Anda di halaman 1dari 2

Bagian 2

Proses 8 tahap
Bab 3
Menetapkan rasa urgensi
Menetapkan urgensi sangat penting untuk memperoleh kerjasama yang diperlukan. Dengan
adanya rasa puas diri yang tinggi, transformasi biasanya tidak akan bergerak ke mana pun
juga akan jalan ditempat karena banyak orang bahan tertarik dan mengurusi masalah
perubahan. Dengan adanya urgensi rendah, sulit untuk membentuk sebuah kelompok
dengan cukup kekuatan dan kredibilitas untuk membimbing usaha perubahan atau Untuk
menyakinkan individu-individu kunci agar bersedia meluangkan waktu yang diperlukan untuk
menciptakan dan mengkomunikasikan visi perubahan. Dalam keadaan yang jarang terjadi
itu, dimana kelompok yang mempunyai komitmen terhadap dalam lembah kepuasan diri,
para anggotanya barangkali bisa mengidentifikasi arah umum perubahan, untuk
mereorganisasi, dan untuk mengurangi tingkat peningkatan staf. Kalau para eksekutif ini
menjalankan perusahaan, barangkali mereka bahkan membuat akuisisi dan memberlakukan
sistem kompensasi baru. Tapi cepat atau lambat, tak perlu betapa kuatnya mereka
mendorong, tak peduli Berapa besar ancaman mereka, kalau banyak orang lain tidak
merasakan organisasi yang sama, momentum perubahan barangkali akan cepat mati
sebelum mencapai tujuan. Orang akan mendapati banyak sekali cara untuk menghalangi
kerjasama dari sebuah proses yang sungguh-sungguh mereka pikir tidak perlu atau salah
arah
Rasa puas diri: sebuah contoh
Dan organisasi yang pernah ada rasa puas diri ini, inisiatif mengenai perubahan akan
segera mati begitu tersebut dinyatakan. Seseorang dalam sebuah rapat mengatakan bahwa
siklus pengembangan produk baru yang menggunakan waktu cukup lama akan membuat
perusahaan semakin parah, tetapi dalam 20 menit diskusi itu telah mengejek tetapi lain dan
tidak ada Tindakan yang diambil untuk mempersingkat waktu pengembangan. Seseorang
lain apa menawarkan sebuah pendekatan Baru terhadap teknologi informasi, tetapi dalam
waktu singkat kelompok ​IT ​dan sistemnya yang sudah ketinggalan jaman mendapat pujian.
Bahkan ketika pihak CEO menawarkan perasaan untuk mengadakan perubahan, syarat
tersebut nampaknya tenggelam dalam perangkap rasa puas diri.
Sumber-sumber rasa puas diri
Ketika saya menunjukkan kepada para mahasiswa MBA yang rata-rata berusia 25 tahun
tentang sebuah perusahaan yang sedang mengalami masalah tetapi tetap saja memiliki
rasa puas diri sendiri sering berbicara seolah-olah bola tersebut adalah sekelompok orang
yang memiliki IQ rata-rata 40 diagnosis implisit mereka: kalau perusahaan itu mempunyai
masalah urgensi rendah, maka pihak manajemen pastilah sekelompok orang tolol.
Rekomendasi tindakan dari mereka: mereka dari kami.
Paling tidak ada 9 alasan yang bisa menjelaskan rasa puas diri semacam ini (lihat peraga 1
di bawah). Pertama, tidak ada krisis yang benar-benar tampak jelas. Perusahaan tersebut
tidak kehilangan uang. Tidak ada seorangpun yang memberikan ancaman pemecatan
besar-besaran terhadap pegawainya. Perusahaan itu secara finansial aman. Tidak ada
perusahaan besar lainnya akan mencaploknya. Pers tidak memuat ​head line​ yang selalu
bersifat negatif mengenai perusahaan itu.
Kedua, rapat itu berlangsung di sebuah ruangan yang meneriakkan kata”sukses”. Meja
Kayu mahoni anti 30 kaki bisa ditukar dengan 3 mobil Audi baru dan Sebuah buick. Pesan
indahnya jelas: kita kaya, kita adalah pemenang, kita pasti melakukan sesuatu yang benar.
Jadi santai sajalah. Selamat menikmati makan siang anda.
Ketiga, standar yang digunakan oleh para manajer untuk mengukur diri mereka sendiri
sangat rendah.
Keempat, struktur organisasi terlalu memfokuskan perhatian orang pada tujuan-tujuan
fungsional yang sempit, bukannya pada kinerja bisnisnya luas. Pemasaran mempunyai
indeks nya sendiri, manufaktur mempunyai tujuan yang berbeda, personalia lain lagi.
Kelima, berbagai perencanaan internal dan sistem kontrol dibuat dengan lengkap untuk
memudahkan setiap orang mencapai tujuan tujuan fungsional mereka.
Keenam, semua umpan balik mengenai kinerja yang diterima oleh para karyawan hampir
semuanya berasal dari sistem internal yang salah ini.
Ketujuh, ketika para karyawan perusahaan yang masih muda pergi keluar atas inisiatif
mereka sendiri untuk memperoleh umpan balik dari luar mengenai kinerja mereka, mereka
sering diperlakukan seperti penderita lepra.
Kedelapan, rasa puas diri didukung oleh kecenderungan manusia untuk menghindari hal-hal
yang tidak ingin kita dengar.

Anda mungkin juga menyukai