Anda di halaman 1dari 17

ASUHAN KEPERAWATAN MORBILI PADA ANAK

Disusun oleh :

1. Adhi Prihatna (1834005)


2. Eka Risti Wibowo (1834021)
3. Elvira Nurhaliza (1834022)
4. Krista Natalia (1834034)
5. Zalfa Khairunnisa (1834060)
6. Nur Aeni Sakti W (17047)

YAYASAN WAHANA KARYA BHAKTI HUSADA


AKADEMI KEPERAWATAN RSPAD GATOT SOEBROTO
JAKARTA
2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan rahmat-Nya,
sehingga kelompok dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.

Adapun tugas mata kuliah Keperawatan Anak yang berjudul “Asuhan Keperawatan
Morbili pada Anak” adalah merupakan salah satu syarat untuk dapat lulus dalam mata kuliah ini.

Kelompok mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah Keperawatan Anak yang
telah memberikan pedoman dalam pembuatan makalah ini. Kelompok juga tidak lupa
mengucapkan terimakasih kepada para pihak yang telah banyak membantu dalam penyelesaian
makalah ini.

Kelompok menyadari bahwa penulisan makalah ini belum sempurna, oleh karena itu,
kelompok sangat diharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca, demi
kesempurnaan makalah ini dan tugas-tugas berikutnya.

Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih.

Jakarta, 19 Desember 2019

Kelompok 9
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyakit Campak sering menyerang anak anak balita. Penyakit ini mudah menular
kepada anak anak sekitarnya, oleh karena itu, anak yang menderita Campak harus
diisolasi untuk mencegah penularan. Campak disebabkan oleh kuman yang disebut Virus
Morbili. Anak yang terserang campak kelihatan sangat menderita, suhu badan panas,
bercak bercak seluruh tubuh terkadang sampai borok bernanah. Biasanya penyakit ini
timbul pada masa anak dan kemudian menyebabkan kekebalan seumur hidup. Bayi yang
dilahirkan oleh ibu yang pernah menderita morbili akan mendapat kekebalan secara pasif
(melalui plasenta) sampai umur 4-6 bulan dan setelah umur tersebut kekebalan akan
mengurang sehingga si bayi dapat menderita morbili. Bila seseorang wanita menderita
morbili ketika ia hamil 1 atau 2 bulan, maka 50% kemungkinan akan mengalami abortus,
bila ia menderita morbili pada trimester I, II, atau III maka ia akan mungkin melahirkan
seorang anak dengan kelainan bawaan atau seorang anak dengan BBLR, atau lahir mati
atau anak yang kemudian meninggal sebelum usia 1 tahun.
Morbili / campak adalah penyakit akut yang disebabkan virus campak yang
sangat menular pada umumnya menyerang anak-anak. Menurut kriteria diagnostiknya,
ada 4 stadium campak meliputi stadium tunas, stadium prodormal / kataral, stadium
erupsi, dan stadium konvalesensi. Gejala klinis morbili meliputi demam mencapai 400C,
pilek, batuk, konjungtivitis, ruam erupsi makulopapular, dan koplik’s spot (merupakan
tanda pathognomonis penyakit campak, bentuk bintik tidak teratur dan kecil berwarna
merah terang, pada pertengahan di dapat noda putih keabuan, mula-mula 2-6 bintik).
Pada pasien ini masih di observasi febris hari ke-2 dengan suspek morbili. Untuk terapi
medikamentosa diberikan infus KAEN 3A, antipiretik (parasetamol), ambroxol, vitamin
A dan C. Sedangkan untuk Supportifnya, pasien diminta untuk istirahat, dan pasien
dirawat di bangsal isolasi untuk mencegah penularan ke pasien lain.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian dari Morbili?
2. Apa penyebab dari Morbili?
3. Apa saja tanda dan gejala Morbili?
4. Apa saja pemeriksaan fisik dan penunjang pada morbili?
5. Apa pengobatan medis dan perawatan pada morbili?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari Morbili
2. Mengetahui penyebab dari Morbili
3. Mengetahui tanda dan gejala Morbili
4. Mengetahui pemeriksaan fisik dan penunjang pada Morbili
5. Mengetahui pengobatan medis dan perawatan pada Morbili
BAB II

PEMBAHASAN

A. DEFINISI
Campak, measles atau rubeola adalah penyakit virus akut yang disebabkan oleh
virus campak. (Hardjiono, 2005:95)
Morbili adalah penyakit virus akut, menular ditandai dengan 3 stadium, yaitu
stadium kataral, stadium erupsi, dan stadium konvalesensi, ( Kapita Selekta jilid 2, hal
417 ).
Penyakit campak adalah penyakit akut yang disebabkan oleh virus campak yang
yang sangat menular dan pada umumnya menyerang anak-anak ( Soegijanto, 2008 ).

B. PREVERENSI
Penyakit campak atau morbili bersifat endemik di seluruh dunia. Pengalaman
menunjukkan bahwa epidemi campak di Indonesia timbul secara tidak teratur. Epidemi
terjadi dengan interval 2-4 tahun sekali. Wabah terjadi pada kelompok anak yang rentan,
yaitu gizi buruk dan daya tahan yang menurun.
Pada tahun1989 WHA ( World Health Assembly ) telah mendeklarasikan
komitmen WHO dalam penanggulangan campak secara global untuk menurunkan
campak sebanyak 90% dan dilanjutkan dengan deklarasi oleh the World Summit tahun
1990 yang mengharapkan penurunan kematian campak sekitar 95%.
Penelitian Heriyanto pada KLB di Jawa dan luar Jawa menunjukkan bahwa KLB
terjadi pada daerah cakupan imunisasi rendah ( 17,0-46,0%) dan angka serangan campak
( attack rate ) terjadi pada anak usia 1-4 tahun dan 5-9 tahun masing-masing sebesar
10,45%-64,2% dan 4,5%-55,5%, dengan angka kematian ( CFR ) antara 0,43%-6,2%.

C. PENYEBAB
Penyebab penyakit ini adalah sejenis virus yang tergolong dalam famili
paramyxovirus yaitu genus virus morbili. Virus ini sangat sensitif terhadap panas dan
dingin, dan dapat diinaktifkan pada suhu 30oC dan -20oC, sinar matahari, eter, tripsin,
dan beta propiolakton. Sedang formalin dapat memusnahkan daya infeksinya tetapi tidak
mengganggu aktivitas komplemen. (Rampengan, 2006 : 90-91)
Penyebab morbili adalah virus morbili yang terdapat dalam sekret nasofaring dan
darah selama masa prodromal sampai 24 jam setelah timbul bercak-bercak, cara
penularan dengan droplet dan kontak (Ngastiyah, 2005 : 351)
Campak adalah suatu virus RNA, yang termasuk famili Paramiksoviridae, genus
Morbilivirus. Dikenal hanya 1 tipe antigen saja; yang strukturnya mirip dengan virus
penyebab parotitis epidemis dan parainfluenza. Virus tersebut ditemukan di dalam sekresi
nasofaring, darah dan air kemih, paling tidak selama periode prodromal dan untuk waktu
singkat setelah munculnya ruam kulit. Pada suhu ruangan, virus tersebut dapat tetap aktif
selama 34 jam. (Nelson, 2004 : 198).

D. TANDA DAN GEJALA

1. Demam
Demam timbul secara bertahap dan meningkat sampai hari kelima atau keenam
pada puncak timbulnya ruam. Kadang-kadang kurva suhu menunjukkan gambaran bifasik
: ruam awal pada 24 sampai 48 jam pertama didikuti dengan turunnya suhu tubuh sampai
normal selama periode satu hari dan kemudian diikuti dengan kenaikan suhu tubuh yang
cepat mencapai 40ᵒC pada waktu ruam yang sudah timbul di seluruh tubuh. Pada kasus
yang tanpa komplikasi, suhu tubuh mengalami lisis dan kemudian turun mencapai suhu
tubuh yang normal.
2. Coryza ( pilek )
Pilek pada campak tidak dapat dibedakan dengan pilek pada keadaan influenza
pada umumnya. Tanda pertamanya bersin-bersin yang diikuti dengan gejala hidung buntu
dan sekret mukopurulen yang menjadi lebih berat pada puncak erupsi. Pilek ini cepat
menghilang setelah suhu tubuh penderita menjadi normal.
3. Konjungtivitis
Garis tepi transversal dari injeksi konjungtiva pada kelopak mata bawah
kemungkinan dapat dilihat pada awal gejala prodormal. Selanjutnya gejala tersebut
tertutup oleh peradangan konjungtiva yang berat bersamaan dengan edema palpebra dan
kurunkula. Lakrimasi meningkat dan aering penderita mengeluh fotopobia. Pada kasus
yang berat, koplik’s spot mungkin terdapat pada kurunkula. Konjungtivitis akan
menghilang segera setelah suhu tubuh menjadi normal.
4. Batuk ( cough )
Gejala batuk disebabkan oleh karena reaksi inflamasi traktur respiratoris. Seperti
gejala catharal lainnya,gejala batuk meningkat frekuensi dan intensitasnya, mencapai
puncaknya pada puncak erupsi. Gejala batuk bertahan lebih lama dan biasanya
menghilang dalam periode lima sampai sepuluh hari.
5. Koplik’s spot
Kurang lebih dua hari sebelum ruam timbul, gejala koplik’s spot yang merupakan
tanda pathognomosis dari penyakit campak, dapat dideteksi. Lesi ini telah didiskripsi
oleh koplik pada tahun 1896 sebagai suatu bintik berbentuk tidak teratur dan kecil
berwarna merah terang, pada pertengahannya didapatkan noda berwarna putih keabuan.
Mula-mula didapatkan hanya dua atau tiga sampai enam bintik. Kombinasi dari noda
keabuan dan merah muda terang disekotarnya merupakan tanda pathognomonik absolut
dari penyakit campak. Timbulnya koplik’s spot hanya berlangsung sebentar, kurang lebih
12 jam, sehingga sukar dideteksi dan biasanya luput pada waktu pemeriksaan klinis.
6. Ruam
Ruam timbul pertama kali pada hari ketiga sampai keempat dari timbulnya panas.
Ruam dimulai sebagai erupsi makulopapula eritematosa, dan mulai timbul pada bagian
samping atas leher, daerah belakang telinga, perbatasan rambut dikepala dan meluas ke
dahi. Kemudian menyebar ke bawah ke seluruh muka dan leher dalam waktu 24 jam.
Kemudian terus ke bawah dan mencapai kaki pada hari ketiga. Ruam mulai berubah
warna menjadi agak gelap pada hari ketiga timbulnya. Lesi eritematosa awal akan
memucat bila ditekan. Setelah tiga atau empat hari, lesi tersebut berubah warna menjadi
kecoklatan. Hal ini kemungkinan sebagai akibat dari perdarahan kapiler,dan tidak
memucat dengan penekanan. Dengan menghilangnya ruam, timbul perubahan warna dari
ruam, yaitu menjadi berwarna kehitaman atau lebih gelap. Dan kemudian disusul dengan
timbulnya deskuamasi berupa sisik berwarna keputihan.

Masa tunasnya adalah 10-20 hari, dan penyakit ini dibagi menjadi dalam 3
stadium yaitu :
1. Stadium Kataral ( Prodormal)
Berlangsung selama 4-5 hari dengan tanda gejala sebagai berikut :
a. Panas
b. Malaise
c. Batuk
d. Fotofobia
e. Konjungtivitis
f. Koriza

Menjelang akhir stadium kataral dan 24 jam sebelum timbul enantema, timbul
bercak koplik berwarna putih kelabu, sebesar ujung jarum dan dikelilingi oleh eritema
tapi itu sangat jarang dijumpai. Diagnosa perkiraan yang besar dapat dibuat bila ada
bercak koplik dan penderita pernah kotak dengan penderita morbili dalam waktu 2
minggu terakhir.
2. Stadium Erupsi
Gejala klinik yang muncul pada stadium ini adalah:
a. Koriza dan Batuk bertambah
b. Kadang terlehat bercak koplik
c. Adanya eritema, makula, papula yang disertai kenaikan suhu badan
d. Terdapat pembesaran kelenjar getah bening
e. Splenomegali
3. Diare dan muntah
Variasi dari morbili disebut “Black Measles” yaitu morbili yang disertai pendarahan pada
kulit, mulut, hidung dan traktus digestivus.
4. Stadium konvalensensi
Erupsi mulai berkurang dengan meninggalkan bekas (hiperpigmentasi). Suhu menurun
sampai normal kecuali ada komplikasi.

E. PEMERIKSAAN
- PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pada pemeriksaan darah tepi hanya ditemukan leukopeni
1. Dalam spuntum, sekresi nasal, sedimen urine dapat ditemukan adanya multinucleated
giant cells yang khas
2. Pada pemeriksaan serologis dengan cara hemagglutination inhibition test dan
complemen fixation test akan ditemukan adanya antibody yang spesifik dalam 1-3
hari setelah timbulnya rash dan mencapai puncaknya pada 2-4 minggu kemudian.
(Rampengan, 2003 : 94)
3. Pada pemeriksaan serologi dengan cara hemaglutination inhibition test dan
complement fiksatior test akan ditemukan adanya antibody yang spesifik dalam 1 – 3
hari setelah timbulnya ras dan mencapai puncaknya pada 2 – 4 minggu kemudian.

- PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Serologi
Pada kasus atopic, dapat dilakukan pemeriksaan serologi untuk memastikannya.
Tehnik pemeriksaan yang dapat dilakukan adalah fiksasi complement, inhibisi
hemaglutinasi, metode antibody fluoresensi tidak langsung.
b. Patologi anatomi
Pada organ limfoid dijumpai: hyperplasia folikuler yang nyata, senterum
germinativum yang besar, sel Warthin-Finkeldey (sel datia berinti banyak yang
tersebar secara acak, sel ini memiliki nucleus eosinofilik dan jisim inklusi dalam
sitoplasma, sel ini merupakan tanda patognomonik sampak). Pada bercak koplik
dijumpai : nekrosis, neutrofil, neovaskularisasi.
c. Darah tepi
Jumlah leukosit normal atau meningkat apabila ada komplikasi infeksi bakteri.
d. Pemeriksaan antibody IgM anti campak.
e. Pemeriksaan untuk komplikasi
Ensefalopati / ensefalitis (dilakukan pemeriksaan cairan serebrospinal, kadar
elektrolit darah dan analisis gas darah), enteritis (feces lengkap), bronkopneumonia
(dilakukan pemeriksaan foto dada dan analisis gas darah).

F. PENATALAKSANAAN
Pengobatan campak umumnya ringan, self limited, tidak tersedia anti viral
spesifik, antibiotika tidak mempengaruhi perjalanan klinik penyakit, sehingga pengobatan
campak adalah suportif. Pemberian Vitamin A dosis tinggi pada penyakit campak yang
berat dan disertai mallnutrisi, akan mempercepat penyembuhan pneumonia dan
gastroenteritis, memperpendek lama tinggal di rumah sakit, menurunkan angka kematian.
Imunisasi campak dilakukan pada semua anak usia 9 bulan, 15 bulan dan 6 tahun.

Menurut Halim dalam Jurnal Campak pada Anak (2016):


Pada campak tanpa komplikasi tatalaksana bersifat suportif, berupa tirah baring,
antipiretik (parasetamol 10-15 mg/kgBB/dosis dapat diberikan sampai setiap 4 jam),
cairan yang cukup, suplemen nutrisi, dan vitamin A. Vitamin A dapat berfungsi sebagai
imunomodulator yang meningkatkan respon antibody terhadap virus campak. Pemberian
vitamin A dapat menurunkan angka kejadian komplikasi diare dan pneumonia. Vitamin
A diberikan satu kali per hari selama 2 hari dengan dosis sebagai berikut:
a. 200.000 IU pada anak umur 12 bulan atau lebih
b. 100.000 IU pada anak umur 6-11 bulan
c. 50.000 IU pada anak kurang dari 6 bulan
d. Pemberian vitamin A tambahan satu kali dosis tunggal dengan dosis sesuai umur
penderita diberikan antara minggu ke-2 sampai ke-4 pada anak dengan gejala
defisiensi vitamin A
Pada campak dengan komplikasi otitis media dan/atau pneumonia bacterial dapat
diberi antibiotic. Komplikasi diare diatasi dehidrasinya sesuai derajat dehidrasinya.

Suplemen vitamin A pada situasi khusus:


A. Bila ada kejadian luar biasa (KLB), campak, dan infeksi lain, maka suplementasi
vitamin A diberikan pada:
a. Seluruh balita yang ada di wilayah tersebut diberi 1 (satu) kapsul vitamin
A dengan dosis sesuai umurnya.
b. Balita yang telah menerima kapsul vitamin A dalam jangka waktu kurang
dari 30 hari (sebulan) pada saat KLB, maka balita tersebut tidak
dianjurkan lagi untuk diberi kapsul.
B. Untuk pengobatan xerophtalmia, campak, dan gizi buruk:
Bila ditemukan kasus xerophtalmia, campak, dan gizi burul (marasmus,
kwashiorkor, dan marasmik kwashiorkor), pemberian vitamin A mengikuti aturan
sebagai berikut:
a. Saat ditemukan: Berikan satu kapsul vitamin A merah atau biru sesuai
umur anak.
b. Hari berikutnya: Berikan lagi satu kapsul vitamin A merah atau biru sesuai
umur anak.
c. Dua minggu berikutnya: Berikan satu kapsul vitamin A merah atau biru
sesuai umur anak.
(Kemenkes RI Bina Gizi Masyarakat, 2010)

G. ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
a. Biodata
Terdiri dari biodata pasien dan biodata penanggung jawab.
b. Proses keperawatan
1. Keluhan utama
Keluhan utama pada pasien dengan morbili yaitu demam terus-menerus
berlangsung 2 – 4 hari. (Pusponegoro, 2004 : 96)
2. Riwayat keperawatan sekarang
Anamnesa adanya demam terus-menerus berlangsung 2 – 4 hari, batuk, pilek,
nyeri menelan, mata merah, silau bila kena cahaya (fotofobia), diare, ruam
kulit. (Pusponegoro, 2004 : 96)
3. Riwayat keperawatan dahulu
Anamnesa pada pengkajian apakah klien pernah dirawat di Rumah Sakit atau
pernah mengalami operasi (Potter, 2005 : 185).
4. Riwayat Keluarga
Dapatkan data tentang hubungan kekeluargaan dan hubungan darah, apakah
klien beresiko terhadap penyakit yang bersifat genetik atau familial. (Potter,
2005 : 185)

Pemeriksaan Fisik

Mata : terdapat konjungtivitis, fotophobia

Kepala : sakit kepala


Hidung : Banyak terdapat secret, influenza, rhinitis/koriza, perdarahan

hidung ( pada stad eripsi ).

Mulut & bibir : Mukosa bibir kering, stomatitis, batuk, mulut terasa pahit.

Kulit : Permukaan kulit ( kering ), turgor kulit, rasa gatal, ruam makuler

pada leher,muka, lengan dan, evitema, panas (demam).

Pernafasan : Pola nafas, RR, batuk, sesak nafas, wheezing, renchi, sputum

Tumbuh Kembang : BB, TB, BB Lahir, Tumbuh kembang R/ imunisasi.

Pola Defekasi : BAK, BAB, Diare

Status Nutrisi : intake – output makanan, nafsu makanan

3.1 DIAGNOSA KEPERAWATAN


Diagnosa yang mungkin muncul pada pasien Morbili adalah
1. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan penjamu dan agens infeksi
2. Nyeri berhubungan dengan lesi kulit, malaise
3. Kerusakan interaksi sosial berhubungan dengan isolasi dari teman sebaya
4. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan penggarukan
pruritus
5. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan anak yang menderita penyakit
akut
6. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan
untuk mencernatau ketidak mampuan mencerna makanan atau absorpsi nutrien
yang diperlukan
7. Ketidak efektifan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan produksi sekret.

3.2 INTERVENSI KEPERAWATAN


1. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan penjamu dan agens infeksi.
Hasil yang diharapkan :
1. Anak yang rentan tidak mengalami penyakit.
2. Infeksi tidak menyebar
3. Anak tidak menunjukkan bukti-bukti komplikasi seperti infeksi dan
dehidrasi.
Intervensi :
1. Identifikasi anak beresiko tinggi
Rasional : memastikan anak menghindari pemajanan
2. Lakukan rujukan ke perawat kesehatan masyarakat bila perlu.
Rasional : untuk memastikan prosedur yang tepat di rumah.

3. Pantau suhu
Rasional : peningkatan suhu tubuh yang tidak diperkirakan dapat
menandakan adanya infeksi.
4. Pertahankan higiene tubuh yang baik.
Rasional : untuk mengurangi resiko infeksi sekunder dari lesi
5. Berikan serapan air sedikit tapi sering atau minuman kesukaan anak serta
makanan halus atau lunak.
Rasional :
 Untuk menjamin hidrasi yang adekuat
 Banyak anak-anak yang mengalami anoreksia selama sakit

2. Nyeri berhubungan dengan lesi kulit, malaise


Hasil yang diharapkan :
1. Kulit dan membran mukosa bersih dan bebas dari iritasi.
2. Anak menunjukkan bukti-bukti ketidaknyamanan minimum.
Intervensi :
a. Gunakan vaporiser embun dingin, kumur-kumur, dan tablet isap.
Rasional : untuk menjaga agar membran mukosa tetap lembab
b. Bersihkan mata dengan larutan salin fisiologis
Rasional : untuk menghilangkan sekresi atau kusta
c. Jaga agar anak tetap dingin.
Rasional : karena udara yang terlalu panas dapat meningkatkan rasa gatal.
d. Berikan mandi air dingin dan berikan lotion seperti kalamin
Rasional : untuk menurunkan rasa gatal
e. Berikan analgesik, antipiretik, dan antipruritus sesuai kebutuhan dan
ketentuan.
Rasional : untuk mengurangi nyeri, menurunkan suhu tubuh, dan
mengurangi rasa gatal

3. Kerusakan interaksi sosial berhubungan dengan isolasi dari teman sebaya.


Hasil yang diharapkan :
1. Anak menunjukkan pemahaman tentang pembatasan
2. Anak melakukan aktivitas yang tepat dan berinteraksi.

Intervensi :
a. Jelaskan alasan untuk pengisolasian dan penggunaan kewaspadaan khusus.
Rasional : untuk meningkatkan pemahaman anak tentang pembahasan.
b. Biarkan anak memainkan sarung tangan dan masker
Rasional : untuk memfasilitasi koping positif.
c. Berikan aktivitas pengalihan
Rasional : untuk melakukan aktivitas yang tepat dan berinteraksi
d. Anjurkan orang tua untuk tetap bersama anak selama hospitalisasi.
Rasional : untuk menurunkan perpisahan dan memberikan kedekatan.
e. Siapkan teman sebaya anak untuk perubahan perampilan fisik
Rasional : untuk mendorong penerimaan teman sebaya

4. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan penggarukan


pruritus
Hasil yang diharapkan : kulit tetap utuh
Intervensi :
a. Jaga agar kuku tetap pendek dan bersih
Rasional : untuk meminimalkan trauma dan infeksi sekunder.
b. Pakailah sarung tangan atau restrein siku
Rasional : untuk mencegah penggarukan
c. Berikan pakaian yang tipis, longgar, dan tidak meng mengiritasi.
Rasional : karena panas yang berlebihan dapat meningkatkan rasa gatal.
d. Tutup area yang sakit (lengan panjang, celana panjang, pakaian satu lapis).
Rasional : untuk mencegah penggarukan
e. Berikan losion yang melembutkan (sedikit saja pada lesi terbuka).
Rasional : karena pada lesi terbuka absorpsi obat meningkat untuk
menurunkan pruritus.
f. Hindari pemajanan panas atau sinar matahari.
Rasional : menimbulkan ruam.

5. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan anak yang menderita penyakit


akut.
Hasil yang diharapkan :
1. Keluarga melanjutkan untuk mencapai tujuan.
2. Keluarga mencari dukungan yang dibutuhkan.
Intervensi :
a. Berikan informasi pada orang tua tentang pilihan pengobatan.
Rasional : untuk mencari dukungan yang dibutuhkan.
b. Tekankan upaya keluarga untuk melakukan rencana perawatan.
Rasional : untuk keluarga melanjutkan untuk mencapai tujuan.
c. Berikan kesadaran keluarga akan kemajuan anak.
Rasional : untuk mendorong sikap optimis.
d. Tekankan kecepatan pemulihan pada kebanyakan kasus.
Rasional : untuk menurunkan ansietas.

6. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan


untuk mencerna atau ketidak mampuan mencerna makanan atau absorpsi nutrien
yang diperlukan.
Hasil yang diharapkan :
1. Menunjukkan peningkatan berat badan atau berat badan stabil dengan nilai
laboratorium normal.
2. Tidak mengalami tanda malnutrisi.
3. Menunjukkan perilaku, perubahan pola hidup untuk meningkatkan dan
atau mempertahankan berat badan yang sesuai.
Intervensi :
a. Kaji riwayat nutrisi, termasuk makanan yang disukai.
Rasional : mengidentifikasi defisiensi, menduga kemungkinan intervensi.
b. Observasi dan catat masukan makanan pasien.
Rasional : mengawasi masukan kalori atau kualitas kekurangan konsumsi
makanan
c. Timbang berat badan tiap hari
Rasional : mengevaluasi penurunan berat badan atau efektivitas intervensi
nutrisi.
d. Berikan makanan sedikit dari frekuensi sering dan atau makan diantara
waktu makan.
Rasional : makan sedikit dapat menurunkan kelemahan dan meningkatkan
pemasukan juga mencegah distensi gaster.
e. Observasi dan catat kejadian mual atau muntah, flatus, dan gejala lain yang
berhubungan.
Rasional : gejala gastro intestinal dapat menunjukkan efek anemia
(hipoksia) pada organ.
7. Ketidak efektifan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan produksi sekret.
Hasil yang diharapkan :
1. Mempertahankan jalan nafas pasien dengan bunyi nafas bersih atau jelas.
2. Menunjukkan perilaku untuk memperbaiki bersihan jalan napas, misal:
batuk efektif dan mengeluarkan sekret.
Intervensi :
a. Auskultasi bunyi napas
Rasional : beberapa derajat spasma bronkus terjadi dengan obstruksi jalan
nafas.
b. Kaji atau pantau frekuensi pernapasan
Rasional : takipnea biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat
ditemukan pada penerimaan atau selama stress atau adanya proses infeksi
akut.
c. Catat adanya atau derajat dipsnoe
Rasional : disfungsi pernapasan adalah variabel yang tergantung pada
tahap proses kronis selain proses akut yang menimbulkan perawatan di
rumah sakit.
d. Pertahankan polusi lingkungan minimun, misal ; debu, asap, dan bulu
bantal yang berhubungan dengan kondisi individu.
Rasional : pencetus tipe reaksi alergi pernapasan yang dapat menjadi
episode akut.
e. Observasi karakteristik batuk
Rasional : batuk dapat menetap tetapi tidak efektif, khususnya bila pasien
lansia, sakit akut, atau kelemahan. Batuk paling efektif pada posisi duduk
tinggi atau kepala di bawah setelah perkusi

Anda mungkin juga menyukai