Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Ilmiah Foristek Vol. 2, No.

1, Maret 2012

E-LEARNING SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN


INTERAKTIF BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI
Mohammad Yazdi
Dosen Jurusan Matematika
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Tadulako
e-mail : moh_yazdi2008@yahoo.com
website : http://www.yazdilabs.net

Abstract - The development of science and pada aktivitas pembelajaran yang


technology, especially information dijalankan.
technology, internet use in education Pada dasarnya, PAKEM didasarkan pada
continues to grow. Use of the Internet is not alasan-alasan sebagai berikut :
just for distance education, but also
1. Tuntutan Perundangan-undangan
developed in the conventional education
system. E-learning is a learning model that is Undang- undang No.20 tentang
created in digital format through an Sisdiknas, pasal 40 , di mana salah satu ayat
electronic device. Purpose of the use of e- nya berbunyi :
learning in the learning system is to expand “Guru dan tenaga kependidikan
access to education public, so that learning berkewajiban untuk menciptakan suasana
modules can be accessed easily, without pendidikan yang bermakna, menyenangkan,
diabatasi space and time, interactive, and kreatif, dinamis dan dialogis dan PP No. 19
effective. In this paper a prototype using a tentang Standar Nasional Pendidikan, pasal
software development methodology that 19 ayat (1). Dalam PP no 19, ayat (1)
emphasizes the approach to aspects of design,
dinyatakan bahwa proses pembelajaran
functionality and user-interface. The final
product is expected to be a module-based pada satuan pendidikan diselenggarakan
learning application of information secara interaktif, inspiratif, menyenangkan,
technology. menantang, memotivasi siswa untuk
berpartisipasi aktif, memberikan ruang
Key words: Internet, the quality of education, gerak yang cukup bagi prakarsa, kreativitas
information technology, e-learning dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat
dan perkembangan fisik dan psikologis
1. PENDAHULUAN siswa”.
Dari tuntutan perundangan tersebut
1.1. Latar Belakang dengan jelas bahwa esensi pendidikan atau
Standard PAKEM sebagai Strategi pembelajaran harus memperhatikan
Pembelajaran yang Konstruktif [IDR09] kebermaknaan bagi peserta didik yang
Peningkatan mutu pendidikan dilakukan secara dialogis atau interaktif,
pada sekolah merupakan suatu tuntutan. yang pada intinya pembelajaran berpusat
Termasuk pada Pendidikan Agama Islam di pada siswa sebagai pebelajar dan pendidik
sekolah. Salah satu aspek peningkatan sebagai fasilitator yang memfasilitasi agar
dalam meningkatkan mutu PAI adalah terjadi belajar pada peserta didik.
bidang pembelajaran, meyangkut 2. Asumsi dasar belajar: Siswa yang
pengorganisasian materi, metode, membangun konsep.
penggunaan media pembelajaran, dan juga Belajar dalam konteks PAKEM
evaluasi pendidikan. Pembelajaran PAI dimaknai sebagai proses aktif dalam
pada SD, SMP, SMA, dan SMK perlu membangun pengetahuan atau membangun
dirancang dengan standard PAKEM makna. Dalam prosesnya seorang siswa
(Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan yang sedang belajar, akan terlibat dalam
Menyenangkan) sehingga peserta didik proses sosial. Proses membangun makna
mampu mencurahkan minat dan jiwanya dilakukan secara terus menerus (sepanjang
143
Jurnal Ilmiah Foristek Vol. 2, No. 1, Maret 2012

hayat). Makna belajar tersebut didasari oleh e) Lakukan asesmen terhadap hasil
pandangan konstruktivisme. belajar siswa dalam konteks
Kontruktivisme merupakan suatu pembelajaran.
pandangan mengenai bagaimana seseorang (Brook and Brook ,2002:1)
belajar, yaitu menjelaskan bagaimana Peserta didik dalam belajar tidak
manusia membangun pemahaman dan sekedar meniru dan membentuk bayangan
pengetahuannya mengenai dunia sekitarnya dari apa yang diamati atau diajarkan Guru,
melalui pengenalan terhadap benda-benda tetapi secara aktif ia menyeleksi,
di sekitarnya yang direfleksikannya melalui menyaring, memberi arti, dan menguji
pengalamannya. Ketika kita menemukan kebenaran atas informasi yang diterimanya.
sesuatu yang baru, kita dapat Pengetahuan yang dikonstruksi peserta
merekonstruksinya dengan ide-ide awal dan didik merupakan hasil interpretasi yang
pengalaman kita, jadi kemungkinan bersangkutan terhadap peristiwa atau
pengetahuan itu mengubah keyakinan kita informasi yang diterimanya. Para
atau merupakan informasi baru yang pendukung konsktruktisme berpendapat
diabaikan karena merupakan sesuatu yang bahwa pengertian yang dibangun setiap
tidak relevan dengan ide awal. individu peserta didik dapat berbeda dari
Untuk mengimplementasikan apa yang diajarkan Guru (Bodner, 1987
konstruktivisme di kelas, kita harus dalam Nggandi Katu, 1999:2). Sedangkan
memiliki keyakinan bahwa ketika peserta Paul Suparno (1997:61) mengemukakan
didik datang ke kelas, otaknya tidak kosong bahwa menurut pandangan konstruktivis,
dengan pengetahuan, mereka datang ke belajar merupakan proses aktif siswa dalam
dalam situasi belajar dengan pengetahuan, mengkonstruksi arti (teks, dialog,
gagasan, dan pemahaman yang sudah ada pengalaman fisis, dan lain-lain). Belajar
dalam pikiran mereka. Jika sesuai, juga merupakan proses mengasimilasikan
pengetahuan awal ini merupakan materi dan menghubungkan pengalaman atau
dasar untuk pengetahuan baru yang akan bahan yang dipelajari dengan pengertian
mereka kembangkan. yang sudah dipunyai seseorang sehingga
Ada beberapa prinsip yang harus pengertiannya dikembangkan.
diperhatikan, jika Anda akan Proses belajar yang bercirikan
mengimplementasikan konstruktivisme konstruktivisme menurut para konstruktivis
dalam pembelajaran, prinsip-prinsip adalah sebagai berikut :
tersebut adalah sebagai berikut : 1) Belajar berarti membentuk makna.
a) Mengajukan masalah yang relevan 2) Konstruksi arti sesuatu hal yang
untuk siswa. sedang dipelajari terjadi dalam proses
Untuk memulai pembelajaran, ajukan yang terus menerus.
permasalahan yang relevan dengan 3) Belajar bukanlah kegiatan
kehidupan sehari-hari siswa, sehingga mengumpulkan fakta, melainkan lebih
siswa dapat meresponnya, contoh di dari itu, yaitu pengembangan
sekolah kita, sampah plastik bekas pemikiran dengan membuat pengertian
bungkus jajanan menumpuk, apa yang baru.
dapat kalian lakukan untuk itu? 4) Proses belajar yang sebenarnya terjadi
b) Strukturkan pembelajaran untuk pada waktu skema seseorang dalam
mencapai konsep-konsep esensial. keraguan yang merangsang pemikiran
c) Sadarilah bahwa pendapat (perspektif) lebih lanjut. Situasi ketidakseimbangan
siswa merupakan jendela mereka untuk adalah situasi yang baik untuk memacu
menalar (berpikir). belajar.
d) Adaptasikan kurikulum untuk 5) Hasil belajar dipengaruhi oleh
memenuhi kebutuhan dan pengalaman peserta didik dengan
pengembangan siswa. dunia fisik dan lingkungannya. Hasil
belajar seseorang tergantung pada apa
yang telah diketahui peserta didik
144
Jurnal Ilmiah Foristek Vol. 2, No. 1, Maret 2012

(konsep, tujuan, motivasi) yang terjadi di lingkungan kita, menuntut


mempengaruhi interaksi dengan bahan perubahan-perubahan dalam pembelajaran.
yang dipelajari (Paul Suparno,
1997:61). Joyful Learnin [SDJ08]
Dengan adanya pandangan konstruktivisme, Secara garis besar, gambaran joyful
maka karakteristik iklim pembelajaran yang learning adalah sebagai berikut:
sesuai dengan konstruktivisme tersebut 1) Siswa terlibat dalam berbagai kegiatan
adalah sebagai berikut : yang mengembangkan pemahaman dan
1) Peserta didik tidak dipandang sebagai kemampuan mereka dengan penekanan
suatu yang pasif melainkan individu pada belajar melalui berbuat.
yang memiliki tujuan serta dapat 2) Guru menggunakan berbagai alat bantu
merespon situasi pembelajaran dan cara membangkitkan semangat,
berdasarkan konsepsi awal yang termasuk menggunakan lingkungan
dimilikinya. sebagai sumber belajar untuk
2) Guru hendaknya melibatkan proses menjadikan pembelajaran menarik,
aktif dalam pembelajaran yang menyenangkan, dan cocok bagi siswa.
memungkinkan peserta didik 3) Guru mengatur kelas dengan
mengkonstruksi pengetahuannya. memajang buku-buku dan bahan
3) Pengetahuan bukanlah sesuatu yang belajar yang lebih menarik dan
datang dari luar, melainkan melalui menyediakan „pojok baca‟ 3. Guru
seleksi secara personal dan sosial. menerapkan cara mengajar yang lebih
Iklim pembelajaran tersebut menuntut guru kooperatif dan
untuk : 4) interaktif, termasuk cara belajar
a) mengetahui dan mempertimbangkan kelompok.
pengetahuan awal siswa, 5) Guru mendorong siswa untuk
b) melibatkan siswa dalam kegiatan aktif, menemukan caranya sendiri dalam
dan pemecahan suatu masalah, untuk
c) memperhatikan interaksi sosial dengan mengungkapkan gagasannya, dan
melibatkan siswa dalam diskusi kelas melibatkam siswa dalam menciptakan
atau kelompok. (Horison, et al; lingkungan sekolahnya.
Hewson, 1985, Bell, 1993, Driver & Hal yang harus diperhatikan dalam
Leach, 1993 dalam Medriati Rosane , implementasi joyful learning
1997:12). (depdiknas)
Di samping alasan-alasan mendasar a) Memahami sifat yang dimiliki anak.
sebagaimana yang dipaparkan di atas, b) Mengenal anak secara perorangan.
perlunya PAKEM dilaksanakan dalam c) Memanfaatkan perilaku anak dalam
membelajarkan peserta didik dikarenakan pengorganisasian belajar.
berbagai tantangan yang akan dihadapi d) Mengembangkan kemampuan berpikir
mereka saat ini. Tantangan kondisi saat ini kritis, kreatif, dan kemampuan
di antaranya: (a) perkembangan IPTEK, memecahkan masalah.
POLITIK, SOSBUD yang semakin cepat e) Mengembangkan ruang kelas sebagai
dan banyak perubahan, (b) laju teknologi lingkungan belajar yang menarik.
komunikasi informasi yang tinggi, (c) f) Memanfaatkan lingkungan sebagai
sumber belajar semakin beragam, (d) sumber belajar.
tuntutan kemandirian, kerja sama, g) Memberikan umpan balik yang baik
kemampuan melakukan relasi sosial, untuk meningkatkan kegiatan belajar.
kemampuan untuk berpikir kritis, h) Membedakan antara aktif fisik dan
memecahkan masalah. Semua itu harus aktif mental.
dibekali kepada siswa agar mampu bersaing Dengan memahami konsep
dalam era globalisasi, era otonomi, dan era PAKEM atau joyful learning dalam
pasar terbuka. Banyaknya perubahan yang menciptakan harmmonisasi dan dinamika
pembelajaran yang kreatif, maka diperlukan
145
Jurnal Ilmiah Foristek Vol. 2, No. 1, Maret 2012

peran Teknologi Informasi dan Komunikasi sama) ataupun „asynchronously‟ (pada


(TIK/ICT) sebagai instrumen teknologi waktu yang berbeda). Materi pengajaran
pembelajaran interaktif. Salah satu produk dan pembelajaran yang disampaikan
TIK untuk pembelajaran adalah e-Learning. melalui media ini mempunyai teks, grafik,
animasi, simulasi, audio dan video. Ia juga
e-Learning [AHS05] harus menyediakan kemudahan untuk
Jaya Kumar C. Koran (2002), „discussion group‟ dengan bantuan
mendefinisikan e-learning sebagai profesional dalam bidangnya.
sembarang pengajaran dan pembelajaran Perbedaan Pembelajaran
yang menggunakan rangkaian elektronik Tradisional dengan e-learning yaitu kelas
(LAN, WAN, atau internet) untuk „tradisional‟, guru dianggap sebagai orang
menyampaikan isi pembelajaran, interaksi, yang serba tahu dan ditugaskan untuk
atau bimbingan. Ada pula yang menafsirkan menyalurkan ilmu pengetahuan kepada
e-learning sebagai bentuk pendidikan jarak pelajarnya. Sedangkan di dalam
jauh yang dilakukan melalui media internet. pembelajaran „e-learning’ fokus utamanya
Sedangkan Dong (dalam Kamarga, 2002) adalah pelajar. Pelajar mandiri pada waktu
mendefinisikan e-learning sebagai kegiatan tertentu dan bertanggung-jawab untuk
belajar asynchronous melalui perangkat pembelajarannya. Suasana pembelajaran „e-
elektronik komputer yang memperoleh learning’ akan „memaksa‟ pelajar
bahan belajar yang sesuai dengan memainkan peranan yang lebih aktif dalam
kebutuhannya. Atau e-learning pembelajarannya. Pelajar membuat
didefinisikan sebagai berikut : e-Learning is perancangan dan mencari materi dengan
a generic term for all technologically usaha, dan inisiatif sendiri.
supported learning using an array of Khoe Yao Tung (2000) mengatakan
teaching and learning tools as phone bahwa setelah kehadiran guru dalam arti
bridging, audio and videotapes, sebenarnya, internet akan menjadi suplemen
teleconferencing, satellite transmissions, dan komplemen dalam menjadikan wakil
and the more recognized web-based guru yang mewakili sumber belajar yang
training or computer aided instruction also penting di dunia.
commonly referred to as online courses Cisco (2001) menjelaskan filosofis
(Soekartawi, Haryono dan Librero, 2002). e-learning sebagai berikut. Pertama,
Rosenberg (2001) menekankan elearning merupakan penyampaian
bahwa e-learning merujuk pada penggunaan informasi, komunikasi, pendidikan,
teknologi internet untuk mengirimkan pelatihan secara on-line. Kedua, e-learning
serangkaian solusi yang dapat menyediakan seperangkat alat yang dapat
meningkatkan pengetahuan dan memperkaya nilai belajar secara
keterampilan. Hal ini senada dengan konvensional (model belajar konvensional,
Cambell (2002), Kamarga (2002) yang kajian terhadap buku teks, CD-ROM, dan
intinya menekankan penggunaan internet pelatihan berbasis komputer) sehingga
dalam pendidikan sebagai hakekat e- dapat menjawab tantangan perkembangan
learning. Bahkan Onno W. Purbo (2002) globalisasi. Ketiga, e-learning tidak berarti
menjelaskan bahwa istilah “e” atau menggantikan model belajar konvensional
singkatan dari elektronik dalam e-learning di dalam kelas, tetapi memperkuat model
digunakan sebagai istilah untuk segala belajar tersebut melalui pengayaan content
teknologi yang digunakan untuk dan pengembangan teknologi pendidikan.
mendukung usaha-usaha pengajaran lewat Keempat, Kapasitas siswa amat bervariasi
teknologi elektronik internet. tergantung pada bentuk isi dan cara
Internet, Intranet, satelit, tape penyampaiannya. Makin baik keselarasan
audio/video, TV interaktif dan CD-ROM antar conten dan alat penyampai dengan
adalah sebagian dari media elektronik yang gaya belajar, maka akan lebih baik
digunakan Pengajaran boleh disampaikan kapasitas siswa yang pada gilirannya akan
secara „synchronously‟ (pada waktu yang memberi hasil yang lebih baik.
146
Jurnal Ilmiah Foristek Vol. 2, No. 1, Maret 2012

Sedangkan Karakteristik e-learning, Petunjuk tentang manfaat


antara lain. Pertama, Memanfaatkan jasa penggunaan internet, khususnya dalam
teknologi elektronik; di mana guru dan pendidikan terbuka dan jarak jauh
siswa, siswa dan sesama siswa atau guru (Elangoan, 1999; Soekartawi, 2002;
dan sesama guru dapat berkomunikasi Mulvihil, 1997; Utarini, 1997), antara lain.
dengan relatif mudah dengan tanpa dibatasi Pertama, Tersedianya fasilitas e-
oleh hal-hal yang protokoler. Kedua, moderating di mana guru dan siswa dapat
Memanfaatkan keunggulan komputer berkomunikasi secara mudah melalui
(digital media dan computer networks). fasilitas internet secara regular atau kapan
Ketga, Menggunakan bahan ajar bersifat saja kegiatan berkomunikasi itu dilakukan
mandiri (self learning materials) disimpan dengan tanpa dibatasi oleh jarak, tempat
di komputer sehingga dapat diakses oleh dan waktu. Kedua, Guru dan siswa dapat
guru dan siswa kapan saja dan di mana saja menggunakan bahan ajar atau petunjuk
bila yang bersangkutan memerlukannya. belajar yang terstruktur dan terjadual
Keempat, Memanfaatkan jadwal melalui internet, sehingga keduanya bisa
pembelajaran, kurikulum, hasil kemajuan saling menilai sampai berapa jauh bahan
belajar dan hal-hal yang berkaitan dengan ajar dipelajari. Ketiga, Siswa dapat belajar
administrasi pendidikan dapat dilihat setiap atau me-review bahan ajar setiap saat dan di
saat di komputer. mana saja kalau diperlukan mengingat
Untuk dapat menghasilkan e- bahan ajar tersimpan di komputer. Keempat,
learning yang menarik dan diminati, Onno Bila siswa memerlukan tambahan informasi
W. Purbo (2002) mensyaratkan tiga hal yang berkaitan dengan bahan yang
yang wajib dipenuhi dalam merancang dipelajarinya, ia dapat melakukan akses di
elearning, yaitu : sederhana, personal, dan internet secara lebih mudah. Kelima, Baik
cepat. Sistem yang sederhana akan guru maupun siswa dapat melakukan
memudahkan peserta didik dalam diskusi melalui internet yang dapat diikuti
memanfaatkan teknologi dan menu yang dengan jumlah peserta yang banyak,
ada, dengan kemudahan pada panel yang sehingga menambah ilmu pengetahuan dan
disediakan, akan mengurangi pengenalan wawasan yang lebih luas. Keenam,
sistem e-learning itu sendiri, sehingga Berubahnya peran siswa dari yang biasanya
waktu belajar peserta dapat diefisienkan pasif menjadi aktif. Ketujuh, Relatif lebih
untuk proses belajar itu sendiri dan bukan efisien. Misalnya bagi mereka yang tinggal
pada belajar menggunakan sistem e- jauh dari perguruan tinggi atau sekolah
learning-nya. Syarat personal berarti konvensional.
pengajar dapat berinteraksi dengan baik Walaupun demikian pemanfaatan
seperti layaknya seorang guru yang internet untuk pembelajaran atau e-learning
berkomunikasi dengan murid di depan juga tidak terlepas dari berbagai
kelas. Dengan pendekatan dan interaksi kekurangan. Berbagai kritik (Bullen, 2001,
yang lebih personal, peserta didik Beam, 1997), antara lain. Pertama,
diperhatikan kemajuannya, serta dibantu Kurangnya interaksi antara guru dan siswa
segala persoalan yang dihadapinya. Hal ini atau bahkan antar siswa itu sendiri.
akan membuat peserta didik betah berlama- Kurangnya interaksi ini bisa memperlambat
lama di depan layar komputernya. terbentuknya values dalam proses belajar
Kemudian layanan ini ditunjang dengan dan mengajar. Kedua, Kecenderungan
kecepatan, respon yang cepat terhadap mengabaikan aspek akademik atau aspek
keluhan dan kebutuhan peserta didik sosial dan sebaliknya mendorong
lainnya. Dengan demikian perbaikan tumbuhnya aspek bisnis/komersial. Ketiga,
pembelajaran dapat dilakukan secepat Proses belajar dan mengajarnya cenderung
mungkin oleh pengajar atau pengelola. ke arah pelatihan daripada pendidikan.
Keempat, Berubahnya peran guru dari yang
Kelebihan dan Kekurangan E-Learning semula menguasai teknik pembelajaran
konvensional, kini juga dituntut mengetahui
147
Jurnal Ilmiah Foristek Vol. 2, No. 1, Maret 2012

teknik pembelajaran yang menggunakan  Proses revisi dan pengujian


ICT. Kelima, Siswa yang tidak mempunyai terhadap produk dilakukan secara
motivasi belajar yang tinggi cenderung terus menerus, sehingga didapatkan
gagal. Keenam, Tidak semua tempat produk yang sesuai dengan yang
tersedia fasilitas internet. Ketujuh, diinginkan oleh user. Proses testing
Kurangnya tenaga yang mengetahui dan dan revisi dapat dilakukan baik
memiliki ketrampilan internet. Kedelapan, secara keseluruhan maupun partial
Kurangnya penguasaan bahasa komputer. pada bagian dari produk.
 Proses pengujian harus memiliki
Metode Prototype dalam Pengembangan perbandingan baku (benchmark)
Software sehingga menghasilkan produk
Prototype merupakan metodologi yang secara empiris sehinga
pengembangan software yang menitik- menghindari kegagalan produk atau
beratkan pada pendekatan aspek desain, terjadi perbedaan persepsi antara
fungsi dan user-interface. Developer dan developer atau user.
user fokus pada user-interface dan  Dengan proses testing dan
bersama-sama mendefinisikan spesifikasi, komunikasi yang terus menerus
fungsi, desain dan bagaimana software antara user dan developer
bekerja. Developer dan user bertemu dan diharapkan dihasilkan produk yang
melakukan komunikasi dan menentukan user-friendly.
tujuan umum, kebutuhan yang diketahui 
dan gambaran bagian-bagian yang akan
dibutuhkan. 1.2. Permasalahan
Developer mengumpulkan detail 1) Bagaimana mengkonstruksi modul
dari kebutuhan dan memberikan suatu pembelajaran metode joyful
gambaran dengan cetak biru (prototype). learning untuk Pendikan Agama
Dari proses tersebut akan diketahui Islam di SMKN 1 Tolitoli
detail-detail yang harus dikembangkan atau 2) Bagaimana mengimplementasi
ditambahkan oleh developer terhadap cetak pem-belajaran interaktif serta joyful
biru, atau menghapus detail-detail yang learning berbasis Teknologi
tidak diperlukan oleh user. Proses akan Informasi dan
terjadi terus menerus sehingga produk Komunikasi/Information
sesuai dengan keinginan dari user. Communication Technology
(TIK/ICT)

1.3. Manfaat
1) e-Learning yang dikembangkan
lebih interaktif dan dapat diakses
dengan mudah oleh guru PAI dan
siswa sehingga aktivitas belajar
menyenangkan.
2) Akses e-Learning lebih efektif
serta efisien tanpa
mempertimbangkan ruang dan
waktu (platform web based
internet/online).
Gambar 1. Daur Prototype
2). Metode Penelitian
1) Bahan Penelitian : existing system
Tujuan utama dari prototype [Thomp92] pembelajaran PAI di SMK 1
adalah : Tolitoli
2) Alat Penelitian
148
Jurnal Ilmiah Foristek Vol. 2, No. 1, Maret 2012

a) Software : (XAMPP ver 1.61, 2). Membuat Materi Pelajaran


aTutor)
b) Hardware : PC (Processor Intel
Pentium Dual Core, RAM 2 GB,
HDD 120 GB)
3) Tahapan Penelitian : sesuai dengan
metode prototype pada konsep
rekayasa perangkat lunak.
[Thomp92]

3). Hasil Pembahasan


Setelah memahami proses belajar
mengajar di sekolah (studi kasus Gambar 4. Materi supllemen /handout
pembelajaran PAI SMKN 1 Tolitoli)
berdasarkan metode prototype, maka
berikut ini prototype modul e-learning
yang diterapkan sesuai existing system
adalah sebagai berikut :

 Aktivitas Guru
1). Login Guru

Gambar 5. Beberapa Materi Pelajaran


dalam bentuk file, dapat di download

3). Pengumuman Akademik

Gambar 2. Login sebagai Guru

Gambar 6. Pengumuman Akademik

4). Penugasan ke siswa

Gambar 3. Berhasil Login sebagai Guru


dengan menampilkan Materi Pelajaran
Gambar 7. Pemberian Tugas ke Siswa
beserta tanggal mulai dan dikumpulkan
tugas

149
Jurnal Ilmiah Foristek Vol. 2, No. 1, Maret 2012

 Aktivitas Siswa
Gambar 8. Download tugas dari siswa
1). Login Siswa
5). Responsi guru dan personal siswa

Gambar 11. Login sebagai Siswa

Gambar 9. Responsi melalui pertanyaan


siswa kepada guru

Gambar 12. Berhasil login sebagai Siswa


dengan menampilkan Materi Pelajaran
Gambar 10. Responsi melalui menjawab
pertanyaan personal siswa 2). Melihat Materi Pelajaran

6). Memeriksa hasil ujian tiap siswa

Gambar 13. Materi Pelajaran bacaan


(handout)

150
Jurnal Ilmiah Foristek Vol. 2, No. 1, Maret 2012

6). Ujian

Gambar 14. Materi pelajaran yang tersedia


dalam bentuk file, dapat di download

3). Pengumuman Akademik

Gambar 18. Ujian dengan model essay

 Interaksi langsung antara guru dan


siswa

1). Diskusi

Gambar 15. Pengumuman Akademik

4). Mengirim tugas ke guru

Gambar 19. Diskusi guru dengan


beberapa siswa tentang suatu topik
2). Chating
Gambar 16. Mengirim tugas ke guru

5). Responsi dari guru terhadap pertanyaan


siswa

Gambar 17. Responsi (jawaban) guru


terhadap pertanyaan siswa Gambar 20. Diskusi guru melalui chating
KESIMPULAN
151
Jurnal Ilmiah Foristek Vol. 2, No. 1, Maret 2012

DAFTAR PUSTAKA
e-learning adalah proses
pembelajaran yang dituangkan melalui Asep Herman Suyanto, Mengenal E-
teknologi internet. Di samping itu prinsip Learning, asep_hs@yahoo.com,
sederhana, personal, dan cepat perlu http://www.asep-hs.web.ugm.ac.id,
dipertimbangkan. Untuk menambah daya 2005
tarik dapat pula menggunakan teori games Dra. Indrawati, M.Pd dan Drs. Wanwan
Oleh karena itu prinsip dan komunikasi Setiawan, M.M, Pembelajaran Aktif,
pembelajaran perlu di desain seperti Kreatif, Efektif, Dan Menyenangkan
layaknya pembelajaran konvensional. Di Untuk Guru SD, (Pusat
sini perlunya pengembangan model e- Pengembangan dan Pemberdayaan
learning yang tepat sesuai dengan Pendidik dan Tenaga Kependidikan
kebutuhan. Ilmu Pengetahuan Alam (PPPPTK
Prototype modul e-learning yang IPA) untuk Program Bermutu, 2009).
dikembangkan sesuai dengan existing Drs. Soedjono, M.Si, Pemberdayaan TRRC
system yang diamati penulis adalah terbagi (Teacher's Research And Reference
dua, yaitu : konten guru dan konten siswa. Center) Menuju Pembelajaran
Konten guru mempunyai aksesibitas luas, Menyenangkan, 2008.
seperti : membuat soal, membuat Thompson, Wishbow, Prototyping: tools
pengumumasn akademik, meng-upload and techniques: improving software
materi pelajaran, memeriksa dan and documentation quality through
mengumumkan hasi ujian. Sedangkan rapid prototyping. Michael
konten siswa, hanya terbatas pada akses Thompson and Nina Wishbow.
melihat saja (pengumuman akademik, hasil Proceedings of the 10th annual
ujian), mengikuti ujian, men-download international conference on Systems
materi pelajaran dan tugas. documentation. October 13 – 16,
Selain itu ada aktivitas interaktif 1992, Ottawa Canada.
antara guru dan siswa, yaitu : chatting,
Diskusi/Forum.

152

Anda mungkin juga menyukai