Anda di halaman 1dari 7

Inspirasi dari Pengusaha

Banjarmasin, Utomo Wijaya

UTOMO Wijaya, sosok pengusaha senior ternama dari Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan
(Kalsel), bukanlah orang asing di kalangan pengusaha banua bahkan mungkin di tanah air.

Berbagai bidang usaha sudah digeluti dan kini bisnisnya makin menggurita. Pria kelahiran 1942
ini tercatat sebagai pemilik sejumlah perusahaan besar dan berpengaruh di Kalimantan Selatan,
di antaranya PT Trio Motor selaku main dealer motor Honda untuk wilayah Kalsel dan Kalteng.
Lalu, PT Istana Mobil Trio Motor, selaku main dealer mobil Honda Kalselteng. Dan yang terbaru
PT Panen Wisata Internasional selaku pengelola hotel berbintang 4, Golden Tulip Galaxy
Banjarmasin, yang merupakan jaringan Louvre Hotels Group, group hotel peringkat dua di
Eropa dan peringkat 10 di dunia. Hotel ini baru dibuka pada Desember 2013 yang lalu.

Tapi jangan mengira jika kesuksesan bisnis ayah dari 6 orang anak itu diraih dengan mudah.
Sebab, Utomo mengawali usahanya dengan merangkak dari bawah, belajar secara otodidak dan
pantang menyerah. Ada tiga prinsip yang dipegang teguh Utomo Wijaya sebagai kunci sukses
yang juga diajarkannya pada anak-anaknya, yakni bertanggungjawab, jujur dan disiplin. Jika
memiliki tiga bekal itu, maka bisnis bisa berjalan dan langgeng. Berkat prinsip itulah, dirinya
yang semula tidak punya apa-apa, kini sukses membangun kerajaan bisnis. Hari-harinya kini pun
lebih banyak dihabiskan untuk menikmati manisnya hasil perjuangan bertahun-tahun. Rutin
jalan-jalan keluar negeri bersama istri tercinta, Kumala Kusuma, hanyalah salah satu contohnya.
Sejak masih berusia belia, Utomo sudah merasakan hidup susah. Kesehariannya dilalui dengan
kerja keras membantu usaha orangtuanya berjualan sepeda dan becak. Dia mengerjakan
segalanya, mulai merakit sepeda dan becak hingga mengecat dan melukisnya.

Pada 1965, tak lama setelah menjadi pengantin baru, Utomo Wijaya muda "dipaksa" mandiri
oleh orangtuanya. Setelah keluar dari rumah orangtuanya, bersama sang istri, pria bersahaja ini
sempat menyewa kios sederhana di dekat Masjid Noor yang ada di kawasan Pasar Sudimampir,
Banjarmasin. Di kios kecil itu, Utomo dan Kumala berjualan aneka barang kelontong. Mulai dari
onderdil sepeda hingga parfum. Lalu bermodalkan uang arisan sebesar Rp 15.000 dan uang
simpanan yang dikumpulkannya sedikit demi sedikit, dia membeli kios di dekat bioskop Ria.
Namun, cikal bakal kerajaan bisnis pehobi basket di kala muda itu berawal dari toko Trio yang
didirikannya tahun 1965 di Jalan Niaga Timur nomor 47, Banjarmasin. Nama “Trio” berasal dari
3 orang yang berkongsi mendirikan usaha itu, yakni Utomo, pamannya dan salah seorang
saudara sepupunya.

Toko Trio awalnya hanya menjual alat transportasi, sepeda dan becak beserta onderdilnya.
Awalnya, barang-barang itu datang masih berupa “curah” alias pretelan. Kemudian oleh mereka
dirakit, dicat dan dijual. Sebelum adanya pabrikan sepeda motor di Indonesia, toko Trio sudah
menjual sepeda motor built up buatan Jepang yang didatangkan dari Surabaya dan Jakarta
sejak 1967. Pada 1973, toko Trio menjadi sub dealer PT International Motor Surabaya.

Pada 1980, toko Trio yang berganti nama menjadi Trio Motor pindah ke tempat baru di Jalan
Kolonel Sugiono nomor 10, Banjarmasin. Sejak saat itulah, Trio Motor melepas penjualan
sepeda dan becak untuk berkonsentrasi di bisnis otomotif roda dua. Beberapa tahun kemudian
Trio Motor dipercaya menjadi main dealer sepeda motor Honda untuk wilayah Kalimantan
Selatan dan Kalimantan Tengah.

Pada periode 1965-1993 jumlah karyawan Trio Motor hanya 10-150 orang. Kemudian 1993-
2003 meningkat menjadi 150-250 orang. Pengawasannya sendiri dilakukan oleh Utomo Wijaya
dibantu putra pertama beliau, Adiguna Wijaya yang berperan sebagai Direktur Utama. Pada
saat itu, Trio Motor memiliki sepuluh cabang. Ketika krisis ekonomi melanda Indonesia pada
1998, Trio Motor dapat bertahan menghadapi krisis ekonomi tersebut. Tak dinyana, bisnisnya
pun semakin berkembang setelah krisis reda.

Puncaknya terjadi pada 2003 saat anak keduanya, Rita Wijaya ditunjuk menjadi Direktur
Marketing dan anak kelimanya, Lita Wijaya menjabat sebagai Direktur Keuangan. Pada saat itu
Trio Motor mengalami perkembangan yang pesat. Itu dibuktikan dengan jumlah karyawan yang
meningkat menjadi 600 orang. Sampai 2008, sudah berdiri empat belas cabang yang tersebar di
wilayah Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah. Selain itu, Trio Motor memiliki beberapa
anak perusahaan yang tidak hanya bergerak di bidang kendaraan roda dua, tetapi kendaraan
roda empat atau bahkan ada yang bergerak di bidang elektronik, radio, entertainment,
cafe/restaurant, toko spare part, hotel dan perusahaan jasa lainnya. Total jumlah karyawan dari
semua lini usaha itu berkisar 1.669 orang di luar karyawan outsourcing.

Pada 2009, tepatnya 27 Maret, Trio Motor yang bermula dari perusahaan perorangan berubah
menjadi Perseroan Terbatas (PT). Perubahan ini juga mengubah struktur organisasi, di mana
Rita Wijaya menjabat sebagai Direktur Utama, Andiguna Wijaya sebagai Direktur Marketing dan
Lita Wijaya sebagai Direktur Finance. Sejak 1986 sampai dengan saat ini, PT Trio Motor menjadi
satu-satunya agen resmi motor Honda di wilayah Kalimantan Selatan dan Tengah.

Kini, PT Trio Motor telah mempunyai 19 cabang yang tersebar di wilayah Banjarmasin,
Martapura, Pelaihari, Paringin, Tanjung, Buntok, Batulicin, Sungai Danau, Kapuas, Palangkaraya,
Sampit, Muara Teweh, Tamiyang Layang dan Kuala Kurun, dan 58 Dealer Honda yang tersebar
di seluruh wilayah Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah.

https://www.tribunnews.com/beritabca/2015/02/13/inspirasi-dari-pengusaha-banjarmasin-
utomo-wijaya
Petani hidroponik"zaman now" beromzet miliaran rupiah

Banjarmasin (ANTARA) - Dalam


bayangan banyak orang, menjadi
petani pastilah kotor-kotoran bergelut dengan tanah dan tanaman yang dibudidayakan. Belum
lagi repotnya membasmi serangan tumbuhan pengganggu atau gulma hingga bermacam hama
yang mengancam tanaman. Namun tidak bagi pemuda 33 tahun ini. Menjadi petani "zaman
now" tanpa harus kotor-kotoran dan panas-panasan sudah jadi prinsipnya dalam
mengembangkan usaha pertanian.

Pemilik nama lengkap Oka Wahyudi atau orang-orang yang bergaul dengannya kerap
memanggil dengan sebutan Pakde Oka, bisa dibilang menjadi petani muda sukses lantaran
beromzet miliaran rupiah dari budidaya pertanian yang digelutinya. Melalui pertanian modern
hidroponik, pria kelahiran Marabahan 24 Oktober 1985 ini mampu mendulang pundi-pundi
rupiah hingga menginspirasi banyak orang untuk mengikuti jejaknya jadi petani zaman now
yang terus berkreasi dan berbagi.

Diketahui hidroponik adalah budidaya menanam dengan memanfaatkan air tanpa


menggunakan tanah dengan menekankan pada pemenuhan kebutuhan nutrisi bagi tanaman.
Hidroponik cocok diterapkan pada daerah yang memiliki pasokan air yang terbatas dan juga
minim area lahan karena tanpa menggunakan tanah sebagai media tanam.
Kesuksesan Oka dengan nama usahanya kini Agroloka Hydroponic Spesialist, tentu tidak
terwujud semudah membalik telapak tangan. Kegagalan demi kegagalan pernah menimpanya
merintis usaha. Oka mengungkapkan, awal mula tercetus ide untuk budidaya tanaman
hidroponik sejak dia mengajar di SDN Kelayan Barat 2 Banjarmasin sebagai guru olahraga pada
2013.

Dia melihat fakta di Sekolah Adiwiyata itu tidak adanya lahan yang cukup dalam pelestarian
lingkungan hidup. Padahal disyaratkan tanaman minimal 20 persen dari luas wilayah sekolah.
Dari situlah Oka berpikir bagaimana caranya menanam di lahan yang sempit. Kemudian
mulailah dia dengan membuat vertikal garden yang ditanami bunga-bunga.

Gagal dan terus mencoba, itulah yang dilakukan Oka dalam perjuangannya jadi petani
hidroponik sejati. Media video berbagi Youtube jadi andalannya untuk belajar. Bahkan, tahun
2016 dia sempat melihat langsung budidaya hidroponik di Malang, Jawa Timur, sewaktu
mengikuti pelatihan Kurikulum 2013 di daerah tersebut. Perjalanan dinas dalam tugasnya
sebagai guru pun dimanfaatkan untuk menimba ilmu hidroponik, saking ingin sukses di bidang
pertanian tersebut.

Jatuh bangun dalam budidaya hidroponik tak membuat Oka patah semangat. Hingga peluang
itu kembali terbuka lebar sejak dia berhasil mendapatkan uang pembinaan Rp 20 juta dari
Mardani H Maming melalui tantangan bisnisnya untuk memberikan bantuan modal usaha lewat
MHM Official dalam programnya menciptakan wirausaha baru dari kalangan anak muda pada
tahun 2017.

Bagi Oka, peran Mardani yang dikenal sebagai sosok pengusaha muda sukses yang memiliki
karir cemerlang di dunia politik hingga menjadi Bupati Tanah Bumbu dua periode, bukan
persoalan bantuan materi Rp 20 juta. Namun yang lebih berharga menurut dia adalah petuah
dan nasihat dari sang tokoh muda Kalsel tersebut.

Setelah kembali dari Batulicin, Kabupaten Tanah Bumbu, Oka pun mulai membangun media
tanam pipa hidroponik di lantai rumahnya. Namun ternyata, uang Rp 20 juta tak mencukupi.
Dia kembali putar otak mencari jalan mewujudkan rencana besarnya mengembangkan tanaman
hidroponik seperti proposal wirausaha yang telah disodorkan ke Mardani H Maming
sebelumnya.

Setelah mulai sukses memproduksi aneka sayur seperti selada, pakcoy, kangkung hingga seledri
yang panen secara kontinu, Oka pun memberanikan diri menawarkan sayurnya ke sejumlah
rumah makan di Banjarmasin. Bak gayung bersambut, beberapa restoran terkemuka seperti
Pizza Hut sudah berlangganan dengannya dengan mengambil 5 kilogram sayur setiap hari.

Usaha Oka di bawah bendera Agroloka Hydroponic Spesialist terus berkembang. Hingga kini
sudah ada beberapa mitra yang digandengnya seperti Baznas Kalsel dengan 2.000 lubang di
Sungai Jingah Banjarmasin yang dikelola masyarakat, 5.000 lubang di Pesantren Darul Ilmi di
Liang Anggang, Banjarbaru dan 8.000 lubang di Rumah Pangan Lestari, Kecamatan Landasan
Ulin, Banjarbaru binaan Bank Indonesia.

Edukasi ke sekolah-sekolah juga rajin dilakukan Oka. Bahkan, dia sudah bekerja sama dengan
Dinas Pendidikan Kota Banjarmasin untuk pembuatan media tanam hidroponik di 40 sekolah.
Dalam kerjasama membangun greenhouse, ayah dari Aurellia Putri Wahyudi (7) dan
Muhammad Azril Putra Wahyudi (2) ini berperan melakukan pendampingan mulai bimbingan
bercocok tanam hidroponik dari penyemai bibit, memindahkan hingga memanen sayuran.
Menurut dia, semakin banyak orang yang berkecimpung menggeluti usaha hidroponik, maka
semakin bagus bagi usahanya sendiri memenuhi kebutuhan sayur di pasaran. Adapun
kebutuhan sayur yang harus dia sediakan saat ini 15 kilogram sehari dari 20 ribu lubang yang
tersedia. Jika dihitung-hitung, kata dia, idealnya harus ada 40 ribu lubang baru bisa memenuhi
semua permintaan. Oka lantas berpikir bagaimana memenuhi kebutuhan pasar akan sayur.
Karena diakuinya, saat ini produksi belum maksimal. Padahal banyak rumah makan dan juga
supermarket atau pasar modern yang meminta kerjsama untuk pasokan sayur darinya.

Lulusan SMAN 1 Marabahan inipun kerap memanfaatkan Pasar Rakyat yang dilaksanakan MHM
Official untuk bersosialisasi hidroponik ke masyarakat luas. Kemudian jadi pembicara pada
"coaching clinic entrepreneur" bertajuk "Micro Youngpreneurs Business Training" untuk
pelatihan membantu anak muda mendapatkan wawasan tentang bisnis yang juga bagian dari
program MHM Official. Berkat jaringan bisnis budidaya sayur hidroponik yang terus
berkembang, Oka kini boleh berbangga. Omzet sekitar Rp 1,2 miliar berhasil dikantonginya
sejak mendapat bantuan modal usaha Rp 20 juta dari Mardani H Maming.

Oka menekankan, anak muda jangan takut jadi petani. Karena itu, dia mengajak jadilah petani
cerdas yang bisa menguasai hulu hingga ke hilirnya, seperti pesan Mardani yang selalu
diingatnya. Atas kesuksesan usaha yang dijalani, Oka tak lupa bersyukur kepada Allah SWT. Dia
juga punya cita-cita mulia membangun panti asuhan. Karena kehidupan masa kecilnya di Desa
Sungai Gampa, Kecamatan Rantau Badauh, Kabupaten Barito Kuala banyak bergaul dengan
anak-anak yatim. Entrepreneur Yatim Dhuafa, program yang ingin dijalankannya agar anak di
panti asuhan bisa hidup mandiri dengan usaha yang digeluti.

https://www.antaranews.com/berita/1012738/petani-hidroponikzaman-now-beromzet-
miliaran-rupiah

Anda mungkin juga menyukai