Anda di halaman 1dari 16

Makalah Pertanian Organik

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Memasuki abad 21, masyarakat dunia mulai sadar bahaya yang ditimbulkan oleh pemakaian
bahan kimia sintetis dalam pertanian. Orang semakin arif dalam memilih bahan pangan yang
aman bagi kesehatan dan ramah lingkungan. Gaya hidup sehat dengan slogan Back to Nature
telah menjadi trend baru meninggalkan pola hidup lama yang menggunakan bahan kimia non
alami, seperti pupuk, pestisida kimia sintetis dan hormon tumbuh dalam produksi pertanian.
Pangan yang sehat dan bergizi tinggi dapat diproduksi dengan metode baru yang dikenal
dengan pertanian organik.
Pertanian organik (PO) juga tunduk pada prinsip diatas, pada hukum alam. Segala yang ada
di alam adalah berguna dan memiliki fungsi, saling melengkapi, melayani dan menghidupi
untuk semua. Dalam alam ada keragaman hayati dan keseimbangan ekologi. Maka, PO pun
menghargai keragaman hayati dan keseimbangan ekologi. Berjuta tahun alam membuktikan
prinsipnya, tak ada eksploitasi selain optimalisasi pemanfaatan. Demikian halnya PO, tidak
untuk memaksimalkan hasil, tidak berlebih; tetapi cukup untuk semua makhluk dan
berkesinambungan. Inilah filosofi mendasar PO.
Pertanian organik adalah teknik budidaya pertanian yang mengandalkan bahan-bahan alami
tanpa menggunakan bahan-bahan kimia sintetis. Tujuan utama pertanian organik adalah
menyediakan produk-produk pertanian, terutama bahan pangan yang aman bagi kesehatan
produsen dan konsumennya serta tidak merusak lingkungan. Gaya hidup sehat demikian telah
melembaga secara internasional yang mensyaratkan jaminan bahwa produk pertanian harus
beratribut aman dikonsumsi (food safety attributes), kandungan nutrisi tinggi (nutritional
attributes) dan ramah lingkungan (eco-labelling attributes). Preferensi konsumen seperti ini
menyebabkan permintaan produk pertanian organik dunia meningkat pesat.
Indonesia memiliki kekayaan sumberdaya hayati tropika yang unik, kelimpahan sinar
matahari, air dan tanah, serta budaya masyarakat yang menghormati alam, potensi pertanian
organik sangat besar. Pasar produk pertanian organik dunia meningkat 20% per tahun, oleh
karena itu pengembangan budidaya pertanian organik perlu diprioritaskan pada tanaman
bernilai ekonomis tinggi untuk memenuhi kebutuhan pasar domestik dan ekspor.

B. Tujuan
1. Mengatahui cara kerja dalam system pertanian organik
2. Mengatahui alat-alat yang digunakan dalam system pertanian organik
3. Bisa melihat secara langsung bentuk lahan pertanian organik
BAB II
PENDAHULUAN

A. Sejarah Pertanian Organik

Sejarah pertanian merupakan bagian dari sejarah kebudayaan manusia. adanya pertanian
ketika manusia bisa menjaga ketersediaan bahan makanan bagi manusia tersebut. Segala
sesuatu yang diusakan dalam menciptakan dan mengembangkan pertanian itu disebut dengan
kebudayaan agraris.

Menurut beberapa literatur bahwa yang pertama kali mengenalkan sistem pertanian organik
adalah Sir Albert Howard. seorang ahli pertanian berkebangsaan Inggris, dia banyak
mempelajari ilmu pertanian di India, semenjak jadi konsultan pertanian di negara tersebut.
Apa yang ia dapatkan dalam belajar pertanian di negri barat ia padukan dengan sistem
pertanian tradisional di India. Diantara yang ia perhatikan adalah kesinambungan pertanian
tradisional yang menekankan pada aspek kesehatan dan kesuburan dengan kelestarian
lingkungan dan kesehatan tanaman.

Dalam perjalanannya dia mengembangkan pertanian organik dan menghasilkan teknik-teknik


pertanian organik yang dijadikan jurnal pertanian organik dan dikembangkan di berbagai
negara. Selain itu, Howard membuat beberapa buku tentang pertanian organik, diantaranya
Warisan Pertanian, Produk Limbah Pertanian, Bertani dan Berkebun untuk Kesehatan atau
Penyakit, Tanah dan Kesehatan Sebuah Studi Pertanian Organik. Buku-buku tersebut yang
terus menjadikan pertanian semakin berkembang di dunia.

Namun setelah ada program Swasembada Pangan pada era orde baru yang menyatakan
Revolusi Hijau menekankan petani untuk bisa memaksimalkan hasil pertanian dengan cara-
cara modern yang melibatkan bahan-bahan kimia maka pertanian organik menjadi
menghilang, kebiasaan-kebiasaan petani mandiri yang tidak tergantung pada produk kimia
menjadi bergantung dan kecanduan, Sehingga pertanian organik mulai ditinggalkan dan
melahirkan pertanian modern yang nampaknya tidak memperhatikan aspek kesuburan tanah
dan kelestarian lingkungan.

Seiring terus berkembang kesadaran akan pentingnya kesehatan dan kelestarian lingkungan
yang diakibatkan oleh pupuk dan pestisida kimia maka masyarakat indonesia saat ini mulai
kembali pada sistem pertanian organik atau mungkin sekarang dikenal dengan pertanian
berkelanjutan yang memperhatikan aspek kelestarian lingkungan.

B. Pertanian Organic

Indonesia memulai revolusi hijau pada tahun 1970 dengan pengunaan bibit unggul padi
seperti IR, PB. Cisadane, Raja lele, dan lain-lain. Pada masa ini dalam pembudidayaan
tanaman masyarakat Indonesia banyak menggunakan bahan kimia, seperti pupuk kimia dan
pestisida kimia secara berlebihan dengan tujuan agar hasil produksi tanaman meningkat.
Namun setelah sekian lama banyak ditemukan efek negatif dari penggunaan bahan-bahan
kimia tadi, diantarannya adalah:

1. Pencemaran lingkungan (tanah, air, dan udara)

2. Berkurangnya keanekaragaman hayati

3. Munculnya hama dan penyakit baru

4. Gangguan pada kesehatan manusia

Dari efek negatif yang timbul ini pada tahun 2003 pemerintah mulai mencanangkan sistem
pertanian organik.

Sistem pertanian organik adalah suatu sistem pertanian yang berusaha untuk mengembalikan
segala jenis bahan organik kedalam tanah baik pada bentuk residu maupun olahan limbah
tanaman dan ternak yang bertujuan untuk menyediakan hara bagi tanaman. Sasaran utama
dari sistem pertanian organik adalah untuk mengembalikan kesuburan dan produktifitas
tanah.

Adapun visi dan misi pertanian organic adalah:

Visi

Visi Organik adalah mengembangkan budidaya pertanian dengan basis pertanian organik,
Energi Hijau, dan pola penghematan secara menyeluruh.
Misi

Misi pertanian Organik adalah menerapkan dan mengembangkan teknik budidaya organik
berbiaya murah, membangun mekanisme komunikasi, dan kondisi ekonomi,sosial
masyarakat petani Indonesia.

Tujuan Sistem Pertanian Organik

1. Menghasilkan produk pertanian yang berkualitas tinggi.

2. Membudidayakan tanaman secara alami.

3. Mendorong dan meningkatkan siklus hidup biologi dan ekosistem pertanian.

4. Memelihara dan meningkatkan kesuburan tanahdalam jangka panjang.

5. Menghindarkan segala bentuk cemaran akibat dari penerapan teknik pertanian.

6. Meningkatkan usaha konservasi tanah dan air serta mengurangi masalah erosi akibat
dari pengolahan tanah yang intensif.

7. Meningkatkan peluang pasar produk organik baik domestik maupun global.

Prinsip dalam Sistem Pertanian Organik

a. Prinsip ekologi

Pertanian organik harus didasarkan pada sistem dan siklus ekologi kehidupan.

b. Prinsip kesehatan
Pertanian organik harus melestarikan dan meningkatkan kesehatan tanah, tanaman, hewan,
manusia, dan bumi sebagai satu kesatuan.

c. Prinsip perlindungan

Pertanian organik harus dikelola secara hati-hati dan bertanggung jawab untuk melindungi
kesehatan dan kesejahteraan generasi sekarang dan mendatang serta lingkungan hidup.

d. Prinsip keadilan

Pertanian organik harus membangun hubungan yang mampu menjamin keadilan terkait
dengan lingkungan dan kesempatan hidup bersama.

Kendala dan Solusi dalam Sistem Pertanian Organik

a. Kendala

1) Adanya hama transmigran dari kebun non-organik yang menyebabkan menurunnya


produksi.

2) Tanah sudah banyak mengandung residu.

3) Tanah untuk sistem pertanian organik sebaiknya tanah yang masih perawan atau asli,
sementara banyak penelitian yang menyatakan bahwa tanah pertanian di Indonesia sudah
jenuh Fosfat.

4) Pasar terbatas karena hasil produk organik hanya di konsumsi oleh kalangan tertentu
saja.

5) Kesulitan menggantungkan pasokan dari alam, contohnya pupuk yang harus


mengerahkan suplai kotoran ternak dalam jumlah besar dan kontinu.
6) Sulitnya meninggalkan kebiasaan petani yang bergantung pada pupuk dan pestisida
kimia.

b. Solusi

1) Sosialisasi pada masyarakat mengenai pertanian yang ramah lingkungan.

2) Menggalakkan konsumsi produk hasil pertanian organik.

3) Diperlukan kajian lebih banyak untuk mendapatkan SAPROTAN (Sarana Produksi


Pertanian) organik yang terbaik.

Hasil dari program system pertanian organic saat ini yaitu banyaknya petani memakai teknik
system pertanian organic ini dan telah banyak produk-produk pertanian di pasaran hasil dari
pertanian organic, hanya saja harga jualnya lumayan mahal dibandingkan produk dengan
menggunakan system pertanian kimia karena memiliki mutu yang bagus dan baik untuk
kesehatan apabila dikonsumsi.

BAB III

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pertanian Organik

Pertanian organik adalah teknik budidaya pertanian yang mengandalkan bahan-bahan alami
tanpa menggunakan bahan-bahan kimia sintetis. Tujuan utama pertanian organik adalah
menyediakan produk-produk pertanian, terutama bahan pangan yang aman bagi kesehatan
produsen dan konsumennya serta tidak merusak lingkungan. Gaya hidup sehat demikian telah
melembaga secara internasional yang mensyaratkan jaminan bahwa produk pertanian harus
beratribut aman dikonsumsi (food safety attributes), kandungan nutrisi tinggi (nutritional
attributes) dan ramah lingkungan (eco-labelling attributes). Preferensi konsumen seperti ini
menyebabkan permintaan produk pertanian organik dunia meningkat pesat.

Indonesia memiliki kekayaan sumberdaya hayati tropika yang unik, kelimpahan sinar
matahari, air dan tanah, serta budaya masyarakat yang menghormati alam, potensi pertanian
organik sangat besar. Pasar produk pertanian organik dunia meningkat 20% per tahun, oleh
karena itu pengembangan budidaya pertanian organik perlu diprioritaskan pada tanaman
bernilai ekonomis tinggi untuk memenuhi kebutuhan pasar domestik dan ekspor.

1. Penyediaan pupuk organik

Permasalahan pertanian organik di Indonesia sejalan dengan perkembangan pertanian organik


itu sendiri. Pertanian organik mutlak memerlukan pupuk organik sebagai sumber hara utama.
Dalam sistem pertanian organik, ketersediaan hara bagi tanaman harus berasal dari pupuk
organik. Padahal dalam pupuk organik tersebut kandungan hara per satuan berat kering bahan
jauh dibawah realis hara yang dihasilkan oleh pupuk anorganik, seperti Urea, TSP dan KCl.

2. Teknologi pendukung

Setelah masalah penyediaan pupuk organik, masalah utama yang lain adalah teknologi
budidaya pertanian organik itu sendiri. Teknik bercocok tanam yang benar seperti pemilihan
rotasi tanaman dengan mempertimbangkan efek allelopati dan pemutusan siklus hidup hama
perlu diketahui. Pengetahuan akan tanaman yang dapat menyumbangkan hara tanaman
seperti legum sebagai tanaman penyumbang Nitrogen dan unsur hara lainnya sangatlah
membantu untuk kelestarian lahan pertanian organik. Selain itu teknologi pencegahan hama
dan penyakit juga sangat diperlukan, terutama pada pembudidayaan pertanian organik di
musim hujan.

3. Pemasaran
Pemasaran produk organik didalam negeri sampai saat ini hanyalah berdasarkan
kepercayaan kedua belah pihak, konsumen dan produsen. Sedangkan untuk pemasaran keluar
negeri, produk organik Indonesia masih sulit menembus pasar internasional meskipun sudah
ada beberapa pengusaha yang pernah menembus pasar international tersebut. Kendala utama
adalah sertifikasi produk oleh suatu badan sertifikasi yang sesuai standar suatu negara yang
akan di tuju. Akibat keterbatasan sarana dan prasarana terutama terkait dengan standar mutu
produk, sebagian besar produk pertanian organik tersebut berbalik memenuhi pasar dalam
negeri yang masih memiliki pangsa pasar cukup luas. Yang banyak terjadi adalah masing-
masing melabel produknya sebagai produk organik, namun kenyataannya banyak yang masih
mencampur pupuk organik dengan pupuk kimia serta menggunakan sedikit pestisida.
B. Rencana Strategis Kementrian Pertanian

Era industrialisasi ini, pertanian masih merupakan sektor yang berperan penting bagi
perekonomian bangsa Indonesia. Berdasarkan PDB pertanian tahun 2007, pertumbuhan
sektor pertanian pasca krisis mencapai 4,62%, dan berdasarkan neraca perdagangan, kinerja
pertanian setiap tahunnya selalu meningkat. Tercatat hingga 2007, pertanian mencapai nilai
US$ 8,2 milyar1. Melihat potensi yang demikian besarnya, berbagai program pembangunan
pertanian digalakkan sebagai upaya pemenuhan kebutuhan hidup manusia.

Pembangunan di sektor pertanian masih dititik beratkan pada peningkatan produksi dan
produktivitas tanaman pangan. Berbagai program pembangunan pertanian digalakkan melalui
kegiatan penyuluhan pertanian (RKPP, 2008). Namun, upaya pembangunan pertanian melalui
peningkatan pemanfaatan potensi alam dewasa ini telah menimbulkan masalah baru bagi
kelestarian alam dan struktur komposisi tanah (Sutanto, 2002). Inovasi pertanian organik
menjadi salah satu alternatif dalam menjawab kegagalan dari penerapan sistem pertanian
konvensional pada umumnya.

Upaya pemenuhan kebutuhan hidup manusia melalui peningkatan pemanfaatan potensi alam
dewasa ini telah menimbulkan masalah baru bagi kelestarian alam dan struktur komposisi
tanah (Sutanto, 2002). Hal ini didukung dengan peningkatan jumlah penduduk sehingga turut
mempengaruhi upaya peningkatan produktivitas pertanian. Sektor pertanian menjadi tumpuan
harapan bagi keberlanjutan pembangunan ekonomi nasional terutama di pedesaan di masa
yang akan datang.

Perubahan iklim dan kebutuhan akan keberlanjutan energi yang menjadi tantangan dalam
produktivitas agrosistem dan persediaan bahan pangan. Oleh sebab itu, pertanian organik
menjadi sangat penting untuk menjamin generasi yang akan datang dengan prinsip kesehatan,
keadilan, lingkungan baik untuk harmonisasi kehidupan yang menghargai keberadaan
manusia dan bumi (IFOAM 2008).

1. Departemen Pertanian, 2008, Kinerja Pembangunan Sektor Pertanian, DEPTAN,


Jakarta

2. Dengan demikian, pertanian organik menjadi salah satu alternatif dalam menjawab
kegagalan dari penerapan sistem pertanian konvensional pada umumnya.
Pertanian organik merupakan salah satu bagian dari pendekatan pertanian berkelanjutan.
Pertanian organik memiliki ciri khas dalam hukum dan sertifikasi, larangan penggunaan
bahan sintetik, serta pemeliharaan produktivitas tanah, sehingga sangat aman bagi kesehatan
sekaligus merupakan teknologi pertanian yang ramah lingkungan (IFOAM, 2008). Selain itu,
pertanian organik juga bernilai tinggi secara ekonomi, sehingga dapat meningkatkan
kesejahteraan masyarakat.

Mengacu pada hal tersebut diatas, maka Pemerintah Kota Bogor sejak November 2002
memfokuskan program peningkatan ketahanan pangan dan pengembangan agribisnis melalui
pembangunan budidaya pertanian organik, yang merupakan kebijakan Pemkot Bogor
berdasarkan Rencana Strategis (Renstra) Dinas Pertanian setempat pada 2001-20052.
Meskipun demikian, pertanian organic belum dapat diterapkan sepenuhnya dalam aktivitas
pertanian masyarakat. Adapun upaya untuk menerapkan sistem pertanian organik agar dapat
diterima dan dapat membudaya dalam lingkungan dan aktivitas pertanian masyarakat pada
umumnya, sangat memerlukan upaya pemberdayaan dan partisipasi dari seluruh elemen
terutama komunitas tani yang merupakan aktor dalam melaksanakan aktivitas pertanian.
Namun, upaya untuk mewujudkan pemberdayaan dan partisipasi tidaklah mudah untuk
dilaksanakan. Terdapat banyak faktor yang harus diperhatikan, tidak hanya faktor internal
dari masyarakatnya, tetapi juga faktor eksternal masyarakat.

Selain itu, kesiapan institusi dalam mempersiapkan program juga mempengaruhi upaya
pemberdayaan tersebut seperti upaya penyadaran masyarakat terhadapprogram meliputi
proses inisiasi, dan sosialisasi hingga aplikasi pelaksanaan program.

C. Sistem Pertanian Organik Modern

Beberapa tahun terakhir, pertanian organik modern masuk dalam sistem pertanian Indonesia
secara sporadis dan kecil-kecilan. Pertanian organik modern berkembang memproduksi
bahan pangan yang aman bagi kesehatan dan sistem produksi yang ramah lingkungan. Tetapi
secara umum konsep pertanian organik modern belum banyak dikenal dan masih banyak
dipertanyakan. Penekanan sementara ini lebih kepada meninggalkan pemakaian pestisida
sintetis. Dengan makin berkembangnya pengetahuan dan teknologi kesehatan, lingkungan
hidup, mikrobiologi, kimia, molekuler biologi, biokimia dan lain-lain, pertanian organik terus
berkembang.

Dalam sistem pertanian organik modern diperlukan standar mutu dan ini diberlakukan oleh
negara-negara pengimpor dengan sangat ketat. Sering satu produk pertanian organik harus
dikembalikan ke negara pengekspor termasuk ke Indonesia karena masih ditemukan
kandungan residu pestisida maupun bahan kimia lainnya.

Banyaknya produk-produk yang mengklaim sebagai produk pertanian organik yang tidak
disertifikasi membuat keraguan di pihak konsumen. Sertifikasi produk pertanian organik
dapat dibagi menjadi dua kriteria yaitu:

1. Sertifikasi Lokal untuk pangsa pasar dalam negeri. Kegiatan pertanian ini masih
mentoleransi penggunaan pupuk kimia sintetis dalam jumlah yang minimal atau Low
External Input Sustainable Agriculture (LEISA), namun sudah sangat membatasi penggunaan
pestisida sintetis. Pengendalian OPT dengan menggunakan biopestisida, varietas toleran,
maupun agensia hayati. Tim untuk merumuskan sertifikasi nasional sudah dibentuk oleh
Departemen Pertanian dengan melibatkan perguruan tinggi dan pihak-pihak lain yang terkait.

2. Sertifikasi Internasional untuk pangsa ekspor dan kalangan tertentu di dalam negeri,
seperti misalnya sertifikasi yang dikeluarkan oleh SKAL ataupun IFOAM. Beberapa
persyaratan yang harus dipenuhi antara lain masa konversi lahan, tempat penyimpanan
produk organik, bibit, pupuk dan pestisida serta pengolahan hasilnya harus memenuhi
persyaratan tertentu sebagai produk pertanian organik.

Beberapa komoditas prospektif yang dapat dikembangkan dengan sistem pertanian organik di
Indonesia antara lain tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, tanaman rempah dan obat,
serta peternakan. Menghadapi era perdagangan bebas pada tahun 2010 mendatang diharapkan
pertanian organik Indonesia sudah dapat mengekspor produknya ke pasar internasional.

Komoditas yang layak dikembangkan dengan sistem pertanian organik

No
Kategori Komoditi
1
Tanaman Pangan Padi
2
Hortikultura Sayuran: brokoli, kubis merah, petsai, caisin, cho putih, kubis tunas, bayam
daun, labu siyam, oyong dan baligo. Buah: nangka, durian, salak, mangga, jeruk dan
manggis.
3
Perkebunan Kelapa, pala, jambu mete, cengkeh, lada, vanili dan kopi.
4
Rempah dan obat Jahe, kunyit, temulawak, dan temu- temuan lainnya.
5
Peternakan Susu, telur dan daging

1. Lahan
Pada dasarnya semua lahan dapat dikembangkan menjadi lahan PO. Yang terbaik adalah
lahan pertanian yang berasal dari praktek pertanian tradisional atau hutan alam yang tidak
pernah mendapatkan asupan bahan-bahan agrokimia (pupuk dan pestisida).
Namun, bila lahan yang digunakan berasal dari lahan bekas budidaya pertanian konvensional
(menggunakan pupuk dan pestisida kimia), lebih dahulu perlu dilakukan konversi lahan.
Konversi lahan adalah upaya yang bertujuan untuk meminimalkan kandungan sisa-sisa bahan
kimia yang terdapat dalam tanah dan memulihkan unsur fauna dan mikroorganisme tanah.
Lamanya konversi tergantung dari intensitas pemakaian input kimiawi dan jenis tanaman
sebelumnya (sayuran, padi atau tanaman keras).
Masa konversi dapat diperpanjang/diperpendek tergantung pada sejarah lahan tersebut. Bila
masa konversi telah lewat, lahan tersebut merupakan lahan organik. Bila kurang dari itu,
maka lahan tersebut masih merupakan lahan konversi menuju organik.
2. Benih
Benih yang digunakan untuk budidaya PO adalah benih yang tidak mendapatkan perlakuan
rekayasa genetika. Petani sebaiknya menggunakan benih lokal, atau benih hibrida yang telah
beradaptasi dengan alam sekitar.
Keunggulan menggunakan benih lokal adalah mudah memperolehnya dan murah harganya,
bahkan petani bisa membenihkan sendiri. Selain itu, benih lokal memiliki asal usul yang jelas
dan sesuai dengan kondisi alam sekitar. Dengan memakai benih sendiri, petani juga tidak
tergantung pada pihak luar.
3. Persiapan tanam
Lahan yang digunakan untuk produksi PO sedapat mungkin dijaga kestabilannya tanpa harus
mengacaukan, yaitu berpedoman pada metode sedikit olah tanah (minimum tillage).
4. Tanam
Prinsip yang diterapkan dalam praktek penanaman PO selalu mencerminkan adanya
tumpangsari agar tercipta keanekaragaman tanaman (varietas). Perencanaan dan teknik
penanaman perlu disesuaikan dengan sifat tanaman, prinsip-prinsip pergiliran tanaman dan
kondisi cuaca setempat.
5. Pemeliharaan Tanaman
Setiap tanaman memiliki sifat karakteristik tertentu, maka pemeliharaan tanaman ditentukan
oleh sifat karakteristik tersebut. Dengan mengenali karakteristik tanaman petani dapat dengan
mudah melakukan pemeliharaan yang sesuai, sehingga tujuan pemeliharaan tercapai yaitu
“kebahagiaan tanaman itu sendiri”.
6. Pemupukan
Secara teori, lahan PO akan semakin subur karena proses-proses yang diterapkan berpedoman
pada pemeliharaan tanah. Tetapi realitanya, petani seringkali kurang memahami hal ini
sehingga tanah selalu lebih banyak kehilangan unsur hara —melalui erosi, penguapan, dsb—
dibandingkan dengan hara yang diberikan/ditambahkan. Maka prinsip pemupukan ditentukan
oleh kepekaan kita dalam mengamati/menilai kapan tanaman kekurangan makanan.
7. Pengendalian HPT/OPT
PO berbasis pada keseimbangan ekosistem. Konsekuensinya semua organisme yang ada
(termasuk hama) dipandang ikut berperan dalam proses keseimbangan tersebut. Dengan kata
lain, tidak ada mahluk hidup yang tidak berguna. Yang diperlukan adalah mengendalikan
hama/penyakit supaya tidak berada dalam jumlah berlebihan.
Pola tumpangsari, pergiliran tanaman, pemulsaan, rekayasa teknik menanam, dan manajemen
kebun menjadi pilihan metode pengendalian HPT karena sesuai dengan prinsip
keseimbangan.
Penggunaan pestisida alami diperlukan sejauh kita tahu bahwa di lahan PO sedang terjadi
ketidakseimbangan, yang terlihat pada munculnya gangguan hama/penyakit. Kadar
pemakaiannya juga tergantung dari tingkat gangguan yang ada.
8. Panen
Setiap langkah dalam proses produksi akan dinilai dari hasil panenan. Prinsip dalam panen
adalah menjaga standar mutu dengan memanen tepat waktu sesuai kematangan. Cara
pemanenan juga perlu berhati-hati sehingga tidak menimbulkan kerusakan atau kehilangan
hasil yang lebih besar.
9. Pasca Panen
Kegiatan pasca panen harus mampu menekan kerusakan hasil seminimal mungkin. Metode
pengolahan yang dilakukan tidak boleh mengubah sama sekali komposisi bahan aslinya.
Karenanya proses seleksi, pencucian, pengepakan, penyimpanan dan pengangkutan produk
organik perlu berhati-hati agar kondisi tetap segar dan sehat ketika berada di tangan pembeli.
Dalam PO, kegiatan pasca panen menghindari pemakaian bahan pengawet atau perlakuan
kimiawi lainnya dan seminimal mungkin melakukan proses pengolahan.
Dalam PO berlaku standar yang berfungsi sebagai pedoman bagi petani dan pelaku lain
dalam menjalankan usahanya di bidang ini. Standar ini berisi prinsip-prinsip mendasar PO
dan hal-hal umum yang sebaiknya dilakukan dan dihindari dalam bertani organik. Sebagai
contoh, pemerintah telah menerbitkan SNI (Standar Nasional Indonesia) 01-6729-2002
tentang Sistem Pangan Organik yang dapat menjadi acuan bagi para pelaku terkait
pengembangan PO. Standar ini mengacu pada standar internasional yakni Codex CAC/GL
32/1999, dan cukup selaras dengan standar dasar IFOAM (International Federation of
Organic Agriculture Movement). BIOCert sendiri tengah mengembangkan standar PO yang
selaras dengan pedoman di atas dan sesuai dengan visi dan misi BIOCert.

D. Manfaat Pertanian Organik


Pertanian organik mempunyai beberapa manfaat, diantaranya :
1. Kesehatan
Sistem pertanian organik akan menghasilkan produksi pertanian yang sehat, menurut
beberapa data dari beberapa literature hasil produksi pertanian organik terdapat kandungan
vitamin C, kalium dan beta karoten yang lebih tinggi dibandingkan dengan pertanian biasa.
Selain itu, dari segi hasil produksi juga akan lebih meningkat hingga 75 persen.
2. Lingkungan
Dengan menggunakan sistem pertanian juga akan menjaga kesehatan lingkungan,
keseimbangan ekosistem dan kesuburan tanah karena pertanian organik tanpa mengguna
menggunakan bahan kimia sintetis yang diketahui dapat mengakibatkan polusi dan
berdampak buruk pada kesehatan tanaman juga kesuburan tanah.

E. Peluang Pertanian Organik di Indonesia


Luas lahan yang tersedia untuk pertanian organik di Indonesia sangat besar. Dari 75,5 juta ha
lahan yang dapat digunakan untuk usaha pertanian, baru sekitar 25,7 juta ha yang telah diolah
untuk sawah dan perkebunan (BPS, 2000). Pertanian organik menuntut agar lahan yang
digunakan tidak atau belum tercemar oleh bahan kimia dan mempunyai aksesibilitas yang
baik. Kualitas dan luasan menjadi pertimbangan dalam pemilihan lahan. Lahan yang belum
tercemar adalah lahan yang belum diusahakan, tetapi secara umum lahan demikian kurang
subur. Lahan yang subur umumnya telah diusahakan secara intensif dengan menggunakan
bahan pupuk dan pestisida kimia. Menggunakan lahan seperti ini memerlukan masa konversi
cukup lama, yaitu sekitar 2 tahun.
Volume produk pertanian organik mencapai 5-7% dari total produk pertanian yang
diperdagangkan di pasar internasional. Sebagian besar disuplay oleh negara-negara maju
seperti Australia, Amerika dan Eropa. Di Asia, pasar produk pertanian organik lebih banyak
didominasi oleh negara-negara timur jauh seperti Jepang, Taiwan dan Korea.
Potensi pasar produk pertanian organik di dalam negeri sangat kecil, hanya terbatas pada
masyarakat menengah ke atas. Berbagai kendala yang dihadapi antara lain: 1) belum ada
insentif harga yang memadai untuk produsen produk pertanian organik, 2) perlu investasi
mahal pada awal pengembangan karena harus memilih lahan yang benar-benar steril dari
bahan agrokimia, 3) belum ada kepastian pasar, sehingga petani enggan memproduksi
komoditas tersebut.
Areal tanam pertanian organik, Australia dan Oceania mempunyai lahan terluas yaitu sekitar
7,7 juta ha. Eropa, Amerika Latin dan Amerika Utara masing-masing sekitar 4,2 juta; 3,7 juta
dan 1,3 juta hektar. Areal tanam komoditas pertanian organik di Asia dan Afrika masih relatif
rendah yaitu sekitar 0,09 juta dan 0,06 juta hektar. Sayuran, kopi dan teh mendominasi pasar
produk pertanian organik internasional di samping produk peternakan.
Areal tanam pertanian organik masing-masing wilayah di dunia, 2002
No
Wilayah Areal Tanam
Juta ha
1
Australia dan Oceania
7,70
2
Eropa
4,20
3
Amerika Latin
3,70
4
Amerika Utara
1,30
5
Asia
0,09
6
Afrika
0,06
Sumber: IFOAM, 2002; PC-TAS, 2002.
Prinsip pertanian organik pada dasarnya adalah berteman akrab dengan alam, tidak
mencemari dan merusak lingkungan hidup. Alasan utama penggunaan bahan kimia adalah
untuk menyuburkan tanah dan memberantas hama serta penyakit. Padahal, melalui sistem
pertanian organik, dua masalah itu dapat diatasi. Untuk menyuburkan tanah, petani bisa
memanfaatkan tanaman famili leguminosae, seperti kacang-kacangan, selain pupuk kandang
tentunya. Tanaman jenis ini mempunyai bintil-bintil akar yang mampu menambat nitrogen
yang dapat diserap oleh tanaman. Sementara sebagai pengganti pestisida, petani dapat
menggunakan antara lain nimba, tembakau, brotowali, awar-awar, gadung, kelor, mindi,
ketepeng kebo, mengkudu, mahoni, tuba teprosia, papaya, johar, buah lerak, sirsak, srikaya,
dan jarak kepya. Pestisida alami ini dapat dengan mudah dibuat, tidak mencemari udara, tidak
berbahaya, dan tidak meracuni konsumen karena 100% bersifat bio-degradable. Terlebih lagi,
tanaman-tanaman ini mudah diperoleh dan dibudidayakan
Indonesia memiliki potensi yang cukup besar untuk bersaing di pasar internasional walaupun
secara bertahap. Hal ini karena berbagai keunggulan komparatif antara lain : 1) masih banyak
sumberdaya lahan yang dapat dibuka untuk mengembangkan sistem pertanian organik, 2)
teknologi untuk mendukung pertanian organik sudah cukup tersedia seperti pembuatan
kompos, tanam tanpa olah tanah, pestisida hayati dan lain-lain.
Pengembangan selanjutnya pertanian organik di Indonesia harus ditujukan untuk memenuhi
permintaan pasar global. Oleh sebab itu komoditas-komoditas eksotik seperti sayuran dan
perkebunan seperti kopi dan teh yang memiliki potensi ekspor cukup cerah perlu segera
dikembangkan. Produk kopi misalnya, Indonesia merupakan pengekspor terbesar kedua
setelah Brasil, tetapi di pasar internasional kopi Indonesia tidak memiliki merek dagang.
Pengembangan pertanian organik di Indonesia belum memerlukan struktur kelembagaan
baru, karena sistem ini hampir sama halnya dengan pertanian intensif seperti saat ini.
Kelembagaan petani seperti kelompok tani, koperasi, asosiasi atau korporasi masih sangat
relevan. Namun yang paling penting lembaga tani tersebut harus dapat memperkuat posisi
tawar petani.

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pertanian organik merupakan metode pertanian yang tidak menggunakan pupuk sintetis dan
pestisida. Bahan sisa hasil panen ataupun limbah organik lainnya harus dimanfaatkan atau
dikembalikan lagi ke lahan pertanian agar lahan pertanian kita dapat lestari berproduksi
sehingga sistem pertanian berkelanjutan dapat terwujud. Penggunaan pupuk organik
bermanfaat untuk meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk kimia, sehingga dosis pupuk
dan dampak pencemaran lingkungan akibat penggunaan pupuk kimia dapat secara nyata
dikurangi. Aplikasi pupuk organik yang dikombinasikan dengan separuh takaran dosis
standar pupuk kimia (anorganik) dapat menghemat biaya pemupukan. Pada zaman sekarang
masih banyak petani,khususnya petani di Indonesia yang menggunakan pupuk kimia dan
pestisida yang dapat mengganggu kesehatan tubuh manusia serta pencemaran pada
lingkungan hidup kita. Adanya logam-logam berat yang terkandung di dalam pestisida kimia
akan masuk ke dalam aliran darah. Bahkan makan sayur yang dulu selalu dianggap
menyehatkan, kini juga harus diwaspadai karena sayuran banyak disemprot pestisida kimia
berlebih.

B. Saran
Dalam upaya penyediaan media tanam yang subur, penggunaan pupuk kimia juga dikurangi
secara perlahan. pemberian nitrogen berlebih disamping menurunkan efisiensi pupuk lainnya,
juga dapat memberikan dampak negatif, diantaranya meningkatkan gangguan hama dan
penyakit akibat nutrisi yang tidak seimbang. Oleh karena itu, perlu upaya perbaikan guna
mengatasi masalah tersebut, sehingga kaidah penggunaan sumber daya secara efisien dan
aman lingkungan dapat diterapkan. Dan dalam penulisan makalah ini masih banyak memiliki
kekurangan, oleh dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak untuk
kesempurnaan pembuatan makalah kedepannya.

DAFTAR PUSTAKA

http://agriculturestiper.blogspot.com/2013/04/paper-usaha-tani-sistem-pertanian.html
http://felixmekogadho.blogspot.com/2012/03/makalah-pertanian-organik.html
http://jurnalorganik.blogspot.com/2013/05/sejarah-pertanian-organik.html
http://kalampa.blogspot.com/2011/06/makalah-pertanian-organik.html
http://netblog-mointi.blogspot.com/2013/05/pertanian-organik-dan-pertanian.html
http://wahyubertani.blogspot.com/

http://www.unjabisnis.net/makalah-pertanian-organik.html

Anda mungkin juga menyukai