TaraZagita MISTERIDewiPembalasan PDF
TaraZagita MISTERIDewiPembalasan PDF
com
Citra."
'Tapi... tapi aku harus tahu, bagaimana kau
membalaskan sakit hatiku kepada cowok-cowok itu.
Aku harus melihat buktinya, bahwa kau benar-benar
telah membalas kekejian mereka terhadapku."
'Tentu saja! Kau tentu akan melihatnya, sebab
kaulah yang akan melakukannya!"
"Aku...?! Bukankah kau tadi bilang...."
"Maksudku, kau kudampingi. Kekuatanku yang akan
bertindak melalui dirimu, sehingga kau akan puas
melihat dendammu tertumpah pada mereka. Tapi
ingat, satu nyawa... satu kehangatan bercinta, Citra."
Setelah merenung sesaat, Citra manggut-manggut.
la meneguk minumannya lagi. Gelas berbentuk segi
empat itu masih dipandanginya dalam pikiran
menerawang.
"Nah, sekarang pulanglah dulu. Tunggu aku sampai
datang menjemputmu, lalu kita Balas perlakuan
mereka itu." Citra memandang Gizma.
'Tapi, kau pasti datang kan?"
"Pasti!"
Gizma mengangguk dengan lembut.
"Pejamkan matamu," perintahnya.
ya?"
"O, nggak! Aku nggak apa-apa kok. Eh,
maksudku..., cuma masuk angin biasa," kata Citra
buru-buru. la menjadi khawatir sekali kalau Nico
memaksanya pergi ke dokter. Bisa-bisa dokter akan
mengetahui kalau dirinya sudah bukan perawan lagi.
Uhhh, celakalah Citra kalau sampai Nico mengetahui
hal itu.
"Mungkin lain kali kita akan nonton film itu. Kurasa
kau bisa memaklumi keadaanku, Nic."
"Oke. Nggak masalah kok. Aku cuma sedikit
khawatir dengan keadaanmu. Kamu kelihatan pucat,
Tra."
Debar-debar di dalam dada Citra bertambah
menghentak-hentak. Ia berusaha untuk bersikap
wajar-wajar saja, supaya tidak menimbulkan
kecurigaan. Ia bahkan berusaha untuk tersenyum
kendati kaku.
"Aku benar-benar masuk angin. Aku perlu istirahat.
Kata teman-teman, aku terlalu capek bekerja."
Tak perlu dijelaskan Nico sudah mengerti maksud
Citra. Ia pun segera pulang setelah meninggalkan
hati.
Ia pikir AC di sekitar situ cukup besar. Tapi,
nyatanya beberapa pengunjung plaza tak ada yang
kedinginan seperti dia.
Hanya saja, sekarang ada sesuatu yang lain di
dalam diri Citra. Ia tak mengerti ada kejanggalan apa
padanya, yang jelas ia merasa gerakan matanya
sedikit kaku. Bola mata itu bergerak-gerak bagai
robot, mencari pemuda berkaos putih yang pernah
ikut menodainya.
Ternyata pemuda Itu sudah berada di lantai lima.
Citra bisa memandangnya dari pagar pengaman di
setiap lantai. Cowok itu pun sedang berjalan pelan
bersama seorang temannya sambil tangannya
merayapi pagar pengaman. Cowok itu memandang ke
lantai bawah. Dari tepian pagar pengaman itu
memang bisa melihat langsung ke lantai bawah, sebab
toko-toko yang ada di situ letaknya merapat dengan
dinding bangunan plaza, tak ada yang di tengah. Dari
menemuimu, Gizma."
"Pasti mau! Pasti lelaki itu menurut dengan
kerlingan matamu. Percayalah. Kau cantik dan amat
menarik, Citra."
"Kau lebih menarik dari aku," balas Citra dan Gizma
hanya tersenyum. Manis.
"Ada apa di bawah, Tra?" tegur salah seorang
kenalannya yang bekerja pada kosmetik merek iain.
"Orang jatuh dari lantai lima."
"Ihhh... ngeri. Mati nggak?"
"Kepalanya pecah!" kata Citra sambil tak sadar ia
tersenyum bangga.
Waktu itu ia ingin bicara lagi pada Gizma, tetapi
wanita cantik itu sekali lagi hilang dari samping Citra.
Dan, badan Citra mulai terasa dingin, la bagai
direndam dalam es yang bisa membuatnya menggigil.
Untung tak sampai begitu. Hanya dingin, mencekam
dan membuat tulang-tulangnya terasa ngilu.
lehernya kelihatan.
Citra."
"Nggak tahu nih...! Tadi begitu aku lihat kamu,
langsung aku deg-degan."
"Kenapa deg-degan?"
"Semalam aku mimpi tidur sama kamu, hi, hi, hi...!"
"Bagaimana kalau mimpimu itu jadi kenyataan?!"
pancing Alex makin semangat
"Hughhh...!"
Ranu terbungkuk.
Gizma.
Baru saja ia membuka pintu, tiba-tiba sebuah mobil
berhenti di depan rumahnya. Oom Piet turun dari
"Gizma...!"
Ranu menyebut nama itu dengan nada mendesah
tegang. Perempuan cantik yang kali ini hadir dengan
mengenakan gaun tipis warna merah pink Itu
tersenyum manis kepada Ranu. Senyuman Itu
membuat jantung Ranu yang berdetak-detak menjadi
gemetar. Berdesir hatinya, bukan lantaran takut,
melainkan karena merasa girang. Indah sekali
-ooo0dw0oo-
Sore masih terang. Citra terperanjat ketika bel
tamunya berbunyi, dan ternyata Nico yang muncul di
depannya. Wajah Citra menjadi pukat, gemetar
tubuhnya, berdebar hatinya. Ia lak bisa bicara untuk
beberapa saat. Badannya Jadi dingin menghadapi Nico
yang berdiri di pepan pintu dengan senyum yang
mengagumkan.
"Boleh aku masuk?"
Suara Nico makin membuat air mata Citra mulai
tersumbul dari balik kelopak mata. Citra mundur
beberapa langkah, Nico pun masuk dengan tenang.
Pintu tertutup kembali dan Citra masih terpaku di
depan pintu, sukar bicara.
"Rumah ini, seperti yang pemah kucita-citakan
dulu. Ternyata kau sudah menempatinya lebih dulu,
Citra.
"Kauuu... kau tidak salah datang kemari?"
www.rajaebookgratis.com