Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA ANAK SEHAT DENGAN PEMBERIAN IMUNISASI


TIFOID

OLEH
NI WAYAN EKA PURWANTI
P07120018129

TINGKAT 2.4
DIII KEPERAWATAN

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2020
Konsep Dasar Penyakit
1. Definisi Pengertian

Imunisasi adalah pemberian satu atau lebih antigen yang infeksius pada
seseorang individu untuk merangsang system imun dan memproduksi anti bodi
yang akan mencegah infeksi. Imunisasi biasanya lebih focus diberikan pada anak
dewasa, sehingga rentan terhadap serangan penyakit berbahaya. Imunisasi tidak
cukup hanya dilakukan sekali, tetapi harus dilakukan secara bertahap dan lengkap
terhadap berbagai penyakit yang sangat membahayakan kesehatan dan hidup anak
Imunisasi tifoid adalah salah satu imunisasi yang ditetapkan oleh peerintah
melalui IDI (Ikatan Dokter Indonesia). Imunisasi ini bisa mulai diberikan saat anak
berusia diatas 2 tahun, karena sudah menjadi salah satu imunisasi yang ditetapkan
oleh pemerintah maka sebaiknya bila anak sudah berusia di atas 2 tahun dan belum
diberikan imunisasi tifoid segera kita berikan. Pemberian imunisasi tifoid dapat
melindungi tubuh anak dari penyakit yang disebabkan oleh bakteri Salmonella
typhosa, yaitu penyakit typhus. Bakteri Salmonella typhosa bisa menyebar melalui
makanan dan minuman yang dikonsumsi. Selain itu, bisa juga menyebar melalui
lingkungan yang dimiliki sanitasi buruk. Menurut IDI, imunisasi tifoid yang
diberikan secara injeksi diberikan pada anak yang berusia di atas 2 tahun. Dan akan
diulangi setiap 3 tahun dengan tujuan agar kekebalan tubuh anak menjadi lebih baik.
Sedangkan untuk imunisasi tifoid seara oral bisa diberikan setelah ia berusia 6 tahun.
Deman typhoid atau Tiphoid Fever atau Typhus Abdominalis adalah penyakit
yang disebabkan oleh bakteri Salmonella typhii yang merupakan bakteri gram
negative benbentuk batang yang masuk melalui makanan dan minuman yang
terkontaminasi (Tapan, 2004).
Deman tipoid adalah suatu penyakit infeksi oleh bakteri Salmonella typhii dan
bersifat endemic yang termasuk dalam penyakit menular (Cahyono, 2010). Deman
tifoid adalah infeksi sistemk yang disebabkan oleh Salmonella typhii (Elsevier, 2013).
Jadi, demam tifoid merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri gram
negative (bakteri Salmonella typhii) yang menurunkan system pertahanan tubuh dan
masuk melalui makanan dann minuman yang terkontaminasi. Aspek paling penting
dari infeksi ini adalah kemungkinan terjadinya perfusi usus, karena organisme
memasuki rongga perut sehingga menyebabkan timbulnya peritonitis yang
mengganas.
2. Penyebab
a. Salmonella typhii
b. S. Paratyphii A, S Paratyphii hanya ditemukan pada manusia
c. Deman bersumber dari makan-makanan atau air yang dikontaminasi oleh
manusia lainnya.
d. Di USA, kebanyakan kasus demam bersumber baik dari wisatawan
mancanegara atau makanan yang kebanyakan diimpor dari luar. Salmonella
typhii, Salmonella paratyphii A, Salmonella Paratyphii B, Salmonella
Paratyphii merupakan bakteri penyebab demam tifoid yang mampu
menembus dinding usus dan selanjutnya masuk ke dalam saluran peredaran
darah dan menyusup ke dalam sel makrofag manusia bakteri ini masuk
melalui air dan makanan yang terkontaminasi dari urin dan feses yang
terinfeksi dengan masa inkubasi 3-25 hari. Pemulihan mulai terjadi pada
minggu keempat dalam perjalanan penyakit. Orang yang pernah menderita
demam tifoid akan memperoleh kekebalan dirinya, sekaligus sebagai karier
bakteri. Jadi, orang yang pernah menderita tifus akan menjadi orang yang
menularkan tifus pada yang belum pernah menderita tifus.

3. Patway

Faktor Psikologis
Proses Penyakit
(Keengganan untuk makan)

Resiko Termoregulasi Tidak Efektif Anak Sehat Resiko DifisitNutrisi

Imunisasi Typhoid

Salmonella Typhi

Penjelasan :
Virus Salmonella Typhi dapat menyebabkan penyakit tifus/ demam tifoid.
Penyakit ini bisa dicegah dengan imunisasi tifoid pada anak. Anak yang sudah
mendapatkan imunisasi tifoid bisa tercegah dari penyakit tersebut dan disebut
denngan anak sehat. Sedangkan anak yang belum menndapatkan imunisasi tifoid
biasanya mengalami proses penyakit atau factor psikologis dan timbulnnya diagnose
keeprawatan yaitu Resiko Termoregulasi Tidak Efektif dan Resiko Defisit Nutrisi.

4. Gejala Klinis
a. Cedera otak akut
b. Dehidrasi
c. Trauma
d. Stroke
1. Perkinson
2. Mobius syndrome
3. Cerebral palsy
4. Cleft lip
5. Cleft palate
6. Amyotropic lateral sclerosis
7. Kerusakan neuromoskular
8. Luka bakar
9. Kanker
10. Infeksi
11. AIDS
12. Penyakit Crohn’s
13. Enterokolitis
14. Fibrosis kistik
15. Anemia
16. Kanker
17. Hipotiroidisme/hipertiroidisme
18. Depresi
19. Menopause
20. Nyeri/kolik
21. Hipertiroidisme
22. Kecemasan
23. Penyakit paru obstruktif kronis
24. Kehamilan
25. Periode pasca partum
26. Kondisi pasca operasi

5. Pemeriksaan Fisik
Pada minggu pertama sakit, tanda klinis tifoid masih belum khas, mungkin
hanya didapatkan suhu badan meningkat. Pada minggu kedua, tanda klinis menjadi
lebih jelas berupa :
Distensi abdomen, Rose spot berupa berccak-bercak makulopapul beruran 1-4
cm, dengan jumlah tidak lebih dari 5, umumnya menghilang dalam 2-5 hari, lidah
tampak kotor yang khas ditengah dan tepi, sedang ujungnya merah dan tremor. Teraba
bradikardi relative dan dicrotic pulse (denyut ganda, dimana denyut kedua lebih
lemah daei denyut pertama), Splenomegali yang lunak, Hepatomegali.
Sedangkan pada minggu ketiga biasanya ditemukan : berat badan menurun
selama sakit, tampak konjungtiva terinfeksi. Abdomen lebih membuncit, penurunan
kesadaran ke dalam tifoid state, yaitu apatis, somnolen, stupor, confusion, dan bahkan
psikosis. Penderita tampak takipneu, dengan denyut nadi terba kecil dan lemah.
Terdengar krepitasi pada dasar paru. Apabila terjadi komplikasi akan didapatkan
melena, nyeri perut, symptom neuropsikiatrik, ataupun penurunan kesadaran seperti
delirium, kurang waspada, stupor, koma, dan bahkan syok.
6. Pemeriksaan Diagnostic/Penunjang
1. Pemeriksaan Fisis
Pemeriksaan fisis pada penderita demam tifoid dilakukan secara berulang
dan regular. Semua tandatanda vital merupakan petunjuk yang relevan.
Perhatian khusus harus diberikan pada pemeriksaan jasmani harian yang
kadang-kadang harus dilakukan lebih sering sampai kepastian diagnosis
didapat dan respon yang diperkirakan terhadap pengobatan penyakitnya
sudah tercapai, begitu juga dilakukan pemeriksaan secara teliti pada kulit,
kelenjar limfe, mata, dasar kuku, system kardivaskuler, dada, abdomen,
system munculoskeletal dan system saraf.
2. Pemeriksaan Laboratorium
a. Hematologi
Kadar hemoglobin dapat normal atau menurun bisa terjadi penyulit
peredaran usus
b. Kimia darah
Pemeriksaan elektrolit, kadar glukosa, blood urea nitrogen dan kreatinin
harus dilakukan.
c. Imunorologi
Widal : pemeriksaan serologi ini ditujukan untuk mendeteksi adanya
antibody di dalam darah terhadap antigen kuman Salmonella typhi. Hasil
positif dinyatakan dengan adanya aglutinasi. Hasil negative palsu dapat
disebabkan oleh karena antara lain penderita sudah mendapatkan terapi
antibiotika, waktu pengambilan darah kurang dari 1 minggu sakit,
keadaan umum pasien buruk, dan adanya penyakit imunologik lain.
d. Urinalis
Protein : bervariasi dari negative sampai positif akibat demam)
Leukosit dan eritrosit normal : bila meningkat kemmungkinan terjadi
penyulit.
e. Mikrobiologi
Sediaan apus dan kultur dari tenggorok, uretra, anus, serviks, dan
vagina harus dibuat dalam situasi yang tepat. Pemeriksaan sputum
diperlukan untuk pasien yang demam disertai batuk-batuk. Pemeriksaan
kultur darah dan kultur cairan abnormal serta urin diperlukan untuk
mengetahui komplikasi yang muncul.
f. Radiologi
Pembuatan foto toraks biasanya merupakan bagian dari pemeriksaan
untuk setiap penyakit demam yang signifikan
g. Biologi molekuler
Dengan PCR (Polymerase Chain Reaction), dilakukan dengan
perbanyakan DNA kuman yang kemudian diidentifikasi dengan DNA
probe yang spesifik. Kelebihan uji ini dapat mendeteksi kuman yang
terdapat dalam jumlah sedikit (sensifitas tinggi) serta kekhasan
(Spesifitas) yang tinggi pula. Specimen yang digunakan dapat berupa
darah, urin, cairan tubuh lainnya serta jaringan biopsi.
7. Diagnosis/Kriteria Diagnosis
- Risiko Termoregulasi dibuktikan dengan proses penyakit
- Risiko Difisit Nutrisi dibuktikan dengan factor psikologis (keenganan untuk
makan)
- Keletihan berhubungan dengan gangguan tidur
Dibuktikan dengan pasien mengatakan merasa kurang tenaga dan
tampak lesu
- Gangguan pola tidur berhubungan restraint fisik
Dibuktikan dengan pasien mengeluh sulit tidur dan istirahat tidak cukup
8. Terapi/Tindakan Penanganan
Pelaksanaan pada demam tifoid adalah sebagai berikut :
1. Perawatan
Pasien dengan demam tifoid perlu dirawat di rumah sakit untuk isolasi,
observasi dan pengobatan. Pasien harus tira baring absolut sampai minimal 7
ari bebas demam atau kurang lebih 14 hari. Mobilisasi pasien harus dilakukan
secara bertahap sesuai dengan pulihnya kekuatan pasien. Pasien dengan
kesadaran yang menurun, posisi tubuhnya harus diubah-ubah pada waktu
tertentu untuk menghindari komplikasi pneumonia hipostatik dan decubitus.
Defekasi dan buang air kecil perlu di perhatikan karena kadang-kadang terjadi
obstipasi dan retensi air kemih.
2. Diet
Makanan yang dikonsumsi adalah makanan lunak dan tidak banyak serat.
3. Obat
a. Obat – obat antimikroba yang sering dipergunakan ialah :
1). Kloramfenikol
Menurut Damin Sumardjo, 2009. Kloramfenikol atau kloramisetin
adalah antibiotic yang mempunyai spectrum luas, berasal dari jamur
Streptomyces venezuelae. Dapat digunakan untuk melawan infeksi
yang disebabkan oleh beberapa bakteri gram positif dan bakteri gram
negative. Kloramfenikol dapat diberikan secara oral. Rektal atau dalam
bentuk salep. Efek samping penggunaan antibiotic kloramfenikol yang
terlalu lama dan dengan dosis yang berlebihan adalah anemia aplastic.
Dosis pada anak : 25-50 mg/kg BB/hari per oral atau 75 mg/kg BB/hari
secara intravena dalam empat dosis yang sama.
2). Thiamfenikol
Menurut Tan Hoan Tjay & Kirana Raharja (2007, hal : 86).
Thiamfenikol (Urfamycin) adalah derivate p-metilsulfonil (- SO2CH3)
dengan spectrum kerja dan sifat yang mirip kloramfenikol, tetapi
kegiatannya agak lebih ringan. Dosis pada anak : 20-30 mg/kg BB/hari.
3). Ko – trimoksazol
Adalah suatu kombinasi dari trimetroprim-sulfametoksasol (10 mg
TMP dan 50 mg SMX/kg/24 jam). Trimethoprim memiliki daya kerja
antibacterial yang merupakan sulfonamide dengan menghambat enzim
dihidrofolat reduktase. Efek samping yang ditimbulkan adalah kerusakan
parah pada sel-sel drah antara lain agranulositosis dan anemia hemolitis,
terutama pada penderita defisiensi glukosa-6-fosfodehidrogenase. Efek
samping lainnya adalah reaksi alergi antara lain urticarial, fotosensitasi
dan sindrom Stevens Johnson, sejenis eritema multiform dengan risiko
kematian tinggi terutama pada anak-anak. Kontrimoksazol tidak boleh
diberikan pada bayi di bawah usia 6 bulan. Dosis pada anak yaitu
trimethoprim-sulfametoksasol (10 mg TMP dan 50 mg SMX/kg/24 jam,
secara oral dalam dua dosis). Pengobatan dengan dosis tepat harus
dilanjutkan minimal 5-7 hari untuk menghindarkan gagalnya terapi dan
cepatnya timbul resistensi. Tan Hoan Tjay & Kirana Raharja, 2007, hal :
140).
4). Ampisilin dan Amoksilin
Ampisilin : Penbritin, Ultrapen, Binotal. Ampisilin efektif terhadap E.coli,
H. Inflienzae, Salmonella, dan beberapa suku Proteus. Efek samping,
dibandingkan dengan perivat penisilin lain, ampisilin lebih sering
menimbulkan gangguan lambung usus yang mungkin ada kaitannya
dengan peneyrapan yang kuurang baik begitu pula reaksi alergi kulit
rash,ruam) dapat terjadi. Dosis ampisilin pada anak (200mg/kg/24 jam
secara intravena dalam empat sampai enam dosis). Dosis amoksilin pada
anak (100mg/kg/24 jam, secara oral dalam tiga dosis).
b. Obat – obat simptomatik :
1). Antipiretika (tidak perlu diberikan secara rutin)
2). Kortikosteroid (dengan pengurangan dosis selama 5 hari)
3). Vitamin B komplek dan C sangat diperlukan untuk menjaga kesegaran
dan kekuatan badan serta berperan dalam kestabilan pembuluh darah
kapiler.
Secara fisik :
a. Mengawasi kondisi klien dengan : pengukuran suhu secara berkala setiap
4-6 jam. Perhatikan apakah anak tidur gelisah, sering terkejut, atau
mengigau. Perhatikan pula apakah mata anak senderung melirik keatas,
atau apakah anak mengalami kejang-kejang. Demam yang disertai kejang-
kejang yang terlalu lama akan berbahaya bagi perkembangan otak, karena
oksigen tidak mampu mencapai otak. Terputusnya suplai oksigen ke otak
akan berakibat rusakya sel otak. Dalam keadaan demikian, cacat seumur
hidup dapat terjadi berupa rusaknya intelektual tertentu.
b. Bukalah pakaian dan selimut yang berlebihan
c. Memperhatikan aliran udara di dalam ruangan
d. Jalan nafas harus terbuka untuk mencegah terputusnya suplai oksigen ke
otak yang akan berakibat rusaknya se;-sel otak
e. Berikan cairan melalui mulut, minum sebanyak-banyaknya. Minuman
yang diberikan dapat berupa air putih, susu anak diare menyesuaikan), air
bah air the. Tujuan agar cairan tubuh yang menguap akibat naiknya suhu
tubuh memperoleh gantinya.
f. Tidur yang cukup agar metabolism berkurang
g. Kompres dengan air hangat pada dahi, ketiak, lipat paha. Tujuannya untuk
menurunkan suhu tubuuh di permukaan tubuh anak.
9. Komplikasi
- Perforasi usu
- Ileus paralitik
- Perdarahan usus
- Miokarditis
- Bronkopneuminea
- Pleuritis
- Koagulasi intravascular diseminata
- Sepsis

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
I. Identitas
Identitas anak dan orang tua
II. Riwayat penyakit
1. Keluhan utama
2. Riwayat penyakit dahulu
3. Riwayat penyakit sekarang
4. Riwayat penyakit keluarga
III. Riwayat anak (0-6 tahun), tergantung penyakit
IV. Keluhan bio-psiko social-spiritual, kultural dalam kehidupan
sehari – hari
V. Pengawasan kesehatan
VI. Penyakit yang pernah diderita
VII. Kesehatan lingkungan
VIII. Perkembangan anak usia (0-6 tahun)
IX. Pemeriksaan fisik
X. Pemeriksaan penunjang
XI. Hasil observasi
B. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
- Risiko Termoregulasi Tidak Efektif dibuktikan dengan proses penyakit
- Risiko Difisit Nutrisi dibuktikan dengan factor psikologis (keenganan untuk
makan)
- Keletihan berhubungan dengan gangguan tidur
Dibuktikan dengan pasien mengatakan merasa kurang tenaga dan tampak lesu
- Gangguan pola tidur berhubungan restraint fisik
Dibuktikan dengan pasien mengeluh sulit tidur dan istirahat tidak cukup

C. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN


No Diagnosis Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional
Keperawatan Hasil
1. Risiko Setelah dilakukan Intervensi utama Intervensi Utama
Termoregulasi tindakan asuhan “Edukasi Pengukuran “Edukasi
Tidak Efektif keperawatan selama 1x Suhu Tubuh” Pengukuran Suhu
1 jam diharapkan Observasi : Tubuh”
terjadinya risiko 1. Identifikasi Observasi
termoregulasi kesiapan dan 1. Untuk
berkurang dengan kemampuan mengidenti
kriteria hasil : menerima fikasi
1. menggigil menurun informasi kesiapan
2. kejang menurun Terapeutik dan
3. pucat menurun 2. Sediakan kemampua
4. suhu tubuh membaik materi dan n
media menerima
pendidikan informasi
kesehatan Terapeutik
3. Jadwalkan 2. Untuk
pendidikan memberika
kesehatan n
sesuai informasi
kesepakatan lebih
4. Berikan akurat
kesempatan sehingga
untuk pasien
bertanya maupun
5. Dokumentasi keluarga
kan hasil terpapar
pengukuran dengan
suhu jelas
Edukasi 3. Untuk
1. Jelaskan memperm
prosedur udah
pengukuran pemberia
suhu tubuh pendidikan
2. Anjurkan kesehatan
terus 4. Untuk
memegang mengetahu
bahu dan i sejauh
menahan dada mana
saat pemahama
pengukuran n tentang
aksila pendidikan
3. Ajarkan kesehatan
memilih yang telah
lokasi diberikan
pengukuran 5. Untuk
suhu oral atau mengetahu
aksila i hasil
4. Ajarkan cara pengukura
meletakkan n suhu
ujung Edukasi
thermometer 1. Agar
dibawah lidah pengukuran
atau dibagian suhu dapat
tengah aksila dilakukan
5. Ajarkan cara secara
membaca efektif
hasil 2. Agar hasil
thermometer thermomet
raksa dan/atau er tidak
elektrik mudah
lepas
3. Untuk
mengetahui
hasil
pengukuran
suhu yang
akurat
4. Agar ujung
thermomet
er tidak
melewati
lokasi
pengukuran
yang dapat
mempengar
uhi hasil
pengukuran
5. Agar tidak
keliru
dalam
pembacaan
hasil
thermomet
er yang
berbeda
2. Risiko Difisit Setelah dilakukan Intervensi Utama Intervensi Utama
Nutrisi tindakan asuhan “Manajemen “Manajemen
keperawatan selama 1 x Gangguan Makan” Gangguan Makan”
1 jam diharapkan Observasi Observasi
Risiko Difisit Nutrisi 1. Monitor 1. untuk
dapat dicegah dengan asupan dan mengetahui
kriteria hasil : keluarnya kebutuhan
1. Porsi makanan makanan dan asupan agar
yang cairan serta bisa
dihabiskan kebutuhan mengganti
meningkat kalori cairan yang
2. Verbalisasi Terapeutik sudah
keinginan 2. Timbang dikeluarkan
untuk berat badan Terapeutik
meningkatkan secara rutin 1. Untuk
nutrisi 3. Diskusikan mengetahui
meningkat perilaku apabila
3. Frekuensi makan dan terjadi
makan jumlah penurunan
membaik aktivitas fisik berat badan
4. Nafsu makan termasuk 2. Untuk
membaik olahraga yang mengetahui
sesuai) aktivitas
4. Lakukan fisik yang
kontrak dapat
perilaku (mis. mempengar
Target berat uhi
badan, perilaku
tanggung makan
jawab 3. Agar
perilaku) pasien bisa
5. Dampingi ke mengontrol
kamar mandi perilaku
untuk makannya
pengamatan 4. Untuk
perilaku mengetahui
memuntahkan jika klien
kembali memuntahk
makanan an
6. Berikan makanan di
penguatan kamar
positif mandi
terhadap 5. Agar klien
keberhasilan dapat
target dan meningkatk
perubahan an target
perilaku perilaku
7. Berikan makannya
konsekuensi 6. Untuk
jika tidak mencegah
mencapai terjadinya
target sesuai memuntahk
kontrak an
8. Rencanakan makanan
program kembali
pengobatan 7. Untuk
untuk mengobati
perawatan di kekurangan
rumah (mis. asupan
Medis, nutrisi
konseling) klien
Edukasi Edukasi
1. Anjurkan 1. Untuk
membuat mengetahui
catatan harian penyebab
tentang pasien
perasaan dan mengeluark
situasi pemicu an
pengeluaran makananny
makanan a
(mis. 2. Agar klien
Pengeluaran dapat
yang melakukan
disengaja,mun diet sesuai
tah, aktivitas dengan
berlebihan) kebutuhann
2. Ajarkan ya
pengaturan 3. Agar klien
diet yang dapat
tepat mengatasi
3. Ajarkan masalahnya
ketrampilan Edukasi
koping untuk 1. Untuk
penyelesaian mememnuh
masalah target
perilaku asupan
makan yang
Kolaborasi dibutuhkan
1. Kolaborasi klien
dengan ahli 2. Agar
gizi tentang pasien
target berat terhindar
badan, dari
kebutuhan makanan
kalori dan yang dapat
3. Agar saat
pilihan
pasien
makanan
tidak nafsu
makan
pasien bisa
mengatasi
maslahnya
sendiri
dengan
cara yang
lain
Kolaborasi
Agar pasien tidak
mengalami
kekurangan asupan
nutrisi
3. Keletihan Setelah dilakukan Intervensi Utama Intervensi Utama
tindakan asuhan “Edukasi “Edukasi
keperawatan selama 1 x Aktivitas/Istirahat” Aktivitas/Istirahat”
30 menit diharapkan Observasi Observasi
masalah keletihan dapat 1. identifikasi 1. Untuk
diatasi dengan kriteria kesiapan dan mengetahui
hasil : kemampuan kesiapan
1. verbalisai menerima untuk
kepulihan informasi menerima
energy Terapeutik informasi
meningkat 4. Sediakan Terapeutik
2. tenaga materi dan 2. Untuk
meningkat media memudahk
3. lesu menurun pengaturan an
4. selera makan aktivitas dan memberika
membaik istirahat n informasi
5. Jadwalkan tentang
pemberian pengaturan
pendidikan aktivitas
kesehatan dan
sesuai istirahat
kesepakatan 3. Untuk
6. Berikan keefektifan
kesempatan pemberian
kepada pasien informasi
dan keluarga 4. Untuk
untuk mengetahui
bertanya seberapa
Edukasi jauh
1. Jekaskan pemahama
pentingnya n klien
melakukan Edukasi
aktivitas 1. Agar
fisik/olahraga pasien
secara rutin menegtahu
2. Anjurkan i
terlibat dalam pentingnya
aktivitas olahraga
kelompok, terhadap
aktivitas aktivitas
bermain dan fisik
aktivitas 2. Agar
lainnya pasien
3. Anjurkan dapat
menyusul beraktivita
jadwal s
aktivitas dan sebagaima
istirahat an
4. Ajarkan cara mestinya
mengidentifik 3. Agar
asi kebutuhan aktivitas
istirahat (mis. yang
Kelelahan, dilakukan
sesak nafas pasien
saat aktivitas) tidak
5. Ajarkan cara melebihi
mengidentifik sehingga
asi target dan berpengaru
jenis aktivitas h ke waktu
sesuai istirahat
kemampuan 4. Untuk
mengontro
l aktivitas
yang
berlebihan
5. Untuk
beraktivita
s sesuai
dengan
target

4. Gangguan Setelah dilakukan Intervensi Utama Intervensi Utama


Pola Tidur tindakan asuhan “Dukungan Tidur” “Dukungan Tidur”
keperawatan selama 1 x Observasi Observasi
30 menit diharapkan 1. Identifikasi 1. Untuk
gangguan pola tidur pola aktivitas mengetahui
dapat diatasi dengan dan tidur pola
kriteria hasil : 2. Identifikasi aktivitas
1. Keluhan tidak factor dan tidur
puas tidur pengganggu 2. Untuk
menurun tidur (fisik mengetahui
2. Keluhan pola dan/atau factor yang
tidur berubah psikologis) dapat
menurun 3. Identifikasi menggangg
3. Keluhan makanan dan u tidur
istirahat tidak minuman 3. Untuk
cukup menurun yang mengetahui
Kemampuan mengganggu makanan
beraktivitas meningkat tidur (mis. dan
Kopi, teh, minuman
alcohol, yang dapat
makan menggangg
mendekati u pola tidur
waktu tidur, 4. Untuk
minum mengetahui
banyak air obat tidur
sebelum tidur) yang
4. Identifikasi berefek
obat tidur samping
yang lain
dikonsumsi Terapeutik
Terapeutik 1. Agar
1. Modifikasi pasien
lingkungan merasa
(mis. nyaman
Pencahayaan, saat tidur
kebisingan, 2. Agar waktu
suhu, matras, tidur
dan tempat malam
tidur) tidak
2. Batasi waktu berubah
tidur siang, 3. Agar pola
jika perlu tidur pasien
3. Fasilitasi tidak
menghilangka berubah
n setres 4. Untuk
sebelum tidur mempecep
4. Tetapkan at proses
jadwal tidur pengobatan
rutin 5. Agar
5. Lakukan pasien tetap
prosedur merasa
untuk nyaman
meningkatkan saat
kenyamanan beristirahat
mis. Pijat, 6. Untuk
pengaturan membantu
posisi, terapi pasien
akupresur) mengatasi
6. Sesuaikan masalah
jadwal tidur
pemberian Edukasi
obat dan/atau 1. Untuk
tindakan utuk membantu
menunjang proses
siklus tidur- pengobatan
terjaga 2. Agar pola
Edukasi tidur pasien
1. Jelaskan cukup
pentingnya 3. Agar tidak
tidur cukup mempengar
selama sakit uhi waktu
2. Anjurkan tidur pasien
menepati 4. Agar pola
kebiasaan tidur pasien
waktu tidur tidak
3. Anjurkan berubah
menghindari 5. Agar
makanan/min pasien
uman yang mengetahui
mengganggu factor yang
tidur dapat
4. Anjurkan mempengar
penggunaan uhi pola
obat tidur tidur
yang tidak 6. Agar
mengandung pasien
supresor merasa
terhadap tetap
tidur REM nyaman
5. Ajarkan saat
factor – beristirahat
factor yang yang
berkontribusi berdampak
terhadap pada pola
gangguan tidurnya
pola tidur
mis.
Psikologis,
gaya hidup)
6. Ajarkan
relaksasi
ototautogenik
atau cara
nonfarmakol
ogi lainnya

DAFTAR PUSTAKA

Cahyono, J.B. Suharyo B. 2010. Vaksinasi, Cara Ampuh Cegah Penyakit Infeksi.
Yogyakarta: Kanisius
Damin, Sumardjo. 2009. Pengantar Kimia: Buku Panduan Kuliah Mahasiswa
Kedokteran dan Program Strata I Fakultas Bioeksata. Jakarta: EGC
Muslim. 2009. Patofisiologi untuk Keperawatan. Jakarta: EGC
Rubenstein, David. et all. 2007. Kedokteran Klinis. Jakarta: Erlangga
Soedarmo, Sumarmo S Poorwo., dkk. 2012. Buku Ajar Infeksi & Pediatri Tropis.
Jakarta: IDAI
Sidoyo Aru, dkk. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi keempat. Jakarta:
Internal Publishing
Tapan, Erik. 2004. Flu, HFMD, Diare pada Pelancong, Malaria, Demam Berdarah,
Tifus. Jakarta: Pustaka Populer Obor
Team Elsevier. 2013. Ferri’s Clinical Advisor 2013: 5 Books in 1. Philadelphia:
Elsevier, Inc
Weller, Barbara F. 2005. Kamus Saku Perawat. Jakarta: EGC.
Tim Pokja SDKI PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan
Indikator. Jakarta : Dewan Pengurus PPNI
Tim Pokja SLKI PPNI. 2018. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan
Tindakan. Jakarta : Dewan Pengurus PPNI
Tim Pokja SIKI PPNI. 2018. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan
Tindakan. Jakarta : Dewan Pengurus PPNI

Denpasar, 10 Februari 2020

Ni Wayan Eka Purwanti

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK SEHAT

I. IDENTITAS
A. ANAK
1. Nama : An. A
2. Anak yang ke : Pertama
3. Tanggal lahir/umur : 10 Oktober 2015
4. Jenis kelamin : laki - laki
5. Agama : Hindu
B. Orang tua
1. Ayah
a. Nama : Tn. R
b. Umur : 33 tahun
c. Pekerjaan : Guru
d. Pendidikan : Sarjana Pendidikan
e. Agama : Hindu
f. Alamat : Gianyar
2. Ibu
a. Nama : Ny. A
b. Umur : 30 tahun
c. Pekerjaan : Wiraswasta
d. Pendidikan : Sarjana Ekonomi
e. Agama : Hindu
f. Alamat : Gianyar
Tanggal Pengkajian : 3 Februari 2020

II. ALASAN DIRAWAT


a) Keluhan Utama :
Ibu pasien mengajak anaknya ke
puskesmas blahbatuh untuk
mendapatkan imunisasi tifoid.
b) Riwayat Penyakit :
Ibu pasien mengajak anaknya ke
puskesmas blahbatuh pada tanggal 3
februari 2020 pukul 09.00 pagi untuk
mendapatkan imunisasi tifoid. Anak
dalam keadaan sehat.
III. RIWAYAT ANAK (0-6 tahun), tergantung penyakit
A. Perawatan dalam masa kandungan :
Dilakukan pemeriksaan kehamilan sebanyak 4 kali sampai bulan
sebelum persalinan. Tempat pemeriksaan di tempat praktek dokter
spesialis kandungan. Kesan pemeriksaan tentang kehamilan cukup
baik.
Imunisasi : -
Pemeriksan lain : -
Penyakit yang pernah diderita tidak ada
Penyakit dalam keluarga tidak ada
B. Perawatan pada waktu kelahiran :
Umur kehamilan 9 bulan, dilahirkan di RS. Ditolong oleh Bidan,
dengan persalinan normal, bayi lahir dalam waktu 2 jam. Keadaan
bayi setelah lahir normal.
BB lahir 3000 gram, PBL 50cm, LK 35cm, LD 33cm
IV. KEBUTUHAN BIO-PSIKO-SOSIAL-SPIRITUAL DALAM
KEHIDUPAN SEHARI-HARI
A. Bernafas
1. Kesulitan bernafas : tidak
2. Kesulitan dirasakan : tidak ada
3. Keluhan yang dirasa : tidak ada
4. Suara nafas : tidak
B. Makan dan Minum
BAYI :
- ASI : ASI diberikan sampai usia 12 bulan
- Makanan pendamping ASI : diberikan kepada anak pada saat
usia 6 bulan
- Makanan cair (air buah/sari buah) : diberikan kepada anak pada
saat usia 7 bulan
- Bubur susu : diberikan kepada anak pada saat usia bulan
- Nasi tim saring : ddiberikan kepada anak pada saat usia 10
bulan
- Nasi tim : diberikan kepada anak pada saat usia 10 bulan
- Makanan tambahan lainnya : anak diberikan makanan
tambahan berupa ayam, tahu, tempe, sayur-sayuran dan mulai
mengenalkan anak makanan padat yang akan diberikan pada
saat anak usia 1 tahun.
- Pola makan : ketika anak berusia 6 bulan, anak diberikan
makan sebanyak 2 kali sehari dan diselingin dengan ASI,
setelah diberikan ASI anak diberikan air putih sedikit
Anak – anak :
Pada saat ini nafsu makan anak sangat baik, anak makan sebanyak 3
kali dalam sehari, jenis makanan pokok yang diberikan berupa nasi
dan disertai dengan sayur maupun lauk. Anak suka makan buah-
buahan seperti buah apel, tidak ada pantangan makan terhadap
anak. Dan terdapat makanan selingan anak yaitu buah potong
C. Eliminasi (BAB/BAK)
Ketika anak ingiin BAB/BAK anak melakukannnya sendiri tanpa
memberitahu ibunya, ibu anak mengatakan konsistensi BAB pada
anak lembek, frekuensi BAB pada anak cukup banyak, dan ibu
mengatakan ketika anak BAK jumlah urinnya juga cukup banyak
yaitu ± 900 ml/hari.
D. Aktivitas
Ibu mengatakan anaknya sedang hiperaktif, dan pada saat pengkajian
anak tampak antusias untuk bermain petak umpet. Ibu mengatakan
ketika dirumah anak senang bermain plastisin.
E. Rekreasi
Keluarga biasa melakukan rekreasi ke kebun raya atau tempat
wisata lainnya seperti kolam berenang pada saat hari libur.
F. Istirahat dan Tidur
Ibu mengajarkan dan mengajak anaknya untuk mencuci kaki dan
BAK sebelum tidur. Tidur malam anak dimulai pada pukul 21.00
wita dan bnagun pada pagi hari pukul 06.00 wita. Anak memiliki
kebiasaan untuk tidur siangdari jam 13.00 dan bangun pada jam
15.00 wita.
G. Kebiasaan Diri
Mandi :
a. Mandi sendiri/dibantu : anak sudah bisa mandi sendiri di kamar
mandi, tapi tetap dalam pengawasan ibunya
b. Memakai sabun/tidak : ketika mandi anak memakai sabun
c. Dikeringkan dengan handuk/tidak : selesai mandi biasanya anak
mengeringkan badannya dengan handuk
d. Gosok gigi : anak sudah bisa menggosok gigi sendiri,
menggunakan pasta gigi yang memiliki rasa seperti buah, anak
biasanya menggosok gigi sebanyak 2 kali sehari yaitu pagi dan
saat malam sebelum tidur.
H. Pengaturan Suhu Tubuh
Pada saat pengkajian badan anak teraba tidak panas suhunya yaitu
36,5oC
I. Rasa Nyaman
Pada saat pengkajian anak terlihat nyaman bermain perosotan
taman bermain
J. Rasa Aman
Pada saat berada di Taman Bermain anak aman karena diawasi
oleh orang tuanya.
K. Belajar (anak dan orangtua)
Ibu biasanya mengajarkan anak untuk membiasakn diri mencuci
tagan sebelum dan sesudah makan dan mengajak anak untuk
melakukan kegiatan sederhana seperti bersih-bersih dirumah
contohnya menyapu. Ibu juga mengatakan mengetahui sedikit
informasi tentang pertumbuh kembangan anak, karena sebelumnya
pernah mengikuti kegiatan sosialisasi tentang itu. Tapi, ibu
mengatakan belum begitu paham tentang sebab dan pennyebab
penyakit yang dapat diderita anak.
L. Prestasi
Prestasi yang telah muncul dari anak yaitu, anak mulai pintar
mewarnai gambar yang sudah dicontohkan di sekolah paudnya.
M. Hubungan Sosial anak
Ibu mengatakan anaknya mudah beradaptasi dengan
lingkungannya yang baru
N. Melaksanakan Ibadah
Ibu mengatakan anaknya selalu ikut untuk sembahyang jika
memang saatnya waktu untuk sembahyang.
V. PENGAWASAN KESEHATAN
1. Bila sakit diawasi : anak selalu dalam pengawasan
2. Bila sakit minta pertolongan : ketika anak sakit ibu membawa anaknya
ke puskesmas atau rumah sakit terdekat
3. Kunjungan ke posyandu : ya
4. Pengawasan anak dirumah : ibu selalu mengawasi anaknya dirumah,
karena anak sedang berada pada fase aktif dan penasaran dengan hal-hal
baru.

IMUNISASI (1-5 TAHUN)


Imunisasi Umur Tanggal Reaksi Tempat
diberikan Imunisasi
BCG 1 bulan 10/11/2015 Puskesmas

DPT + Polio 2 bulan 12/12/2015 Puskesmas


I,II,III 3 bulan 12/01/2016
4 bulan 12/02/2016

Hepatitis B Saat lahir 10/10/2015 Puskesmas


(HB0) 2 bulan 12/12/2015
HB I,II,III 3 bulan 12/01/2016
4 bulan 12/02/2016

Campak 9 bulan Puskesmas

Imunisasi
Tambahan Puskesmas
Demam 5 tahun
tifoid

VI. PENYAKIT YANG PERNAH DIDERITA


No. Jenis Akut/Kronis/Menular/Tidak Umur Lamanya Pertolongan
Penyakit saat
sakit
1. Panas, Tidak akut 6 3 hari Dibawa ke
batuk, bulan rumah sakit
pilek

VII. Kesehatan Lingkungan


Ibu mengatakan dirummah tersedia tempat untuk membuang sampah
yang sudah dibedakann mana sampah orbanik, non organic dan plastic agar
anak terbiasa untuk membuang sampah sesuai jenisnya. Dan ibu mengatakan
sering membersihkan penampungan air untuk mencegah adanya jentiknya
nyamuk.
IX. PERKEMBANGAN ANAK (0-6 TAHUN)
(MOTORIK KASAR, MOTORIK HALUS, BAHASA, PERSONAL,
SOSIAL)
Pada saat ini usia An. A 5 tahun, sehingga KPSP yang digunakan yaitu KPSP
pada anak umur 60 bulan.
VIII. PEMERIKSAAN FISIK
a). Kesan umum : Anak tampak bersih, pergerakan aktif,
bentuk tubuh normal, status gizi anak normal
b). Warna kulit : Warna kulit normal dan bersih
c). Suara waktu menangis : Pada saat pengkajian anak tidak
menangis
d). Tonus otot : Pada saat dilakukan pemeriksaan otot,
kekuatan otot anak baik
e). Turgor kulit : Normal
f). Udema : Tidak terdapat edema
g). Kepala : Bentuk kapala normal, rambut hitam,
kulit kepala bersih dan tidak terdapat kelainan
h). Mata : Simetris, konjungtiva tidak pucat,
sclera tidak ikterik
i). Hidung : Pada saat pemeriksaan fisik, tidak
terdapat adanya secret, tidak terdapat pergerakan uping hidung, tidak
terjadi suara nafas tambahan dan tidak ada gangguan lain.
j). Telinga : Telinga anak terlihat bersih, dan alat
pendengaran pada anak baik.
k). Mulut : Keadaan mulut anak bersih, mukosa
bibir lembab, gusi merah muda, dan gigi anak bersih
l). Leher : Tidak terjadi pembesaran kelenjar,
tidak ada kaku kuduk, dan pergerakan leher normal.
m). Thoraks : Bentuk dada anak simetris, tidak
terdapat penggunaan otot bantu nafas, tidak terdapat suara nafas
tambahan.
n). Jantung : Normal
o). Persarafan : Normal
p). Abdomen : Bentuk abdomen simetris, dan tidak
ada nyeri tekan
q). Ekstremitas : Tidak ada kelainan ekstremitas. Tidak
kesulitan untuk bergerak
r). Alat kelamin : Normal
s). Anus : Normal
t). Antropometri (ukuran pertumbuhan)
1. BB = 18 kg
2. TB = 90 cm
3. Lingkar kepala = 50 cm
4. Lingkar dada = 68 cm
5. Lingkar lengan = 17 cm
u). Gejala cardinal
1. Suhu = 36,5oC
2. Nadi = 85X/menit
3. Pernafasan = 20X/menit
4. Tekanan darah =-
IX. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang
X. HASIL OBSERVASI
1. Interaksi anak dengan orang tua : Sangat baik
2. Bentuk/Arah komunikasi : Terjadi 2 arah
3. Ambivalensi/kontradiksi perilaku : Tidak terdapat konttraindikasi
pada perilaku anak

4. Rasa aman anak : Anak terlihat aman berada


dekat dengan orang tuanya

XI. ANALISA DATA


TGL/JAM DATA FOKUS INTERPRETASI/PE MASALAH
NYEBAB
3-2-20 DS : Ibu mengatakan Poses Penyakit Risiko
09.00 ingin mencegah Termoregulasi
anaknya sakit, dan ibu Tidak Efektif
berharap seelah
anaknya mendapatkan
imunisasi maka
anaknya selalu sehat
didukung oleh
lingkungan yang sehat
ddan bersih.
DO : Anak tampak aktif
dan sehat
3-2-20 DS : Ibu mengatakan Factor Psikologis Risiko Difisit
09.10 ingn menjaga asupan (keenganan untuk Nutrisi
nutrisi anaknya agar makan)
tetap baik
DO : Anak tampak
lahap saat makan

XII. DIAGNOSA KEPERAWATAN BERDASARKAN PRIORITAS


NO TANGGAL DIAGNOSA TANGGAL TTD
MUNCUL KEPERAWATAN TERATASI
1. 3/2/20 Risiko Termoregulasi 3/2/20
dibuktikan dengan proses
penyakit

2. 3/2/20 Risiko Difisit Nutrisi 3/2/20


dibuktikan dengan factor
psikologis (keenganan untuk
makan)

XII. RENCANA KEPERAWATAN


RENCANA TINDAKAN
No Tgl DIAGNOSA TUJUAN& INTERVENSI RASIONAL Nama
KEPERAWATAN KRITERIA TTD
HASIL
1 3/2/20 Risiko Setelah 1. identifikasi 1.untuk
Termoregulasi dilakukan kesiapan mengidentiif
Tidak Efektif tindakan dan ikasi
asuhan kemampuan kesiapan
keperawatan menerima dan
selama 1 x 1 informasi kemampuan
jam 2. sediakan menerima
diharapkan materi dan informasi
terjadinya media 2. untuk
risiko pendidikan memberikan
termoregulasi kesehatan informasi
berkurang 3. lebih akurat
dengan dokumentas sehingga
kriteria ikan hasil terpapar
hasil : pengukuran dengan jelas
1. menggigil suhu 3. untuk
menurun 4. jelaskan mengetahui
2. kejang prosedur hasil
menurun pengukuran pengukuran
3. pucat suhu tubuh suhu
menurun 4. agar
4. suhu tubuh pengukuran
membaik suhu dapat
dilakukan
secara efektif
2. 3/2/20 Risiko Difisit Setelah dilakukan 1. monitor 1. untuk
Nutrisi tindakan asuhan asupan dan mengetahui
keperawatan keluarnya kebutuhan
selama 1 x 1 jam makanan dan asupan agar bisa
diharapkan cairan serta mengganti cairan
Risiko Difisit kebutuhan yang sudah
Nutrisi dapat kalori dieluarkan
dicegah dengan 2. timbang 2. untuk
kriteria hasil : berat badan mengetahui
1. Porsi secara rutin apabila terjadi
makanan 3. diskusikan penurunan berat
yang perilaku makan badan
dihabisk dan jumlah 3. untuk
an aktivitas fisik mengetahui
meningk (termasuk aktivitas fisik
at olahraga) yang yang dapat
2. Verbalisa sesuai mempengaruhi
si 4. ajarkan perilaku makan
keingina ketrampilan 4. agar saat
n untuk koping untuk pasien tidak
meningk penyelesaian nafsu makan
atkan masalah pasien bisa
nutrisi perilaku makan mengatasi
meningk 5. maslahnya
at kolaborasikan sendiri dengan
3. Frekuens dengan ahli ccara yang lain
i makan gizi tentang 5. agar pasien
membaik target berat tidak mengalami
4. Nafsu badan, kekurangan
makan kebutuhan asupan nutrisi
membaik
kalori dan
pilihan
makanan
CATATAN PERKEMBANGAN
No Tgl jam No Implementasi Evaluasi Nama
DX /TTD
1. 3/2/20 9.40 1 1. Mengidentifikas DS : ibu pasien
i kesiapan dan mengatakan sudah
kemampuan siap untuk menerima
menerima informasi
informasi DO : ibu pasien
tampak kooperatif
9.45 2. Menyediakan DS : ibu pasien
materi dan mengatakan senang
media akan mendapatkan
pendidikan materi atau
kesehatan informasi tentang
pendidikan
kesehatan
DO : ibu pasien
tampak antusias
9.50 3. Menjelaskan DS : ibu pasien
prosedur mengatakan sudah
pengukuran melakukan
pengukuran suhu
sesuai dengan
prosedur yang sudh
dijelaskan
DO : ibu pasien
tampak sudah
melakukannya
9.55 4. Mendokumenta DS : ibu pasien
sikan hasil mengatakan sudah
pengukuran mencatat hasil
suhu pengukurann suhu
DO : ibu pasien
tampak kooperatif
S : 36,5oC
2 3/2/20 10.00 2 1. Memonitor DS : ibu pasien telah
asupan dan memonitor asupan
keluarnya dan keluarnya
makanan dan makanan dan cairan
cairan DO : ibu pasien
tampak sudah
melakukannnya
10.05 2. Menimbang DS : ibu pasien
berat badan mengatakan sudah
secara rutin menimbang berat
badan anaknya
secara rutin
DO : ibu pasien
tampak kooperatif
BB : 18 kg
10.15 3. Mendiskusikan DS : ibu pasien
perilaku makan mengatakan sudah
dan jumlah mengatur kebutuhan
aktivitas fisik makan anak dengan
(termasuk aktivitasnya
olahraga) yang DO : ibu pasien
sesuai tampak sudah
melakukannya
10.25 4. Mengajrkan DS : ibu pasien
ketrampilan mengatakan sudah
koping untuk mendapatkan solusi
penyelesaian untuk mengatasi
masalah masalah perilaku
perilaku makan makan anaknya
DO : ibu pasien
tampak
melakukannya
10.35 5. Mengkolaborasi DS : ibu pasien
kan dengan ahli mengatakan sudah
gizi tentang berkolaborasi
target berat dengan ahli gizi
badan, dalam pemenuhan
kebutuhan target kebutuhan
kalori dan kalori anaknya
DO : ibu pasien
pilihan
tampak kooperatif
makanan

Anda mungkin juga menyukai