Anda di halaman 1dari 7

RENCANA TANGGAP DARURAT

Keadaan darurat dapat disebabkan karena perbuatan manusia maupun oleh


alam dapat teijadi setup saat dan dimana saja, untuk itu disemua unit kerja perlu
mempersiapkan suatu cara penanggulangannya bila terjadi keadaan darurat bilamana
terjadi bencana (disaster), maka perusahaan perlu memikirkan kemungkinan
terjadinya dampak kerugian. Setup aktifitas dalam suatu industri dapat dipastikan akan
melibatkan risiko kecelakaan maupun kesakitan dari pekerjanya. Terlebih lagi aktifitas
penambangan yang berada didaerah yang terpencil (remote) dengan faktor risiko yang
tinggi, maka keberadaan program tanggap darurat medik (medical emergency response
plan (MERP)) merupakan bagian dari standar kesehatan minimum yang harus
diterapkan.(1,2)
Emergency respons plan (ERP) atau rencana tanggap darurat adalah keadaan
darurat yang disebabkan karena buatan manusia maupun oleh alam dapat terjadi
dimana saja, kapan saja serta rangkaian tindakan yang harus dilakukan oleh petugas
atau penghuni bagian/industri yang telah ditunjuk sebelumnya, baik dalam
penanggulangan awal maupun lanjut dalam upaya penyelamatan penghuni bangunan,
asset termasuk tindakan yang menyangkut komunikasi darurat, medical
evacuation/emergency dan sebagainya. Untuk itu perlu di semua unit kerja
mempersiapkan suatu cara penanggulangannya bila terjadi keadaan darurat.
Emergency respons plan (EPR) adalah suatu koordinasi tugas dan tanggung jawab
untuk masing-masing bagian/unit kerja di dalam kesiapan menanggulangi suatu
keadaan darurat yang mungkin terjadi dengan menggunakan sumber daya yang
tersedia dan telah disiapkan.(1,2)
Kategori keadaan darurat itu sendiri ada 3, yaitu : (1,2)
 Keadaan darurat tingkat 1 (Tier 1) yakni keadaan darurat yang berpotensi
mengancam nyawa manusia dan harta benda yang secara normal dapat diatasi oleh
personil jaga dan suatu instalasi/pabrik dengan menggunakan prosedur yang telah
dipersiapkan, tanpa perlu adanya regu bantuan yang dikonsinyir. Karakter keadaan
darurat tipe ini adalah : berskala kecil, kerusakan aset atau luka korbannya
terbatas,dan cukup ditangani oleh karyawan yang bertugas dengan alat yang
tersedia. (3)
 Keadaan darurat tingkat 2 (Tier 2) yakni suatu kecelakaan besar dimana semua
karyawan yang bertugas dibantu peralatan yang tersedia, tidak mampu lagi
mengendalikan keadaan darurat tersebut. bantuan tambahan diperlukan dari
industri sekitar, pemerintah setempat dan masyarakat sekitarnya. (3)
 Keadaan darurat tingkat 3 (Tier 3). yakni keadaan darurat berupa malapetaka
dahsyat dengan akibat yang lebih besar dibandingkan Tier 2 dan memerlukan
bantuan serta koordinasi tingkat nasional. (3)

Organisasi Penanggulangan Keadaan Darurat


Organisasi penanggulangan keadaan darurat yakni organisasi yang bertugas
sebagai pusat pengendalian keadaan darurat dengan tujuan untuk menyelamatkan
pasien, pegawai dan orang lain serta sebagian atau seluruh harta benda dalam suatu
lingkungan kerja pada saat terjadi keadaan darurat dalam waktu yang sesingkat
singkatnya dan dengan cara yang tepat sehingga dapat dihindari keparahan yang lebih
besar atau menekan sekecil mungkin kerugian. (1,2)
Dalam pelaksanaan tanggap darurat, memiliki prosedur keadaan darurat yang
harus dipedomani. Secara umum jenis prosedur keadaan darurat dapat dibagi menjadi
dua kategori:
1. Prosedur keadaan darurat intern (local standing procedure), pedoman
pelaksanaan penanggulangan keadaan darurat untuk masing-masing fungsi/unit.
Pedoman ini hanya digunakan untuk unit/fungsi bersangkutan untuk
menanggulangi keadaan darurat yang terjadi diunitnya dalam batasan masih
mampu ditanggulangi.
2. Prosedur keadaan darurat umum (utama), Pedoman perusahaan secara
menyeluruh didalam menanggulangi keadaan darurat yang cukup besar atau dapat
membahayakan unit kerja lain.
Target Penanggulangan Keadaan Darurat
Pelaksanaan penanggulangan keadaan darurat, memiliki target yang ingin dicapai.
Hal tersebut antara lain:(1,3
1. Memastikan adanya suatu organisasi keadaan darurat yang lengkap dengan
semua sasarannya.
2. Mengidentifikasi tindakan-tindakan yang diperlukan atau dilakukan untuk
memperkecil kemungkinan terjadinya suatu kejadian.
3. Sebagai bahan masukan dalam pengambilan keputusan top manajemen.

Sistem Deteksi dan Alarm Kebakaran


Prosedur penanggulangan kebakaran : (3)
 Prosedur tindakan awal saat kebakaran terjadi
 Prosedur pemadaman / pengendalian kebakaran
 Prosedur penaggulangan kebakran di luar jam kerja
 Pengaturan alarm tanda bahaya dan komunikasi emergency
 Prosedur evakuasi
 Prosedur emergency medis
 Prosedur pasca evakuasi
 Prosedur evaluasi pasca kebakaran
 Prosedur pelaporan kebakaran
 Koodinasi tindakan penanggulangan dengan dinas kebakaran
 Prosedur penanganan emergency operation centre / POSKO
 Petunjuk umum bagi semua orang

Sistem Pencatatan dan Pelaporan Kecelakaan Akibat Kerja


Bertujuan untuk menganalisa kecelakaan pada umumnya termasuk kejadian
kebakaran, peledakan dan kejadian lain yang berbahaya dengan prosedur dan tata cara
pelaporan sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang berlaku. Sehingga rangkaian
sebab-sebab kecelakaan dapat dipahami dan titik permasalahan dapat ditemukan dan
dirumuskan solusi pencegahannya. (2,3)
Kronologis kecelakaan sangat bergantung pada keadaan dimana kasus tersebut
terjadi (tidak ada yang sama). Hubungan rangkaian matarantai terjadinya kecelakaan
kemudian dianalisis dengan metode sebab akibat (domino squen). (2,3)
Untuk menentukan sumber-sumber kecelakaan dapat menggunakan pedoman
sebagai berikut : (3)
 Hazard adalah suatu ungkapan tentang adanya bahaya pada alat, mesin, instalasi,
proses maupun bahan dimana insiden belum muncul.
 Danger. adalah ungkapan tentang keadaan yang telah diketahui akan terjadi bahaya
tetapi insiden belum terjadi (peluang bahaya sudah tampak)
 Risk adalah suatu gambaran resiko kerugian kecelakaan dan tingkat keparahan
apabila bencana terjadi
 Insiden adalah kejadian yang berbahaya tanpa dilihat apakah ada kerugian harta
ataupun kerusakan material serta korban jiwa.
 Accident adalah ungkapan kejadian berbahaya yang diikuti kerugian dan atau
korban.
Sistem pelaporan kasus kecelakaan, khususnya kecelakaan kerja, peledakan,
pencemaran dan kejadian lain yang menimbulkan bahaya telah diatur dalam peraturan
menteri tenaga kerja RI No. Per 03/Men/1998. (4)
Informasi kasus kebakaran yang penting dilaporkan antara lain :
 Sektor sesuai KLUI
 Kerugian material
 Korban manusia
 Presentase yang terbakar
 Kronologis terjadinya kebakaran
 Aktivitas yang dilakukan dalam menghadapi kebakaran
 Masalah dan hambatan atau kegagalan/kesulitan dalam menghadapi keadaan
darurat.
Sarana Jalan Keluar Untuk Evakuasi
Adalah alur tempat keluar yang digunakan oleh penghuni gedung pada saat
terjadinya kejadian yang tidak diinginkan yang disebabkan oleh kejadian dari dalam
atau luar seperti kebakaran, kegegalan tenaga dan ancaman bom. (5)
Komponen jalan keluar :
 Pintu keluar.
 Tangga
 Ruang tertutup kedap asap
 Ramp
 Jalan terusan Eksit
 Esakalator dan Travelator
 Tangga penyelamatan terhadap kebakaran
 Tangga panjat penyelamatan kebakaran
 Alat penyelamatan luncur
 Peralatan anak tangga bergantian
 Daerah tempat perlindungan
Standar sarana penyelamatan :
 Langsung menuju tempat trbuka
 Melalui koridor atau gang
 Melalui terowongn atau tangga kedap asap/api.
Jarak tempuh ke tempat berhimpun sementara :
1. Jika disediakan tempat berhimpun sementara (area of refuge) dalam ketentuan
jalan keluar (exit) yang dipersyarakan, maka jarak tempuh harus diukur dari pintu
keluar koridor menuju tempat berhimpun sementara.
2. Setiap kelipatan 120 M ketinggian bangunan harus diadakan satu tempat
berhimpun sementara, dengan luas minimal mampu menampung penghuni sesuai
beban hunian 3 lantai di atasnya.
3. Panjang jarak tempuh :
 Resiko ringan : 30 M
 Resiko sedang : 20 M
 Resiko berat : 15 M

Alat Pemadam Api Ringan


Adalah jenis alat pemadam yang ringan serta mudah dioperasikan oleh satu
orang untuk memadamkan api pada awal terjadinya kebakaran. Kebakaran dapat
digolongkan : (6,7)
 Kebakaran bahan padat (A)
 Kebakaran bahan padat cair atau gas yang mudah terbakar (B)
 Kebakaran instalasi listrik bertegangan tinggi (C)
 Kebakaran logam (D)
Jenis media pemadam api ringan umumnya adalah :
 Air
 Busa
 Serbuk kimia kering
 Karbon Dioksida
 Halon

Pedoman Alat Pelindung Diri (APD)


Adalah alat yang digunakan oleh tenaga kerja untuk melindungi diri dari
(7,8,9)
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja dan meningkatkan produktivitas.
Syaratnya :
 Memberi perlindungan yang cukup terhadap bahaya
 tidak meudah rusak
 Tidak mengganggu aktivitas pemakai
 Beratnya seringan mungkin
 Mudah diperoleh dan tahan lama
 Ada cadangan untuk bagian-bagian yang harus sering diganti
 APD harus tidak memeberikan bahaya tambahan baik oleh karena bentuknya,
konstruksinya atau mungkin oleh bahan dan penyalahgunaannya
DAFTAR PUSTAKA

1. Hasyim, H. Manajemen Hiperkes Dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit.


Available at http:// www.jmpk-online.net/files/vol-08-02-2005-1.pdf .
Accessed on january 27th, 2008.
2. Buraena, S. Pelaksanaan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (SMK3) di Rumah Sakit dan Perusahaan. Bagian Ilmu Kesehatan
Masyarakat dan Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas
Hasanuddin. Makassar. 2007.
3. McCunney, R. J., A Practical Approach to Occupational and Environment
Medicine 3rd edition. Lippincott Williams & Wilkins.
4. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
432/MENKES/SK/IV/2007 tentang Pedomen Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3) di Rumah Sakit.
5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor I Tahun 1970 tentang
Keselamatan Kerja.
6. Aditama, T. Y., Hastuti, Tri. Keselamatan dan Kesehatan Kerja. UI-Press.
2002.
7. Harrintong, J. M., Gill, F. S. Pocket Consultant Occupational Health. EGC.
2005
8. Jeyaratnam,J. Textbook of occupational edicine Practice. World scientific.
2006.
9. Husni L. Aspek-Aspek Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, dalam: Pengantar
Hukum Ketenagakerjaan Indonesia.Edisi 1. Jakarta: PT. RajaGrafindo
Persada; 2001. Pg. 98-108

Anda mungkin juga menyukai