BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Memasuki abad 21, masyarakat dunia mulai sadar bahaya yang ditimbulkan oleh pemakaian
bahan kimia sintetis dalam pertanian. Orang semakin arif dalam memilih bahan pangan yang
aman bagi kesehatan dan ramah lingkungan. Gaya hidup sehat dengan slogan Back to Nature
telah menjadi trend baru meninggalkan pola hidup lama yang menggunakan bahan kimia non
alami, seperti pupuk, pestisida kimia sintetis dan hormon tumbuh dalam produksi pertanian.
Pangan yang sehat dan bergizi tinggi dapat diproduksi dengan metode baru yang dikenal
dengan pertanian organik.
Pertanian organik (PO) juga tunduk pada prinsip diatas, pada hukum alam. Segala yang ada
di alam adalah berguna dan memiliki fungsi, saling melengkapi, melayani dan menghidupi
untuk semua. Dalam alam ada keragaman hayati dan keseimbangan ekologi. Maka, PO pun
menghargai keragaman hayati dan keseimbangan ekologi. Berjuta tahun alam membuktikan
prinsipnya, tak ada eksploitasi selain optimalisasi pemanfaatan. Demikian halnya PO, tidak
untuk memaksimalkan hasil, tidak berlebih; tetapi cukup untuk semua makhluk dan
berkesinambungan. Inilah filosofi mendasar PO.
Pertanian organik adalah teknik budidaya pertanian yang mengandalkan bahan-bahan alami
tanpa menggunakan bahan-bahan kimia sintetis. Tujuan utama pertanian organik adalah
menyediakan produk-produk pertanian, terutama bahan pangan yang aman bagi kesehatan
produsen dan konsumennya serta tidak merusak lingkungan. Gaya hidup sehat demikian telah
melembaga secara internasional yang mensyaratkan jaminan bahwa produk pertanian harus
beratribut aman dikonsumsi (food safety attributes), kandungan nutrisi tinggi (nutritional
attributes) dan ramah lingkungan (eco-labelling attributes). Preferensi konsumen seperti ini
menyebabkan permintaan produk pertanian organik dunia meningkat pesat.
Indonesia memiliki kekayaan sumberdaya hayati tropika yang unik, kelimpahan sinar
matahari, air dan tanah, serta budaya masyarakat yang menghormati alam, potensi pertanian
organik sangat besar. Pasar produk pertanian organik dunia meningkat 20% per tahun, oleh
karena itu pengembangan budidaya pertanian organik perlu diprioritaskan pada tanaman
bernilai ekonomis tinggi untuk memenuhi kebutuhan pasar domestik dan ekspor.
B. Tujuan
1. Mengatahui cara kerja dalam system pertanian organik
2. Mengatahui alat-alat yang digunakan dalam system pertanian organik
3. Bisa melihat secara langsung bentuk lahan pertanian organik
BAB II
PENDAHULUAN
Sejarah pertanian merupakan bagian dari sejarah kebudayaan manusia. adanya pertanian
ketika manusia bisa menjaga ketersediaan bahan makanan bagi manusia tersebut. Segala
sesuatu yang diusakan dalam menciptakan dan mengembangkan pertanian itu disebut dengan
kebudayaan agraris.
Menurut beberapa literatur bahwa yang pertama kali mengenalkan sistem pertanian organik
adalah Sir Albert Howard. seorang ahli pertanian berkebangsaan Inggris, dia banyak
mempelajari ilmu pertanian di India, semenjak jadi konsultan pertanian di negara tersebut.
Apa yang ia dapatkan dalam belajar pertanian di negri barat ia padukan dengan sistem
pertanian tradisional di India. Diantara yang ia perhatikan adalah kesinambungan pertanian
tradisional yang menekankan pada aspek kesehatan dan kesuburan dengan kelestarian
lingkungan dan kesehatan tanaman.
Namun setelah ada program Swasembada Pangan pada era orde baru yang menyatakan
Revolusi Hijau menekankan petani untuk bisa memaksimalkan hasil pertanian dengan cara-
cara modern yang melibatkan bahan-bahan kimia maka pertanian organik menjadi
menghilang, kebiasaan-kebiasaan petani mandiri yang tidak tergantung pada produk kimia
menjadi bergantung dan kecanduan, Sehingga pertanian organik mulai ditinggalkan dan
melahirkan pertanian modern yang nampaknya tidak memperhatikan aspek kesuburan tanah
dan kelestarian lingkungan.
Seiring terus berkembang kesadaran akan pentingnya kesehatan dan kelestarian lingkungan
yang diakibatkan oleh pupuk dan pestisida kimia maka masyarakat indonesia saat ini mulai
kembali pada sistem pertanian organik atau mungkin sekarang dikenal dengan pertanian
berkelanjutan yang memperhatikan aspek kelestarian lingkungan.
B. Pertanian Organic
Indonesia memulai revolusi hijau pada tahun 1970 dengan pengunaan bibit unggul padi
seperti IR, PB. Cisadane, Raja lele, dan lain-lain. Pada masa ini dalam pembudidayaan
tanaman masyarakat Indonesia banyak menggunakan bahan kimia, seperti pupuk kimia dan
pestisida kimia secara berlebihan dengan tujuan agar hasil produksi tanaman meningkat.
Namun setelah sekian lama banyak ditemukan efek negatif dari penggunaan bahan-bahan
kimia tadi, diantarannya adalah:
Dari efek negatif yang timbul ini pada tahun 2003 pemerintah mulai mencanangkan sistem
pertanian organik.
Sistem pertanian organik adalah suatu sistem pertanian yang berusaha untuk mengembalikan
segala jenis bahan organik kedalam tanah baik pada bentuk residu maupun olahan limbah
tanaman dan ternak yang bertujuan untuk menyediakan hara bagi tanaman. Sasaran utama
dari sistem pertanian organik adalah untuk mengembalikan kesuburan dan produktifitas
tanah.
Visi
Visi Organik adalah mengembangkan budidaya pertanian dengan basis pertanian organik,
Energi Hijau, dan pola penghematan secara menyeluruh.
Misi
Misi pertanian Organik adalah menerapkan dan mengembangkan teknik budidaya organik
berbiaya murah, membangun mekanisme komunikasi, dan kondisi ekonomi,sosial
masyarakat petani Indonesia.
6. Meningkatkan usaha konservasi tanah dan air serta mengurangi masalah erosi akibat
dari pengolahan tanah yang intensif.
a. Prinsip ekologi
Pertanian organik harus didasarkan pada sistem dan siklus ekologi kehidupan.
b. Prinsip kesehatan
Pertanian organik harus melestarikan dan meningkatkan kesehatan tanah, tanaman, hewan,
manusia, dan bumi sebagai satu kesatuan.
c. Prinsip perlindungan
Pertanian organik harus dikelola secara hati-hati dan bertanggung jawab untuk melindungi
kesehatan dan kesejahteraan generasi sekarang dan mendatang serta lingkungan hidup.
d. Prinsip keadilan
Pertanian organik harus membangun hubungan yang mampu menjamin keadilan terkait
dengan lingkungan dan kesempatan hidup bersama.
a. Kendala
3) Tanah untuk sistem pertanian organik sebaiknya tanah yang masih perawan atau asli,
sementara banyak penelitian yang menyatakan bahwa tanah pertanian di Indonesia sudah
jenuh Fosfat.
4) Pasar terbatas karena hasil produk organik hanya di konsumsi oleh kalangan tertentu
saja.
b. Solusi
Hasil dari program system pertanian organic saat ini yaitu banyaknya petani memakai teknik
system pertanian organic ini dan telah banyak produk-produk pertanian di pasaran hasil dari
pertanian organic, hanya saja harga jualnya lumayan mahal dibandingkan produk dengan
menggunakan system pertanian kimia karena memiliki mutu yang bagus dan baik untuk
kesehatan apabila dikonsumsi.
BAB III
PEMBAHASAN
Pertanian organik adalah teknik budidaya pertanian yang mengandalkan bahan-bahan alami
tanpa menggunakan bahan-bahan kimia sintetis. Tujuan utama pertanian organik adalah
menyediakan produk-produk pertanian, terutama bahan pangan yang aman bagi kesehatan
produsen dan konsumennya serta tidak merusak lingkungan. Gaya hidup sehat demikian telah
melembaga secara internasional yang mensyaratkan jaminan bahwa produk pertanian harus
beratribut aman dikonsumsi (food safety attributes), kandungan nutrisi tinggi (nutritional
attributes) dan ramah lingkungan (eco-labelling attributes). Preferensi konsumen seperti ini
menyebabkan permintaan produk pertanian organik dunia meningkat pesat.
Indonesia memiliki kekayaan sumberdaya hayati tropika yang unik, kelimpahan sinar
matahari, air dan tanah, serta budaya masyarakat yang menghormati alam, potensi pertanian
organik sangat besar. Pasar produk pertanian organik dunia meningkat 20% per tahun, oleh
karena itu pengembangan budidaya pertanian organik perlu diprioritaskan pada tanaman
bernilai ekonomis tinggi untuk memenuhi kebutuhan pasar domestik dan ekspor.
2. Teknologi pendukung
Setelah masalah penyediaan pupuk organik, masalah utama yang lain adalah teknologi
budidaya pertanian organik itu sendiri. Teknik bercocok tanam yang benar seperti pemilihan
rotasi tanaman dengan mempertimbangkan efek allelopati dan pemutusan siklus hidup hama
perlu diketahui. Pengetahuan akan tanaman yang dapat menyumbangkan hara tanaman
seperti legum sebagai tanaman penyumbang Nitrogen dan unsur hara lainnya sangatlah
membantu untuk kelestarian lahan pertanian organik. Selain itu teknologi pencegahan hama
dan penyakit juga sangat diperlukan, terutama pada pembudidayaan pertanian organik di
musim hujan.
3. Pemasaran
Pemasaran produk organik didalam negeri sampai saat ini hanyalah berdasarkan
kepercayaan kedua belah pihak, konsumen dan produsen. Sedangkan untuk pemasaran keluar
negeri, produk organik Indonesia masih sulit menembus pasar internasional meskipun sudah
ada beberapa pengusaha yang pernah menembus pasar international tersebut. Kendala utama
adalah sertifikasi produk oleh suatu badan sertifikasi yang sesuai standar suatu negara yang
akan di tuju. Akibat keterbatasan sarana dan prasarana terutama terkait dengan standar mutu
produk, sebagian besar produk pertanian organik tersebut berbalik memenuhi pasar dalam
negeri yang masih memiliki pangsa pasar cukup luas. Yang banyak terjadi adalah masing-
masing melabel produknya sebagai produk organik, namun kenyataannya banyak yang masih
mencampur pupuk organik dengan pupuk kimia serta menggunakan sedikit pestisida.
B. Rencana Strategis Kementrian Pertanian
Era industrialisasi ini, pertanian masih merupakan sektor yang berperan penting bagi
perekonomian bangsa Indonesia. Berdasarkan PDB pertanian tahun 2007, pertumbuhan
sektor pertanian pasca krisis mencapai 4,62%, dan berdasarkan neraca perdagangan, kinerja
pertanian setiap tahunnya selalu meningkat. Tercatat hingga 2007, pertanian mencapai nilai
US$ 8,2 milyar1. Melihat potensi yang demikian besarnya, berbagai program pembangunan
pertanian digalakkan sebagai upaya pemenuhan kebutuhan hidup manusia.
Pembangunan di sektor pertanian masih dititik beratkan pada peningkatan produksi dan
produktivitas tanaman pangan. Berbagai program pembangunan pertanian digalakkan melalui
kegiatan penyuluhan pertanian (RKPP, 2008). Namun, upaya pembangunan pertanian melalui
peningkatan pemanfaatan potensi alam dewasa ini telah menimbulkan masalah baru bagi
kelestarian alam dan struktur komposisi tanah (Sutanto, 2002). Inovasi pertanian organik
menjadi salah satu alternatif dalam menjawab kegagalan dari penerapan sistem pertanian
konvensional pada umumnya.
Upaya pemenuhan kebutuhan hidup manusia melalui peningkatan pemanfaatan potensi alam
dewasa ini telah menimbulkan masalah baru bagi kelestarian alam dan struktur komposisi
tanah (Sutanto, 2002). Hal ini didukung dengan peningkatan jumlah penduduk sehingga turut
mempengaruhi upaya peningkatan produktivitas pertanian. Sektor pertanian menjadi tumpuan
harapan bagi keberlanjutan pembangunan ekonomi nasional terutama di pedesaan di masa
yang akan datang.
Perubahan iklim dan kebutuhan akan keberlanjutan energi yang menjadi tantangan dalam
produktivitas agrosistem dan persediaan bahan pangan. Oleh sebab itu, pertanian organik
menjadi sangat penting untuk menjamin generasi yang akan datang dengan prinsip kesehatan,
keadilan, lingkungan baik untuk harmonisasi kehidupan yang menghargai keberadaan
manusia dan bumi (IFOAM 2008).
2. Dengan demikian, pertanian organik menjadi salah satu alternatif dalam menjawab
kegagalan dari penerapan sistem pertanian konvensional pada umumnya.
Pertanian organik merupakan salah satu bagian dari pendekatan pertanian berkelanjutan.
Pertanian organik memiliki ciri khas dalam hukum dan sertifikasi, larangan penggunaan
bahan sintetik, serta pemeliharaan produktivitas tanah, sehingga sangat aman bagi kesehatan
sekaligus merupakan teknologi pertanian yang ramah lingkungan (IFOAM, 2008). Selain itu,
pertanian organik juga bernilai tinggi secara ekonomi, sehingga dapat meningkatkan
kesejahteraan masyarakat.
Mengacu pada hal tersebut diatas, maka Pemerintah Kota Bogor sejak November 2002
memfokuskan program peningkatan ketahanan pangan dan pengembangan agribisnis melalui
pembangunan budidaya pertanian organik, yang merupakan kebijakan Pemkot Bogor
berdasarkan Rencana Strategis (Renstra) Dinas Pertanian setempat pada 2001-20052.
Meskipun demikian, pertanian organic belum dapat diterapkan sepenuhnya dalam aktivitas
pertanian masyarakat. Adapun upaya untuk menerapkan sistem pertanian organik agar dapat
diterima dan dapat membudaya dalam lingkungan dan aktivitas pertanian masyarakat pada
umumnya, sangat memerlukan upaya pemberdayaan dan partisipasi dari seluruh elemen
terutama komunitas tani yang merupakan aktor dalam melaksanakan aktivitas pertanian.
Namun, upaya untuk mewujudkan pemberdayaan dan partisipasi tidaklah mudah untuk
dilaksanakan. Terdapat banyak faktor yang harus diperhatikan, tidak hanya faktor internal
dari masyarakatnya, tetapi juga faktor eksternal masyarakat.
Selain itu, kesiapan institusi dalam mempersiapkan program juga mempengaruhi upaya
pemberdayaan tersebut seperti upaya penyadaran masyarakat terhadapprogram meliputi
proses inisiasi, dan sosialisasi hingga aplikasi pelaksanaan program.
Beberapa tahun terakhir, pertanian organik modern masuk dalam sistem pertanian Indonesia
secara sporadis dan kecil-kecilan. Pertanian organik modern berkembang memproduksi
bahan pangan yang aman bagi kesehatan dan sistem produksi yang ramah lingkungan. Tetapi
secara umum konsep pertanian organik modern belum banyak dikenal dan masih banyak
dipertanyakan. Penekanan sementara ini lebih kepada meninggalkan pemakaian pestisida
sintetis. Dengan makin berkembangnya pengetahuan dan teknologi kesehatan, lingkungan
hidup, mikrobiologi, kimia, molekuler biologi, biokimia dan lain-lain, pertanian organik terus
berkembang.
Dalam sistem pertanian organik modern diperlukan standar mutu dan ini diberlakukan oleh
negara-negara pengimpor dengan sangat ketat. Sering satu produk pertanian organik harus
dikembalikan ke negara pengekspor termasuk ke Indonesia karena masih ditemukan
kandungan residu pestisida maupun bahan kimia lainnya.
Banyaknya produk-produk yang mengklaim sebagai produk pertanian organik yang tidak
disertifikasi membuat keraguan di pihak konsumen. Sertifikasi produk pertanian organik
dapat dibagi menjadi dua kriteria yaitu:
1. Sertifikasi Lokal untuk pangsa pasar dalam negeri. Kegiatan pertanian ini masih
mentoleransi penggunaan pupuk kimia sintetis dalam jumlah yang minimal atau Low
External Input Sustainable Agriculture (LEISA), namun sudah sangat membatasi penggunaan
pestisida sintetis. Pengendalian OPT dengan menggunakan biopestisida, varietas toleran,
maupun agensia hayati. Tim untuk merumuskan sertifikasi nasional sudah dibentuk oleh
Departemen Pertanian dengan melibatkan perguruan tinggi dan pihak-pihak lain yang terkait.
2. Sertifikasi Internasional untuk pangsa ekspor dan kalangan tertentu di dalam negeri,
seperti misalnya sertifikasi yang dikeluarkan oleh SKAL ataupun IFOAM. Beberapa
persyaratan yang harus dipenuhi antara lain masa konversi lahan, tempat penyimpanan
produk organik, bibit, pupuk dan pestisida serta pengolahan hasilnya harus memenuhi
persyaratan tertentu sebagai produk pertanian organik.
Beberapa komoditas prospektif yang dapat dikembangkan dengan sistem pertanian organik di
Indonesia antara lain tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, tanaman rempah dan obat,
serta peternakan. Menghadapi era perdagangan bebas pada tahun 2010 mendatang diharapkan
pertanian organik Indonesia sudah dapat mengekspor produknya ke pasar internasional.
No
Kategori Komoditi
1
Tanaman Pangan Padi
2
Hortikultura Sayuran: brokoli, kubis merah, petsai, caisin, cho putih, kubis tunas, bayam
daun, labu siyam, oyong dan baligo. Buah: nangka, durian, salak, mangga, jeruk dan
manggis.
3
Perkebunan Kelapa, pala, jambu mete, cengkeh, lada, vanili dan kopi.
4
Rempah dan obat Jahe, kunyit, temulawak, dan temu- temuan lainnya.
5
Peternakan Susu, telur dan daging
1. Lahan
Pada dasarnya semua lahan dapat dikembangkan menjadi lahan PO. Yang terbaik adalah
lahan pertanian yang berasal dari praktek pertanian tradisional atau hutan alam yang tidak
pernah mendapatkan asupan bahan-bahan agrokimia (pupuk dan pestisida).
Namun, bila lahan yang digunakan berasal dari lahan bekas budidaya pertanian konvensional
(menggunakan pupuk dan pestisida kimia), lebih dahulu perlu dilakukan konversi lahan.
Konversi lahan adalah upaya yang bertujuan untuk meminimalkan kandungan sisa-sisa bahan
kimia yang terdapat dalam tanah dan memulihkan unsur fauna dan mikroorganisme tanah.
Lamanya konversi tergantung dari intensitas pemakaian input kimiawi dan jenis tanaman
sebelumnya (sayuran, padi atau tanaman keras).
Masa konversi dapat diperpanjang/diperpendek tergantung pada sejarah lahan tersebut. Bila
masa konversi telah lewat, lahan tersebut merupakan lahan organik. Bila kurang dari itu,
maka lahan tersebut masih merupakan lahan konversi menuju organik.
2. Benih
Benih yang digunakan untuk budidaya PO adalah benih yang tidak mendapatkan perlakuan
rekayasa genetika. Petani sebaiknya menggunakan benih lokal, atau benih hibrida yang telah
beradaptasi dengan alam sekitar.
Keunggulan menggunakan benih lokal adalah mudah memperolehnya dan murah harganya,
bahkan petani bisa membenihkan sendiri. Selain itu, benih lokal memiliki asal usul yang jelas
dan sesuai dengan kondisi alam sekitar. Dengan memakai benih sendiri, petani juga tidak
tergantung pada pihak luar.
3. Persiapan tanam
Lahan yang digunakan untuk produksi PO sedapat mungkin dijaga kestabilannya tanpa harus
mengacaukan, yaitu berpedoman pada metode sedikit olah tanah (minimum tillage).
4. Tanam
Prinsip yang diterapkan dalam praktek penanaman PO selalu mencerminkan adanya
tumpangsari agar tercipta keanekaragaman tanaman (varietas). Perencanaan dan teknik
penanaman perlu disesuaikan dengan sifat tanaman, prinsip-prinsip pergiliran tanaman dan
kondisi cuaca setempat.
5. Pemeliharaan Tanaman
Setiap tanaman memiliki sifat karakteristik tertentu, maka pemeliharaan tanaman ditentukan
oleh sifat karakteristik tersebut. Dengan mengenali karakteristik tanaman petani dapat dengan
mudah melakukan pemeliharaan yang sesuai, sehingga tujuan pemeliharaan tercapai yaitu
“kebahagiaan tanaman itu sendiri”.
6. Pemupukan
Secara teori, lahan PO akan semakin subur karena proses-proses yang diterapkan berpedoman
pada pemeliharaan tanah. Tetapi realitanya, petani seringkali kurang memahami hal ini
sehingga tanah selalu lebih banyak kehilangan unsur hara —melalui erosi, penguapan, dsb—
dibandingkan dengan hara yang diberikan/ditambahkan. Maka prinsip pemupukan ditentukan
oleh kepekaan kita dalam mengamati/menilai kapan tanaman kekurangan makanan.
7. Pengendalian HPT/OPT
PO berbasis pada keseimbangan ekosistem. Konsekuensinya semua organisme yang ada
(termasuk hama) dipandang ikut berperan dalam proses keseimbangan tersebut. Dengan kata
lain, tidak ada mahluk hidup yang tidak berguna. Yang diperlukan adalah mengendalikan
hama/penyakit supaya tidak berada dalam jumlah berlebihan.
Pola tumpangsari, pergiliran tanaman, pemulsaan, rekayasa teknik menanam, dan manajemen
kebun menjadi pilihan metode pengendalian HPT karena sesuai dengan prinsip
keseimbangan.
Penggunaan pestisida alami diperlukan sejauh kita tahu bahwa di lahan PO sedang terjadi
ketidakseimbangan, yang terlihat pada munculnya gangguan hama/penyakit. Kadar
pemakaiannya juga tergantung dari tingkat gangguan yang ada.
8. Panen
Setiap langkah dalam proses produksi akan dinilai dari hasil panenan. Prinsip dalam panen
adalah menjaga standar mutu dengan memanen tepat waktu sesuai kematangan. Cara
pemanenan juga perlu berhati-hati sehingga tidak menimbulkan kerusakan atau kehilangan
hasil yang lebih besar.
9. Pasca Panen
Kegiatan pasca panen harus mampu menekan kerusakan hasil seminimal mungkin. Metode
pengolahan yang dilakukan tidak boleh mengubah sama sekali komposisi bahan aslinya.
Karenanya proses seleksi, pencucian, pengepakan, penyimpanan dan pengangkutan produk
organik perlu berhati-hati agar kondisi tetap segar dan sehat ketika berada di tangan pembeli.
Dalam PO, kegiatan pasca panen menghindari pemakaian bahan pengawet atau perlakuan
kimiawi lainnya dan seminimal mungkin melakukan proses pengolahan.
Dalam PO berlaku standar yang berfungsi sebagai pedoman bagi petani dan pelaku lain
dalam menjalankan usahanya di bidang ini. Standar ini berisi prinsip-prinsip mendasar PO
dan hal-hal umum yang sebaiknya dilakukan dan dihindari dalam bertani organik. Sebagai
contoh, pemerintah telah menerbitkan SNI (Standar Nasional Indonesia) 01-6729-2002
tentang Sistem Pangan Organik yang dapat menjadi acuan bagi para pelaku terkait
pengembangan PO. Standar ini mengacu pada standar internasional yakni Codex CAC/GL
32/1999, dan cukup selaras dengan standar dasar IFOAM (International Federation of
Organic Agriculture Movement). BIOCert sendiri tengah mengembangkan standar PO yang
selaras dengan pedoman di atas dan sesuai dengan visi dan misi BIOCert.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pertanian organik merupakan metode pertanian yang tidak menggunakan pupuk sintetis dan
pestisida. Bahan sisa hasil panen ataupun limbah organik lainnya harus dimanfaatkan atau
dikembalikan lagi ke lahan pertanian agar lahan pertanian kita dapat lestari berproduksi
sehingga sistem pertanian berkelanjutan dapat terwujud. Penggunaan pupuk organik
bermanfaat untuk meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk kimia, sehingga dosis pupuk
dan dampak pencemaran lingkungan akibat penggunaan pupuk kimia dapat secara nyata
dikurangi. Aplikasi pupuk organik yang dikombinasikan dengan separuh takaran dosis
standar pupuk kimia (anorganik) dapat menghemat biaya pemupukan. Pada zaman sekarang
masih banyak petani,khususnya petani di Indonesia yang menggunakan pupuk kimia dan
pestisida yang dapat mengganggu kesehatan tubuh manusia serta pencemaran pada
lingkungan hidup kita. Adanya logam-logam berat yang terkandung di dalam pestisida kimia
akan masuk ke dalam aliran darah. Bahkan makan sayur yang dulu selalu dianggap
menyehatkan, kini juga harus diwaspadai karena sayuran banyak disemprot pestisida kimia
berlebih.
B. Saran
Dalam upaya penyediaan media tanam yang subur, penggunaan pupuk kimia juga dikurangi
secara perlahan. pemberian nitrogen berlebih disamping menurunkan efisiensi pupuk lainnya,
juga dapat memberikan dampak negatif, diantaranya meningkatkan gangguan hama dan
penyakit akibat nutrisi yang tidak seimbang. Oleh karena itu, perlu upaya perbaikan guna
mengatasi masalah tersebut, sehingga kaidah penggunaan sumber daya secara efisien dan
aman lingkungan dapat diterapkan. Dan dalam penulisan makalah ini masih banyak memiliki
kekurangan, oleh dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak untuk
kesempurnaan pembuatan makalah kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA
http://agriculturestiper.blogspot.com/2013/04/paper-usaha-tani-sistem-pertanian.html
http://felixmekogadho.blogspot.com/2012/03/makalah-pertanian-organik.html
http://jurnalorganik.blogspot.com/2013/05/sejarah-pertanian-organik.html
http://kalampa.blogspot.com/2011/06/makalah-pertanian-organik.html
http://netblog-mointi.blogspot.com/2013/05/pertanian-organik-dan-pertanian.html
http://wahyubertani.blogspot.com/
http://www.unjabisnis.net/makalah-pertanian-organik.html