IV. Peralatan
a. Termometer
b. Cincin kuningan,
c. Bola baja
d. Alat pengarah bola
e. Bejana gelas
f. Dudukan benda uji
g. Penjepit
h. Pengukur waktu
i. Pemanas atau hotplate.
Specifikasi Termometer
Nama ASTM Softening Point ASTM High Softening Point
Termometer ASTM No. 15 C 15 F 16 C 16 F
Terendah Seluruh Seluruh Seluruh Seluruh
Daerah pengukuran 2º sampai 80º 30ºF sampai 30ºC sampai 85 ºF sampai
C 180ºF 200 ºC 392 ºF
Skala terkecil 0,2 ºC 0,5ºF 0,5ºC 1 ºF
Skala terbesar 1ºC 1ºF 5 ºC 10 ºF
Kesalahan karena 0,2 ºC 0,4ºF 0,3ºC 0,5 ºF
pembacaan skala
(maksimum)
Standarisasi Es dan tiap 20 Es dan tiap Setiap 20 ºF Setiap 70 ºF
ºC 40ºF
Panjang seluruhnya (B) 397 mm 397 mm
Diameter batang (C) 6,0 sampai 7,0 mm 6,0 sampai 7,0 mm
Diameter bagian ujung (E) 4,5 sampai 5,5 mm 4,5 sampai 5,5 mm
Diameter bagian cairan (D) 9,0 sampai 14 mm 9,0 sampai 14 mm
Jarak ujung bawah tempat 0ºC 32ºF 30 ºC 86 ºF
VII. Pelaporan
Kesimpulan :
1. Dari tabel diatas, aspal mulai melembek pada suhu 48 (ºC) untuk benda uji I dan pada
suhu 49 (ºC) pada benda uji II
2. Menurut Bina Marga Titik lembek untuk campuran aspal pen 60 yang di isyaratkan
adalah 48°C - 58°C aspal pen 40 adalah min 51 ºC dan Max 63 ºC. hasil pengujian
didapat aspal mulai melembek pada suhu 48 ºC dan 49 ºC pada 2 buah benda Uji
3. Titik lembek 48 ºC dan 49 ºC, memenuhi persyaratan pen 60 berdasarkan RSNI S-01-
2003
DOKUMENTASI
PENGUJIAN PENETRASI BAHAN – BAHAN BITUMEN
I. Lokasi dan Waktu Praktikum
II. Tujuan
a. Dapat menentukan nilai penetrasi bitumen keras atau lembek ( solid atau semi solid )
b. Dapat menjelaskan prosedur pelakasanaan pengujian penetrasi bitumen keras atau lembek
dengan memasukkan jarum penetrasi ukuran tertentu, beban dan waktu tertentu ke dalam
bitumen pada suhu tertentu
c. Dapat menggunakan peralatan dengan trampil
IV. Peralatan
a. Termometer
b. Penetrometer yang dapat menggerakan pemegang jarum naik turun tana gesekan dan
dapat mengukur penetrasi hingga 0.1 mm.
c. Jarum penetrasi terbuat dari stainless steel mutu 440 C, atau HRC 54 sampai 60. Ujung
jarum harus bebentuk kerucut terpancung.
d. Cawan berbentuk silinder dengan dasar rata
e. Bak perendam
f. Nampan air untuk merendam benda uji dan memiliki tinggi yang cukup untuk merendam
benda uji tanpa bergerak.
g. Pengukur waktu
V. Prosedur pelaksanaan
Catatan :
a. Apabila pembacaan stop watch lebih dari 5 detik. Hasil tersebut dianggap tidak valid
( diabaikan )
VI. Pelaporan
II. Tujuan
a. Dapat menentukan nilai berat jenis bitumen keras ter dengan piknometer
b. Dapat menjelasakan prosedur pelaksanaan pengujian berat jenis bitumen keras
dengan benar
c. Dapat membandingkan antara berat bitumen dan berat air suling dengan isi yang
sama pada suhu tertentu
d. Menggunakan peralatan dengan trampil
Berat jenis aspal tanpa campuran, biasanya berkisar antara 1, 025 – 1.035
pada suhu 25 derajat. Makin keras aspal umumnya berat jenisnya semakin tinggi.
Berat jenis dapat diepengaruhi oleh perubahan suhu dan pemuaian yang dapat
menyebabkan terjadinya perubahan volume
Nilai berat jenis aspal dibutuhkan untuk membuat bermacam – macam variasi
campuran aspal atau untuk jenis – jenis pengujian aspal lainnya.
IV. Peralatan
a. Termometer
b. Bak perendam
c. Nampan air
d. Piknometer
e. Air suling
V. Prosedur pelaksanaan
VI. Pelaporan
2. BJ (aspal) = (C-A)÷(B-A)-(D-C)
Maka, BJ I = 33,3÷(49,9-17,7) = 1,034 g/m²
BJ II = 34,5÷(50,1-16,7) = 1,033 g/m²
DOKUMENTASI