Anda di halaman 1dari 23

DAFTAR ISI

KATA
PENGANTAR...............................................................................................

DAFTAR
ISI..............................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

A. LatarBelakang…………………………………………………………….
B. RumusanMasalah…………………………………………………………
C. TujuanMasalah…………………………………………………………...

BAB II KAJIAN TEORI

A. Pengertian waham………………………………………………………
B. Faktor penyebab………………………………………………………..
C. Klasifikasi……………………………………………………………..
D. Tanda dan gejala………………………………………………………
E. Proses terjadinya………………………………………………………
F. Rentang respon…………………………………………………………
G. Penatalaksanaan…………………………………………………………
Asuhan keperawatan waham
A. Pengkajian
B. Diagnosa keperawatan……………………………………………………
C. Intervensi keperawatan………………………………………………….
D. Implementasi keperawatan………………………………………………
E. Evaluasi keperawatan……………………………………………………
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan…………………………………………………………
B. Saran ……………………………………………………………….
DAFTAR PUSTAKA
2 Rumusan Masalah
a) Apa Pengertian waham?
b) Apa saja Faktor penyebab waham?
c) Apa saja Klasifikasi waham?
d) Bagaimana Tanda dan gejala waham?
e) Bagaimana Proses terjadinya waham?
f) Bagaimana Rentang respon waham?
g) Bagaimana Penatalaksanaan waham?
h) Bagaimana Asuhan keperawatan waham
i) Bagaimana Pengkajian waham?
j) Apa saja Diagnosa keperawatannya?
k) Bagaimana Intervensi keperawatan pada waham?
l) Apa saja Implementasi keperawatan waham?
m) Bagaimana Evaluasi keperawatannya?

1.3 Tujuan Penulisan


a) Untuk mengetahui Pengertian waham
b) Untuk mengetahui Faktor penyebab waham
c) Untuk mengetahui Klasifikasi waham
d) Untuk mengetahui Tanda dan gejala waham
e) Untuk mengetahui Proses terjadinya waham
f) Untuk mengetahui Rentang respon waham
g) Untuk mengetahui Penatalaksanaan waham
h) Untuk mengetahui Asuhan keperawatan waham
i) Untuk mengetahui Pengkajian waham
j) Untuk mengetahui Diagnosa keperawatannya
k) Untuk mengetahui Intervensi keperawatan pada waham
l) Untuk mengetahui Implementasi keperawatan waham
m) Untuk mengetahui Evaluasi keperawatannya
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. PengertianWaham

Waham adalah suatu keyakinan kokoh yang salah dan tidak sesuai dengan
fakta dan keyakinan tersebut mungkin aneh (misalnya “Saya adalah nabi yang
menciptakan biji mata manusia”) atau bisa pula “tidak aneh” (hanya sangat tidak
mungkin, contoh malaikat di surga selalu menyertai saya kemanapun saya pergi”)
dan tetap dipertahankan meskipun telah diperlihatkan bukti-bukti yang jelas untuk
mengoreksinya. Waham sering ditemui pada gangguan jiwa berat dan beberapa
bentuk waham yang spesifik sering ditemukan pada penderita skizofrenia.
Semakin akut psikosis semakin sering ditemui waham disorganisasi dan waham
tidak sistemis. Kebanyakan pasien skozofrenia daya titiknya berkurang dimana
pasien tidak menyadari penyakitnya serta kebutuhannya terhadap pengobatan,
meskipun gangguan pada dirinya dapat dilihat oleh orang lain (Tomb, 2003).

Waham adalah suatu keyakinan yang salah yang dipertahankan secara kuat atau
terus-menerus, tapi tidak sesuai dengan kenyataan. Waham adalah termasuk
gangguan isi pikiran. Pasien meyakini bahwa dirinya adalah seperti apa yang ada
di dalam isi pikirannya. Waham sering ditemui pada gangguan jiwa berat dan
beberapa bentuk waham yang spesifik sering ditemukan pada penderita
skizofrenia.

B. Faktor Penyebab Waham

a. Faktor Predisposisi
Klien sebelumnya belum pernah mengalami gangguan kejiwaan, selama
ini klien belum pernah melakukan pengobatan. Saat ini klien tinggal
bersama kedua orang tuanya. Setelah ditinggal pergi oleh istrinya 5 tahun
yang lalu, klien tidak memiliki seorang anakpun dari istrinya ini, klien
mengatakan dulu ia bekerja di sebuah perusahaan dan adanya pembagian
pendapatan yang tidak merata. Klien menginginkan sebuah mobil tapi
tidak dikabulkan oleh keluarga.
Keluarga klien mengatakan klien sering melamun, ngoceh
sendirian, selalu merasa dikejar-kejar, bercerita hal-hal yang terlalu
meawah dan tinggi yang tidak sesuai dengan keadaan klien, adanya orang
yang mau merebut posisi jabatannya.

b. Faktor Presipitasi
Klien sering menyendiri, duduk di samping ruangan bagian luar,
tidur-tiduran, berjalan mondar-mandir, mengoceh sendirian, sering diajak
bercerita, selalu bercerita bahwa ia memiliki jabatan yang tinggi.

Penyebab pasti terjadinya waham tidak diketahui. Hasil investigasi


menunjukkan bahwa kemungkinan neurofisiologi dan neuropsikologi
penyebab terjadinya waham.

c. Teori Biologi

Pada pasien dengan waham, pemeriksaan MRI menunjukkan bahwa


derajat lobus temporal tidak simetris. Akan tetapi perbedaan ini sangat
kecil, sehingga terjadinya waham kemungkinan melibatkan komponen
degeneratif dari neuron. Waham somatik terjadi kemungkinan karena
disebabkan adanya gangguan sensori pada sistem saraf atau kesalahan
penafsiran dari input sensori karena terjadinya sedikit perubahan pada saraf
kortikal akibat penuaan (Boyd, 2005).

d. Psikologis

Carpenito (1998) menyatakan bahwa pasien dengan waham


memproyeksikan perasaan dasarnya dengan mecurigai. Pada pasien dengan
waham kebesaran terdapat perasaan yang tidak adekuat serta tidak
berharga. Pertama kali mengingkari perasaannya sendiri, kemudian
memproyeksikan perasaannya kepada lingkungan dan akhirnya harus
menjelaskan kepada orang lain. Apa yang seseorang pikirkan tentang suatu
kejadian mempengaruhi perasan dan perilakunya.

e. Genetik dan Biokimia

Gangguan waham mungkin secara biologis berbeda dari gangguan


psikosa lainnya, sedikit atau tidak ada perhatian, dan berhubungan dengan
faktor genetik. Sistem dopamin yang tidak berfungsi mempunyai peranan
penting terjadinya waham. Mengingkari realitas memiliki hubungan dengan
tidak berfungsinya kortikal posterior. Bentall dkk. (2001) mengemukakan
bahwa kombinasi antara biologis dengan pengalaman hidup sebagai
komponen penyebab terjadinya waham.

C. Klasifikasi Waham

Untuk mendapatkan data waham saudara harus melakukan observasi


terhadap perilaku berikut ini :

a) Waham kebesaran
Meyakini bahwa ia memiliki kebesaran atau kekuasaan khusus, diucapkan
berulangkali tetapi tidak sesuai kenyataan.
Contoh : “Saya adalah seorang jendral besar, semua pasien yang ada di
rumah sakit ini harus hormat dengan saya.” Atau “Saya adalah orang
terkaya di Indonesia”
b) Waham curiga
Meyakini bahwa ada seseorang atau kelompok yang berusaha
merugikan/mencederai dirinya, diucapkan berulangkali tetapi tidak sesuai
kenyataan.Contoh : “Orang tua saya ingin membunuh saya karena cemburu
dengan keberhasilan saya”

c) Waham agama
Memiliki keyakinan terhadap suatu agama secara berlebihan,
diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan.
Contoh : “Saya adalah titisan Budha Gautama”
d) Waham somatik
Meyakini bahwa tubuh atau bagian tubuhnya terganggu/terserang penyakit,
diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan.
Contoh : “Saya merasa seperti ada batu yang menimpa dada saya”, setelah
pemeriksaan laboraturium tidak ditemukan tanda-tanda adanya penyakit
jantung.
e) Waham nihilistik
Meyakini bahwa dirinya sudah tidak ada di dunia/meninggal, diucapkan
berulangkali tetapi tidak sesuai kenyataan.
Contoh : “Saya sudah meninggal 10 tahun yang lalu, sekarang roh saya
sedang melayang-layang di udara”

Waham terjadi karena munculnya perasaan terancam oleh lingkungan,


cemas, merasa sesuatu yang tidak menyenangkan terjadi sehingga individu
mengingkari ancaman dari persepsi diri atau objek realitas dengan
menyalahartikan kesan terhadap kejadian, kemudian individu memproyeksikan
pikiran dan perasaan internal pada lingkungan sehingga perasaan, pikiran, dan
keinginan negatif/tidak dapat diterima menjadi bagian eksternal dan akhirnya
individu mencoba memberi pembenaran/rasional/alasan/ interpretasi/personal
tentang realita pada diri sendiri atau orang lain.

D. Tanda dan Gejala

1. Menurut Kusumawati, (2010) yaitu :


a. Gangguan fungsi kognitif (perubahan daya ingat) Cara berfikir magis
dan primitif, perhatian, isi pikir, bentuk, dan pengorganisasian bicara
(tangensial, neologisme, sirkumtansial).
b. Fungsi persepsi Depersonalisasi dan halusinasi.
c. Fungsi emosi Afek tumpul kurang respons emosional, afek datar,
afek tidak sesuai, reaksi berlebihan, ambivalen.
d. Fungsi motorik. Imfulsif gerakan tiba-tiba dan spontan, manerisme,
stereotipik gerakan yang diulang-ulang, tidak bertujuan, tidak
dipengaruhi stimulus yang jelas, katatonia.
e. Fungsi sosial kesepian. Isolasi sosial, menarik diri, dan harga diri
rendah.
2. Dalam tatanan keperawatan jiwa respons neurobiologis yang sering muncul
adalah gangguan isi pikir: waham dan PSP: halusinasi.

3. Tanda dan Gejala Menurut Direja, (2011) yaitu :


Tanda dan gejala pada klien dengan Waham Adalah : Terbiasa menolak
makan, tidak ada perhatian pada perawatan diri, Ekspresi wajah sedih dan
ketakutan, gerakan tidak terkontrol, mudah tersinggung, isi pembicaraan tidak
sesuai dengan kenyataan dan bukan kenyataan, menghindar dari orang lain,
mendominasi pembicaraan, berbicara kasar, menjalankan kegiatan
keagamaan secara berlebihan.

E. PROSES TERJADINYA WAHAM


1. Fase kebutuhan manusia rendah (lack of human need)
Waham diawali dengan terbatasnya berbagai kebutuhan pasien baik secara
fisik maupun psikis. Secara fisik, pasien dengan waham dapat terjadi pada
orang dengan status sosial dan ekonomi sangat terbatas. Biasanya pasien
sangat miskin dan menderita. Keinginan ia untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya mendorongnya untuk melakukan kompensasi yang salah. Hal itu
terjadi karena adanya kesenjangan antara kenyataan (reality), yaitu tidak
memiliki finansial yang cukup dengan ideal diri (self ideal) yang sangat
ingin memiliki berbagai kebutuhan, seperti mobil, rumah, atau telepon
genggam.
2. Fase kepercayaan diri rendah (lack of self esteem)
Kesenjangan antara ideal diri dengan kenyataan serta dorongan kebutuhan
yang tidak terpenuhi menyebabkan pasien mengalami perasaan menderita,
malu, dan tidak berharga.
3. Fase pengendalian internal dan eksternal (control internal and external)
Pada tahapan ini, pasien mencoba berpikir rasional bahwa apa yang ia
yakini atau apa yang ia katakan adalah kebohongan, menutupi kekurangan,
dan tidak sesuai dengan kenyataan.
Namun, menghadapi kenyataan bagi pasien adalah sesuatu yang sangat
berat, karena kebutuhannya untuk diakui, dianggap penting, dan diterima
lingkungan menjadi prioritas dalam hidupnya, sebab kebutuhan tersebut
belum terpenuhi sejak kecil secara optimal. Lingkungan sekitar pasien
mencoba memberikan koreksi bahwa sesuatu yang dikatakan pasien itu
tidak benar, tetapi hal ini tidak dilakukan secara adekuat karena besarnya
toleransi dan keinginan menjadi perasaan. Lingkungan hanya menjadi
pendengar pasif tetapi tidak mau konfrontatif berkepanjangan dengan
alasan pengakuan pasien tidak merugikan orang lain.
4. Fase dukungan lingkungan (environment support)
Dukungan lingkungan sekitar yang mempercayai (keyakinan) pasien
dalam lingkungannya menyebabkan pasien merasa didukung, lama-
kelamaan pasien menganggap sesuatu yang dikatakan tersebut sebagai
suatu kebenaran karena seringnya diulang-ulang. Oleh karenanya, mulai
terjadi kerusakan kontrol diri dan tidak berfungsinya norma (superego)
yang ditandai dengan tidak ada lagi perasaan dosa saat berbohong
5. Fase nyaman (comforting)
Pasien merasa nyaman dengan keyakinan dan kebohongannya serta
menganggap bahwa semua orang sama yaitu akan mempercayai dan
mendukungnya. Keyakinan sering disertai halusinasi pada saat pasien
menyendiri dari lingkungannya. Selanjutnya, pasien lebih sering
menyendiri dan menghindari interaksi sosial (isolasi sosial).6. Fase
peningkatan (improving)Apabila tidak adanya konfrontasi dan berbagai
upaya koreksi, keyakinan yang salah pada pasien akan meningkat. Jenis
waham sering berkaitan dengan kejadian traumatik masa lalu atau berbagai
kebutuhan yang tidak terpenuhi (rantai yang hilang). Waham bersifat
menetap dan sulit untuk dikoreksi. Isi waham dapat menimbulkan
ancaman diri dan orang lain.

Waham adalah anggapan tentang orang yang hypersensitif, dan


mekanisme ego spesifik, reaksi formasi dan penyangkalan. Klien dengan waham,
menggunakan mekanisme pertahanan reaksi formasi, penyangkalan, dan proyeksi.
Pada reaksi formasi, digunakan sebagai pertahanan melawan agresi, kebutuhan,
ketergantungan, dan perasaan cinta.

Kebutuhan akan ketergantungan ditransformasikan menjadi kemandirian


yang kokoh. Penyangkalan, digunakan untuk menghindari kesadaran akan
kenyataan yang menyakitkan. Proyeksi digunakan untuk melindungi diri dari
mengenal impuls yang tidak dapat diterima didalam dirinya sendiri.
Hypersensitifitas dan perasaan inferioritas, telah dihipotesiskan menyebabkan
reaksi formasi dan proyeksi, waham kebesaraan dan superioritas. Waham juga
dapat muncul dari hasil pengembangan pikiran rahasia yang menggunakan fantasi
sebagai cara untuk meningkatkan harga diri mereka yang terluka. Waham
kebesaran merupakan regresi perasaan maha kuasa dari anak-anak, dimana
perasaan akan kekuatan yang tidak dapat disangkal dan dihilangkan (Kaplan dan
Sadock, 1997).

Cameron, dalam Kaplan dan Sadock (1997) menggambarkan 7 situasi


yang memungkinkan perkembangan waham, yaitu : peningkatan harapan, untuk
mendapat terapi sadistik, situasi yang meningkatkan ketidakpercayaan dan
kecurigaan, isolasi sosial, situasi yang meningkatkan ketidakpercayaan dan
kecurigaan, isolasi sosial, situasi yang meningkatkan kecemburuan, situasi yang
memungkinkan menurunnya harga diri (harga diri rendah), situasi yang
menyebabkan seseorang melihat kecacatan dirinya pada orang lain, situasi yang
meningkatkan kemungkinan untuk perenungan tentang arti dan motivasi terhadap
sesuatu.

F. Rentang Respon didalamnya ada Pohon Masalah

Ada pun rentang respon manusia terhadap stress yang menguraikan


tentang respon gangguan adaptif dan malladaptif dapat dijelaskan sebagai berikut
( stuart dan sundeen, 1998 hal 302) :
Rentang respon
neurobiologis

Respon maladaptif
Respon adaptif
maladaptif

Gangguan proses
Pikiran logis Distorsi pikiran
I. pikir/delusi/waham
Persepsi akurat
II. Ilusi
Halusinasi
III.
Emosi konsisten dengan Reaksi emosi berlebihan
Sulit brespon emosi
pengalaman atau kurang
Prilaku disorganisasi
Prilaku sesuai Prilaku aneh
Isolasi sosial
Berhubungan social Menarik diri

Pohon masalah

Effect : RESIKO TINGGI PERILAKU KEKERASAN

Core problem : GANGGUAN ISI PIKIR : WAHAM

Causa : ISOLASI SOSIAL

HARGA DIRI RENDAH KRONIS

G. Penatalaksanaan

Menurut Harnawati (2008) penanganan pasien dengan gangguan jiwa waham


antara lain :
a. Psikofarmalogi
b. Litium Karbonat
a) Indikasi : Mengatasi episode waham dari gangguan bipolar. Gejala
hilang dalam jangka waktu 1-3 minggu setelah minum obat litium juga
digunakan untuk mencegah atau mengurangi intensitas serangan ulang
pasien bipolar dengan riwayat mania.
b) Dosis : Untuk tablet atau kapsul immendiate rease biasanya diberikan
3 dan 4 kali sehari, sedangkan tablet controlled release diberikan 2 kali
sehari interval 12 jam. Pemberian dosis litium harus dilakukan hati-
hati dan individual, yakni berdasarkan kadar dalam serum dan respon
klinis. Untuk menukar bentuk tablet dari immediate release maka
diusahakan agar dosis total harian keduanya tetap sama.
c) Control jangka panjang : kadar serum litium yang diinginkan adalah
0,6-1,2 mEq/L. dosis bervariasi per individu,tapi biasanya berkisar
900mg-1200mg per hari dalam dosis berbagi. Monitor dilakukan
setiap bulan, pasien yang supersensitive biasanya memperlihatkan
tanda toksik pada kadar serum dibawah 10mEq/L
d) Efek Samping : Insiden dan keparahan efek samping tergantung pada
kadar litium dalam serum. Adapun efek yang mungkin dijumpai pada
awal terapi. Misalnya tremor ringan pada tangan, poliuria nausea, dan
rasa haus. Efek ini mungkin saja menetap selama pengobatan.
c. Haloperidol
a) Indikasi : Haloperidol efektif untuk pengobatan kelainan tingkah laku
berat pada anak-anak yang sering membangkang an eksplosif.
Haloperidol juga efektif untuk pengobatan jangka pendek, pada anak
yang hiperaktif juga melibatkan aktivitas motorik berlebih disertai
kelainan tingkah laku seperti : impulsive, sulit memusatkan perhatian,
agresif, suasana hati yang labil dan tidak tahan frustasi.
b) Dosis
Untuk dewasa dosis yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. Gejala sedang : 0,5-2mg, 2 atau 3 kali sehari
2. Gejala berat : 3-5mg, 2 atau 3 kali sehari
c) Efek samping :
1. Pada sistem saraf pusat akan menimbulkan gejala ekstrapiramidal,
diskinesia Tardif, distonia tardif, gelisah, cemas, perubahan
pengaturan temperature tubuh, agitasi, pusing. Depresi, lelah, sakit
kepala, mengantuk, bingung, vertigo, kejang.

2. Pada kardiovaskular akan menyebabkan timbulnya takikardi,


hipertensi/hipotensi, kelainan EKG (gelombang T abnormal dengan
perpanjangan repolarisasi ventrikel), aritmia. Sedangkan pada
hematologik : Timbul leucopenia dan leukositosis ringan. Pada hati
dapat menimbulkan gangguan fungsi hati
3. Pada kulit memungkinkan timbulnya makulopapular dan akneiform,
dermatitis kontak, hiperpigmentasi alopesia. Pada endokrin dan
metabolic antara lain laktasi, pembesaran payudara, martalgia,
gangguan haid, amenore, gangguan seksual, nyeri payudara,
hiponatremia. Pada saluran cerna : Anoreksia, konstipasi, diare dan
mual muntah. Mata : Penglihatan kabur. Pernapasan : Spasme
laring dan bronkus. Saluran genitourinaria : Retensi urin.

d. Penarikan Diri High Potensial


Selama seseorang mengalami waham. Dia cenderung menarik diri
dari pergaulan dengan orang lain dan cenderung asyik dengan dunianya
sendiri (khayalan dan pikirannya sendiri). Oleh karena itu, salah satu
penatalaksanaan pasien waham adalah penarikan diri high potensial. Hal
ini berarti penatalaksanaannya ditekankan pada gejala dari waham itu
sendiri, yaitu gejala penarikan diri yang berkaitan dengan kecanduan
morfin biasanya dialami sesaat sebelum waktu yang dijadwalkan
berikutnya, penarikan diri dari lingkungan sosial.
e. ECT Tipe Katatonik
Electro Convulsive Terapi (ECT) adalah sebuah prosedur dimana
arus listrik melewati otak untuk memicu kejang singkat. Hal ini tampaknya
menyebabkan perubahan dalam kimiawi otak yang dapat mengurangi
gejala penyakit mental tertentu, seperti skizofrenia katatonik. ECT bisa
menjadi pilihan jika gejala yang parah atau jika obat-obatan tidak
membantu meredakan katatonik episode.
f. Psikoterapi
Walaupun obat-obatan penting untuk mengatasi pasien waham,
namun psikoterapi juga penting. Psikoterapi mungkin tidak sesuai untuk
semua orang, terutama jika gejala terlalu berat untuk terlibat dalam proses
terapi yang memerlukan komunikasi dua arah. Yang termasuk dalam
psikoterapi adalah terapi perilaku, terapi kelompok, terapi keluarga, terapi
supportif.
Asuhan Keperawatan Masalah Waham

A. Pengkajian

Setiap melakukan pengkajian, tulis tempat klien dirawat dan tanggal


dirawat. Isi pengkajiannya meliputi:

1. Identifikasi klien

Perawat yang merawat klien melakukan perkenalan dan kontrak


dengan klien tentang: Nama klien, panggilan klien, Nama perawat,
tujuan, waktu pertemuan, topik pembicaraan.

2. Keluhan utama / alasan masuk

Tanyakan pada keluarga / klien hal yang menyebabkan klien dan


keluarga datang ke Rumah Sakit, yang telah dilakukan keluarga untuk
mengatasi masalah dan perkembangan yang dicapai.

3. Riwayat Kesehatan Keluarga

Tanyakan pada klien / keluarga, apakah klien pernah mengalami


gangguan jiwa pada masa lalu, pernah melakukan, mengalami,
penganiayaan fisik, seksual, penolakan dari lingkungan, kekerasan
dalam keluarga dan tindakan kriminal.

4. Aspek fisik / biologis


Mengukur dan mengobservasi tanda-tanda vital: TD, nadi, suhu,
pernafasan. Ukur tinggi badan dan berat badan, kalau perlu kaji fungsi
organ kalau ada keluhan.

5. Aspek psikososial
a) Membuat genogram yang memuat paling sedikit tiga generasi yang
dapat menggambarkan hubungan klien dan keluarga, masalah yang
terkait dengan komunikasi, pengambilan keputusan dan pola asuh.
b) Konsep diri
c) Citra tubuh: mengenai persepsi klien terhadap tubuhnya, bagian
yang disukai dan tidak disukai.
d) Identitas diri: status dan posisi klien sebelum dirawat, kepuasan
klien terhadap status dan posisinya dan kepuasan klien sebagai
laki-laki / perempuan.
e) Peran: tugas yang diemban dalam keluarga / kelompok dan
masyarakat dan kemampuan klien dalam melaksanakan tugas
tersebut.
f) Ideal diri: harapan terhadap tubuh, posisi, status, tugas, lingkungan
dan penyakitnya.
g) Harga diri: hubungan klien dengan orang lain, penilaian dan
penghargaan orang lain terhadap dirinya, biasanya terjadi
pengungkapan kekecewaan terhadap dirinya sebagai wujud harga
diri rendah.
h) Hubungan sosial dengan orang lain yang terdekat dalam kehidupan,
kelompok yang diikuti dalam masyarakat.
i) Spiritual, mengenai nilai dan keyakinan dan kegiatan ibadah.
j) Status mental
k) Nilai penampilan klien rapi atau tidak, amati pembicaraan klien,
aktivitas motorik klien, alam perasaan klien (sedih, takut,
khawatir), afek klien, interaksi selama wawancara, persepsi klien,
proses pikir, isi pikir, tingkat kesadaran, memori, tingkat konsentasi
dan berhitung, kemampuan penilaian dan daya tilik diri.
l) Kebutuhan persiapan pulang
m) Kemampuan makan klien, klien mampu menyiapkan dan
membersihkan alat makan.
n) Klien mampu BAB dan BAK, menggunakan dan membersihkan
WC serta membersihkan dan merapikan pakaian.
o) Mandi klien dengan cara berpakaian, observasi kebersihan tubuh
klien.
p) Istirahat dan tidur klien, aktivitas di dalam dan di luar rumah.
q) Pantau penggunaan obat dan tanyakan reaksi yang dirasakan
setelah minum obat.
r) Masalah psikososial dan lingkungan dari data keluarga atau klien
mengenai masalah yang dimiliki klien.
s) Pengetahuan
Data didapatkan melalui wawancara dengan klien kemudian tiap
bagian yang dimiliki klien disimpulkan dalam masalah.

6. Aspek medik
Terapi yang diterima oleh klien: ECT, terapi antara lain seperti terapi
psikomotor, terapi tingkah laku, terapi keluarga, terapi spiritual, terapi
okupasi, terapi lingkungan. Rehabilitasi sebagai suatu
refungsionalisasi dan perkembangan klien supaya dapat melaksanakan
sosialisasi secara wajar dalam kehidupan bermasyarakat.

Untuk mendapatkan data waham, lakukan observasi terhadap perilaku


pasien sesuai dengan tanda dan gejala yang sudah kelompok paparkan diatas.
Seperti : waham kebesaran, waham curiga, waham agama, waham somatik,
waham nihilistik.

Berikut ini beberapa contoh pertanyaan yang dapat anda gunakan sebagai
panduan untuk mengkaji pasien dengan waham :

1. Apakah pasien memiliki pikiran/isi pikir yang berulang-ulang


diungkapkan dan menetap?
2. Apakah pasien takut terhadap objek atau situasi tertentu, atau apakah
pasien cemas secara berlebihan tentang tubuh atau kesehatannya?
3. Apakah pasien pernah merasakan bahwa benda-benda disekitarnya aneh
dan tidak nyata ?
4. Apakah pasien pernah merasakan bahwa ia berada di luar tubuhnya?
5. Apakah pasien pernah merasa diawasi atau dibicarakan oleh orang lain?
6. Apakah pasien berpikir bahwa pikiran atau tindakannya dikontrol oleh
orang lain atau kekuatan dari luar?
7. Apakah pasien menyatakan bahwa ia memiliki kekuatan fisik atau
kekuatan lainnya atau yakin bahwa orang lain dapat membaca pikirannya?
Selama pengkajian saudara harus mendengarkan dan memperhatikan
semua informasi yang diberikan oleh pasien tentang wahamnya.

Untuk mempertahankan hubungan saling percaya yang telah terbina


jangan menyangkal, menolak, atau menerima keyakinan pasien.

B. Diagnosis Keperawatan

Berdasarkan data yang diperoleh ditetapkan diagnosa keperawatan :

Gangguan Proses Pikir : Waham

Masalah keperawatan yang sering muncul yang dapat disimpulkan dari


hasil pengkajian adalah:

1. Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan


waham.
2. Perubahan proses pikir : waham berhubungan dengan harga diri rendah.

C. Perencanaan dan Intervensi Keperawatan

Perencanaan Keperawatan

Tindakan keperawatan untuk pasien


Tujuan tindakan :

1. Pasien dapat berorientasi kepada realitas secara bertahap.

2. Pasien dapat memenuhi kebutuhan dasar.

3. Pasien mampu berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan.

4. Pasien menggunakan obat dengan teratur.

Tindakan Keperawatan:

1. Bina Hubungan saling percaya. Sebelum memulai mengkaji pasien dengan


waham, bina hubungan saling percaya terlebih dahulu agar pasien merasa
aman dan nyaman saat berinteraksi. Tindakan yang harus dilakukan dalam
rangka membina hubungan saling percaya:

a. Mengucapkan salam terapeutik

b. Berjabat tangan

c. Menjelaskan tujuan interaksi

d. Membuat kontrak topik, waktu dan tempat setiap kali bertemu pasien.

2. Bantu orientasi realita.

a. Tidak mendukung atau membantah waham pasien.

b. Yakinkan pasien berada dalam keadaan aman.

c. Observasi pengaruh waham terhadap aktivitas sehari-hari

d. Jika pasien terus-menerus membicarakan wahamnya dengarkan tanpa


memberikan dukungan atau menyangkal sampai pasien berhenti
membicarakannya.

e. Fokuskan pembicaraan pada realitas, (mis., memanggil nama pasien,


menjelaskan hal yang sesuai realita).
f. Berikan pujian bila penampilan dan orientasi pasien sesuai dengan
realita.

3. Diskusikan kebutuhan psikologis/emosional yang tidak terpenuhi sehingga


menimbulkan kecemasan, rasa takut, dan marah. Misalnya yang
menyangkut masalah-masalah masa kecil, dirumah, dikantor, hubungan
dengan keluarga, ditempat pekerjaan atau harapan-harapan yang selama ini
tidak tercapai.

4. Tingkatkan aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan fisik dan emosional


pasien.

5. Berdiskusi tentang kemampuan positif yang dimiliki pada saat yang lalu
dan saat ini.

6. Bantu melakukan kemampuan yang dimiliki.

7. Libatkan pada kegiatan sehari-hari di rumah sakit serta tingkatkan aktifitas


yang dapat memenuhi kebutuhan fisik dan emosional klien, misalnya
menggambar, bernanyi, membuat puisi, religious terapi, dsb.

8. Lakukan kontrak dengan klien untuk berbicara dalam konteks realita


seperti cara-cara mengisi waktu, cara meningkatkan ketrampilan yang
mendatangkan uang, cara belajar menjahit, menjaga kebersihan, dsb.

9. Berdiskusi tentang obat yang diminum (manfaat, dosis obat, jenis, dan
efek samping obat yang diminum serta cara meminum obat yang benar).

10. Libatkan dan diskusikan dengan keluarga tentang waham yang dialami
klien, cara merawat klien dengan waham dirumah, follow up dan
keteraturan pengobatan serta lingkungan yang tepat untuk klien.

D. Intervensi dan Rasional

Diagnosa 1: Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan


berubungan dengan waham.
Tujuan umum : Klien tidak menciderai diri, orang lain, dan lingkungan.

Tujuan khusus :

a. Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat.

Rasional : Hubungan saling percaya merupakan dasar untuk kelancaran


hubungan interaksinya.

Tindakan :

a) Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, perkenalkan diri,


jelaskan tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat kontrak
yang jelas (topik, waktu, tempat).
b) Jangan membantah dan mendukung waham klien : katakan perawat
menerima keyakinan klien "saya menerima keyakinan anda" disertai
ekspresi menerima, katakan perawat tidak mendukung disertai ekspresi
ragu dan empati, tidak membicarakan isi waham klien.
c) Yakinkan klien berada dalam keadaan aman dan terlindungi : katakan
perawat akan menemani klien dan klien berada di tempat yang aman,
gunakan keterbukaan dan kejujuran jangan tinggalkan klien sendirian.
d) Observasi apakah wahamnya mengganggu aktivitas harian dan perawatan
diri.

b. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki.

Rasional : Dengan mengetahui kemampuan yang dimiliki klien, maka


akan memudahkan perawat untuk mengarahkan kegiatan yang bermanfaat
bagi klien dari pada hanya memikirkannya.

Tindakan :

i) Beri pujian pada penampilan dan kemampuan klien yang realistis.


ii) Diskusikan bersama klien kemampuan yang dimiliki pada waktu lalu
dan saat ini yang realistis.
iii) Tanyakan apa yang biasa dilakukan kemudian anjurkan untuk
melakukannya saat ini (kaitkan dengan aktivitas sehari hari dan
perawatan diri).
iv) Jika klien selalu bicara tentang wahamnya, dengarkan sampai
kebutuhan waham tidak ada. Perlihatkan kepada klien bahwa klien
sangat penting.

c. Klien dapat mengidentifikasikan kebutuhan yang tidak terpenuhi.

Rasional : Dengan mengetahui kebutuhan klien yang belum terpenuhi


perawat dapat merencanakan untuk memenuhinya dan lebih
memperhatikan kebutuhan klien tersebut sehingga klien merasa nyaman
dan aman.

Tindakan :

i) Observasi kebutuhan klien sehari-hari.


ii) Diskusikan kebutuhan klien yang tidak terpenuhi baik selama di rumah
maupun di rumah sakit (rasa sakit, cemas, marah).
iii) Hubungkan kebutuhan yang tidak terpenuhi dan timbulnya waham.
iv) Tingkatkan aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan klien dan
memerlukan waktu dan tenaga (buat jadwal jika mungkin).
v) Atur situasi agar klien tidak mempunyai waktu untuk menggunakan
wahamnya.

d. Klien dapat berhubungan dengan realitas.

Rasional : Menghadirkan realitas dapat membuka pikiran bahwa realita itu


lebih benar dari pada apa yang dipikirkan klien sehingga klien dapat
menghilangkan waham yang ada.

Tindakan :
a) Berbicara dengan klien dalam konteks realitas (diri, orang lain, tempat dan
waktu).
b) Sertakan klien dalam terapi aktivitas kelompok : orientasi realitas.
c) Berikan pujian pada tiap kegiatan positif yang dilakukan klien.

e. Klien dapat menggunakan obat dengan benar.

Rasional : Penggunaan obat yang secara teratur dan benar akan


mempengaruhi proses penyembuhan dan memberikan efek dan efek
samping obat.

Tindakan :

a) Diskusikan dengan klien tentang nama obat, dosis, frekuensi, efek dan
efek samping minum obat.
b) Bantu klien menggunakan obat dengan prinsip 5 benar (nama pasien, obat,
dosis, cara dan waktu).
c) Anjurkan klien membicarakan efek dan efek samping obat yang dirasakan.
d) Beri reinforcement bila klien minum obat yang benar.

f. Klien dapat dukungan dari keluarga.

Rasional : Dukungan dan perhatian keluarga dalam merawat klien akan


mambentu proses penyembuhan klien.

Tindakan:

a) Diskusikan dengan keluarga melalui pertemuan keluarga tentang : gejala


waham, cara merawat klien, lingkungan keluarga dan follow up obat.
b) Beri reinforcement atas keterlibatan keluarga

E. Evaluasi
1. Pasien mampu:
a. Mengungkapkan keyaakinannya sesuai dengan kenyataan
b. Berkomunikasi sesuai kenyataan
c. Menggunakan obat dengan dan patuh
2. Keluarga mampu:
a. Membantu pasien untuk mengungkapkan keyakinannya sesuai
kenyataan
b. Membantu pasien melakukan kegiatan-kegiatan sesuai dengan
kemampuan dan kebutuhan pasien
c. Membantu pasien mengguanakan obat dengan benar dan patuh

Anda mungkin juga menyukai