OLEH
NI WAYAN EKA PURWANTI
P07120018129
TINGKAT 2.4
DIII KEPERAWATAN
Imunisasi adalah pemberian satu atau lebih antigen yang infeksius pada
seseorang individu untuk merangsang system imun dan memproduksi anti bodi
yang akan mencegah infeksi. Imunisasi biasanya lebih focus diberikan pada anak
dewasa, sehingga rentan terhadap serangan penyakit berbahaya. Imunisasi tidak
cukup hanya dilakukan sekali, tetapi harus dilakukan secara bertahap dan lengkap
terhadap berbagai penyakit yang sangat membahayakan kesehatan dan hidup anak
Imunisasi tifoid adalah salah satu imunisasi yang ditetapkan oleh peerintah
melalui IDI (Ikatan Dokter Indonesia). Imunisasi ini bisa mulai diberikan saat anak
berusia diatas 2 tahun, karena sudah menjadi salah satu imunisasi yang ditetapkan
oleh pemerintah maka sebaiknya bila anak sudah berusia di atas 2 tahun dan belum
diberikan imunisasi tifoid segera kita berikan. Pemberian imunisasi tifoid dapat
melindungi tubuh anak dari penyakit yang disebabkan oleh bakteri Salmonella
typhosa, yaitu penyakit typhus. Bakteri Salmonella typhosa bisa menyebar melalui
makanan dan minuman yang dikonsumsi. Selain itu, bisa juga menyebar melalui
lingkungan yang dimiliki sanitasi buruk. Menurut IDI, imunisasi tifoid yang
diberikan secara injeksi diberikan pada anak yang berusia di atas 2 tahun. Dan akan
diulangi setiap 3 tahun dengan tujuan agar kekebalan tubuh anak menjadi lebih baik.
Sedangkan untuk imunisasi tifoid seara oral bisa diberikan setelah ia berusia 6 tahun.
Deman typhoid atau Tiphoid Fever atau Typhus Abdominalis adalah penyakit
yang disebabkan oleh bakteri Salmonella typhii yang merupakan bakteri gram
negative benbentuk batang yang masuk melalui makanan dan minuman yang
terkontaminasi (Tapan, 2004).
Deman tipoid adalah suatu penyakit infeksi oleh bakteri Salmonella typhii dan
bersifat endemic yang termasuk dalam penyakit menular (Cahyono, 2010). Deman
tifoid adalah infeksi sistemk yang disebabkan oleh Salmonella typhii (Elsevier, 2013).
Jadi, demam tifoid merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri gram
negative (bakteri Salmonella typhii) yang menurunkan system pertahanan tubuh dan
masuk melalui makanan dann minuman yang terkontaminasi. Aspek paling penting
dari infeksi ini adalah kemungkinan terjadinya perfusi usus, karena organisme
memasuki rongga perut sehingga menyebabkan timbulnya peritonitis yang
mengganas.
2. Penyebab
a. Salmonella typhii
b. S. Paratyphii A, S Paratyphii hanya ditemukan pada manusia
c. Deman bersumber dari makan-makanan atau air yang dikontaminasi oleh
manusia lainnya.
d. Di USA, kebanyakan kasus demam bersumber baik dari wisatawan
mancanegara atau makanan yang kebanyakan diimpor dari luar. Salmonella
typhii, Salmonella paratyphii A, Salmonella Paratyphii B, Salmonella
Paratyphii merupakan bakteri penyebab demam tifoid yang mampu
menembus dinding usus dan selanjutnya masuk ke dalam saluran peredaran
darah dan menyusup ke dalam sel makrofag manusia bakteri ini masuk
melalui air dan makanan yang terkontaminasi dari urin dan feses yang
terinfeksi dengan masa inkubasi 3-25 hari. Pemulihan mulai terjadi pada
minggu keempat dalam perjalanan penyakit. Orang yang pernah menderita
demam tifoid akan memperoleh kekebalan dirinya, sekaligus sebagai karier
bakteri. Jadi, orang yang pernah menderita tifus akan menjadi orang yang
menularkan tifus pada yang belum pernah menderita tifus.
3. Patway
Faktor Psikologis
Proses Penyakit
(Keengganan untuk makan)
Imunisasi Typhoid
Salmonella Typhi
Penjelasan :
Virus Salmonella Typhi dapat menyebabkan penyakit tifus/ demam tifoid.
Penyakit ini bisa dicegah dengan imunisasi tifoid pada anak. Anak yang sudah
mendapatkan imunisasi tifoid bisa tercegah dari penyakit tersebut dan disebut
denngan anak sehat. Sedangkan anak yang belum menndapatkan imunisasi tifoid
biasanya mengalami proses penyakit atau factor psikologis dan timbulnnya diagnose
keeprawatan yaitu Resiko Termoregulasi Tidak Efektif dan Resiko Defisit Nutrisi.
4. Gejala Klinis
a. Cedera otak akut
b. Dehidrasi
c. Trauma
d. Stroke
1. Perkinson
2. Mobius syndrome
3. Cerebral palsy
4. Cleft lip
5. Cleft palate
6. Amyotropic lateral sclerosis
7. Kerusakan neuromoskular
8. Luka bakar
9. Kanker
10. Infeksi
11. AIDS
12. Penyakit Crohn’s
13. Enterokolitis
14. Fibrosis kistik
15. Anemia
16. Kanker
17. Hipotiroidisme/hipertiroidisme
18. Depresi
19. Menopause
20. Nyeri/kolik
21. Hipertiroidisme
22. Kecemasan
23. Penyakit paru obstruktif kronis
24. Kehamilan
25. Periode pasca partum
26. Kondisi pasca operasi
5. Pemeriksaan Fisik
Pada minggu pertama sakit, tanda klinis tifoid masih belum khas, mungkin
hanya didapatkan suhu badan meningkat. Pada minggu kedua, tanda klinis menjadi
lebih jelas berupa :
Distensi abdomen, Rose spot berupa berccak-bercak makulopapul beruran 1-4
cm, dengan jumlah tidak lebih dari 5, umumnya menghilang dalam 2-5 hari, lidah
tampak kotor yang khas ditengah dan tepi, sedang ujungnya merah dan tremor. Teraba
bradikardi relative dan dicrotic pulse (denyut ganda, dimana denyut kedua lebih
lemah daei denyut pertama), Splenomegali yang lunak, Hepatomegali.
Sedangkan pada minggu ketiga biasanya ditemukan : berat badan menurun
selama sakit, tampak konjungtiva terinfeksi. Abdomen lebih membuncit, penurunan
kesadaran ke dalam tifoid state, yaitu apatis, somnolen, stupor, confusion, dan bahkan
psikosis. Penderita tampak takipneu, dengan denyut nadi terba kecil dan lemah.
Terdengar krepitasi pada dasar paru. Apabila terjadi komplikasi akan didapatkan
melena, nyeri perut, symptom neuropsikiatrik, ataupun penurunan kesadaran seperti
delirium, kurang waspada, stupor, koma, dan bahkan syok.
6. Pemeriksaan Diagnostic/Penunjang
1. Pemeriksaan Fisis
Pemeriksaan fisis pada penderita demam tifoid dilakukan secara berulang
dan regular. Semua tandatanda vital merupakan petunjuk yang relevan.
Perhatian khusus harus diberikan pada pemeriksaan jasmani harian yang
kadang-kadang harus dilakukan lebih sering sampai kepastian diagnosis
didapat dan respon yang diperkirakan terhadap pengobatan penyakitnya
sudah tercapai, begitu juga dilakukan pemeriksaan secara teliti pada kulit,
kelenjar limfe, mata, dasar kuku, system kardivaskuler, dada, abdomen,
system munculoskeletal dan system saraf.
2. Pemeriksaan Laboratorium
a. Hematologi
Kadar hemoglobin dapat normal atau menurun bisa terjadi penyulit
peredaran usus
b. Kimia darah
Pemeriksaan elektrolit, kadar glukosa, blood urea nitrogen dan kreatinin
harus dilakukan.
c. Imunorologi
Widal : pemeriksaan serologi ini ditujukan untuk mendeteksi adanya
antibody di dalam darah terhadap antigen kuman Salmonella typhi. Hasil
positif dinyatakan dengan adanya aglutinasi. Hasil negative palsu dapat
disebabkan oleh karena antara lain penderita sudah mendapatkan terapi
antibiotika, waktu pengambilan darah kurang dari 1 minggu sakit,
keadaan umum pasien buruk, dan adanya penyakit imunologik lain.
d. Urinalis
Protein : bervariasi dari negative sampai positif akibat demam)
Leukosit dan eritrosit normal : bila meningkat kemmungkinan terjadi
penyulit.
e. Mikrobiologi
Sediaan apus dan kultur dari tenggorok, uretra, anus, serviks, dan
vagina harus dibuat dalam situasi yang tepat. Pemeriksaan sputum
diperlukan untuk pasien yang demam disertai batuk-batuk. Pemeriksaan
kultur darah dan kultur cairan abnormal serta urin diperlukan untuk
mengetahui komplikasi yang muncul.
f. Radiologi
Pembuatan foto toraks biasanya merupakan bagian dari pemeriksaan
untuk setiap penyakit demam yang signifikan
g. Biologi molekuler
Dengan PCR (Polymerase Chain Reaction), dilakukan dengan
perbanyakan DNA kuman yang kemudian diidentifikasi dengan DNA
probe yang spesifik. Kelebihan uji ini dapat mendeteksi kuman yang
terdapat dalam jumlah sedikit (sensifitas tinggi) serta kekhasan
(Spesifitas) yang tinggi pula. Specimen yang digunakan dapat berupa
darah, urin, cairan tubuh lainnya serta jaringan biopsi.
7. Diagnosis/Kriteria Diagnosis
- Risiko Termoregulasi dibuktikan dengan proses penyakit
- Risiko Difisit Nutrisi dibuktikan dengan factor psikologis (keenganan untuk
makan)
- Keletihan berhubungan dengan gangguan tidur
Dibuktikan dengan pasien mengatakan merasa kurang tenaga dan
tampak lesu
- Gangguan pola tidur berhubungan restraint fisik
Dibuktikan dengan pasien mengeluh sulit tidur dan istirahat tidak cukup
8. Terapi/Tindakan Penanganan
Pelaksanaan pada demam tifoid adalah sebagai berikut :
1. Perawatan
Pasien dengan demam tifoid perlu dirawat di rumah sakit untuk isolasi,
observasi dan pengobatan. Pasien harus tira baring absolut sampai minimal 7
ari bebas demam atau kurang lebih 14 hari. Mobilisasi pasien harus dilakukan
secara bertahap sesuai dengan pulihnya kekuatan pasien. Pasien dengan
kesadaran yang menurun, posisi tubuhnya harus diubah-ubah pada waktu
tertentu untuk menghindari komplikasi pneumonia hipostatik dan decubitus.
Defekasi dan buang air kecil perlu di perhatikan karena kadang-kadang terjadi
obstipasi dan retensi air kemih.
2. Diet
Makanan yang dikonsumsi adalah makanan lunak dan tidak banyak serat.
3. Obat
a. Obat – obat antimikroba yang sering dipergunakan ialah :
1). Kloramfenikol
Menurut Damin Sumardjo, 2009. Kloramfenikol atau kloramisetin
adalah antibiotic yang mempunyai spectrum luas, berasal dari jamur
Streptomyces venezuelae. Dapat digunakan untuk melawan infeksi
yang disebabkan oleh beberapa bakteri gram positif dan bakteri gram
negative. Kloramfenikol dapat diberikan secara oral. Rektal atau dalam
bentuk salep. Efek samping penggunaan antibiotic kloramfenikol yang
terlalu lama dan dengan dosis yang berlebihan adalah anemia aplastic.
Dosis pada anak : 25-50 mg/kg BB/hari per oral atau 75 mg/kg BB/hari
secara intravena dalam empat dosis yang sama.
2). Thiamfenikol
Menurut Tan Hoan Tjay & Kirana Raharja (2007, hal : 86).
Thiamfenikol (Urfamycin) adalah derivate p-metilsulfonil (- SO2CH3)
dengan spectrum kerja dan sifat yang mirip kloramfenikol, tetapi
kegiatannya agak lebih ringan. Dosis pada anak : 20-30 mg/kg BB/hari.
3). Ko – trimoksazol
Adalah suatu kombinasi dari trimetroprim-sulfametoksasol (10 mg
TMP dan 50 mg SMX/kg/24 jam). Trimethoprim memiliki daya kerja
antibacterial yang merupakan sulfonamide dengan menghambat enzim
dihidrofolat reduktase. Efek samping yang ditimbulkan adalah kerusakan
parah pada sel-sel drah antara lain agranulositosis dan anemia hemolitis,
terutama pada penderita defisiensi glukosa-6-fosfodehidrogenase. Efek
samping lainnya adalah reaksi alergi antara lain urticarial, fotosensitasi
dan sindrom Stevens Johnson, sejenis eritema multiform dengan risiko
kematian tinggi terutama pada anak-anak. Kontrimoksazol tidak boleh
diberikan pada bayi di bawah usia 6 bulan. Dosis pada anak yaitu
trimethoprim-sulfametoksasol (10 mg TMP dan 50 mg SMX/kg/24 jam,
secara oral dalam dua dosis). Pengobatan dengan dosis tepat harus
dilanjutkan minimal 5-7 hari untuk menghindarkan gagalnya terapi dan
cepatnya timbul resistensi. Tan Hoan Tjay & Kirana Raharja, 2007, hal :
140).
4). Ampisilin dan Amoksilin
Ampisilin : Penbritin, Ultrapen, Binotal. Ampisilin efektif terhadap E.coli,
H. Inflienzae, Salmonella, dan beberapa suku Proteus. Efek samping,
dibandingkan dengan perivat penisilin lain, ampisilin lebih sering
menimbulkan gangguan lambung usus yang mungkin ada kaitannya
dengan peneyrapan yang kuurang baik begitu pula reaksi alergi kulit
rash,ruam) dapat terjadi. Dosis ampisilin pada anak (200mg/kg/24 jam
secara intravena dalam empat sampai enam dosis). Dosis amoksilin pada
anak (100mg/kg/24 jam, secara oral dalam tiga dosis).
b. Obat – obat simptomatik :
1). Antipiretika (tidak perlu diberikan secara rutin)
2). Kortikosteroid (dengan pengurangan dosis selama 5 hari)
3). Vitamin B komplek dan C sangat diperlukan untuk menjaga kesegaran
dan kekuatan badan serta berperan dalam kestabilan pembuluh darah
kapiler.
Secara fisik :
a. Mengawasi kondisi klien dengan : pengukuran suhu secara berkala setiap
4-6 jam. Perhatikan apakah anak tidur gelisah, sering terkejut, atau
mengigau. Perhatikan pula apakah mata anak senderung melirik keatas,
atau apakah anak mengalami kejang-kejang. Demam yang disertai kejang-
kejang yang terlalu lama akan berbahaya bagi perkembangan otak, karena
oksigen tidak mampu mencapai otak. Terputusnya suplai oksigen ke otak
akan berakibat rusakya sel otak. Dalam keadaan demikian, cacat seumur
hidup dapat terjadi berupa rusaknya intelektual tertentu.
b. Bukalah pakaian dan selimut yang berlebihan
c. Memperhatikan aliran udara di dalam ruangan
d. Jalan nafas harus terbuka untuk mencegah terputusnya suplai oksigen ke
otak yang akan berakibat rusaknya se;-sel otak
e. Berikan cairan melalui mulut, minum sebanyak-banyaknya. Minuman
yang diberikan dapat berupa air putih, susu anak diare menyesuaikan), air
bah air the. Tujuan agar cairan tubuh yang menguap akibat naiknya suhu
tubuh memperoleh gantinya.
f. Tidur yang cukup agar metabolism berkurang
g. Kompres dengan air hangat pada dahi, ketiak, lipat paha. Tujuannya untuk
menurunkan suhu tubuuh di permukaan tubuh anak.
9. Komplikasi
- Perforasi usu
- Ileus paralitik
- Perdarahan usus
- Miokarditis
- Bronkopneuminea
- Pleuritis
- Koagulasi intravascular diseminata
- Sepsis
DAFTAR PUSTAKA
Cahyono, J.B. Suharyo B. 2010. Vaksinasi, Cara Ampuh Cegah Penyakit Infeksi.
Yogyakarta: Kanisius
Damin, Sumardjo. 2009. Pengantar Kimia: Buku Panduan Kuliah Mahasiswa
Kedokteran dan Program Strata I Fakultas Bioeksata. Jakarta: EGC
Muslim. 2009. Patofisiologi untuk Keperawatan. Jakarta: EGC
Rubenstein, David. et all. 2007. Kedokteran Klinis. Jakarta: Erlangga
Soedarmo, Sumarmo S Poorwo., dkk. 2012. Buku Ajar Infeksi & Pediatri Tropis.
Jakarta: IDAI
Sidoyo Aru, dkk. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi keempat. Jakarta:
Internal Publishing
Tapan, Erik. 2004. Flu, HFMD, Diare pada Pelancong, Malaria, Demam Berdarah,
Tifus. Jakarta: Pustaka Populer Obor
Team Elsevier. 2013. Ferri’s Clinical Advisor 2013: 5 Books in 1. Philadelphia:
Elsevier, Inc
Weller, Barbara F. 2005. Kamus Saku Perawat. Jakarta: EGC.
Tim Pokja SDKI PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan
Indikator. Jakarta : Dewan Pengurus PPNI
Tim Pokja SLKI PPNI. 2018. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan
Tindakan. Jakarta : Dewan Pengurus PPNI
Tim Pokja SIKI PPNI. 2018. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan
Tindakan. Jakarta : Dewan Pengurus PPNI
I. IDENTITAS
A. ANAK
1. Nama : An. A
2. Anak yang ke : Pertama
3. Tanggal lahir/umur : 10 Oktober 2015
4. Jenis kelamin : laki - laki
5. Agama : Hindu
B. Orang tua
1. Ayah
a. Nama : Tn. R
b. Umur : 33 tahun
c. Pekerjaan : Guru
d. Pendidikan : Sarjana Pendidikan
e. Agama : Hindu
f. Alamat : Gianyar
2. Ibu
a. Nama : Ny. A
b. Umur : 30 tahun
c. Pekerjaan : Wiraswasta
d. Pendidikan : Sarjana Ekonomi
e. Agama : Hindu
f. Alamat : Gianyar
Tanggal Pengkajian : 3 Februari 2020
Imunisasi
Tambahan Puskesmas
Demam 5 tahun
tifoid