PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Water Treatment
Pengolahan air (Water Treatment) adalah setiap proses yang meningkatkan
kualitas air agar lebih dapat diterima untuk penggunaan akhir tertentu. Penggunaan
akhir dapat berupa minum, pasokan air industri, irigasi, pemeliharaan aliran sungai,
rekreasi air atau banyak kegunaan lainnya, termasuk dikembalikan ke lingkungan
dengan aman. Pengolahan air menghilangkan kontaminan dan komponen yang
tidak diinginkan, atau mengurangi konsentrasinya sehingga air menjadi cocok
untuk penggunaan akhir yang diinginkan. Perawatan ini sangat penting untuk
kesehatan manusia dan memungkinkan manusia untuk mendapatkan manfaat dari
minum dan penggunaan irigasi.
Perawatan untuk produksi air minum melibatkan penghilangan kontaminan
dari air mentah untuk menghasilkan air yang cukup murni untuk konsumsi manusia
tanpa risiko jangka pendek atau jangka panjang dari efek kesehatan yang
merugikan. Secara umum, risiko mikroba terbesar terkait dengan menelan air yang
terkontaminasi oleh kotoran manusia atau hewan (termasuk burung). Kotoran dapat
menjadi sumber bakteri patogen, virus, protozoa dan cacing. [Pedoman untuk
kualitas air minum]. Zat yang dihilangkan selama proses pengolahan air minum,
Desinfeksi adalah hal yang tidak perlu dipertanyakan lagi dalam penyediaan air
minum yang aman. Penghancuran patogen mikroba sangat penting dan sangat
umum melibatkan penggunaan agen kimia reaktif seperti padatan tersuspensi,
bakteri, ganggang, virus, jamur, dan mineral seperti besi dan mangan. Zat-zat ini
terus menyebabkan kerusakan besar pada beberapa negara maju yang tidak
memiliki akses ke penjernihan air.
Langkah-langkah yang diambil untuk memastikan kualitas air tidak hanya
terkait dengan pengolahan air, tetapi juga untuk pengangkutan dan distribusi setelah
pengolahan. Oleh karena itu adalah praktik umum untuk menyimpan desinfektan
residu dalam air yang diolah untuk membunuh kontaminasi bakteriologis selama
distribusi.
Air yang disuplai ke properti domestik, untuk air ledeng atau penggunaan
lainnya, dapat diolah lebih lanjut sebelum digunakan, seringkali menggunakan
proses pengolahan in-line. Perawatan semacam itu dapat meliputi pelunakan air
atau pertukaran ion. Banyak sistem yang berpemilik juga mengklaim
menghilangkan disinfektan residu dan ion logam berat.
Karena memiliki luas permukaan yang sangat besar, maka media filter karbon
aktif sangat cocok digunakan untuk aplikasi yang membutuhkan luas kontak yang
besar seperti pada bidang adsorpsi (penjerapan), dan pada bidang reaksi dan
katalisis. Contoh yang mudah dari karbon aktif adalah yang banyak dikenal dengan
sebutan norit yang digunakan untuk mengatasi gangguan pencernaan. Prinsip kerja
norit adalah ketika masuk kedalam perut dia akan mampu menjerap bahan – bahan
racun dan berbahaya yang menyebabkan gangguan pencernaan. Kemudian
menyimpannya didalam permukaan porinya sehingga nantinya keluar nantinya
bersama tinja. Secara umum karbon aktif ini dibuat dari bahan dasar batu bara dan
biomasa. Intinya bahan dasar pembuat karbon aktif haruslah mengandung unsur
karbon yang besar.
Dewasa ini karbon aktif yang berasal dari biomasa banyak dikembangkan para
peneliti karena bersumber dari bahan yang terbarukan dan lebih murah. Bahkan
karbon aktif dapat dibuat dari limbah biomasa seperti kulit kacang-kacangan,
limbah padat pengepresan biji – bijiaan, ampas, kulit buah dan lain sebagainya.
Proses pembuatan arang aktif dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu pengaktifan
secara fisika dan secara kimia. Pengaktifan secara fisika pada dasarnya dilakukan
dengan cara memanaskan bahan baku pada suhu yang cukup tinggi (600 – 900 C)
pada kondisi miskin udara(oksigen), kemudian pada suhu tinggi tersebut dialirkan
media pengaktif seperti uap air dan CO2. Sedangkan pada pengaktifan kimiawi,
bahan baku sebelum dipanaskan dicampur dengan bahan kimia tertentu seperti
KOH, NaOH, K2CO3 dan lain sebagainya. Biasanya pengaktifan secara kimiawi
tidak membutuhkan suhu tinggi seperti pada pengaktifan secara fisis, namun
diperlukan tahap pencucian setelah diaktifkan untuk membuang sisa – sisa bahan
kimia yang dipakai. Sekarang ini telah dikembangkan pengabungan antara metode
fisika dan kimia untuk mendapatkan sekaligus kelebihan dari kedua tipe
pengaktifan tersebut. Karbon aktif biasanya dapat dibuat dari beberapa bahan baku
Batu Bara, Arang Kayu Keras, dan Arang Batok Kelapa. Beberapa bahan baku
tersebut memiliki karakteristik yang berbeda, dan masing-masing memiliki
keunggulannya masing-masing.
3. SWRO
Pengolahan air laut dengan alat Sea Water Reverse Osmosis (SWRO) . Alat
pengolahan air laut penting karena air merupakan sumber daya alam yang sangat
vital bagi kehidupan di bumi. Sumber air dapat diperoleh dari air laut, air tanah,
mata air, air sungai, dan air danau.
Air laut merupakan air yang di dalamnya terlarut berbagai zat padat dan gas,
contoh : dalam 1000 gram air laut akan terdapat 35 gram senyawa terlarut yang
secara kolektif disebut garam, atau di dalam air laut 96,5 persen berupa air dan 3,5
persen berupa zat-zat terlarut.
Manusia sering dihadapkan pada situasi yang sulit dimana sumber air tawar
/ air bersih sangat terbatas dan di lain pihak terjadi peningkatan kebutuhan air
minum serta minimnya pengetahuan pengolahan air laut. Bagi masyarakat yang
tinggal di daerah pantai, pulau kecil seperti kepulauan seribu jakarta air tawar
merupakan sumber air yang sangat penting. Sering terdengar ketika musim kemarau
mulai datang maka masyarakat yang tinggal di daerah pantai atau pulau kecil-kecil
mulai kekurangan air. Air hujan yang merupakan sumber air tawar yang telah
disiapkan di bak penampung air hujan namun tidak dapat mencukupi kebutuhan
pada musim kemarau. Bahkan yang lebih parahnya lagi bagi masyarakat yang
tinggal di Timur Tengah yang merupakan daerah gurun pasir yang susah sekali
untuk mendapatkan sumber air, apa lagi air bersih.
Padahal kita mengetahui bahwa sebenarnya sumber air laut itu begitu
melimpah, kenyataan menunjukkan bahwa ada banyak daerah pemukiman yang
justru berkembang pada daerah pantai. Melihat kenyataan semacam itu manusia
telah berupaya untuk pengolahan air laut / air payau menjadi air tawar mulai dari
yang menggunakan teknologi pengolahan air laut seperti desalinasi air laut (
menyuling air laut ), filtrasi dan ionisasi (pertukaran ion). Sumber air asin/payau
yang sifatnya sangat melimpah telah membuat manusia berfikir untuk mengolahnya
/ mengubah air laut menjadi air tawar. Sehingga dengan adanya pengolahan air laut
menjadi air bersih akan mudah untuk mendapatkan air minum meskipun tidak
seperti air minum yang telah ada di daratan.
Untuk memenuhi kebutuhan akan air tawar para ahli telah mengembangkan
sistem pengolahan air laut/payau dengan teknologi membran semipermeabel.
Membran (selaput) semipermeabel adalah suatu selaput penyaring air skala molekul
yang dapat ditembus oleh molekul air dengan mudah, akan tetapi tidak dapat atau
sulit sekali dilalui oleh molekul lain yang lebih besar dari molekul air.
Proses pengolahan air laut / air payau menjadi air bersih atau sering dikenal
dengan istilah desalinasi air laut dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga) macam
yaitu:
Proses pertukaran ion merupakan reaksi kimia yang ionnya terhidrata dan
bersifat mobil bergerak di dalam zat padat, dipertukarkan atas dasar ekuivalen
dengan ion yang bermuatan sama yang terdapat di dalam larutan air. Zat padat
mempunyai struktur seperti jala terbuka dan ion yang bergerak itu menetralisir
muatan, atau muatan potensial, gugus yang terpasang di dalam matriks zat padat itu
disebut penukar ion.
a) Pertukaran kation
b) Pertukaran anion
Proses pertukaran ion berlangsung bila anion bergerak, bermuatan negatif
yang melekat pada gugus bermuatan positif di dalam resin, penukar kalor saling
bertukar dengan anion di dalam larutan.
Proses ketiga ini lebih dikenal dengan Sea Water Reverse Osmosis sistem
osmosis balik (Reverse Osmosis). Sea Water Reverse Osmosis (SWRO) adalah
salah satu teknologi pengolahan air laut menjadi air tawar yang paling sering
digunakan untuk memenuhi kebutuhan air minum. Keistimewaan dari proses
pengolahan air laut ini adalah mampu menyaring molekul yang lebih besar dari
molekul air.
1. Larutan garam/mineral
Aplikasi utama pengolahan air laut dengan Sea Water Reverse Osmosis
adalah menghilangkan larutan garam/desalinasi dengan efek tambahan untuk
menghilangkan zat-zat serta organisme lainnya. Biasanya filter air Reverse
Osmosis terdiri dari 3 sistem, yaitu :
1. Pengolahan air tawar ( tap water Osmosis)
PLTU adalah jenis pembangkit listrik tenaga termal yang banyak digunakan,
karena efisiensinya tinggi sehingga menghasilkan energi listrik yang
ekonomis. PLTU merupakan mesin konversi energi yang mengubah energi kimia
dalam bahan bakar menjadi energi listrik.
PLTU menggunakan fluida kerja air uap yang bersirkulasi secara tertutup. Siklus
tertutup artinya menggunakan fluida yang sama secara berulang-ulang. Urutan
sirkulasinya secara singkat adalah sebagai berikut :
Pertama air diisikan ke boiler hingga mengisi penuh seluruh luas permukaan
pemindah panas. Didalam boiler air ini dipanaskan dengan gas panas hasil
pembakaran bahan bakar dengan udara sehingga berubah menjadi uap.
Kedua, uap hasil produksi boiler dengan tekanan dan temperatur tertentu
diarahkan untuk memutar turbin sehingga menghasilkan daya mekanik berupa
putaran.
Ketiga, generator yang dikopel langsung dengan turbin berputar menghasilkan
energi listrik sebagai hasil dari perputaran medan magnet dalam kumparan,
sehingga ketika turbin berputar dihasilkan energi listrik dari terminal output
generator
Keempat, Uap bekas keluar turbin masuk ke kondensor untuk didinginkan
dengan air pendingin agar berubah kembali menjadi air yang disebut air
kondensat. Air kondensat hasil kondensasi uap kemudian digunakan lagi sebagai
air pengisi boiler.
Demikian siklus ini berlangsung terus menerus dan berulang-ulang.
Siklus kerja PLTU yang merupakan siklus tertutup dapat digambarkan dengan
diagram T – s (Temperatur – entropi). Siklus ini adalah penerapan siklus rankine
ideal. Adapun urutan langkahnya adalah sebagai berikut :
Gb 3 Diagram T – s Siklus PLTU (Siklus Rankine)
a. Boiler
Boiler berfungsi untuk mengubah air (feed water) menjadi uap panas lanjut
(superheated steam) yang akan digunakan untuk memutar turbin.
b. Turbin uap
Turbin uap berfungsi untuk mengkonversi energi panas yang dikandung oleh uap
menjadi energi putar (energi mekanik). Poros turbin dikopel dengan poros generator
sehingga ketika turbin berputar generator juga ikut berputar.
c. Kondensor
Kondensor berfungsi untuk mengkondensasikan uap bekas dari turbin (uap yang
telah digunakan untuk memutar turbin).
d. Generator
Generator berfungsi untuk mengubah energi putar dari turbin menjadi energi listrik.
2. Peralatan Penunjang
Peralatan penunjang yang terdapat dalam suatu PLTU pada umumnya adalah :
Peralatan ini berfungsi untuk mengubah air laut (brine) menjadi air tawar (fresh
water) dengan metode penyulingan (kombinasi evaporasi dan kondensasi). Hal ini
dikarenakan sifat air laut yang korosif, sehingga jika air laut tersebut dibiarkan
langsung masuk ke dalam unit utama, maka dapat menyebabkan kerusakan pada
peralatan PLTU.
2) Reverse Osmosis (RO)
Mempunyai fungsi yang sama seperti desalination plant namun metode yang
digunakan berbeda. Pada peralatan ini digunakan membran semi permeable yang
dapat menyaring garam-garam yang terkandung pada air laut, sehingga dapat
dihasilkan air tawar seperti pada desalination plant.
3) Pre Treatment pada unit yang menggunakan pendingin air tanah / sungai
Berfungsi untuk menghilangkan kadar mineral (ion) yang terkandung dalam air
tawar. Air sebagai fluida kerja PLTU harus bebas dari mineral, karena jika air masih
mengandung mineral berarti konduktivitasnya masih tinggi sehingga dapat
menyebabkan terjadinya GGL induksi pada saat air tersebut melewati jalur
perpipaan di dalam PLTU. Hal ini dapat menimbulkan korosi pada peralatan PLTU.
Merupakan unit yang melayani pengolahan batubara yaitu dari proses bongkar
muat kapal (ship unloading) di dermaga, penyaluran ke stock area sampai
penyaluran ke bunker unit.
Merupakan unit yang melayani pengolahan abu baik itu abu jatuh (bottom ash)
maupun abu terbang (fly ash) dari Electrostatic Precipitator hopper dan SDCC
(Submerged Drag Chain Conveyor) pada unit utama sampai ke tempat
penampungan abu (ash valley).
3.1 Kesimpulan