LPK - Alam Amrullah Nurdansyah 395873
LPK - Alam Amrullah Nurdansyah 395873
(Individu)
disusun oleh :
SUBDIREKTORAT KKN
DIREKTORAT PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2019
I. LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN
A. PENDAHULUAN
Dengan menyebut nama Allah, Tuhan Yang Maha Pengasih dan Maha
Penyayang. Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan anugerahNya kepada kita. Kegiatan Kuliah Kerja
Nyata Pembelajaran Pemberdayaan Masyarakat Universitas Gadjah Mada
Tahun 2019 Periode 2 telah terlaksanakan. Merupakan pengalaman dan
pembelajaran hidup yang sangat berharga bagi penulis karena adanya dapat
mengamalkan salah satu tri dharma perguruan tinggi, yakni pengabdian
terhadap masyarakat. Tim KKN-PPM UGM Periode 2 Tahun 2019 Unit JT-157
adalah tim yang diterjunkan di Kecamatan Sambi, Kabupaten Boyolali, Provinsi
Jawa Timur. Pada pelaksanaan programnya, tim kemudian dibagi kembali
menjadi 5 (lima) sub-unit yang disebar di 2 (dua) desa, yaitu Desa Catur dan
Desa Ngaglik. Tim KKN-PPM UGM Periode 2 Tahun 2019 Unit JT-157 berisi
mahasiswa dari beragam disiplin ilmu dengan anggota keseluruhan 27 orang.
Dosen Pembimbing Lapangan (DPL) Tim KKN-PPM UGM Periode 2 Tahun
2019 Unit JT-157 adalah Bapak Ir. Suci Handayani, M.P., dari Fakultas
Pertanian UGM.
Desa Catur merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan
Sambi, Kabupaten Boyolali, Provinsi Jawa Tengah. Dengan luas 256.6350 Ha,
Desa Catur merupakan penghasil padi dan beras dengan lebih dari 50% total
luas lahannya merupahan persawahan. Pada tahun 2018, Desa Catur memiliki
total 2598 penduduk yang sebagian besar berprofesi sebagai petani. Secara
administratif, Desa Catur dibagi menjadi 3 dusun, 13 dukuh, 3 RW, dan 20 RT
yang dikelola oleh total 9 orang perangkat desa dan seorang kepala desa.
Dalam hal sarana pendidikan, terdapat 1 unit PAUD, 3 TK, 2 SD Negeri, 1 MI,
1 MTS Negeri, dan 1 SMK Negeri di Desa Catur.
Desa Catur dikenal luas sebagai kampung tani, lumbung padi Kabupaten
Boyolali. Bahkan, pada dekade 1980an Desa Catur sempat mendapat gelar
Lumbung Padi Nasional oleh Pemerintah RI pada saat itu. Keunggulan tersebut
bahkan ditandai dengan adanya Monumen Kampung Tani pada perbatasan
Desa Catur dengan Kabupaten Semarang. Produk beras yang ditawarkan pun
beragam. Mulai dari beras reguler, beras cidenok, beras menthik wangi
organik, beras merah wangi organik, dan masih banyak lagi. Produksi yang
masif ini pun tentu didukung dengan hadirnya kelompok tani (poktan) yang
suportif terhadap perkembangan dan persatuan para petani. Salah satu poktan
yang aktif berkembang dan berkarya adalah Poktan Budi Rahayu pimpinan
Bapak Trubus Djatmiko dari Dukuh Tropayan, Desa Catur. Selain produk
tani berupa beras yang menjadi dominasi, Desa Catur pun memiliki banyak
keunggulan lainnya. Di antaranya yang lain adalah pengembangan toga
(tanaman obat keluarga) yang digagas oleh Bapak Supri dari Dukuh
Karangjowo, Desa Catur. Toga yang dikembangkan beragam, mulai dari
tanaman mint, jinten, sawi, dan sebagainya. Selain toga, terdapat pula
pengembangan teknik vertikultur sebagai opsi penanaman tanaman skala
rumahan pada lahan yang relatif sempit.
Tim KKN-PPM UGM diterima langsung oleh Kades Catur, Bapak Ir.
Suyono (alumni Teknik Geodesi UGM), dan Sekdes Catur, Bapak Hananto Adi
Kusumo, S.Sos., pada hari pertama penerimaan dan penempatan. Di awal
penerimaan, tim KKN-PPM UGM banyak berdiskusi dengan pihak Pemdes
terkait program yang akan dilaksanakan kemudian hari. Banyak masukan dan
opsi program yang didiskusikan dan diterima oleh tim. Pada prinsipnya,
Pemdes Catur sangat mendukung program-program yang direncanakan
diadakan oleh tim dan berkomitmen membantu semaksimal mungkin.
Selama menjalankan KKN-PPM, tim KKN-PPM UGM menempati
pondokan atau rumah kediaman Bapak Sukadi dan Ibu Nurkhayati di Dukuh
Catur, Desa Catur. Bapak Sukadi dan Ibu Nurkhayati menerima dan
memerlakukan tim dengan sangat baik selama program KKN-PPM
berlangsung. Pada hari pertama, DPL Unit JT-157, Bapak Ir. Suci Handayani,
M.P., melakukan perkenalan dan konsolidasi dengan pihak desa dan pemilik
pondokan agar hubungan dapat terjalin dengan baik ke depannya.
Tema program KKN-PPM UGM Unit JT-157, Kec. Sambi, Kab. Boyolali
adalah “Pemanfaatan dan Optimalisasi Sumber Daya Daerah untuk
Peningkatan Ekonomi Masyarakat”. Program yang disusun pun
menitikberatkan pada peningkatan pemanfaatan aset dan sumberdaya yang
dimiliki oleh Desa Catur.
B. PEMBAHASAN
1. HASIL KEGIATAN
Setelah dilakukan observasi, perencanaan, dan pelaksanaan program
yang efektif sejak tanggal 1 Juli 2019 hingga 18 Agustus 2019,
diperoleh hasil dengan penjabaran masing-masing program pokok
sebagaimana berikut :
1.1. Perencanaan dan Perancangan Unit Instalasi Biogas dari
Kotoran Sapi di Dukuh Tropayan, Desa Catur
No. Sektor : 1.8.01
Jenis Program : Pokok Tema
Sifat Program : Monodisipliner
Klaster : Saintek
Uraian Kegiatan :
Program ini merupakan tahap paling awal dari program
interdisipliner tim KKN-PPM UGM Desa Catur yaitu
Pembangunan Unit Instalasi Biogas dari Kotoran Sapi.
Dikarenakan pembangunan instalasi biogas merupakan program
yang membutuhkan dana cukup besar (dalam kasus ini kurang
lebih 18 juta rupiah) dan waktu yang cukup lama (kurang lebih
satu bulan), maka dibutuhkan perencanaan dan perancangan
yang baik agar betul-betul dapat diaplikasikan oleh masyarakat
di kemudian hari dan tidak terdapat miss dalam proses
pengerjaan nantinya. Program ini dilaksanakan selama kurun
waktu dua minggu pertama program KKN berlangsung. Hal ini
dikarenakan proses desain dan pengukuran membutuhkan
waktu dan masukan dari banyak pihak. Pada program ini, tim
bekerjasama dengan Dinas Lingkungan Hidup Kab. Boyolali
yang telah berpengalaman dalam proses desain dan pengerjaan
pembangunan instalasi biogas. Hasilnya diperoleh Detailed
Engineering Design (DED) Unit Instalasi Biogas sebagaimana
terlampir.
1.2. Pemanfaatan Biogas Produksi Instalasi Biogas dari Kotoran
Sapi sebagai Sumber Energi Alternatif untuk Penggunaan
Kompor oleh Masyarakat di Dukuh Tropayan, Desa Catur
No. Sektor : 1.4.05
Jenis Program : Pokok Tema
Sifat Program : Monodisipliner
Klaster : Saintek
Uraian Kegiatan :
Dengan dilakukannya input kotoran dan urine sapi, serta
berbagai senyawa atau substrat organik lainnya pada unit
instalasi biogas, akan diperoleh gas metana setelah proses
peruraian berjalan selama waktu tertentu. Gas metana ini
kemudian ditangkap dan dihubungkan dengan pipa menuju
kompor yang terdapat di rumah warga agar kemudian dapat
dimanfaatkan untuk penggunaan kompor. Dengan menggunakan
biogas ini sebagai energi alternatif, warga dapat menghemat
pengeluaran dan tidak perlu membeli LPG kembali yang
harganya masih relatif mahal. Tim pun membekali warga dengan
pressuremeter dan regulator gas agar penggunaan tetap aman.
Pada tahap awal, pipa biogas hanya dihubungkan ke satu rumah
warga, yaitu rumah Bapak Trubus Djatmiko selaku penanggung
jawab kandang sapi komunal tempat unit instalasi biogas berada.
Seiring waktu, tim berharap pipa dapat didistribusikan ke lebih
banyak rumah lagi.
2.2. Tantangan
Dalam melaksanakan program yang telah direncanakan
sebelumnya, terdapat berbagai tantangan di antaranya:
a. Program utama yang dirancang (program instalasi biogas)
merupakan program yang membutuhkan dana cukup besar
dan waktu yang cukup lama untuk menyelesaikannya.
Namun, program ini diharapkan dapat membawa manfaat
yang nyata pada berbagai sektor (lingkungan, energi
alternatif, pertanian, dll) dan berkesinambungan secara terus
menerus dalam jangka waktu yang panjang.
b. Desa Catur merupakan desa yang tergolong sudah cukup
maju infrastruktur dan teknologi pertaniannya. Maka dari itu,
mencari dan mengembangkan terobosan baru yang
sebelumnya belum ada atau belum diketahui oleh masyarakat
menjadi tantangan tersendiri bagi tim KKN-PPM UGM di Desa
Catur.
6. POTENSI PENGEMBANGAN/KEBERLANJUTAN
Program instalasi biogas tersebut diharapkan dapat menjadi opsi
pengembangan keberlanjutan di Desa Catur. Program ini diproyeksikan
pada awalnya agar menjadi program percontohan kepada masyarakat
sekitar agar tertarik membangun instalasi biogas setelah melihat
manfaat yang diberikan. Hal ini karena pada dasarnya banyak warga
masyarakat yang memiliki ternak sapi, kambing, maupun ayam namun
belum memanfaatkan kotorannya secara optimal dan ramah lingkungan.
Energi alternatif biogas yang dihasilkan adalah energi yang dapat
dimanfaatkan secara terus menerus dan berkelanjutan oleh warga,
sehingga penggunaan LPG dapat dikurangi. Unit instalasi biogas ini
menjadi alternatif solusi bukan hanya untuk menekan pengeluaran
ekonomi, tetapi juga permasalahan lingkungan, kebutuhan energi, serta
hasil sampingnya (digestat) dapat digunakan sebagai pupuk organik
untuk kemakmuran pertanian.
1 Detailed
Engineering
Design
potongan
tampak
samping dari
instalasi
biogas
kotoran sapi
2 Detailed
Engineering
Design
potongan
tampak atas
dari instalasi
biogas
kotoran sapi
1 Instalasi pipa
PVC yang
menghubungkan
biodigester
dengan kompor
di rumah warga
beserta kran
kontrol
Sumber: Dokumentasi
Penulis
2 Warga saat
mencoba
kompor yang
dialiri biogas
hasil produksi
biodigester
Sumber: Dokumentasi
Penulis
3 Kran yang
dipasang dekat
kompor untuk
membuka dan
menutup aliran
biogas ke
kompor
Sumber: Dokumentasi
Penulis
1 Sosialisasi terkait
instalasi biogas
tahap awal oleh
petugas DLH Kab.
Boyolali kepada
anggota dan
pengurus Poktan
Budi Rahayu pada
tanggal 11 Juli
2019 di Sekretariat
Poktan Budi
Rahayu
Sumber: Dokumentasi
Penulis
2 Sosialisasi pasca
proyek instalasi
biogas selesai oleh
DLH Kab. Boyolali
kepada warga RT
02 Dukuh
Tropayan, Desa
Catur pada tanggal
7 Agustus 2019 di
salah satu rumah
warga
Sumber: Dokumentasi
Penulis
3 Miniatur gunung
berapi buatan dari
koran, letusan dibuat
dari campuran asam
cuka dengan soda
pengembang kue
1 Pembuatan biopori
menggunaka pipa PVC
4 inchi
3 Penanaman biopori di
pekarangan rumah
warga
5 Setelah dilakukan
penutupan serta
pemasangan pipa yang
menghubungkan
biodigester dengan
kompor di rumah warga
dan kran untuk kontrol