Anda di halaman 1dari 8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Definisi
Demam berdarah dengue adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue I, II,
III, dan IV yang ditularkan oleh nyamuk aides aegypti dan aides albopictus. (Soegijanto,
2016: 61)
Demam berdarah dengue adalah penyakit yang terutama terdapat pada anak
remaja atau orang dewasa, dengan tanda-tanda klinis demam, nyeri otot atau nyeri sendi
yang disertai leukopenia, nyeri pada penggerakan bola mata, trombositopenia ringan dan
bintik-bintik pendarahan (petekie) spontan. (Hendrawanto, 2014: 417)
Penyakit infeksi virus akut yang disebabkan oleh virus dengue dan terutama
menyerang anak-anak dengan ciri-ciri demam tinggi mendadak dengan manifestasi
pendarahan dan bertendensi menimbulkan shock dan kematian.(Faziah,2014)
Penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi klinis ,
demam,nyeri otot, dan atau nyeri sendi yang disertai lekopenia, ruam, limfa demopati,
trombositopenia dan datesis hemoregic (IPD,2017)
Suatu infeksi arboirus (arthropod – borne virus) akut, ditularkan oleh
nyamukspesies aedes. (IKA,2015)

2. Etiologi
Virus dengue tergolong dalam family / suku / grup flaviviridae dan dikenal ada
empat serotipe.
Dengue I dan H ditemukan di Irian ketika berlangsungnya perang dunia ke-II,
sedangkan dengue III dan IV dimukan pada saat wabah di Filipina tahun 1953-1954.
Virus dengue berbentuk batang, bersifat termolabil, sensitif terhadap inaktivasi oleh
dietileter dan natrimdioksikolat, stabil pada suhu 70°C.
Keempat serotipe telah ditemukan pada pasien-pasien di Indonesia. Dengue III
merupakan serotipe yang banyak beredar. (Hendrawanto, 2014: 417)
3. Tanda dan Gejala
Gejala klinis utama pada DBD adalah demam dan manifestasi pendarahan baik
yang timbul secara spontan maupun uji torniquet. Tanda dan gejala DBD berdasarkan
pembagian derajat.
- Derajat I
Demam dan uji torniquet
- Derajat II
Demam pendarahan spontan, pada umumnya dikulit atau pendarahan lainnya.
- Derajat III
Demam, pendarahan spontan, disertai atau tidak disertai hepatomegali dan
ditemukan gejala-gejala kegagalan sirkulasi meliputi nadi yang cepat dan lemah,
tekanan nadi menurun (< 20 mmhg) atau hipotensi disertai ekstremitas dingin dan
anak gelisa.
- Derajat IV
Demam, pendarahan spontan, disertai atau tidak disertai hepatomegali dan
ditemukan gejala renjatan hebat (naditak teraba dan tekanan darah tak terukur).
(Soegianto, 2016: 85-87)

4. Siklus Penularan
1. Vektor: Aedes Aegypti, spesies aedes (stegomya) lain.
2. Masa inkubasi ekstrinsik berlangsung selama 8-10 hari.
3. Infeksi virus dengue pada manusia disebabkan oleh gigitan nyamuk.
4. Masa inkubasi instrinsik sekitar 3-14 hari (rata-rata 4-7 hari).
5. Viraemia tampak sebelum awitan gejala dan berlangsung selama rata-rata lima
hari setelah awitan.
6. Penularan vertikal dapat terjadi, yang mungkin penting bagi kelangsungan hidup
virus, tetapi tidak dalam siklus epidemi. (Widyaastuti, 2014: 11)
Siklus Nyamuk Aedes Aegipty

Pagi jam 07.00 – 12.00 WIB


Sore jam 15.00 – 17.00 WIB
Aktif Hinggap pada benda benda yang menggantung.
Larva Berkembang biak pada air jernih yang dasarnya bukan tanah.
Diletakkan pada dinding kontainer tepat diatas permukaan air.
Jumlah telur selama hidupnya berjumlah 600 – 800 butir.
Telur Lama hidupnya 3-4 Minggu.
Pupa Dibawah permukaan air.
Terbang Kemampuan terbang 50 – 200 m
Siklus Telur – larva – pupa – dewasa
hidup 1-2 hr 4-5 hr 1-2 hr.

2.1 Ciri-Ciri Nyamuk DBD


`Adapun cirri-ciri nyamuk aedes Agypti adalah :
1. Mempunyai ciri-ciri khusus dan paling mudah dikenal adalah warna hitam dan
belang-belang ( Loreng-loreng ) putih pada seluruh tubuhnya dan benmtuknya
lebih kecil jika dibandingkan dengan nyamuk biasa.Tubuh nyamuk jika
menghisap darah posisinya mendatar. Nymuk yang menggigit manusia hanya
nyamuk aedes betina (untuk mematangkan telur ), karena nyamuk jantan lebih
tertarik pada cairan yang mengandung gula seperti bunga dan tumbuhan.
2. Nyamuk ades agypti tidak dapat berkembang biak deselokan atau Got. Nyamuk
ini bertelur serta pembiakannya di air yang jernih, dimana permukaan air
pada dinding tegak lurus dan terlindung pengaruh mata hari langsung.
3. Biasanya mengigit ( menghisap darah ) pada pagi sampai sore hari.Ada 2 puncak
aktivitas menggigit yaitu antara pukul 08.00 sampai 10.00 pagi dan pukul 16.00
samai 18.00 sore. Malam hari nyamuk lebih suka bersembunyi disela-sela pakaian
yang tergantung atau korden, terutama diruang gelap atau lembab.
4. Nyamuk aedes agypti tergolong antropilik yaitu doyan ( suka ) darah
manusia.berbeda dengan species nyamuk lain yang biasanya sudah puas
menggigit/menghisap darah satu orang saja, maka nyamuk aedes agypti
mempunyai kebiasaan menggigit berulang, yaitu menggigit beberapa orang secra
bergantian dalam waktu singkat, sehingga semakin cepat proses penuralaran yang
terjadi. Nyamuk ini setiap 2 hari sekali menggigit / menghisap darah manusia.
Bagi nyamuk , darah manusia ini untuk kebutuhan repruduksi ( memetangkan
terlur agar dapat dibuahi pada saat perkawinan.) , biasanya 3 hari setelah
menghisap darah, nyamuk akan bertelur di tempat yang disukai yaitu digenangan
air bersih.
5. Mampu terbang sampai radius 100-200 meter saja sehingga selalu mencari
mangsa dekat . Mobilisasi penduduk dari tempa yang satu ketempat yang lain
berpengaruh besar pada penyebaran nyamk ini, biasanya nyamuk bersembunyi
didalam mobil, perahu, kapal kereta api, dll
6. Pada fase jentik berukuran 0,5-1 cm, selalu bergerak di dalam air ( gerakan
berulang – ulang dari bawah keatas permukaan air untuk bernafas, kemudian
kembali ke bawah ). Pada saat istirahat, posisinya hamper tegak lurus dangan
permukaan air.
7. Ukuran telur Aedes Agypti sangat kecil ( 0,7 mm ), berwarna hitam dan tahan
sampai 6 bulan ditempat kering dan masih menyimpan larva yang siap
menetas ketika turun hujan dan air.(Administrator.2018)

5. Pencegahan
Metode manajemen lingkungan terdiri dari:
1. Modifikasi lingkungan
Adalah pengubahan fisik habitat larva yang tahan lama.
2. Perbaikan persendian air
Jika persendian air berpipa tidak adekuat dan hanya keluar pada jam-jam tertentu
atau tekanan airnya rendah, ada anjuran untuk menyimpan air dalam berbagai
jenis wadah. Sebagian besar wadah yang digunakan memiliki ukuran yang besar
dan berat (misalnya gentong air) dan tidak mudah untuk dibuang atau dibersihkan.
(Widyaastuti, 2014)

Pencegahan Penyakit DBD

Berdasarkan data pemantauan, sebagian besar jenis container (tempat


penampungan air) yang positif adalah : bak mandi (50%), vas bunga (11%) dan ember
(11%), sedangkan sisanya adalah ban bekas, botol minuman, tempat sampah dan lain-
lain.

Pencegahan paling efektif yang dapat dilakukan adalah

A. Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN DBD) yaitu dengan cara :


1. Fisik
cara ini dikenal dengan kegiatan 3 m yaitu : menguras, (dan menyikat) baik
bak mandi, bak wc, dan lain-lain, menutup tempat penampungan air rumah
tangga (tempayan, drum, dan lain-lain), serta mengubur, menyingkirkan atau
memusnakan barang-barang bekas (seperti kaleng, ban dan lain-lain),
pengurasan tempat-tempat penampungan air (TPA) perlu dilakukan secara
teratur sekurang-kurangnya seminggu sekali agar nyamuk tidak dapat
berkembang biak ditempat itu. Pada saat ini telah dikenal dengan istilah 3 M
yang perluas. Bila PSN DBD dilaksanakan oleh seluruh masyarakat, maka
populasi nyamuk aedes aegypti dapat ditekan serendah-rendahnya, sehingga
penularan DBD tidak terjadi lagi. Untuk itu upaya penyuluhan dan motivasi
kepada masyarakat harus dilakukan secara terus-menerus dan
berkesinambungan karena keberadaan jentik nyamuk berkaitan erat dengan
perilaku masyarakat.
2. Kimia
Cara memberantas jentik aedes aegypti dengan menggunakan insektisida
pembasmi jentik (larvasida) ini antara lain dikenal istilah larvasidasi.
Larvasida yang biasa digunakan antara lain adalah Temephos. Formulasi
temephos yang digunakan adalah granules (sand granules), dosis yang
digunakan 1 ppm atau 10 gram (± 1 sendok makan rata) untuk tiap 100 liter
air, larvasida dengan temephos ini mempunyai efek resdu 3 bulan.
3. Biologi
Dengan memelihara ikan pemakan jentik (ikan kepala timah, ikan gupi, ikan
cupang/tempalo, dan lain-lain). Dapat juga digunakan bacillus thuringlen
sisvar, isrealiensis (Bti).
(Depkes,RI.2015)

B. Fogging/ Pengasapan
Pemberantasan terhadap nyamuk dewasa dilakukan dengan cara
pemyemprotan (pengasapan/pengabutan=fogging) dengan insektisida, mengingat
kebiasaan nyamuk senang hinggap pada benda-banda bergantung, maka
penyemprotan tidak dilakukan di dinding rumah seperti pemberantasan nyamuk
penular malaria.

Inseksida yang padat digunakan antara lain inseksida golongan:


a) organophospat, misalnya malathion
b) pyretroid sintetic, misalnya lamda sihalotri, cypermetrin dan alfa methin
c) carbamat

Alat yang digunakan untuk penyemprotan adalah mesin fog atau mesin ULV
dan penyemprotan dengan cara pengasapan tidak mempunyai efek residu. Untuk
membasmi penularan virus dengue penyemprotan dilakukan dua siklus dengan
interval 1 minggu, pada penyemprotan siklus pertama semua nyamuk yang
mengandung virus dengue (nyamuk infektif) dan nyamuk-nyamuk yang lainnya
akan mati, tetapi akan segera muncul nyamuk-nyamuk baru yang diantaranya
akan menghisap darah penderita vevimia yang masih ada yang dapat
menimbulkan terjadinya penularan kembali. Oleh karena itu perlu dilakukan
penyemprotan siklus kedua, penyemprotan yang kedua dilakukan 1 minggu
sesudah penyemprotan yang pertama agar nyamuk baru yang infektif tersebut
akan terbasmi sebelum sempat menularkan pada orang lain.(DepkesRI.2015).
C. Abatiasi (Penggunaan Abate)
Takaran penggunaan bubuk ABATE adalah sebagai berikut :
untuk 10 liter air cukup dengan 1 gram bubuk ABATE
contoh :
untuk 10 liter air ABATE yang diperlukan = (100/10)x 1 gram = 10 gram ABATE,
untuk menakar ABATE digunakan sendok makan, satu sendok peres berisi 10
gram ABATE.
Bila memerlukan ABATE kurang dari 10 gram, maka dapat dilakukan sebagai
berikut :
a) ambil 1 sendok makan peres ABATE dan tuangkan pada selembar kertas.
b) Lalu bagilah ABATE menjadi 2,3 atau 4 bagian sesuai dengan takaran yang
dibutuhkan

Setelah dibubuhkan ABATE maka :

a) selama 3 bulan bubuk ABATE dalam air tersebut mampu membunuh jentik
aedes aegypti.
b) selama 3 bulan bila tempat penampungan tersebut akan dibersihkan / diganti
airnya, hendaknya jangan menyikat bagian dalam dinding tempat
penampungan air tersebut.
c) Air yang telah dibubuhi ABATE dengan takaran yang benar tidak
membahayakan dan tetap aman bila air tersebut diminum.(Depkes,RI,2015)

6. Pengobatan
Pengobatan terhadap penyakit ini terutama untuk mengatasi perdarahan,
mencegah/mengatasi keadaan syok/presyok dengan mengusahakan agar penderita
banyak minum, bila perlu dilakukan pemberian cairan melalui infuse, demam
diusahakan diturunkan dengan kompres dingin atau antipivetika (Widyaastuti,
2014: 11).
DAFTAR PUSTAKA

Hendrayanto. 2014. Ilmu Penyakait Dalam : jilid 1. Jakarta : FKUI


M, Nursalam. 2015. Asuhan Keperawatan Bayi Dan Anak. Jakarta : Salemba Medik
Soegijarto, Soegeng. 2012. Ilmu Penyakit Anak (diagnosa dan penatalaksanaan). Jakarta
: Salemba Medik
Soegijarto, Soegeng. 2016. Demam Berdarah Dengue : edisi ke-2. Surabaya : Aerlangga
Widyastuti, Palupi. 2014. Pencegahan, Pengendalian Dengue Dan Demam Berdarah.
Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai