Anda di halaman 1dari 20

“PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS TORTICOLIS

DENGAN MODALITAS ULTRASOUND (US)”

Tugas ini dibuat untuk memenuhi mata kuliah Sumber Fisis II

Disusun oleh :

Ade Rachma Safira

0530011312

PROGRAM STUDI DIPLOMA III FISIOTERAPI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS PEKALONGAN

2015
HALAMAN PENGESAHAN

“PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS TORTICOLIS

DENGAN MODALITAS ULTRASOUND (US)”

Diajukan untuk memenuhi tugas, mata kuliah Sumber Fisis II

Prodi DIII Fisioterapi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Pekalongan

Pekalongan, 5 November 2015

Disetujui oleh :

Dosen pembimbing

Irine Dwitasari W, SST.FT. M.Fis

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS TORTICOLIS DENGAN MODALITAS


2 ULTRASOUND (US)
DAFTAR PUSTAKA

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................. 2


DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 3
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................... 4
A. Deskripsi Kasus .............................................................................................. 5
1. Definisi ............................................................................................................ 5
2. Patofisiologi ..................................................................................................... 6
B. Deskripsi Alat ................................................................................................. 7
1. Definisi ............................................................................................................ 7
2. Efek Ultrasound ............................................................................................... 8
3. Dosis .............................................................................................................. 10
4. Metode Intervensi .......................................................................................... 12
5. Metode Gerakan Tranduser ........................................................................... 13
C. SOP Intervensi .............................................................................................. 14
KESIMPULAN ..................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 20

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS TORTICOLIS DENGAN MODALITAS


3 ULTRASOUND (US)
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 : Terapis menjelaskan tindakan yang akan dilakukan

serta tujuan dan manfaat dilakukannya terapi

Gambar 2.2 : Pasien pada posisi tidur miring

Gambar 2.3 : Persiapan alat yang digunakan dalam proses terapi

Gambar 2.4 : Pembersihan pada area yang akan diterapi

Gambar 2.5 : Setelah dibersihkan dikeringkan dengan tisu

Gambar 2.6 : Tes sensibilitas dengan menggunakan panas dingin

Gambar 2.7 : Pemberian gel pada area yang diterapi

Gambar 2.8 : Terapi dengan menggunakan ultrasound

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS TORTICOLIS DENGAN MODALITAS


4 ULTRASOUND (US)
“PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS TORTICOLIS

DENGAN MODALITAS ULTRASOUND (US)”

A. Deskripsi Kasus

Torticolis

1. Definisi

Torticolis adalah suatu keadaan keterbatasan gerakan leher dimana kepala

miring kesisi yang terkena dan dagu mengarah ke sisi berlawanan, yang

disebabkan oleh pemendekan otot sternokleidomastoideus (Tandiyo,2012).

Torticolis dapat disebut juga dengan wry neck atau loxia yang merupakan kondisi

distonik yang didefinisikan abnormal , kepala serta posisi leher yang asimetris

yang terjadi oleh beberapa faktor. (wikkipedia.2015)

Jadi, Torticolis adalah suatu keadaan dimana terjadi keterbatasan gerak pada

leher yang disebabkan oleh pemendekan otot sternokleidomastoideus pada salah

satu sisi dan mengakibatkan kepala dipertahankan pada sisi yang mengalami

gangguan yang menyebabkan kontralateral pada dagu. Pada kasus ini otot yang

mengalami masalah adalah otot sternokleidomastoideus yang fungsi utamanya

untuk memutar kepala ke arah berlawanan, fleksi kepala jika bergeraknya

bersamaan dan membantu mengangkat costa. Otot sternokleidomastoideus juga

merupakan otot stabilitator.

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS TORTICOLIS DENGAN MODALITAS


5 ULTRASOUND (US)
Torticolis yang sering terjadi dibedakan menjadi dua jenis yaitu :

a. Torticolis congenital

Pada torticolis congenital (bawaan) terjadi kontraktur/ kekakuan otot

sterncleidomastoideus pada satu sisi. Otot sternocleidomastoideus adalah otot

pada leher yang berfungsi untuk menolehkan kepala ke kiri dan ke kanan.

Kekakuan pada otot ini akan mengakibatkan terjadinya keterbatasan pergerakan

leher bayi karena pemendekan serabut-serabut otot tersebut.

b. Acquired torticolis

Torticolis ini didapat setelah lahir. biasanya terjadi beberapa bulan setelah

kelahiran, ada faktor yang lebih jelas yang mendasarinya dan tidak terjadi

asymetri wajah.

2. Patologi

Keadaan iskemik pada otot SCM akan mengakibatkan otot tersebut mengalami

fibrosis dan tidak akan berkembang seperti otot lainnya. Bila terjadi pada salah satu

sisi otot SCM saja, maka akan menimbulkan manifestasi yang membuat kepala anak

menjadi miring ke arah sisi yang terkena tersebut

3. Patofisiologi

a. Congenital Torticolis

Torticolis kongenital jarang dijumpai dan diyakini disebabkan oleh trauma lokal

pada jaringan lunak leher sebelum atau selama persalinan. Trauma otot

sternokleidomastoideus saat proses persalinan menyebabkan fibrosis atau

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS TORTICOLIS DENGAN MODALITAS


6 ULTRASOUND (US)
malposisi intrauterine yang menyebabkan pemendekan otot

sternokleidomastoideus. Bisa juga terjadi hematom yang diikuti dengan

kontraktur otot. Biasanya anak-anak seperti ini lahir dengan persalinan sungsang

atau menggunakan forseps.

b. Acquired Torticolis

spasme dari otot leher yang menyebabkan torticolis merupakan hasil dari injury

atau inflamasi dari otot cervical atau nervus cranialis dari proses penyakit yang

berbeda. (Dewi,2015)

B. Deskripsi Alat

Ultrasound

1. Definisi
Ultrasound merupakan modalitas fisioterapi yang menggunakan gelombang

suara dan getaran mekanik dengan membentuk gelombang longitudinal yang

berjalan melalui media tertentu dengan frekuensi lebih dari 20.000 HZ. Yang

digunakan dalam fisioterapi adalah 0,5-5 MHz dengan tujuan untuk menimbulkan

efek terapeutik melalui proses tertentu. Ultrasound terbagi menjadi 2 bagian,

thermal ultrasound dan non thermal ultrasound (Nurhayati, 2007)

Generator Ultra Sound

Pesawat ultra sound merupakan suatu generator yang menghasilkan arus

bolak balik berfrekuensi tinggi (high frequency alternating current) yang

mencapai 0,5-3 MHz. Arus ini berjalan menembus kabel koaksial pada trans-

duser yang kemudian dikonversikan menjadi vibrasi oleh adanya efek

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS TORTICOLIS DENGAN MODALITAS


7 ULTRASOUND (US)
piezoelektrik. Efek piezoelektrik ini pertama kali diperkenalkan oleh Pierre dan

Jacques Curie (1880), yang diperoleh dari vibrasi kristal atau dari produk sintesis

kristal keramik berupa barium maupun lead zirconate titanate. Kristal ini dibentuk

dengan ketebalan 2-3 mm melingkar dengan axis elektrik, kemudian dieratkan

pada bagian dalam permukaan transduser. Saat dialiri arus atau beda potensial,

kristal ini akan mengalami vibrasi baik secara kompresi maupun ekspansi dengan

frekuensi sama dengan sinyal elektrik yang dating. Umumnya frekuensi yang

diha-silkan oleh generator adalah 1 dan 3 MHz.

2. Efek Ultrasound

a. Efek Mekanik

Bila gelombang ultrasound masuk ke dalam tubuh maka akan menimbulkan

pemampatan dan peregangan dalam jaringan sama dengan frekuensi dari mesin

ultrasound sehingga terjadi variasi tekanan dalam jaringan. Dengan adanya variasi

tersebut menyebabkan efek mekanik yang sering disebut dengan istilah

“micromassage” yang merupakan efek terapeutik yang sangat penting karena

hampir semua efek ini sangat diharapkan sehingga pada daerah micro tissue

damage baru yang memacu proses inflamasi fisiologis.

b. Efek Panas

Micromassage pada jaringan akan menimbulkan efek “friction” yang

hangat. Panas yang ditimbulkan oleh jaringan tidak sama tergantung dari nilai

“acustic independance”, pemilihan bentuk gelombang, intensitas yang digunakan

dan durasi pengobatan. Area yang paling banyak mendapatkan panas adalah

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS TORTICOLIS DENGAN MODALITAS


8 ULTRASOUND (US)
jaringan “interface” yaitu antara kulit dan otot serta periosteum. Hal ini

disebabkan oleh adanya gelombang yang diserap dan dipantulkan. Agar efek

panas tidak terlalu dominan digunakan intermitten ultrasound yang efek mekanik

lebih dominan dibandingkan efek panas.

Pada tendon dan otot akan meningkatkan temperatur sebesar 0,07 derajat

Celcius perdetik. Pengukuran ini dilakukan pada sebuah model jaringan otot. Jadi

tanpa adanya efek regulasi dari sirkulasi darah.

c. Efek Biologis

Efek lain dari micromassage adalah efek biologis yang merupakan refleks

fisiologis dari pengaruh mekanik dan pengaruh panas. Efek biologis yang

ditimbulkan oleh ultrasound antara lain :

1) Meningkatkan sirkulasi darah

Salah satu efek yang ditimbulkan oleh ultrasound adalah panas sehingga

tubuh memberikan reaksi terhadap panas tersebut yaitu terjadinya vasodilatasi, hal

tersebut disebabkan oleh :

a) Adanya pembebasan zat-zat pengiritasi jaringan yang merupakan konsekuensi

dari sel-sel tubuh yang rusak sebagai akibat dari mekanisme vibrasi

b) Adanya iritasi langsung pada serabut saraf efferent atau bermielin tebal. Iritasi

ini mengakibatkan terjadinya post excitatory depression dalam aktivitas

orthosympatik

2) Rileksasi Otot

Dengan adanya efek panas maka akan mengakibatkan vasodilatsi pembuluh

darah sehingga terjadi perbaikan sirkulasi darah yang mengakibatkan rileksasi

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS TORTICOLIS DENGAN MODALITAS


9 ULTRASOUND (US)
otot. Hal ini disebabkan oleh karena zat-zat pengiritasi diangkut oleh darah

disamping itu efek vibrasi ultrasound mempengaruhi serabut afferent secara

langsung dan mengakibatkan rileksasi otot.

3) Meningkatkan Permeabilitas Membran

Melalui mekanisme getaran gelombang ultrasound maka cairan tubuh akan

didorong ke membran sel yang menyebabkan perubahan konsentrasi ion sehingga

mempengaruhi nilai ambang dari sel-sel.

4) Meningkatkan kemampuan regenerasi jaringan

Telah dapat ditunjukkan bahwa getaran US dapat memperbaiki proses

regenerasi pada berbagai macam jaringan.

5) Pengurangan rasa nyeri

Ultrasound dapat mengurangi rasa nyeri. Dasar dari pengurangan rasa

nyeri ini diperoleh dari :

a) Perbaikan sirkulasi darah dalam jaringan

b) Normalisasi dari tonus otot

c) Berkurangnya tekanan dalam jaringan

d) Stimulasi dari serabut saraf afferen.

3. Dosis
Dosis merupakan hasil perkalian antara intensitas dan lamanya terapi.

Dalam menentukan dosis terapi harus diperhatikan beberapa faktor dibawah ini :

a. kemungkinan memilih frekuensi yang berbeda

b. kemungkinan memilih gelombang kontinyu atau terputus-putus

c. jaringan yang akan diobati serta aktualitas kondisinya

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS TORTICOLIS DENGAN MODALITAS


10 ULTRASOUND (US)
Berikut merupakan pembahasan tentang intensitas, frekuensi, pulse, waktu, dan

ERA

1) Intensitas

Berapa banyak intensitas yang diberikan dinyatakan dalam W/cm2. Pada

pelaksanaannya pemberian intensitas sangat bervariasi, dimana setiap ahli

mempunyai pendapat lain.

Sebagai pegangan dapat diberikan, bahwa pemberian secara kontinyu :

a) Kurang dari 0,3 W/cm2 merupakan intensitas rendah

b) 0 – 1,2 W/cm2 merupakan intensitas sedang

c) 1,2 – 3 W/cm2 merupakan intensitas tinggi

Sedangkan pada terputus-putus harus dihitung berdasarkan nilai rata-ratanya.

Misal pada intensitas 1 W/cm2 dalam posisi 1: 5 terputus-putus adalah sama

dengan 0,2 W/cm2 pada continues.

Dalam kasus ini digunakan intensitas untuk terapi ultrasound berkisar antara 0-2

W/cm2 dengan pemberian secara continues.

2) Frekuensi terapi

Frekuensi yang digunakan dalam terapi ultrasound adalah 1 dan 3 MHz.

Aktualitas dari penyakit menentukan pemberian dosis, dan pemberian dosis

menentukan frekuensi dari terapi yang diberikan. Pada penyakit aktualitas tinggi

harus diterapi minimal setiap hari, sedangkan pada penyakit yang aktualitasnya

rendah akan diterapi 2 sampai 3 kali perminggu.

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS TORTICOLIS DENGAN MODALITAS


11 ULTRASOUND (US)
Pada kasus ini frekuensi yang digunakan adalah 1 MHz dengan pemberian

terapi 6 kali.

3) Pulse

Pada kondisi torticolis pulse yang digunakan yaitu continues.

4) Waktu

Pada kasus torticolis ini waktu yang diberikan dalam terapi menggunakan

ultrasound yaitu maksimum 15 menit.

5) ERA

ERA merupakan tolak ukur yang tertentu dalam penentuan dosis dan waktu.

Pada penerapan pada kasus tortikolis digunakan ERA 5 cm2 agar lebih efektif

karena area yang diterapi ukurannya kecil.

4. Metode Intervensi
Metode intervensi pada prinsipnya perpindahan energi US dapat dilakukan

dalam dua cara, yaitu :

a. Kontak langsung

Cara ini paling banyak digunakan. Untuk mendapatkan kontak yang

sempurna antara tranduser dan kulit diperlukan kontak medium berupa gel,water

,oils,dll.

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS TORTICOLIS DENGAN MODALITAS


12 ULTRASOUND (US)
b. Kontak tidak langsung

1) Sub-aqual (dalam air)

Bagian tubuh yang diterapi dan tranduser dimasukkan kedalam bak yang

berisi air. Dengan menempatkan tranduser pada jarak tertentu.

2) Water pillow

Disini yang digunakan adalah kantong plastik atau karet yang diisi air kira-

kira ¾ dari isi kantong tersebut. Kantong ini dapat menempel dengan baik pada

permukaan tubuh yang tidak rata. Baik pada tranduser maupun pada sisi dimana

kantong menempel kulit harus diberi kontak medium yang cukup. Cara ini tidak

efektif digunakan karena banyak energi dari US yang hilang.

Penanganan pada kondisi tortikolis yang dilakukan dengan modalitas

ultrasound menggunakan cara kontak langsung dengan media perantara gel.

5. Metode Gerakan Tranduser

Dalam aplikasi US dengan metode kontak langsung maupun tidak langsung,

tranduser dapat digerakkan (dinamis) dan menetap (statis).

a. Dinamis

Tranduser bergerak secara terus menerus selama terapi. Gerakannya dapat

berupa gerakan membujur (longitudinal) dan gerakan melingkar (sirkular). Dalam

melakukan gerakan longitudinal dilakukan membujur sesuai dari origo dan

insertio dari otot . Tranduser harus tetap bergerak meskipun area yang diterapi

kecil dan perlu diperhatikan tranduser tidak boleh mengangkat pada saat

melakukan terapi. Gerakan tranduser arus ritmis , pelan, dan sedikit tekanan pada

kulit.

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS TORTICOLIS DENGAN MODALITAS


13 ULTRASOUND (US)
b. Statis

Metode ini jarang digunakan karena bahaya timbulnya kerusakan jaringan

atau kavitasi sangat besar meskipun diberikan dengan intensitas rendah.

Sedangkan metode dalam air (su-aqual), tranduses dapat didiamkan pada jarak

diluar area konvergen. (Sujatno)

C. SOP Intervensi

SOP intervensi fisioterapi pada kasus torticolis dengan modalitas ultrasound (US)

meliputi :

1. Persiapan Pasien

a. Pasien harus diposisikan yang confortable, yaitu rileks, nyaman

dan tanpa adanya rasa sakit. Pada penanganan kaondisi torticolis

pasien diposisikan tidur miring

b. Pasien diberitahu mengenai apa yang akan dilakukan oleh terapis

dan tujuan serta manfaat dilakukannya terapi

Gambar 2.1
Terapis menjelaskan tindakan
yang akan dilakukan serta tujuan
dan manfaat dilakukannya terapi

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS TORTICOLIS DENGAN MODALITAS


14 ULTRASOUND (US)
c. Area yang akan diterapi dijauhkan dari benda-benda yang kontra

indikasi dan dapat mengganggu saat dilakukannya terapi.

Gambar 2.2
Pasien pada posisi tidur miring

2. Persiapan alat

a. Terapis mempersiapkan kapas,mangkok,alkohol,dan tisu yang

digunakan untuk membersihkan area yang akan diterapi

b. Terapis mempersiapkan alat tes sensibilitas berupa dua tabung

reaksi yang berisi air panas dan dingin

c. Terapis mempersiapkan alat terapi yaitu ultrasound dengan gel

sebagai kontak mediumnya sekaligus memeriksa kondisi alat

sebelum dilakukannyan proses terapi

Gambar 2.3
Persiapan alat yang digunakan
dalam proses terapi

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS TORTICOLIS DENGAN MODALITAS


15 ULTRASOUND (US)
3. Intervensi fisioterapi

a. Area yang akan diterapi dijauhkan dari benda yang kontra indikasi dan

dapat mengganggu proses terapi. Kemudian terapis membersihkan

area yang akan diterapi dengan menggunakan alkohol dan kapas, yang

kemudian dikeringkan dengan tisu. Pembersihan dengan alkohol ini

bertujuan selain agar area yang akan diterapi bersih juga untuk

mengetahui apakah terdapat luka terbuka atau tidak

Gambar 2.4 Gambar 2.5


Pembersihan dengan Setelah dibersihkan
alkohol pada area yang dikeringkan dengan tisu
akan diterapi

b. Terapis melakukan tes sensibilitas berupa panas dingin untuk

mengetahui apakah pasien mengalami gangguan sensibilitas atau tidak

Gambar 2.6
Tes sensibilitas dengan menggunakan
panas dingin
PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS TORTICOLIS DENGAN MODALITAS
16 ULTRASOUND (US)
c. Sebelum dilakukan terapi dengan ultrasound, area yang akan diterapi

diberi gel terlebih dahulu sebagai kontak medium dengan tranduser

Gambar 2.7
Pemberian gel pada area yang diterapi

d. Terapi dengan modalitas ultrasound pada kondisi torticolis dilakukan

dengan metode aplikasi kontak langsung, gerakan tranduser yang sirkuler

(melintang), intensitas 0-2 W/cm2, frekuensi 1 MHz, waktu terapi 15

menit, ERA 5 cm2.

Gambar 2.8
Terapi dengan
menggunakan ultrasound

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS TORTICOLIS DENGAN MODALITAS


17 ULTRASOUND (US)
4. Monitoring

Pada saat dilakukan terapi, terapis harus selalu menanyakan kepada pasien

tentang apa yang dirasakan. Sehubungan dengan hal ini dosis yang diberikan

dapat dikurangi.

5. Evaluasi

Setelah proses terapi selesai, terapis menanyakan kondisi pasien setelah

dilakukannya terapi apakah terdapat perbedaan antara sebelum diterapi dan

sesudah diterapi.

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS TORTICOLIS DENGAN MODALITAS


18 ULTRASOUND (US)
KESIMPULAN

Torticolis adalah suatu keadaan dimana terjadi keterbatasan gerak pada

leher yang disebabkan oleh pemendekan otot sternokleidomastoideus pada salah

satu sisi dan mengakibatkan kepala dipertahankan pada sisi yang mengalami

gangguan yang menyebabkan kontralateral pada dagu. Pada kasus ini otot yang

mengalami masalah adalah otot sternokleidomastoideus yang fungsi utamanya

untuk memutar kepala ke arah berlawanan, fleksi kepala jika bergeraknya

bersamaan dan membantu mengangkat costa.

Kondisi torticolis ini dapat ditangani oleh fisioterapi dengan modalitas

ultrasound yang mana ultrasound merupakan alat yang menggunakan gelombang

suara dan getaran mekanik dengan membentuk gelombang longitudinal yang

berjalan melalui media tertentu dengan frekuensi lebih dari 20.000 HZ yang

memberikan efek thermal serta dapat meningkatkan sirkulasi darah, pengurangan

nyeri, dan rileksasi otot. Terapi dengan modalitas ultrasound pada kondisi

torticolis dilakukan dengan metode aplikasi kontak langsung, gerakan tranduser

yang sirkuler (melintang), intensitas 0-2 W/cm2, frekuensi 1 MHz, waktu terapi

15 menit, ERA 5 cm2.

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS TORTICOLIS DENGAN MODALITAS


19 ULTRASOUND (US)
DAFTAR PUSTAKA

Dewi, Adhyani. 2015. “ Tortikolis”. rdadhyanidewi.blogspot.co.id. Diakses pada

Minggu 26 Juli 2015.

Nurhayati. 2007. “Manfaat Back School Aktif Terhadap Pengurangan Nyeri

Pinggang Mekanis (Studi Komparatif Antara Pemberian Back School Aktif,

SWD dan US dengan Pemberian Back School Pasif, SWD dan US)”. Vol 7

No 1.

Sujatno, Heru purbo. Sumber Fisis. Buku pegangan kuliah diploma III Fisioterapi

Universitas Pekalongan

Tandiyo, Desy Kurniawati. 2012. Rehabilitasi Medik Pada Torticollis.

www.torticolis/rehabilitasi-medik-pada-tortikolis.html. di akses tanggal 7-4-

2013.

https://en.wikipedia.org/wiki/Torticollis

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS TORTICOLIS DENGAN MODALITAS


20 ULTRASOUND (US)

Anda mungkin juga menyukai