PENDAHULUAN
a. Roasting Oksidasi
Pemanggangan yang menghasilkan oksida dan pemangangan sulfatasi
menghasilkan senyawa sulfat, biasanya untuk logam yang mudah larut
dalam air untuk proses hidrometalurgi.
Contoh :
2 ZnS + 3O2 2 ZnO + 2SO2...................................................(2.1)
FeS2 + 5,5 O2 Fe2O3 + 4 SO2………......................................(2.2)
Dalam roasting juga ada proses pemanggangan metalisasi
pemanggangan untuk menghasilkan logam pada temperatur : 500-800ºC
Contoh :
HgS(s) + O2 Hg(g) + SO2…..................…....................…......(2.3)
b. Roasting Reduksi
Untuk menurunkan bilangan oksidasi suatu logam, atau langsung
menghasilkan logamnya.Syarat bijih mempunyai kemurnian yang tinggi.
Contoh :
Proses HYL PT KS
Fe2O3 + 3 H2 2 Fe + 3 H2O…………………........................(2.4)
c. Roasting Klorinasi
Untuk menghasilkan senyawa klorida yang larut dalam air atau yang
mudah menguap sehingga mudah dipisahkan dari mineral pengotornya.
Contoh :
MS + NaCl + 3O2 Na2SO4 + MCl2…….................................(2.5)
d. Roasting Khusus
Proses Mond yaitu untuk memurnikan logam nikel.
Contoh :
Ni + 4 CO(g) Ni(CO)4(g) T = 430ºC……..........................(2.6)
Ni(CO)4(g) Ni(s) + 4 CO(g) T = 2120ºC…...........................(2.7)
4. Aglomerasi
Aglomerasi bertujuan untuk mengubah ukuran partikel dari butiran
menjadi gumpalan.Tujuannya adalah untuk memudahkan handling dan
6
2.2 Kalsinasi
Kalsinasi dapat didefinisikan sebagai suatu proses pengerjaan bijih pada
temperatur tinggi, tetapi tidak melebihi temperatur lelehnya. Temperatur yang
digunakan bervariasi tergantung pada jenis senyawa karbonat. Kalsinasi dilakukan
untuk mengubah bentuk senyawa dalam konsentrat menjadi oksidanya agar sesuai
untuk proses selanjutnya. Pada proses ini tidak dilakukan penambahan bahan
kimia. Kalsinasi termasuk proses perlakuan panas yang menyebabkan terjadinya
dekomposisi senyawa yang berikatan secara kimia dengan bijih seperti air kristal
dan karbon dioksida. Kebanyakan senyawa karbonat terdekomposisi pada
temperatur rendah seperti MgCO3 yang terdekomposisi pada temperatur 417oC.
Tetapi untuk senyawa CaCO3 dibutuhkan suhu hingga 900oC untuk dapat
mendekomposisikannya. Kondisi ini dikarenakan beberapa faktor, yaitu[3]:
7
Zona Preheating
Zona Reaksi
Zona Cooling
Udara CaO
Gambar 2.1 Zona Furnace[5]
Tungku kalsinasi dapat dibagi dalam tiga zona, yaitu zona preheating,
zona reaksi, dan zona cooling[5].
a. Preheating Zone.
Pada daerah ini muatan padat batu kapur dan kokas akan mengalami
pemanasan sampai temperatur sekitar 800 celcius oleh gas panas yang
bergerak berlawanan dari bawah ke bagian atas tungku. Pada daerah ini,
belum terjadi reaksi kalsinasi maupun reaksi pembakaran dari kokas.
b. Reaction Zone.
Pada daerah ini terjadi reaksi pembakaran kokas dan dekomposisi dari
batu kapur. Kapur kabar mengalami pemanasan berlebih dan diperkirakan
menjacapai temperatur 1000 celcius. Gas yang meninggalkan daerah
reaksi bertemperatur sekitar 900 celcius. Temperatur gas yang keluar ini,
100 celcius lebih tinggi dari pada temperatur material yang masuk pada
9
daerah ini.
c. Cooling Zone.
Pada daerah ini kapur bakar didinginkan dengan udara yang bergerak
berlawanan dari bagian bawah tungku. Pada daerah ini kapur bakar
didinginkan sampai temperatur sekitar 100 celcius
Data Pengamatan
Pembahasan Literatur
Kesimpulan
4 BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
D= 2,6 Cm
1 2,115 71,83
2 2,115 73,1
4.2 Pembahasan
Pada percobaan ini, batu kapur disiapkan lalu batu kapur tersebut dipecah
menjadi ukuran yang lebih kecil. Pemecahan ini dilakukan agar saat pembuatan
geometri atau bentuk dari batu bara ini tidak memakan waktu yang cukup lama.
Karena jika ukurannya lebih mendekati dari volume bentuk yang diinginkan,
maka proses preparasinya juga akan lebih mudah dan lebih cepat. Pada percobaan
ini digunakan variabel berupa ukuran batu kapur dan bentuk batu kapur.Sehingga
15
untuk batu kapur pertama dibentuk menjadi berbentuk bola dengan diameter 3,5
cm. Lalu untuk batu kapur kedua digunakan bentuk bola dengan diameter 2,6 cm.
Variabel ukuran ini nantinya akan menunjukan bagaimana pengaruh dari ukuran
batu kapur terhadap reaksi kalsinasi yang terjadi. Perbedaan ukuran ini nantinya
akan menjadi percobaan untuk melihat bagaimana pengaruh dari bentuk atau
geometri dari batu kapur terhadap reaksi kalsinasi yang terjadi.
Pada hasil percobaan ini didapatkan nilai persen kalsinasi pada conto
pertama menggunakan diameter 3,5 cm berbentuk bulat sebesar 71,83%, dan nilai
persen kalsinasi pada conto kedua menggunakan diameter 2,6 cm berbentuk bulat
sebesar 73,1%. Dilihat dari hasil yang didapat semakin kecil diameter atau luas
permukaannya maka nilai persen kalsinasi yang didapat pun semakin besar.
Sebaliknya semakin besar diamater atau luas permukaannya maka nilai persen
kalsinasi yang didapat pun semakin kecil. Hal ini disebabkan karena waktu tinggal
dan temperatur di tungku konstan, penetrasi panas terhadap partikel-partikel dari
batu kapur berbeda bergantung pada variasi ukuran batu kapur yang digunakan.
Semakin besar ukuran batu kapur, panas tidak cukup menembus ke inti,
sehingga bagian dalam pecahan batu tetap sebagai kalsium karbonat sementara
bagian luar telah terkonversi menjadi CaO. Untuk batu yang lebih kecil, panas
mencapai inti dengan cepat dan lapisan luar kelebihan panas sehingga membentuk
kulit luar yang keras dimana air tidak bisa menembusnya. Berdasarkan dari
literatur bahwa semakin kecil ukuran dari batu kapur maka semakin banyak hasil
kalsin yang terbentuk, ukuran partikel batu kapur harus kecilpun ada batasnya,
biasanya sekitar 1,5 inci. Akan tetapi karena sifat alamiah dari operasi pengecilan
ukuran, ada berbagai ukuran berkisar antara 0,5-2 inci[1].
Kalsinasi merupakan proses penghilangan air, karbon dioksida atau gas lain
yang mempunyai ikatan kimia dengan bijih. Kalsinasi adalah thermal treatment
yang dilakukan terhadap bijih dalam hal ini batu kapur agar terjadi dekomposisi
dan juga untuk mengeleminasi senyawa yang berikatan secara kimia dengan batu
kapur yaitu karbon dioksida dan air.Proses kalsinasi bersifat endotermik, sehingga
memerlukan panas untuk reaksinya. Maka kelebihan panas yang diberikan dipakai
untuk berlangsungnya reaksi.
16
Berat sampel yang hilang menyatakan banyaknya gas CO2 yang terbentuk
selama kalsinasi dan volume dari batu kapur yang diproses semakin kecil dan
semakin kecil volume dari persen besar persen berat yang hilang.[7] Hal ini
disebabkan semakin mempermudah penguraian impurities untuk keluar dari batu
kapur tersebut. Dan dalam hal ini batu kapur yang memiliki volume paling kecil
adalah batu kapur pada sampel kedua dengan persentasi penyusutan paling besar
o
Secara teoritis temperatur untuk kalsinasi adalah sekitar 900 C.Tetapan
temperatur ini dapat diperhitungkan secara teoritis dengan menggunakan nilai
energi bebas Gibbs (ΔG) yang merupakan driving force untuk suatu reaksi.
Diperlukan energi bebas Gibbs yang bernilai negatif (ΔG < 0) agar reaksi dapat
berlangsung secara spontan. Secara teori Rosenqvist menjelaskan bahwa
temperatur kalsinasi yang lebih tinggi akan menyebabkan penyusutan meningkat
dan penurunan volume pada bijih yang mengalami proses kalsinasi tersebut
Penentuan suhu sebesar 950 0C ini dilakukan karena suhu minimum untuk
proses kalsinasi batu kapur adalah sebesar 900 0C. Sehingga jika dilakukan proses
kalsinasi ini dengan suhu dibawah itu, maka reaksi tidak akan terjadi. Untuk
memasukkan batu kapur kedalam tungku ini, harus menggunakan penjepit
panjang. Hal ini dilakukan agar tangan dari praktikan tidak panas karena terkena
radiasi panas dari dalam tungku. Menurut teoritis rumus yang dipakai untuk
menentukan reaksi ini bisa berlangsung atau tidak secara termodinamika adalah
seperti berikut.
∆GT =42250-34.4T cal/mol .............................................. (4.2)
Pada percobaan ini menggunakan nilai 42.250 diganti dengan 40.250.
Setelah dihitung dengan nilai temperatur dibawah 9000C nilai ∆G positif yang
menyebabkan reaksi kalsinasi batu kapur ini tidak dapat terjadi. Sedangkan pada
nilai temperatur di atas 9000C nilai ∆G negatif yang menyebabkan reaksi kalsinasi
ini dapat terjadi. Maka dari itu kita menggunakan temperatur diatas 9000C agar
kita dapat mengetahui proses kalsinasi. Jadi kita menggunakan temperatur yang
sama yaitu sebesar 9500C. Pada percobaan ini kita tidak menentukan pengaruh
temperatur terhadap hasil kalsinasi, temperatur hanya untuk menentukan reaksi ini
terjadi atau tidak terjadi. Menurut persamaan 4.2 maka dapat dilihat bahwa
18
semakin tinggi temperatur maka ∆GT yang dihasilkan akan semakin (-) maka
reaksi akan semakin mudah terjadi, Sehingga pada percobaan ini untuk temperatur
950°C didapatkan nilai dari∆G(950) sebesar -1821,2 kal/mol jika ditinjau dari segi
termodinamikanya maka untuk proses kalsinasi dengan suhu 950°C maka proses
reaksi kalsinasi berjalan dengan baik dikarenakan ∆G(950) bernilai negatif, berarti
pada suhu tersebut reaksi dekomposisi zat -zat volatile dan air Kristal pada
senyawa batu kapur dapat dihilangkan ,hal itu jika dilihat dari segi
termodinamika pada reaksi kalsinasi batu kapur .Jika dilihat dari segi kehilangan
massa untuk kedua percobaan tersebut maka reaksi kalsinasi dapat dikatakan
berhasil dikarenakan kedua sampel tersebut mengalami kehilangan massa.
Hal yang membuat persen kalsinasi conto kedua lebih besar adalah
pengaruh dari ukuran conto diameter yang lebih kecil dari conto pertama yang
membuat persen kalsinasi conto kedua lebih besar daripada conto pertama. Hal ini
dikarenakan waktu tinggal dan temperatur di tungku konstan, penetrasi panas
terhadap partikel-partikel dari batu kapur berbeda bergantung pada variasi ukuran
batu kapur yang digunakan. Semakin besar ukuran batu kapur, panas tidak cukup
menembus ke inti, sehingga bagian dalam pecahan batu tetap sebagai kalsium
karbonat sementara bagian luar telah terkonversi menjadi CaO. Untuk batu yang
lebih kecil, panas mencapai inti dengan cepat dan lapisan luar kelebihan panas
sehingga membentuk kulit luar yang keras dimana air tidak bisa menembusnya.
Adapun faktor lainnya selain ukuran adalah waktu. Semakin kecil batu,
semakin pendek waktu untuk penetrasi panas. Kalsinasi dilakukan baik dengan
temperatur rendah dan waktu tinggal tinggi atau temperatur tinggi dan waktu
tinggal rendah. Proses kalsinasi juga dipengaruhi oleh temperatur. Secara umum
temperatur tungku yang baik adalah dengan temperatur rendah dengan waktu
tinggal sesingkat mungkin untuk kalsinasi penuh temperatur kalsinasi yang lebih
tinggi mengakibatkan penyusutan meningkat dan penurunan volume, juga
menyebabkan rekarbonasi dari permukaan CaO dengan kehadiran CO 2 yang
membuat kapur non-porous.
Faktor lainnya adalah bentuk permukaan dimana semakin kecil nilai luas
permukaannya maka semakin besar nilai persen kalsinasinya. Hal ini dikarenakan
19
Preheating Gas
Zone
Solid
Reaction
Zone
Air
Cooling
Zone Solid
CaO
Air 200
400 600 800 1000
0
C
Gambar 4.1 Diagram Kalsinasi[1]
Pada Gambar 4.1 diatas terdapat zona-zona pada shaft furnace yang dimana
batu kapur dan kokas dimasukkan kedalam shaft furnace dan udara panas
dihembuskan dari bawah lalu yang keluarnya gas CO2 dan batu kapur (CaO).
Dalam proses ini terdapat 3 zona yaitu preheating zone, reaction zone dan cooling
zone. Pada preheating zone muatan padat batu kapur dan kokas akan mengalami
pemanasan sampai temperatur sekitar 800 celcius oleh gas panas yang bergerak
berlawanan dari bawah ke bagian atas tungku. Pada daerah ini, belum terjadi
reaksi kalsinasi maupun reaksi pembakaran dari kokas.
Reaction Zone pada daerah ini terjadi reaksi pembakaran kokas dan
dekomposisi dari batu kapur. Kapur kabar mengalami pemanasan berlebih dan
diperkirakan menjacapai temperatur 1000 celcius. Gas yang meninggalkan daerah
reaksi bertemperatur sekitar 900 celcius. Temperatur gas yang keluar ini, 100
20
celcius lebih tinggi dari pada temperatur material yang masuk pada daerah ini.
Sudah dibuktikan pada aspek termodinamika juga dimana temperatur untuk
terjadinya kalsinasi yaitu pada temperatur sebesar 9000C. Selanjutnya daerah
cooling Zone. Pada daerah ini kapur bakar didinginkan dengan udara yang
bergerak berlawanan dari bagian bawah tungku. Pada daerah ini kapur bakar
didinginkan sampai temperatur sekitar 100 celcius. Pada Gambar 4.1 juga
dijelaskan bahwa temperatur terjadinya kalsinasi pada temperatur 9000C dimana
juga telah sesuai dengan rumus termodinamika. Membuat proses kalsinasi ini
dapat terjadi.
4.3 Saran
Saran yang diberikan dari praktikan untuk percobaan reaksi kalsinasi batu
kapur adalah:
1. Sebaiknya menggunakan temperatur yang dibawah 9000C untuk
membuktikan aspek termodinamika pada reaksi kalsinasi
2. Menambahkan perbedaan waktu untuk memngetahui pengaruh waktu
yang berbeda terhadap persen kalsinasi
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN A
CONTOH PERHITUNGAN
24
LAMPIRAN B
JAWABAN PERTANYAAN DAN TUGAS KHUSUS
26
3. Buatlah neraca massa dan energy dari proses kalsinasi batu kapur pada
praktikum ini, kemudian hitunglah tekanan gas CO2 yang terbentuk pada
proses kalsinasi!
Jawab :
a. Neraca massa
Diasumsikan CaCO3 100 gram
CaCO3 CaO + CO2 ΔHo = 40,25 Kcal
mr CaCO3 = [40 + 12 + (16 x 3)] = 100
mrCaO = (40 + 16) = 56
mr CO2= [12 +(16 x 2)] = 44
massa CaCO3 61,44
mol CaCO3 = = = 0,6144
mr CaCO3 100
massaCaO = mol x mr CaO = 0,6144 x 56 = 34,406 gram
massa CO2 = mol x mr CO2 = 0,6144 x 44 = 27,0336 gram
b. Neraca energi
Input = Output + generasi
T = 950o C = 1223 K
Reaksi Kalsinasi
CaCO3(s) → CaO(s)+ CO2(g) ............................(B.4)
Dimana,
∆G=∆H–T∆S
∆G=40,25 kkal/mol-T 34,44 kal/mol
∆G=40.250 kal/mol -(1223) 34,44 kal/mol
∆G=-1821,2 kal/mol
K dan P CO2 pada T 950o C
28
k = PCO2
∆G=-RTln K
- 1821,2 =-1,987 . 1173 K . ln k
k =2,115 = PCO2
Chimney
Air in Burned
Lime out Raw limesstone in
mengikuti siklus: setiap saat satu ruangan diberi umpan dengan batu kapur
mentah. kamar-kamar berikutnya yang mengandung batu kapur yang tidak
terbakar, dipanaskan terlebih dahulu oleh gas-gas kombinasi panas
sebelum masuk ke cerobong asap. kemudian ikuti beberapa ruang di mana
bahan bakar diperkenalkan dan di mana kalsinasi dilakukan. akhirnya ada
sejumlah kamar di mana udara pembakaran dipanaskan dan kapur yang
terbakar didinginkan. di ruang terakhir, yang berdekatan dengan yang
pertama, kapur yang didinginkan dikeluarkan dari tempat pembakaran.
setelah ruang pertama telah diisi dan yang terakhir dikosongkan, saluran
masuk untuk bahan bakar dan udara dan outlet untuk gas buang bergeser
searah jarum jam satu langkah, ruang diisi sedang dipanaskan, yang
kosong sekali lagi diisi, dan ruang baru adalah dibuka dan dikosongkan,
meskipun muatan padat selalu tetap pada posisi diam, operasi kiln analog
dengan tungku poros tempat gas bergerak berlawanan arus ke muatan.
31
LAMPIRAN C
GAMBAR ALAT DAN BAHAN
32
LAMPIRAN D
BLANKO PERCOBAAN