Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
TINJAUAN TEORI
Pada sub bab ini akan di bahas mengenai pengertian pneumotoraks, etiologi
expansi paru sepenuhnya. Ekspansi paru yang terjadi bila lapisan pleura dari
dinding dada dan lapisan visera dari paru-paru dapat memelihara tekanan negtif
pada rongga pleura. Ketika kontinuitas sistem ini hilang, paru akan kolaps,
Walaupun berbahaya memiliki udara keluar masuk di rongga pleura pada tiap
napas, klien akan berada pada resiko yang lebih besar jika udara hanya bergerak
pada rongga pleura dan tidak dapat kembali keluar. Tension pneumotoraks
tiap inspirasi, terjebak disana dan tidak dapat di keluarkan saat ekspirasi. Tekanan
akan berkumpul pada dada karena peningkatan akumulasi udara di rongga pleura.
Tension pneumotoraks paling sering terjadi dengan cidera traumatic tumpul dan
Jika tidak di tangani, tekanan pneumotoraks akan membuat paru kolaps pada
mediastinum (jantung, trakea, esophagus, pembuluh darah besar) kearah yang tidak
7
8
arah pergeseran yaitu paru pada sisi yang berlawanan dari pneumotoraks, dan
kompresi, traksi, torsi, atau penekukan pada pembuluh darah besar, sehingga darah
menyebabkan gangguan peredaran darah dan gangguan paru yang serius serta dapat
mendahuluinya.
atmosfer. Tekanan negatif ini penting untuk proses bernapas. Kontraksi diafragma
dan otot interkosta menarik paru keluar, meningkatkan volume sehingga udara
Ketika pleura visceral maupun parietal bolong, udara masuk ruang pleura,
menyamankan tekanan ini. Ekspansi paru terganggu dan rekoil alami kecondongan
9
paru menyebabkan kolaps hingga derajat terbesar atu terkecil, bergantung pada
Membuka ruang intra pleura kedalam tekanan atmosfer Udara memasuki ruang pleura (pada saat inspirasi)
dan tidak dapat keluar pada saat ekspirasi Rusuk yang fraktur
(menusuk dan merobek
membran pleura
Udara terhisap kedalam ruang intra pleura
Akumulasi udara dalam rongga dada
(tekanan positif)
Kurang menerima
informasi
Cemas
11
Gangguan mobilitas
fisik
11
12
2. Takipnea
4. Sianosis progesif
7. Takikardi
9. Suara napas yang berkurang atau mengihilang pada sisi yang terluka
laring dan trakea ke arah sisi yang tidak terluka dapat di deteksi dengan palpasi
respiratorik dan hipoksia. Ketika pergeseran mediastinum sudah parah dan tidak
didapat garis penguncupan paru yang sangat halus. Bila diserta darah atau
cairan lainnya akan tampak garis mendatar yang merupakan batas udara dan
cairan
2. Saturasi oksigen: harus diukur, biasanya normal kecuali ada penyakit paru
3. USG atau CT-Scan toraks baik dalam mendeteksi pneumotoraks kecil dan
2.1.6. Penatalaksanaan
Tatalaksana dari kelainan ini bergantung pada tipe, ukuran, manifestasi klinis,
antara apeks paru dengan kubah ipsilateral rongga toraks seperti yang terlihat pada
rongent dada posisi tegak. Dikatakan pneumotoraks minimal bila jaraknya adalah
dan pasien cukup di observasi kecuali menetapnya udara yang terkumpul. Tidak
dibutuhkan adanya tindakan yang lebih jauh lagi bila pada pemeriksaan foto
rongent menunjukkan hasil sama dalam 24 jam. Pada pneumotoraks yang luas di
Tatalaksana dari kelainan ini termasuk evakuasi udara dari rongga pleura dan
menutup kebocoran yang terjadi. Pada keadaan dimana udara yang terjebak
memiliki volume yang cukup besar dan pasien mengalami kesulitan bernapas
menggunakan suction. Selang torakostomi ditusuk pada garis mid aksila sela iga 4-
5. Paru harus mengalami ekspansi secara lambat karena ekspansi secara cepat
akibat evakuasi udara terjebak, dapat meimbulkan komplikasi paru baru yaitu
14
edema paru. Pada keadaan pneumotoraks yang cukup luas, akan lebih baik untuk
membiarkan udara yang terjebak untuk keluar secara perlahan-lahan dan kemudian
dipertahankan. Jika pada pemantauan selama 24 jam tidak ditemukan adaya udara
lagi, maka selang dapat dilepas. Bila udara tetap ditemukan maka hal tersebut
merupakan tanda adanya kerusakan lapisan pleura, parenkim paru atau fistula
2.2. Konsep Dasar Selang Dada Atau Water Seal Drainage (WSD)
Pada sub bab ini akan dibahas mengenai pengertian water seal drainage
WSD.
Selang dada atau WSD adalah sistem drainage yang menggunaan water seal
untuk mengalirkan udara atau cairan dari cavum pleura (rongga pleura). Terapi
untuk memungkinakan paru mengembang kembali (Potter & Perry, 2006) . Ketika
selang dipasang di rongga pleura untuk mengeluarkan udara atau cairan, selang
harus dirapatkan untuk mencegah udara juga mask ke selang dan, pada intinya,
katub Heimlich (satu arah) atau di hubungakan dengan sistem drainase tertutup
dengan sumbat air. Katup atau sumbat air mencegah udara masuk kerongga dada
15
b. Pneumothoraks totalis
Pemasangan kateter thorak pada keadaan ini tetap dilakukan meskipun tanpa
tanda-tanda sesak.
c. Pneumothoraks parsial
Pneumothoraks parsial dengan kolaps paru lebih dari 20% perlu pemasangan
kateter thorak.Sedangkan pada pneumothorak parsial dengan kolaps paru
kurang dari 20% tanpa gejala ataupun penyakit dasar, perawatan dapat
dilakukan secara konservatif.Prosentase kolaps merupakan perbandingan antara
luas bagian paru yang kolaps dengan luas seluruh hemithoraks. Pengembangan
paru diperkirakan 1,25%, sehari bertambah luasnya kolaps atau keterlambatan
pengembangan merupakan indikasi untuk melakukan tindakan yang lebih
invasif.
d. Pneumothorak simptomatis
Pemasangan kateter juga tergantung pada ada tidaknya gejala penyakit dan
cadangan fisiologi paru penderita.Timbulnya keluhan sesak dan hypoksemia
menunjukkan indikasi pemasangan kateter thorak, walaupun dengan derajat
kolaps paru minimal.
e. Pneumothoraks bilateral
Untuk keadaan ini juga merupakan indikasi pemasangan kateter thorak.
Biasanya diikuti tindakan thorakotomi
2. Hemathoraks
Merupakan akumulasi darah dan cairan di dalam rongga pleura di antara pleura
parietal dan pleura viseral, biasanya merupakan akibat trauma. Hemathoraks
menghasilkan tekanan ( counter pressure ) dan mencegah paru berekspansi penuh.
Hematothoraks juga disebabkan oleh perdarahan dari jantung, paru, pembuluh
darah besar serta percabangannya, arteri / vena intercostalis, diafragma, pembuluh
darah dinding dada, rupturnya pembuluh darah pada perlekatan pleura, neoplasma,
kelebihan antikoagulan, pascabedah thorak juga ruptur pembuluh darah kecil
akibat proses inflamasi, seperti pneumonia atau tuberkulosis. Selain terjadi nyeri
dan dispneu, juga dapat terjadi tanda dan gejala syok apabila mengalami kehilangan
darah yang banyak. Hemathoraks di atas 400cc (Moderat : 300 – 800 cc , Severe :
17
lebih 800 cc) atau symptomatis merupakan indikasi pemasangan kateter thorak.
Evakuasi darah pada hemathoraks masiv (lebih dari 2000 cc) harus diawali dengan
penggantian cairan atau darah. Hemathoraks yang termasuk dalam indikasi
pemasangan kateter thoraks adalah Hematothoraks bilateral, Hemato-
pneumothoraks. Pemasangan kateter thoraks untuk mencegah pembentukkan
bekuan darah dalam kavum pleura dan untuk memonitor kemungkinan berlanjutnya
perdarahan.
3. Kilotoraks
Suatu keadaan dimana terdapatnya cairan limfa di pleura. Warna cairan ini
seperti susu, hal ini disebabkan oleh karena terdapatnya kilomikron, yakni butir-
butirlemak dengan ukuran 1 mikron yang diserap dari dalam intestinum. Secara
kimiawi butir-butir lemak ini terdiri dari komplek trigliserida dengan lipoprotein,
fosfolipid dan kolesterol.Melalui duktus limfatikus cairan ini sampai ke duktus
toraksikus dan oleh karena sesuatu sebab maka cairan ini masuk ke
pleura.Penyebab yang paling sering adalah trauma, tetapi dapat juga nontrauma,
bahkan dapat pula penyebabnya tidak diketahui (idiopatik).
Bila terjadi trauma, misalnya, maka kilotorak akan berkumpul di mediastinum
dan bila mediastinum ini robek, maka cairan ini akan masuk ke dalam pleura. Pada
penyebab yang nontrauma, terutama disebabkan oleh kelainan dari duktus
toraksikus dan keadaan ini merupakan 50-60% dari kasus dibandingkan dengan
yang trauma, yakni hanya 10-40% dari kasus.Sedangkan pada yang nontrauma,
terutama disebabkan oleh congenital, yakni fistula antara duktus toraksikus dengan
pleura.Tumor limfoma, fibrosis mediastinum, limfangiomiomatosis pulmonal,
keseluruhannya dapat menyebabkan terjadinya kilotorak. Tindakan pemasangan
WSD dengan pipa yang mutipel (multiple tube) hasilnya akan tergantung kepada
ada tidaknya perlengketan pleura dan tertutupnya duktus.
Kilotoraks Chylothoraks sulit diterapi, meskipun dengan pemasangan kateter
thorak dan disertai pleurodesis. Penyebab chylothoraks adalah trauma, malignansi,
abnormalitas kongenital.
18
4. Empisema
Empisema thoracis setelah dipungsi tidak berhasil atau pus sangat kental,
sehingga perlu dipasang WSD dengan chest tube yang besar, kadang harus
dilakukan reseksi iga. Cairan empiema perlu didrainase secepatnya dan sebanyak-
banyaknya, untuk mengurangi gejala toksis dan mempercepat resolusi proses
inflamasi. Pada fase akut, permukaan paru masih fleksibel dan akan mengembang
sempurna setelah cairan empiema di drainase sampai habis. Keterlambatan drainase
sering perlu diikuti dekortikosi, karena terbentuk peel pada permukaan paru.
5. Effusi Pleura
mediastinum miring ke arah sisi yang sehat. Kejadian ini diketahui sebagai flutter
mediastinal, selanjutnya mengganggu ventilasi dan curah jantung.
7. Fluidothoraks
Botol pertama sebagai penampung / drainase. Botol kedua sebagai water seal.
Keuntungannya adalah water seal tetap pada satu level. Dapat dihubungkan
Botol pertama sebagai penampung / drainase. Botol kedua sebagai water seal.
2. Beri informasi tambahan jika di indikasikan. Jelaskan bahwa anastesi local akan
bahwa bernapas akan lebih mudah ketika selang dada terpasang dan paru
ekstrim serta memerlukan penentram hati bahwa prosedur invasive ini akan
memberikan peredaan.
suntikan lidokain, sarung tangan steril, dan spuit berujung kateter steril untuk
digunakan sebagai corong untuk mengisi sumbat udara dan wadah suction.
4. Posisikan sesuai indikasi untuk prosedur. Baik posisi tegak, atau posisi baring
drainase tertutup.
1. Kaji status pernapasan minimal setiap 4 jam. Pengkajian yang sering diperlukan
dada ke dinding dada. Tindakan ini penting untuk mencegah pelepasan seang
3. Jaga alat pengumpul di bawah dada. Cairan pleura mengalir kedalam alat
4. Periksa selang secara sering untuk adanya lekukan atau putaran. Hal ini dapat
mengganggu drainse.
5. Periksa sumbatan secara sering. Tingkat air harus fluktuasi dengan usaha napas.
Jika tidak, sistem mungki tidak paten atau utuh. Gelembung udara periodic
dalam wadah sumbat air normal dan mengindikasikan bahwa udara yang
terjebak di keluarkan dari dada. Pengkajian yang sering pada sistem sangan
6. Ukur drainase setiap 8 jam, tandai tingkat drainase pada wada drainase.
7. Kaji tingkat air secara periodic pada wadah pengendali suction, tambahkan air
jika diperlukan. Air yang adekuat dalam wadah pengendali suction yang
8. Bantu mengubah posisi secara sering dan duduk serta ambulasi jika
pengakatan selang
9. Ketika selang dada dilepas, segera berikan balutan potreleum jeli oklusif steril.
Balutan oklusif mencegah udara masuk kembali keruang pleura melalui luka
dada.
23
2.3.1. Pengkajian
emosi, kognitif, dan perilaku klien. Perawat mengumpulkan data hasil pemeriksaan
awal klien tentang kapasitas fisik dan intelektual saat ini. Data ini penting untuk
1. Biodata klien, meliputi nama, jenis kelamin, umur, status, agama, pekerjaan,
B. Survey Primer:
1. Airway : hal yang perlu diperhatikan adalah suara napas normal, snoring,
2. Breathing :
rate, SpO2.
peningkatan JVP.
a. Eye
3. Dengan perintah
4. Spontan
b. Verbal
2. Mengerang
4. Disorientasi
c. Motoric
2. Sikap ekstensi
25
3. Sikap fleksi
6. Mematuhi perintah
C. Survey Sekunder
koma)
aktivitas pasien
penyebaran
tidak sering.
26
5. Riwayat penyakit masa lalu, penyakit yang pernah diderita pasien yang
kesukaran bernapas.
b. Pola nutrisi: mengkaji frekuensi makan perhari, jumlah porsi, jenis diet,
d. Pola tidur: jumlah jam tidur malam, jumlah jam tidur siang, kesulitan
7. Data Biologis
secret.
masuk, eksresi mamae, warna, benjolan, lesi, suara paru, suara jantung,
temperature
thrombophiebitis.
2. Gangguan rasa nyaman: nyeri berhubungan dengan trauma jaringan dan reflex
dilakukan
3x24 jam dengan kriteria: Pasien akan mempertahankan pola napas efektif
dengan kriteria: napas sesuai dengan irama ventilator, volume napas adekuat,
No Intervensi Rasional
2. Gangguan rasa nyaman: nyeri berhubungan dengan trauma jaringan dan reflex
3x24 jam dengan kriteria: Nyeri klien dapat berkurang atau hilang, klien tidak
No Intervensi Rasional
1 Jelaskan dan bantu klien dengan Pendekatan dengan menggunakan
tindakan pereda nyeri relaksasi dan nonfarmakologi lainnya
nonfarmakologi dan non invasif. telah menunjukkan keefektifan dalam
mengurangi nyeri.
2 Ajarkan Relaksasi : Tehnik-tehnik Akan melancarkan peredaran darah,
untuk menurunkan ketegangan otot sehingga kebutuhan O2 oleh jaringan
rangka, yang dapat menurunkan akan terpenuhi, sehingga akan
intensitas nyeri dan juga mengurangi nyerinya.
tingkatkan relaksasi masase.
3x24 jam dengan kriteria: Kerusakan kulit terhindar, tidak ada kontraktur
32
No Intervensi Rasional
3x24 jam dengan kriteria: Resiko infeksi terkontrol dengan kriteria tidak ada
No Intervensi Rasional
dilakukan
3x24 jam dengan kriteria: Tidak terjadi kecemasan, pengetahuan klien dan
No Intervensi Rasional
1 Kaji tingkat pengetahuan/persepsi Ketidaktahuan dapat menjadi dasar
klien dan keluarga terhadap penyakit peningkatan rasa cemas
2 Kaji derajat kecemasan yang dialami Kecemasan yang tinggi dapat
klien dan keluarga menyebabkan penurunan penialaian
objektif klien tentang penyakit
3x24 jam dengan kriteria: Tidak terjadi penurunan berat badan, tonus otot tidak
lemah, tidak ada peradangan pada mulut dengan kriteria: berat badan stabil,
makanan yang tidak dicerna tidak mencapai 50cc dengan masukan minimal
No Intervensi Rasional
3x24 jam dengan kriteria: Menunjukkan jalan nafas yang paten (tidak merasa
tercekik, irama nafas, frekuensi nafas dalam rentang normal, tidak ada suara
nafas abnormal)
No Intervensi Rasional
membantu pasien mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kemampuan yang haru
(Nursalam, 2008)
keseimbangan cairan dan elektrolit yang optimal serta fungsi organ vital,
pemeliharaan suhu tubuh normal, nyeri dan ansietas minimal dan tidak terjadi
potensial komplikasi.
2.3.6. Evaluasi
Evaluasi adalah tahapan akhir dari asuhan keperawatan yang merupakan
perbandingan yang sistematis yang terencana antara hasil akhir yang teramati dan
tujuan atau kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan (Nursalam, 2008)
cairan dan elektrolit yang optimal serta fungsi organ vital, pemeliharaan suhu tubuh
normal, nyeri dan ansietas minimal dan tidak terjadi potensial komplikasi.
2.3.7. Dokumentasi
merekam suatu kejadian serta aktivitas yang dilakukan dalam bentuk pemberian
37
berdasarkan fakta, akurat, lengkap, ringkas, terorganisir, waktu yang tepat, bersifat
menjadikan hal yang penting sebagai alat bukti tanggung jawab dan tanggung gugat
suatu tuntutan tanggung jawab yang lebih tinggi dan tanggung gugat setiap tindakan
suatu proses perubahan perilaku pada diri seseorang dalam waktu yang pendek.
pengetahuan)
menumbuhkan rasa percaya diri maupun sikap dan perilaku setiap hari, sehingga
pasien dan keluarga sebelum pasien meninggalkan rumah sakit dengan tujuan agar
pasien dapat mencapai kesehatan optimal dan mengurangi biaya rumah sakit.
kelingkungannya.
pengkajian saat pasien masuk kerumah sakit, yaitu pengkajian mengenai kebutuhan
social, sumber finansial, tingkat pendidikan, dan hambatan yang pasien miliki.
Pengkajian ini dilakukan pada pasien dan keluarga. Sebagai persiapan pemulangan
seperti penggunaan alat medis dirumah, faktor resiko penyakit pasien, komplikasi