat aktif .
3. Expresi gen pada tanaman transgenik.
Gen yang sudah dimasukkan ke dalam tanaman target dalam hal ini adalah
gen Bt yang mengekspresikan tanaman transgenik tahan terhadap hama penggerek
harus dapat diexpresikan. Untuk mengetahui apakah gen tersebut terekspresi atau
tidak digunakan penanda yaitu selectable and scoreable marker, dimana apabila
tanaman target dapat tumbuh pada media yang mengandung antibiotika atau
tanaman target menampakan warna khusus (warna biru untuk penanda gen gus)
maka tanaman target itu adalah tanaman transgenic sehingga setiap tanaman dapat
dibuat menjadi varietas unggul yang membuat hasil tanaman tersebut meningkat,
juga ketahanan terhadap hama penyakit. Kekhawatiran Dampak Organisme atau
Pangan Produk Transgenik Penerapan bioteknologi seperti manipulasi gen pada
tanaman budidaya telah memberikan manfaat yang tidak terbatas. Secara alamiah
tumbuhan mengalami perubahan secara lambat sesuai dengan keberhasilan
adaptasi sebagai hasil interaksi antara tekanan lingkungan dengan variabilitas
genetika. Campur tangan manusia melalui rekayasa genetik telah mengakibatkan
“revolusi” dalam tatanan gen. Perubahan drastis ini telah menimbulkan
kekhawatiran akan munculnya dampak produk transgenik baik terhadap
lingkungan, kesehatan maupun keselamatan keanekaragaman. Dalam banyak hal
bahaya produk transgenik yang diduga akan muncul terlalu dibesar-besarkan.
Tidak ada teknologi yang tanpa resiko, demikian pula dengan produk rekayasa
genetik. Resiko dari produk transgenik tidak akan lebih besar dari produk hasil
persilangan alamiah. Beberapa resiko pangan transgenik yang mungkin terjadi
antara lain resiko alergi, keracunan dan tahan antibiotik. Pangan transgenik
berpotensi menimbulkan alergi pada konsumen yang memiliki sensitivitas alergi
tinggi. Keadaan itu dipengaruhi sumber gen yang ditransformasikan. Kasus ini
pernah terjadi pada kedelai transgenik dengan kandungan methionin tinggi,
sehingga produknya tidak diedarkan setelah penelitian menunjukkan adanya unsur
alergi. Kekhawatiran keracunan didasarkan pada sifat racun dari gen Bt terhadap
serangga. Kecemasan tersebut tidak beralasan karena gen Bt hanya aktif bekerja
dan bersifat racun bila bertemu sinyal penerima dalam usus serangga yang sesuai
dengan kelas virulensinya. Gen tersebut tidak stabil dan tidak aktif lagi pada pH di
bawah 5 dan suhu 65° C , artinya manusia tidak akan keracunan gen Bt terutama
untuk bahan yang harus dimasak terlebih dahulu. Kemungkinan lain adalah
resistensi mikroorganisme dalam tubuh menjadi lebih “kuat”. Kejadian ini
peluangnya kecil karena gen yang ditranfer melalui rekayasa genetik akan
terinkorporasi ke dalam genom tanaman.
Kekhawatiran bahaya terhadap keselamatan sumber daya hayati diduga terjadi
melalui beberapa cara seperti 1) terlepasnya organisme transgenik ke alam bebas,
dan 2) tranfer gen asing dari produk transgenik ke tanaman lain sehingga terbentuk
gulma yang dapat merusak ekosistem yang ada sehingga mengancam keberadaan
sumber daya hayati. Perubahan tatanan gen dapat mengakibatkan perubahan
perimbangan ekosistem hayati dengan perubahan yang tidak dapat diramalkan .
Prinsip dasar biologi molekuler menunjukkan 2 sumber utama resiko yang
mungkin timbul.
Pertama, perubahan fungsi gen melalui proses rekayasa genetik. Penyisipan
gen berlangsung secara acak sehingga sulit untuk dikontrol dan diprediksikan
apakah gen tersebut akan rusak atau berubah fungsi.
Kedua, transgen dapat berinteraksi dengan komponen seluler. Kompleksitas
kehidupan organisme mengakibatkan kisaran interaksi tersebut tidak dapat di
ramalkan atau dikontrol. Secara teoritis tanaman transgenik merupakan bagian dari
masa depan karena sampai saat ini bukti-bukti ilmiah menunjukkan tidak ada
alasan “kuat” untuk mempercayai adanya resiko “unik“ yang berkaitan dengan
produk transgenik. Produk bioteknologi modern sama aman atau berbahayanya
dengan makanan yang dihasilkan melalui teknik-teknik tradisional. Bagaimanapun
di masa yang akan datang, bioteknologi modern berpotensi sebagai alat untuk
menjawab tantangan dan membuka kesempatan dalam mengembangkan bidang
pertanian terutama untuk memperoleh bahan makanan yang lebih banyak dengan
kualitas yang lebih baik.
Dengan menggunakan rekayasa genetika (digunakan penyinaran dengan
panjang gelombang tertentu pada saat hewan dan tumbuhan masih dalam bentuk
benih) dihasilkan kelapa hibrida, jagung hibrida, sapi bibit unggul, ayam berkaki
pendek namun berdaging tebal, dan sebagainya.sebagai contohnya adalah jagung.
Pada umumnya jagung dibudidayakan untuk digunakan sebagai pangan, pakan,
bahan baku industri farmasi, makanan ringan, susu jagung, minyak jagung, dan
sebagainya. Di negara maju, jagung banyak digunakan untuk pati sebagai bahan
pemanis, sirop, dan produk fermentasi, termasuk alcohol. Di Indonesia jagung
merupakan bahan pangan kedua setelah padi. Selain itu, jagung juga digunakan
sebagai bahan baku industri pakan dan industri lainnya.perbaikan genetik jagung
melalui rekayasa genetik akan menjadi andalan dalam pemecahan masalah
perjagungan di masa mendatang. Seperti diketahui, pemuliaan secara konvensional
mempunyai keterbatasandalam mendapatkan sifat unggul dari tanaman. Dalam
rekayasa genetic jagung, sifat unggul tidak hanya didapatkan dari tanaman jagung
itu sendiri, tetapi juga dari spesies lain sehingga dapat dihasilkan tanaman
transgenik. Jagung Bt merupakan tanaman transgenik yang mempunyai
ketahananterhadap hama. Jagung ini setelah proses transgenic,akan tahan terhadap
hama,sebab gen;gen jagung tersebut telah diteliti dulu sekaligus hasilnya akan
meningkat dari jagung organik.Sekira
20 produk pertanian hasil
modifikasi genetik telah beredar di pasaran Amerika, Kanada,
bahkan Asia Tenggara. Dalam enam tahun ke depan, berbagai
perusahaan telah menyiapkan 26 produk lainnya, mulai dari
kedelai, jagung, kapas, padi hingga stroberi. Dari yang tahan
hama, herbisida, jamur hingga pematangan yang dapat
ditunda.
Pada dasarnya prinsip pemuliaan tanaman, baik yang
modern melalui penyinaran untuk menghasilkan mutasi
maupun pemuliaan tradisional sejak zaman Mendel, adalah
sama, yakni pertukaran materi genetik. Baik seleksi tanaman
secara konvensional maupun rekayasa genetika, keduanya
memanipulasi struktur genetika tanaman untuk mendapatkan
kombinasi sifat keturunan (unggul) yang diinginkan. Bedanya,
pada zaman Mendel, kode genetik belum terungkap. Proses
pemuliaan dilakukan dengan ”mata tertutup” sehingga sifat-
sifat yang tidak diinginkan kembali bermunculan di samping
sifat yang diharapkan. Cara konvensional tidak mempunyai
ketelitian pemindahan gen. Sedangkan pada new
biotechnology pemindahan gen dapat dilakukan lebih presisi
dengan bantuan bakteri, khususnya sekarang dengan
dikembangkannya metode-metode DNA rekombinan.

2.5. DAMPAK REKAYASA GENETIKA TERHADAP KEHIDUPAN


Rekayasa teknologi tidak semuanya berdampak positif bagi kehidupan manusia
maupun bagi makhluk hidup lain dan lingkungan. Teknologi yang diciptakan
dengan tujuan untuk memakmurkan umat manusia bisa saja menghancurkan
manusia itu sendiri jika tidak diikuti dengan keimanan dan ketaqwaan.
Dampak positif rekayasa genetik sebagai berikut.
a. Menciptakan bibit unggul
b. Meningkatkan gizi masyarakat.
c. Melestarikan plasma nutfah.
d. Meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi sesuai dengan keinginan
manusia.

Dampak negatif rekayasa reproduksi sebagai berikut:


a. Pada perbanyakan keturunan dengan kultur jaringan yang memiliki materi
genetis yang sama akan mudah terkena penyakit.
b. Merugikan petani dan peternak lokal yang mengandalkan reproduksi secara
alami.
c. Mengganggu proses seleksi alam.
Berdasarkan kajian ilmiah ISIS (GM Food Nightmare Unfolding in the
Regulatory Sham) menyampaikan tentang bagaimana pengambil kebijakan dan
lembaga penasihat seperti European Food Safety Authority telah mengabaikan
prinsip kehati-hatian (precautionary principle), menyalahgunakan ilmu, tidak
mematuhi hukum, dan membantu mempromosikan teknologi rekayasa genetik
dengan fakta yang berlawanan dengan keamanan pangan dan pakan rekayasa
genetik.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. rekayasa genetika merupakan suatu teknik yang sangat dibutuhkan pada
jaman modern ini.
2. rekayasa genetika dapat mempermudah dalam kebutuhan manusia dia juga
mengurangi segala resiko yang dapat terjadi secara konvensional.
3. penggunaan teknik ini harus mendapat lisensi dari pemerintah secara resmi
dan juga dalam tidak di salahgunakan oleh pihak tertentu Karena dapat merugikan
makhluk lainnya, agama serta lingkungan.

3.2 Saran
1. Diharapkan berhati-hati dalam melakukan rekayasa.
2. Apapun kegiatan yang dilakukan harus sesuai petunjuk.

Anda mungkin juga menyukai