Anda di halaman 1dari 10

KONSEP DASAR

ASFIKSIA NEONATORUM
A. Definisi
Asfiksia neonatorum merupakan suatu keadaan pada bayi baru lahir yang
mengalami gagal bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir, sehingga
bayi tidak dapat memasukkan oksigen dan tidak dapat mengeluarkan zat asam
arang dari tubuhnya. (dewi, 2011)
Asfiksia neonatorum adalah keadaan bayi yang tidak dapat bernafas spontan
dan teratur, sehingga dapat menurunkan O2 dan makin meningkatkan CO2 yang
menimbulkan akibat buruk dalam kehidupan lebih lanjut. (manuaba, 2010)
Asfiksia adalah keadaan bayi tidak bernafas secara spontan dan teratur segera
setelah lahir. Seringkali bayi yang sebelumnya mengalami gawat janin akan
mengalami asfiksia setelah persalinan. Masalah ini mungkin saling berkaitan
dengan keadaan ibu, tali pusat atau masalah pada bayi selama atau sesudah
persalinan. (JNPK KR, 2008)

B. Etiologi Dan Faktor Predisposisi


Penyebab terjadinya Asfiksia menurut DepKes RI (2007) :
1. Faktor Ibu
a. Preeklamsia dan eklamsia.
b. Perdarahan abnormal (Plasenta previa atau plasenta).
c. Partus lama atau partus macet.
d. Demam selama persalinan.
e. Infeksi berat (malaria,sifilis,TBC,HIV).
f. Kehamilan post matur.
g. Usia ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun
2. Faktor Bayi
a. Bayi prematur (Sebelum 37 minggu kehamilan).
b. Persalinan sulit (letak sungsang, bayi kembar, distosia bahu, ektraksi
vakum, forsef)
c. Kelainan kongenital
d. Air ketuban bercampur mekonium (warna kehijauan).
3. Faktor Tali Pusat
a. Lilitan tali pusat.
b. Tali pusat pendek.
c. Simpul tali pusat.
d. Prolapsus tali pusat
Faktor-faktor yang dapat menimbulkan gawat janin (asfiksia)
1. Gangguan Sirkulasi Menuju Janin
a. Gangguan aliran pada tali pusat (lilitan tali pusat, simpul tali pusat, tekanan
pada tali pusat, ketuban telah pecah, kehamilan lewat waktu)
b. Pengaruh obat, karena narkosa saat persalinan.
2. Faktor Ibu
a. Gangguan HIS (tetania uteri/hipertonik)
b. Penurunan tekanan darah dapat mendadak (perdarahan pada plasenta previa
dan solusio plasenta)
c. Vasokontriksi arterial (hipertensi pada hamil dan gestosis preeklamsia-
eklamsia)
d. Gangguan pertukaran nutrisi/O2 (solusio plasenta). (Manuaba, 2010)

C. Patogenesis
Asfiksia dapat bermanifestasi sebagai disfungsi multiorgan, kejang dan
ensefalopati hipoksis-iskemik, serta asidemia metabolik. Bayi yang mengalami
episode hipoksia-iskemi yang signifikan saat lahir memiliki risiko disfungsi dari
berbagai organ, dengan disfungi dari berbagai organ, dengan disfungsi otak sebagai
pertimbangan utama :
1. Bila janin kekurangan O2 dan kadar CO2 bertambah timbullah rangsangan
terhadap nesofagus sehingga jantung janin menjadi lambat. Bola kekurangan O2
ini terus berlangsung, maka nesofagus tidak dapat dipengaruhi lagi. Timbulah
kini rangsangan dari nefo simfatikus. Djj menjadi lebih cepat akhirnya ireguler
dan menghilang.
2. Kekurangan O2 juga merangsang usus, sehingga mekonium keluar sebagai tanda
janin dalam hipoksia
a. Jika Djj normal dan ada mekonium maka janin mulai hipoksia.
b. Jika Djj > 160×/menit dan ada mekonium maka janin sedang hipoksia.
c. Jika DJJ < 120, > 160×/menit dan ada mekonium maka janin dalam keadaan
gawat.
3. Janin akan mengadakan pernafasan intra uterine dan bila kita periksa terdapat
banyak air ketuban dan mekonium dalam paru. Bronfus tersumbat dan terjadi
atelekrasis bila janin lahir aveoli tidak berkembang. (Manuaba, 2010)

D. Penilaian Asfiksia Neonatorum


Penilaian asfiksia neonatorum menurut Manuaba (2010) meliputi :
1. Pernafasan
2. Denyut jantung
3. Warna

E. Macam-macam Asfiksia Neonatorum


Macam-macam asfiksia neonatorum menurut DepKes RI (2007) dibagi
menjadi :
1. Vigorus baby, Skor Apgar 7-10. Dalam hal ini bayi dianggap sehat tidak
memerlukan tindakan istimewa.
2. Mild-moderate asphyksia (asfiksia sedang). Skor APGAR 4-6 pada pemeriksaan
fisik akan terlihat frekuensi jantung > 100×/menit, tonus otot kurang baik,
sianosis, reflek iritabilitas tidak ada.
3. Asfiksia berat skor APGAR 0-3. Pada pemeriksaan fisik ditemukan frekuensi
jantung kurang dari 100×/menit, tonus otot buruk, sianosis berat, dan kadang-
kadang pucat, reflek iritabilitas tidak ada. Dikatakan berat jika :
a. Bayi jantung fetus menghilang tidak lebih dari 10 menit sebelum lahir
lengkap.
b. Bunyi jantung bayi menghilang post partum.
F. Penanganan Asfiksia pada Bayi Baru Lahir
Tindakan resusitasi bayi baru lahir menurut wiknjosastro (2007) mengikuti
tahapan-tahapan yang dikenal sebagai ABC resusitasi, yaitu :
1. Memastikan saluran terbuka
a. Memastikan bayi dalam posisi kepla defleksi bahu diganjal 2-3 cm.
b. Menghisap mulut, hidung dan kadang trachea.
c. Bila perlu masukkan pipa endo trachel (pipa ET) untuk memastikan saluran
pernafasan terbuka.
2. Memulai pernafasan
a. Memakai rangsangan taksil untuk memulai pernafasan
b. Memakai VTP bila perlu seperti : sungkup dan balon pipa ET dan balon
atau mulut ke mulut (hindari paparan infeksi).
3. Mempertahankan sirkulasi
a. Rangsangan dan pertahankan sirkulasi darah
b. Kompresi dada
c. Pengobatan
4. Langkah-langkah Resusitasi
a. Letakkan bayi di lingkungan yang hangat kemudian keringkan tubuh bayi
dan selimuti tubuh bayi untuk mengurangi evaporasi
b. Sisihkan kain yang basah kemudian tidurkan bayi telentang pada alas yang
datar
c. Ganjal bahu dengan kain setinggi 1 cm (snifing positor).
d. Hisap lendir dengan penghisap lendir de lee dari mulut, apabila mulut sudah
bersih kemudian lanjutkan ke hidung.
e. Lakukan rangsangan taktil dengan cara menyentil telapak kaki bayi dan
mengusap-usap punggung bayi.
f. Nilai pernafasan
Jika nafas spontan lakukan penilaian denyut jantung selama 6 detik, hasil
kalikan 10. Denyut jantung > 100 ×/menit, nilai warna kulit jika
merah/sinosis penfer lakukan observasi, apabila biru beri oksigen. Denyut
jantung < 100 ×/menit, lakukan ventilasi tekanan positif.
1) Jika pernafasan sulit (megap-megap) lakukan ventilasi tekanan positif.
2) Ventilasi tekanan positif / PPV dengan memberikan O2100 % melalui
ambubag atau masker, masker harus menutupi hidung dan mulut tetapi
tidak menutupi mata, jika tidak ada ambubag beri bantuan dari mulut ke
mulut, kecepatan PPV 40-60 ×/menit.
3) Setelah 30 detik lakukan penilaian denyut jantung selama 6 detik, hasil
kalikan 10.
a) 100 hentikan bantuan nafas, observasi nafas spontan.
b) 60-100 ada peningkatan denyut jantung teruskan pemeriksaan PPV.
c) 60-100 dan tidak ada peningkatan denyut jantung, lakukan PPV,
disertai kompresi jantung.
d) < 10 ×/menit, lakukan PPV disertai kompresi jantung.
g. Kompresi jantung
Perbandinagn kompresi jantung dengan ventilasi adalah 3 : 1, ada 2 cara
kompresi jantung :
1) Kedua ibu jari menekan stemun sedalam 1 cm dan tangan lain
mengelilingi tubuh bayi.
2) Jari tengah dan telunjuk menekan stemun dan tangan lain menahan
belakang tubh bayi.
a) Lakukan penilaian denyut jantung setiap 30 detik setelah kompresi
dada.
b) Denyut jantung 80 ×/menit kompresi jantung dihentikan, lakukan
PPV sampat denyut jantung > 100 ×/menit dan bayi dapat nafas
spontan.
c) Jika denyut jantung 0 atau < 10 ×/menit, lakukan pemberian obat
epineprin 1 : 10.000 dosis 0,2 – 0,3 mL/ kg BB secara IV.
d) Lakukan penilaian denyut jantung jani, jika > 100 ×/menit hentikan
obat.
e) Jika denyut jantung < 80 ×/menit ulangi pemberian epineprin sesuai
dosis diatas tiap 3-5 menit.
f) Lakukan penilaian denyut jantung, jika denyut jantung tetap atau
tidak respon terhadap di atas dan tanpa ada hiporolemi beri
bikarbonat dengan dosis 2 MEQ/kg BB secara IV selama 2 menit.
5. Persiapan Resusitasi
Agar tindakan untuk resusitasi dapat dilaksanakan dengan cepat dan efektif,
kedua faktor utama yang perlu dilakukan adalah :
a. Mengantisipasi kebutuhan akan resusitasi lahirnya bayi dengan depresi
dapat terjadi tanpa diduga, tetapi tidak jarang kelahiran bayi dengan depresi
atau asfiksia dapat diantisipasi dengan meninjau riwayat anterpartum dan
intrapartum.
b. Mempersiapkan alat dan tenaga kesehatan yang siap dan terampil.
Persiapkan minuman antara lain :
1) Alat pemanas siap pakai – oksigen
2) Alat penghisap
3) Alat sungkup dan balon resusitasi
4) Alat intubasi
5) Obat-obatan
6. Prinsip-prinsip Resusitasi Yang Efektif
a. Tenaga kesehatan yang slap pakai dan terlatih dalam resusitasi neonatal
harus merupakan tim yang hadir pada setiap persalinan.
b. Tenaga kesehatan di kamar bersalin tidak hanya harus megetahui apa yang
harus dilakukan , tetapi juga harus melakukannya dengan efektif dan efisien.
c. Tenaga kesehatan yang terlibat dalam resusitasi bayi harus bekerjasma
sebagai suatu tim yang terkoordinasi.
d. Prosuder resusitasi harus dilaksanakan dengan segera dan tiap tahapan
berikutnya ditentukan khusus atas dasar kebutuhan dan reaksi pasien.
e. Segera seorang bayi memerlukan alat-alat resusitasi da resusitasi harus
tersedia clan siap pakai. (Manuaba, 2010)
Tabel APGAR Score
Score 0 1 2
A = Appereance Tubuh kemerahan, Seluruh tubuh
Biru pucat
(warna kulit) ekstrimitas biru kemerahan
P = Pulse (Denyut
Tidak ada < 100 ×/menit ≥ 100 ×/menit
nadi)
G = Grimace Menangis, batuk
Tidak ada Gerak sedikit
(Reflek) bersin
A = Activity Ekstrimitas fleksi
Lumpuh Gerakan aktif
(gerak) sedikit
R = Respiration Teratur, menangis
Tidak ada Lemah, tidak teratur
(pernafasan) kuat
Sumber : Dewi, Vivian Nanny Lia. 2011. Asuhan Neonates Bayi dan Anak Balita.
Jakarta : Salemba Medika
Daftar Pustaka

DepKes RI. 2007. Buku Neonatus Bayi dan Balita. Jakarta : DepKes RI

Dewi, Vivian Nanny Lia. 2011. Asuhan Neonates Bayi dan Anak Balita. Jakarta :
Salemba Medika

JNPK KR. 2008. Asuhan Persalianan Normal. Jakarta : TIM

Manuaba, Ida Bagus Gde. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB untuk
Pendidikan Bidan Edisi 2. Jakarta : EGC.

Wiknjosastro. 2007. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan


Neonatal. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono Prawihardjo.
DOKUMENTASI ASUHAN KEBIDANAN
PADA BAYI BARU LAHIR DENGAN ASFIKSIA BERAT
DI RUANG BAYI RSUD DR. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN

PENGKAJIAN
Hari/Tanggal : Rabu, 15 Maret 2017
Pukul : 11.20 WITA

IDENTITAS
a. Bayi
Nama By. Ny. M
Umur 0 hari
Tanggal lahir 15 Maret 2017
Jam Lahir 11.15 WITA
Jenis Kelamin Laki-laki

b. Orang Tua
Ibu Ayah
Nama Ny. M Tn. Z
Umur 27 tahun 31 tahun
Agama Islam Islam
Pendidikan SMA SMA
Pekerjaan IRT Swasta
Alamat Sungai Telan Kecil

PROLOG
Pada hari rabu tanggal 15 Maret pukul 11.15 WITA bayi lahir spontan belakang kepala
diruang VK bersalin RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh dari kehamilan lewat bulan (43
minggu) dengan kondisi lahir tidak menangis, seluruh tubuh pucat, pernapasan megap-
megap, tonus otot tidak ada, air ketuban berwarna keruh, tali pusat layu, dan bayi
mengalami lilitan tali pusat pada leher. APGAR skor menit pertama adalah 1 dan pada
menit kelima adalah 3. Di ruang VK Bersalin bayi dikeringkan seluruh tubuhnya,
dibersihkan jalan napas, dan diberikan rangsangan taktil. Namun tidak ada perbaikan
kondisi. Selanjutnya bayi dipindahkan keruang bayi untuk dilakukan tindakan resusitasi.

SUBJEKTIF
Bayi tidak segera menangis

OBJEKTIF
Keadaan umum lemah, napas megap-megap, seluruh tubuh pucat, tidak menangis, tonus
otot sedikit fleksi, gerakan tidak ada, frekuensi denyut jantung < 100 x/menit, tidak ada
caput succedaneum, tidak ada cephal hematomatali pusat tampak layu, jenis kelamin
laki-laki.

ANALISA
Bayi baru lahir dengan asfiksia berat

PENATALAKSANAAN
1. Memberitahukan kepada orang tua bayi bahwa bayi lahir tidak menangis. Orang tua
mengetahui.
2. Melakukan informed consent terhadap tindakan yang akan dilakukan untuk
memperbaiki kondisi bayi. Orang tua menyetujui terhadap tindakan yang akan
dilakukan.
3. Meletakkan bayi di infant warner untuk menghangatkan tubuh bayi dengan suhu
230C. Bayi sudah diletakkan di tempat yang hangat dan kering.
4. Meletakkan bayi dalam posisi bahu bayi lebih tinggi dari pada kepala (sedikit
ekstensi) dengan cara mengganjal bahu 2-3 cm dengan kain.
5. Membersihkan jalan napas bayi dengan suction pump dimulai dari mulut, kemudian
hidung sampai bayi dapat bernapas. Mengevaluasi hasil tindakan : bayi masih tidak
menangis, kulit masih pucat, napas megap-megap, tonus otot tidak ada, gerakan
tidak ada.
6. Menggosok punggung bayi, hal ini akan merangsang bayi untuk menangis. Melihat
respon bayi : bayi merintih, napas megap-megap, kulit masih pucat, tonus otot tidak
ada, gerakan tidak ada.
7. Melakukan rangsangan taktil dengan menyentil telapak bayi. Melihat respon bayi :
bayi merintih, napas megap-megap, kulit masih pucat, tonus otot tidak ada, gerakan
tidak ada.
8. Mengatur kembali posisi bayi dan bungkus bayi. Posisi bayi sedikit ekstensi dan
bungkus kain tidak menutupi muka dan dada bayi.
9. Melakukan ventilasi untuk membantu denyut jantung dan napas bayi, dengan cara :
a. Memasang sungkup dan pastikan sungkup menutupi mulut dan hidung bayi.
b. Melakukan ventilasi 20x dalam 30 detik dengan tekanan 20 cm air. Melihat
respon bayi : napas bayi masih megap-megap.
c. Meneruskan ventilasi kedua dengan 20 x tiupan dalam 30 detik. Melihat respon
bayi : bayi sudah bernapas normal.

Anda mungkin juga menyukai