Anda di halaman 1dari 10

1.

Judul dan Pengarang


Judul : Laporan Praktikum Difraksi Kisi
Pengarang : 1) Nur Fadilah (168420100001)
2) Eka Lestari (168420100005)

2. Abstrak
Berdasarkan percobaan yang telah kami lakukan tentang difraksi kisi
dengan cara menganalisis hasil percobaan dengan menggunakan metode
perbandingan hasil rata-rata nilai panjang gelombang (𝜆) dari ketiga kisi yang
berbeda nilai konstantanya. Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan,
menunjukkan bahwa semakin besar nilai N (konstanta kisi) yang digunakan
maka akan semakin besar pula panjang gelombang yang dihasilkan oleh
cahaya laser. Hal tersebut dihitung berdasarkan rata-rata nilai panjang
gelombang dari 3 kali pengulangan percobaan dengan menggunakan kisi
difraksi yang sama nilai konstantanya. Meskipun perbedaannya sedikit, kisi
yang digunakan akan mempengaruhi hasil difraksi dari cahaya laser.

3. Pendahuluan
a. Latar Belakang
Pada jarak tertentu mata kita sulit membedakan posisi dua nyala
lampu yang sangat berdekatan. Gejala ini dikarenakan diameter pupil mata
kita sangat sempit. Akibatnya adalah cahaya dua lampu tersebut ketika
sampai ke mata kita mengalami difraksi. Difraksi cahaya adalah peristiwa
pelenturan cahaya yang akan terjadi jika cahaya melalui celah yang sangat
sempit. Kita dapat melihat gejala ini dengan mudah pada cahaya yang
melewati sela jari-jari yang kita rapatkan kemudian kita arahkan pada
sumber cahaya yang jauh, misalnya lampu neon. Atau dengan melihat
melalui kisi tenun kain yang terkena sinar lampu yang cukup jauh.
Dengan melewatkan berkas sinar laser yang koheren dan
monokromatik pada sebuah tepi tajam maka akan terbentuk pola difraksi
pada layar. Pola difraksi juga dapat terjadi jika sinar laser dilewatkan pada
celah tunggal, lebar dari celah tunggal yang digunakan dapat diukur dengan
mengamati pola difraksi yang terjadi. Cahaya kemudian akan membelok
dan menyebar dengan membentuk sudut tertentu. Apabila yang dilalui oleh
cahaya adalah celah ganda dengan jarak pemisahan tertentu maka akan
terjadi interferensi karena gelombang–gelombang cahaya dengan frekuensi
yang sama akan saling bertumbukan.
Untuk dapat mempelajari dan memahami fenomena difraksi cahaya
dan interferensi serta pola yang dihasilkan yang terjadi pada saat difraksi
cahaya, diperlukan suatu cara yang dapat mengilustrasikan difraksi cahaya
dan interferensi tersebut. Salah satu cara mengilustrasikan difraksi cahaya
dan interferensi yang terjadi pada saat difraksi cahaya adalah dengan
melakukan praktikum difraksi kisi.

b. Tujuan
Tujuan dari dilaksanakannya percobaan ini yaitu untuk :
a) Mengetahui nilai panjang gelombang (𝜆) dari cahaya laser merah
b) Mengetahui nilai standar deviasi

c. Rumusan Masalah
Bagaimana pengaruh nilai N (konstanta kisi difraksi) terhadap nilai panjang
gelombang (𝜆) dari cahaya laser merah?

d. Rumusan Hipotesis
Semakin besar nilai N (konstanta kisi difraksi) maka semakin besar pula
nilai panjang gelombang (𝜆) yang dihasilkan dari cahaya laser merah

4. Dasar Teori
Gelombang memiliki beberapa sifat, salah satunya adalah difraksi.
Difraksi adalah peristiwa pembelokan atau pelenturan arah gelombang ketika
melewati penghalang berupa celah. Jika gelombang melewati celah yang
ukurannya sempit, maka difraksi menyebabkan celah tersebut seolah-olah
merupakan sumber gelombang melingkar. yang disebabkan oleh adanya
penghalang berupa celah. Semakin kecil halangan, penyebaran gelombang
semakin besar.Sama halnya dengan gelombang, cahaya yang dilewatkan pada
sebuah celah sempit juga akan mengalami difraksi. Difraksi cahaya terjadi
juga pada celah sempit yang terpisah sejajar satu sama lain pada jarak yang
sama.
Bila cahaya monokromatik (satu warna) dijatuhkan pada celah sempit,
maka cahaya akan dibelokkan atau dilenturkan. Sedangkan bila cahaya
dijatuhkan polikromatik (cahaya putih atau banyak warna), selain akan
mengalami peristiwa difraksi, juga akan terjadi peristiwa interferensi. Hasil
interferensi menghasilkan pola warna pelangi.
Berkas cahaya jatuh pada celah tunggal, akan dibelokkan dengan sudut
belok θ. Pada layar akan terlihat pola gelap dan terang. Pola gelap dan terang
akan terjadi bila mengalami peristiwa interferensi.
Cahaya yang dilewatkan pada kisi difraksi akan membentuk garis gelap
dan terang dengan rumus sebagai berikut :

𝐼𝑛𝑡𝑒𝑟𝑓𝑒𝑟𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚 = 𝑑 𝑠𝑖𝑛𝜃 = 𝑛𝜆 … … … … . (1)


1
𝐼𝑛𝑡𝑒𝑟𝑓𝑒𝑟𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑚𝑖𝑛𝑖𝑚𝑢𝑚 = 𝑑 𝑠𝑖𝑛𝜃 = (2𝑛 + 1) 𝜆 … (2)
2
Kisi difraksi merupakan suatu piranti atau alat untuk menganalisis sumber
cahaya. Kisi adalah celah sempit yang dibuat dengan menggores sebuah
lempengan kaca dengan intan. Sebuah kisi dapat dibuat 300 sampai 600 celah
setiap 1 mm. pada kisi, setiap goresan merupakan celah. Celah diantara
goresan-goresan adalah transparan terhadap cahaya dan arena itu bertindak
sebagai celah-celah yang terpisah.
Sebuah kisi memiliki konstanta atau tetapan kisi yang menyatakan
banyaknya goresan tiap satu satuan panjang, yang dilambangkan dengan d,
yang juga sering dikatakan menjadi lebar celah atau jarak antar celah. Sebuah
kisi dapat mempunyai ribuan garis per sentimeter. Banyaknya goresan tiap
satuan panjang dinyatakan dengan N. Jika terdapat N garis per satuan panjang,
maka tetapan kisi d adalah kebalikan dari N, yaitu:
1
𝑑 = … . (3)
𝑁
Jika berkas cahaya monokhromatis dijatuhkan pada sebuah kisi, sebagian
akan diteruskan sedangkan sebagian lagi akan dibelokkan. Akibat pelenturan
tersebut, apabila kita melihat suatu sumber cahaya monokhromatis dengan
perantaraan sebuah kisi, akan tampak suatu pola difraksi berupa pita-pita
(garis) terang pada layar. Intensitas pita-pita terang mencapai maksimun pada
pita pusat dan pita-pita lainnya yang terletak dikiri dan kanan pita pusat.
Intensitas pita berkurang untuk warna yang sama bila pitanya jauh dari pita
pusat. Pita-pita terang terjadi bila selisih lintasan dari cahaya yang keluar dari
dua celah kisi yang berurutan memenuhi persamaan :
𝑑 𝑠𝑖𝑛𝜃 = 𝑛𝜆 … … . . (4)

atau

∆𝑌𝑑 𝑃𝑑
= 𝑛𝜆 𝑎𝑡𝑎𝑢 = 𝑛𝜆 … (5)
𝐿 𝐿

Sedangkan pita gelap akan terjadi bila memenuhi persamaan :


1
𝑑 𝑠𝑖𝑛𝜃 = (𝑛 + ) 𝜆 … (6)
2
dimana :
n = orde pola difraksi (0,1,2,………)
d = jarak antara dua garis kisi ( konstanta kisi)
λ = panjang gelombang cahaya yang digunakan
θ = sudut lenturan (difraksi)
∆Y (P) = jarak terang pusat dengan orde ke-n
L = jarak layar ke kisi difraksi
Jika cahaya yang digunakan berupa cahaya polikhromatis, kita akan
melihat suatu spectrum warna. Spektrum yan paling jelas terlihat adalah
spektrum dari orde pertama (N=1). Garis gelap dan terang atau pembentukan
spektrum akan lebih jelas dan tajam jika lebar celahnya semakin sempit atau
konstanta kisinya semakin banyak atau besar. Garis gelap dan terang dan
spektrum tersebut merupakan hasil interferensi dari cahaya yang berasal dari
kisi tersebut yang jatuh pada layar titik atau tempat tertentu.

5. Metode Eksperimen
a. Alat dan bahan
- Penggaris 100cm
- Penggaris 30cm
- Laser merah
- Kisi 100 garis/mm; 300 garis/mm; 600 garis/mm

b. Variabel-variabel dan Definisi Operasional Variabel


Adapun variabel yang digunakan dalam percobaan ini diantaranya adalah
sebagai berikut :
a) Variabel manipulasi : Kisi difraksi
b) Varibel kontrol : Warna cahaya laser
c) Variabel respon : Panjang gelombang (𝜆) dari cahaya laser merah

Adapun definisi operasional variabel yang digunakan dalam praktikum ini


diantaranya adalah sebagai berikut :
a) DVOM :Kisi difraksi dalam percobaan ini diubah-ubah. Pada
percobaan ini menggunakan 3 kisi difraksi dengan konstanta
kisi yang berbeda yaitu 100 garis/mm; 300 garis/mm; 600
garis/mm.
b) DVOK :Pada percobaan ini warna merah dari cahaya senter
digunakan sebagai variabel control.
c) DVOR :Pada percobaan ini menghasilkan nilai panjang gelombang
(𝜆) yang berbeda-beda yang ditimbulkan dari cahaya laser
merah

c. Langkah percobaan
1) Menyiapkan 4 lembar kertas, lalu menyambung kertas satu dengan
lainnya menggunakan isolatip.
2) Menempelkan kertas pada dinding sebagai layarnya.
3) Mengukur jarak kisi dengan layar sejauh 1m menggunakan meteran /
penggaris.
4) Menghidupkan laser dan mengarahkan pada kisi sebesar 100 garis/mm.
5) Mengamati garis terang dan gelap pada layar.
6) Memberi tanda garis terang pada layar menggunakan pensil.
7) Menghitung lebar celah (d) pada kisi 100 garis/mm.
8) Menghitung jarak antara dua garis terang berurutan (P) pada layar.
9) Mencari panjang gelombang (𝜆) yang digunakan antara dua garis terang
yang berdekatan untuk n=1, n=2, n=3.
10) Mengulangi langkah dengan mengubah kisi sebesar 300 garis/mm dan
600 garis/mm, lalu mencatat hasil praktikum pada tabel pengamatan.

6. Hasil dan Analisa


Tabel 1. Hasil percobaan untuk kisi 100 garis/mm
L N P 𝜆
No. d (m-1) N
(m) (garis/mm) (m) (m)
1 1 100 10-5 1 7 x 10-2 7 x 10-4
2 1 100 10-5 2 1,4 x 10-1 7 x 10-4
-5
3 1 100 10 3 2,05 x 10-1 6,83 x 10-4
Rata panjang gelombang (𝜆) 6,94 x 10-4
Standar Deviasi (S) 9,8 x 10-8

Tabel 2. Hasil percobaan untuk kisi 300 garis/mm


L N P 𝜆
No. d (m-1) N
(m) (garis/mm) (m) (m)
1 -5
1 1 300 x 10 1 2,1 x 10-1 7 x 10-4
3
1
2 1 300 x 10-5 2 4,2 x 10-1 7 x 10-4
3
1
3 1 300 x 10-5 3 6,2 x 10-1 6,9 x 10-4
3
Rata panjang gelombang (𝜆) 6,97 x 10-4
Standar Deviasi (S) 5,8 x 10-8

Tabel 3. Hasil percobaan untuk kisi 600 garis/mm


L N P 𝜆
No. d (m-1) N
(m) (garis/mm) (m) (m)
1 -5
1 1 600 6
x 10 1 4,25 x 10-2 7,08 x 10-4
1
2 1 600 x 10-5 2 8,5 x 10-1 7,08 x 10-4
6
1
3 1 600 x 10-5 3 12,6 x 10-1 7 x 10-4
6
Rata panjang gelombang (𝜆) 7,05 x 10-4
Standar Deviasi (S) 4,6 x 10-8

Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan, diperoleh hasil


yang menunjukkan bahwa terdapat perbedaan panjang gelombang (𝜆) pada
masing-masing kisi. Hal tersebut terbukti bahwa pada percobaan pertama
dengan menggunakan kisi dengan nilai konstanta sebesar 100 garis/mm
diperoleh rata-rata panjang gelombang (𝜆) sebesar 6,94 x 10-4m. Pada
percobaan kedua dengan menggunakan kisi dengan nilai konstanta sebesar
300 garis/mm diperoleh rata-rata panjang gelombang (𝜆) sebesar 6,97 x 10-4m.
Sedangkan pada percobaan ketiga dengan menggunakan kisi dengan nilai
konstanta sebesar 600 garis/mm diperoleh rata-rata panjang gelombang (𝜆)
sebesar 7,05 x 10-4m. Hasil tersebut menunjukkan bahwa semakin besar nilai
N (konstanta kisi) yang digunakan maka semakin besar nilai panjang
gelombang (𝜆) yang dihasilkan dari cahaya laser. Meskipun perbedaannya
tidak terlalu besar.
Dan berdasarkan standar deviasi yang dihitung melalui rumus exel
menunjukkan bahwa pada percobaan pertama dengan menggunakan kisi
dengan nilai konstanta sebesar 100 garis/mm diperoleh standar deviasi sebesar
9,8 x 10-8.. Pada percobaan kedua dengan menggunakan kisi dengan nilai
konstanta sebesar 300 garis/mm diperoleh standar deviasi sebesar 5,8 x 10-8..
Dan pada percobaan ketiga dengan menggunakan kisi dengan nilai konstanta
sebesar 600 garis/mm diperoleh standar deviasi sebesar 4,6 x 10-8..
Berdasarkan hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa semakin besar nilai N
(konstanta kisi) yang digunakan maka semakin kecil nilai standar deviasi yang
dihasilkan.

7. Diskusi
1) Apakah ada perbedaan panjang gelombang (𝜆) dari masing-masing kisi?
Terdapat perbedaan, semakin besar nilai N (konstanta kisi) yang
digunakan maka semakin besar nilai panjang gelombang (𝜆) yang
dihasilkan dari cahaya laser. Meskipun perbedaannya tidak terlalu besar.
2) Bagaimana nilai standar deviasi dari masing-masing kisi?
Semakin besar nilai N (konstanta kisi) yang digunakan maka semakin
kecil nilai standar deviasi yang dihasilkan.

8. Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan yang telah kami lakukan dapat disimpulkan
bahwa semakin besar nilai N (konstanta kisi) yang digunakan maka akan semakin
besar pula panjang gelombang yang dihasilkan oleh cahaya laser. Hal tersebut
dihitung berdasarkan rata-rata nilai panjang gelombang dari 3 kali pengulangan
percobaan dengan menggunakan kisi difraksi yang sama nilai konstantanya.
Meskipun perbedaannya sedikit, kisi yang digunakan akan mempengaruhi hasil
difraksi dari cahaya laser.

9. Daftar Pustaka
Giancoli, Douglas C. 2001. Fisika Jilid 1 dan 2 Edisi Indonesia. Jakarta :
Penerbit Erlangga.
Tim Fisika Dasar FMIPA UNESA. 2010. Praktikum Fisdas. Prodi Pendidikan
Sains FMIPA UNESA.
Tipler, Paul. A. 1998. Fisika untuk Sains dan Teknik. Jakarta : Penerbit
Erlangga
Zemansky, Sears. 1994. Fisika Untuk Universitas 1 Edisi Indonesia. Jakarta :
PT. Binacipta.
Lampiran Perhitungan
Untuk kisi 100 garis/mm
Diketahui : N = 100 garis/mm
L =1m
n = 1 ► TP ke T1 ► P = 7 cm = 7 x 10-2 m
n = 2 ► TP ke T2 ► P = 14 cm = 1,4 x 10-1 m
n = 3 ► TP ke T3 ► P = 20,5 cm = 2,05 x 10-1 m
Ditanya : 𝜆 = …?
Jawab :
1
a) 𝑑 = 𝑁
1
𝑑=
100
𝑑 = 10−2

b) Untuk n=1
𝑃𝑑
= 𝑛𝜆
𝐿
(7𝑥10−2 )(10−2 )
=1𝜆
1
𝜆 = 7 𝑥 10−4 m

Untuk n=2
𝑃𝑑
= 𝑛𝜆
𝐿
(1,4𝑥10−1 )(10−2 )
=2𝜆
1
𝜆 = 7 𝑥 10−4 m

Untuk n=3
𝑃𝑑
= 𝑛𝜆
𝐿
(2,05𝑥10−1 )(10−2 )
=3𝜆
1
𝜆 = 6,83 𝑥 10−4 m

c) Rata-rata panjang gelombang 𝜆 pada kisi 100 garis/mm


= (7 𝑥 10−4 + 7 𝑥 10−4 + 6,83 𝑥 10−4 ) : 3
= 6,94 𝑥 10−4 m
Untuk kisi 300 garis/mm
Diketahui : N = 300 garis/mm
L =1m
n = 1 ► TP ke T1 ► P = 21 cm = 2,1 x 10-1 m
n = 2 ► TP ke T2 ► P = 42 cm = 4,2 x 10-1 m
n = 3 ► TP ke T3 ► P = 62 cm = 6,2 x 10-1 m
Ditanya : 𝜆 = …?
Jawab :
1
a) 𝑑 =
𝑁
1
𝑑=
300
1 −2
𝑑 = 10
3

b) Untuk n=1
𝑃𝑑
= 𝑛𝜆
𝐿
1
(2,1𝑥10−1 )( 10−2 )
3 =1𝜆
1
𝜆 = 7 𝑥 10−4 m

Untuk n=2
𝑃𝑑
= 𝑛𝜆
𝐿
1
(4,2𝑥10−1 )( 10−2 )
3 =2𝜆
1
𝜆 = 7 𝑥 10−4 m

Untuk n=3
𝑃𝑑
= 𝑛𝜆
𝐿
1
(6,2𝑥10−1 )( 10−2 )
3 =3𝜆
1
𝜆 = 6,9 𝑥 10−4 m

c) Rata-rata panjang gelombang 𝜆 pada kisi 300 garis/mm


= (7 𝑥 10−4 + 7 𝑥 10−4 + 6,9 𝑥 10−4 ) : 3
= 6,97 𝑥 10−4 m
Untuk kisi 600 garis/mm
Diketahui : N = 600 garis/mm
L =1m
n = 1 ► TP ke T1 ► P = 42,5 cm = 4,25 x 10-2 m
n = 2 ► TP ke T2 ► P = 85 cm = 8,5 x 10-1 m
n = 3 ► TP ke T3 ► P = 126 cm = 12,6 x 10-1 m
Ditanya : 𝜆 = …?
Jawab :
1
d) 𝑑 =
𝑁
1
𝑑=
600
1 −2
𝑑 = 10
6

e) Untuk n=1
𝑃𝑑
= 𝑛𝜆
𝐿
1
(4,25𝑥10−2 )( 10−2 )
6 = 1𝜆
1
𝜆 = 7,08 𝑥 10−4 m

Untuk n=2
𝑃𝑑
= 𝑛𝜆
𝐿
1
(8,5𝑥10−1 )( 10−2 )
6 =2𝜆
1
𝜆 = 7,08 𝑥 10−4 m

Untuk n=3
𝑃𝑑
= 𝑛𝜆
𝐿
1
(12,6𝑥10−1 )( 10−2 )
6 = 3𝜆
1
𝜆 = 7 𝑥 10−4 m

f) Rata-rata panjang gelombang 𝜆 pada kisi 600 garis/mm


= (7,08 𝑥 10−4 + 7,08 𝑥 10−4 + 7 𝑥 10−4 ) : 3
= 7,05 𝑥 10−4 m

Anda mungkin juga menyukai