Anda di halaman 1dari 2

Larangan dan sanksi kades berpolitik praktis, termasuk pilkada, tertuang

dalam Surat Edaran (SE) Menteri Dalam Negeri No 273/3772/JS tertanggal


11 Oktober 2016 sebagai penegasan Pasal 70 Undang -Undang (UU) No 10
Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua atas UU No 1 Tahun 2015 tentang
Penetapan Perppu No 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati dan
Walikota Menjadi UU,"

Ia menjelaskan, pada pasal 71 ayat (1) UU No 10/2016 menyebutkan,


pejabat negara, pejabat daerah, pejabat aparatur sipil negara, anggota
TNI/Polri dan kepala desa atau sebutan lain lurah dilarang membuat
keputusan dan/atau tindakan yang menguntungkan atau merugikan salah
satu pasangan calon.

"Kades yang bermain politik praktis jelas akan dikenakan pidana, hal itu
diatur dalam Pasal 188 UU Pilkada bahwa ketentuan sebagaimana dalam
Pasal 71 dipidana penjara paling singkat satu bulan atau paling lama enam
bulan dan/denda paling sedikit enam ratus ribu rupiah atau paling banyak
enam juta rupiah," bebernya.
Larangan kades dan perangkatnya berpolitik praktis, juga secara tegas diatur
dalam UU No 6 Tahun 2014 tentang Desa. Dimana dalam UU Desa
disebutkan kades dilarang membuat keputusan yang menguntungkan diri
sendiri, anggota keluarga, pihak lain dan/atau golongan tertentu. Kades juga
dilarang menjadi pengurus parpol dan ikut serta dan/atau terlibat kampanye
pemilu dan/atau pilkada,"

Larangan dalam kampanye yang melibatkan kepala desa ade tertuang di UU


pemilu No 7 tahun 2017 pasal 280 ayat 2 huruf H. Bunyinya (pelaksana dan/atau
tim kampanye dalam kegiatan kampanye pemilu dilarang mengikutsertakan. H.
Kepala Desa)
Berikut 9 larangan bagi anggota BPD.

Anggota BPD dilarang:

1. Merugikan kepentingan umum, meresahkan sekelompok masyarakat


Desa, dan mendiskriminasikan warga atau golongan masyarakat Desa;
2. Melakukan korupsi, kolusi, dan nepotisme, menerima uang, barang,
dan/atau jasa dari pihak lain yang dapat memengaruhi keputusan atau
tindakan yang akan dilakukannya;
3. Menyalahgunakan wewenang;
4. Melanggar sumpah/janji jabatan;
5. Merangkap jabatan sebagai Kepala Desa dan perangkat Desa;
6. Merangkap sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik
Indonesia, Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia, Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi atau Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah Kabupaten/Kota, dan jabatan lain yang ditentukan dalam
peraturan perundangan-undangan;
7. Sebagai pelaksana proyek Desa;
8. Menjadi pengurus partai politik; dan/atau
9. Menjadi anggota dan/atau pengurus organisasi terlarang.
Larangan bagi anggota BPD tidak hanya diatur dalam UU Desa, juga diatur
dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 34 Tahun 2014 tentang Peraturan
Pelaksana UU Desa, dan Permendagri No.110 Tahun 2016 tentang BPD, yaitu
dalam Paragraf 6 Pasal 26.

Bunyi larangan bagi anggota BPD dalam Permendagri No.110/2016 sama


dengan larangan yang tersebut dalam UU Desa. Namun, dalam regulasi ini
tidak mengatur terhadap sanksi administratif, apabila ada anggota BPD yang
melanggar larangan tersebut dalam menjalankan

Anda mungkin juga menyukai