Anda di halaman 1dari 10

KARYA TULIS ILMIAH

MEMBANGUN KARAKTER MILENIAL MELALUI PENDIDIKAN


KARAKTER DI ERA 4.0

Disusun Oleh:
Debora Trifena Talakua 178114038
Maria Angelina Roe 178114127
Silvia Lianti 178114135

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberkati
penulis sehingga penulis dapat menyusun karya tulis yang berjudul “MEMBANGUN
KARAKTER MILENIAL MELALUI PENDIDIKAN KARAKTER DI ERA 4.0” sesuai
dengan waktu yang telah ditentukan. Adapun maksud penyusunan karya tulis ini untuk
memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia. Penulis juga ingin mengucapkan terima kasih
bagi seluruh pihak yang telah membantu penulis dalam pembuatan karya tulis ini dan berbagai
sumber yang telah penulis pakai sebagai data dan fakta pada karya tulis ini.

Penulis menyadari bahwa karya tulis ini masih jauh dari sempurna dengan keterbatasan
yang penulis miliki. Maka dari itu, penulis bersedia menerima kritik dan saran dari pembaca
yang budiman. Penulis akan menerima semua kritik dan saran tersebut dengan tangan terbuka
demi perbaikan dan penyempurnaan karya tulis ini.

Dengan menyelesaikan karya tulis ini penulis mengharapkan banyak manfaat yang
dapat dipetik dan diambil dari karya ini. Penulis sangat berharap agar karya tulis ilmiah ini
memberi banyak manfaat bagi para pembaca terutama pada para kaum milenial untuk dapat
menyadari pentingnya pendidikan karekter demi membentuk karakter bangsa.

Yogyakarta, 23 September 2019

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Indonesia memerlukan sumberdaya manusia dalam jumlah dan mutu yang memadai
sebagai pendukung utama dalam pembangunan. Untuk memenuhi sumberdaya manusia
tersebut, pendidikan memiliki peran yang sangat penting.
Hal ini sesuai dengan UU No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional
pada Pasal 3, yang menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan nasional
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab (Ridiawan,2018).
Keberhasilan suatu bangsa dalam mencapai tujuannya sangat ditentukan oleh
kualitas sumber daya manusianya. Bahkan dapat dikatakan bahwa “bangsa yang besar
dapat dilihat dari kualitas/karakter bangsa (manusia) itu sendiri”. Membangun berarti
bersifat memperbaiki, membina, mendirikan, dan mengadakan sesuatu. Karakter adalah
tabiat, watak, sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan
seseorang dari yang lainnya. Jadi membangun karakter adalah suatu proses atau usaha
yang dilakukan untuk membina, memperbaiki dan atau membentuk tabiat, watak, sifat
kejiwaan, akhlak, insan manusia sehingga menunjukkan perangai dan tingkah laku
yang baik berlandaskan nilai-nilai Pancasila (Suhady & Sinaga, 2006).
Arus perkembangan globalisasi telah melahirkan generasi gadget, istilah digunakan
untuk menandai munculnya generasi millennial. Gadget sebenarnya lebih tepat
diartikan dengan peralatan teknologi, sehingga kehidupan masyarakat selalu
bersinggungan dengan unsur teknologi informasi. Jadi seolah-olah berbagai peralatan
high-technology tersebut telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan
mereka (Naisbitt dkk, 2000).
1.2 IDENTIFIKASI MASALAH
Dari beberapa uraian yang dikemukakan pada latar belakang, maka dapat
diidentifikasi masalah-masalah sebagai berikut :
1) Lemahnya kepemimpinan nasional, lemahnya semangat juang (fighting spirit)
generasi muda, tingginya tingkat korupsi dan krisis identitas merupakan
permasalahan akut yang sedang dihadapi Bangsa Indonesia.
2) Nilai-nilai kesantunan, dan relegiusitas yang dijunjung tinggi dan menjadi
budaya bangsa Indonesia selama ini seakan-akan menjadi lemah dan terasa
asing seiring dengan masuknya nilai-nilai budaya global (global culture of the
millenials era), sehingga jarang ditemui ditengah-tengah masyarakat.
3) Menurut Daradjat semakin merosotnya moral para pelajar merupakan salah satu
akibat dari pesatnya perkembangan teknologi yang tidak diimbangi dengan
peningkatan kualitas budi pekerti pelajar, padahal perkembangan teknologi
memang sangat dibutuhkan bangsa ini untuk dapat terus bersaing di era
globalisasi (Darajat, 1982).

1.3 RUMUSAN MASALAH


Dengan latar belakang diatas penulis merumuskan beberapa masalah sebagai berikut :
1) Apa pengertian globalisasi?
2) Bagaimana pengaruh positif dan negatif globalisasi terhadap generasi milenial?
3) Apa pengertian pendidikan karakter?
4) Apa fungsi dan tujuan pendidikan karakter?
5) Bagaimana penerapan pendidikan karakter di era milenial?

1.4 TUJUAN
1) Untuk mengetahui apa itu globalisasi
2) Untuk mengetahui bagaimana pengaruh positif dan negatif globalisasi terhadap
generasi milenial
3) Untuk mengetahui apa itu pendidikan karater
4) Untuk mengetahui Fungsi dan tujuan pendidikan Karakter
5) untuk mengetahui bagaimana penerapan pendidikan karakter di era milenial
BAB II
ISI

2.1 LANDASAN TEORI


2.1.1 Pengertian Globalisasi
Kata globalisasi berasal dari kata “global” yang dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia (KBBI) memiliki arti “secara umum dan keseluruhan; secara
bulat; secara garis besar”, sedangkan akhiran “sasi” mengandung makna
“sebuah proses”. Jadi, pengertian globalisasi menurut KBBI merupakan proses
masuknya ke ruang lingkup dunia. Menurut Princeton N. Lyman, globalisasi
adalah pertumbuhan yang sangat cepat atas saling ketergantungan dan
hubungan antara negara-negara di dunia dalam hal perdagangan dan keuangan.

2.1.2 Pengaruh Positif dan Negatif Globalisasi


Pada abad ke-21, Indonesia sudah masuk dalam era globalisasi yang
ditandai dengan mudahnya masyarakat mendapatkan informasi dari berbagai
belahan dunia sebagai akibat dari perkembangan teknologi yang begitu pesat.
Banyak kalangan menyadari bahwa globalisasi banyak membawa dampak
positif, diantaranya komunikasi lebih canggih, transportasi lebih cepat,
kesempatan yang lebih luas untuk mendapatkan informasi, kesempatan untuk
masyarakat dari berbagai etnik dan budaya dalam berinteraksi, serta perubahan
tata nilai dan sikap masyarakat yang semula irasional menjadi rasional. Tetapi
tanpa kita sadari Globalisasi juga banyak membawa dampak negatif diantaranya
karena masyarakat merasa dimudahkan dengan teknologi yang maju membuat
mereka merasa tidak lagi membutuhkan orang lain dalam beraktivitas, banyak
beredar informasi yang beredar, dan kecenderungan pusat-pusat pendidikan
tinggi untuk memberi keutamaan kepada kursus-kursus manajemen dan teknik
dengan mengabaikan kursus-kursus ilmu kemanusiaan dan kemasyarakatan.
Karakteristik dari gaya hidup masyarakat global adalah kehidupan yang
penuh dengan persaingan, sehingga menuntut peran individu untuk membenahi
diri mengikuti perubahan yang sangat cepat. Perubahan-perubahan ini
memberikan tekanan kepada setiap masyakarat, termasuk generasi milenial.
Seberapa besar atau kecilnya pengaruh yang didapat atau dipahami oleh
generasi milenial terkait perubahan global tergantung dari seberapa banyak
informasi yang dimaknai benar atau salah oleh masyarakat. Tapscott (2008)
menyatakan generasi milenial memiliki ciri suka dengan kebebasan, senang
melakukan personalisasi, mengandalkan kecepatan informasi yang instan, suka
belajar dan bekerja dengan lingkungan inovatif, aktif berkolaborasi dan hyper
technology. Pengaruh era globalisasi membuat tidak sedikit generasi milenial
yang terperangkap dalam dunia gelap, mulai dari penggunaan narkoba,
pergaulan bebas dengan mengkonsumsi alkohol serta merokok dan seks
bebas.Oleh sebab itu dalam menyiapkan generasi milenial terhadap pengaruh
perubahan global, pentingnya diberikan pendidikan karakter bagi meraka agar
dapat bersaing dan tidak mudah terpengaruh oleh dunia luar.

2.1.3 Pengertian, Fungsi dan Tujuan Pendidikan Karakter


Menurut UU RI No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian
diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, dan negara.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) karakter memiliki
makna “sifat-sifat kejiwaan; akhlak atau budi pekerti yang membedakan
seseorang dari yang lain; tabiat; dan watak”. Karakter merupakan keseluruhan
disposisi kodrati kodrati yang telah dikuasi secara stabil yang mendefinisikan
seorang individu dalam keseluruhan perilaku psikisnya yang menjadikannya
tipikal dalam cara berpikir dan bertindak. Pendidikan karakter merupakan
sebuah usaha untuk mendidik individu-individu agar dapat mengambil
keputusan yang bijak dan mempraktikkan dalam kehidupan sehari-hari,
sehingga mereka bisa memberikan kontribusi yang positif kepada
lingkungannya. Tujuan pendidikan karakter adalah untuk membentuk sikap
yang dapat membawa generasi milenial ke arah kemajuan tanpa harus
bertentang dengan norma yang berlaku. Pendidikan karakter bagi individu
bertujuan agar mengetahui berbagai karakter individu lain, dapat mengartikan
dan menjelaskan berbagai karakter, memahami sisi baik dalam menjalankan
perilaku berkarakter, dan menunjukkan contoh perilaku berkarakter dalam
kehidupan sehari-hari. Pendidikan karakter dapat dilakukan pada pendidikan
formal dan informal secara umumnya, yang mana dalam pelaksanaannya
dilakukan dengan saling melengkapi.
Menurut Fakhry Gaffar, pendidikan karakter adalah sebuah proses
transformasi nilai-nilai kehidupan untuk ditumbuhkembangkan dalam
kepribadian seseorang sehingga menjadi satu dalam perilaku kehidupan orang
itu. Dalam definisi tersebut ada tiga ide pikiran penting, yaitu: (1) proses
transformasi nilai-nilai, (2) ditumbuhkembangkan dalam kepribadian, (3)
menjadi satu dalam perilaku (Hasyim, 2015). Menurut Majid, pendidikan
karakter adalah sebuah upaya untuk membimbing perilaku manusia menuju
standar-standar baku (Majid & Andayani, 2012). Fokus pendidikan karakter
adalah pada tujuan-tujuan etika, tetapi prakteknya meliputi penguatan
kecakapan-kecakapan yang penting yang mencakup perkembangan sosial
siswa. Nilai-nilai pendidikan karakter yang dikembangkan di Indonesia yaitu
bersumber dari agama, Pancasila, budaya, dan tujuan pendidikan nasional,
yaitu: 1) Religius, 2) Jujur, 3) Toleransi, 4) Disiplin, 5) Kerja Keras, 6) Kreativ,
7) Mandiri, 8) Demokratis, 9) Rasa Ingin Tahu, 10) Semangat Kebangsaan, 11)
Cinta Tanah Air, 12) Menghargai Prestasi, 13) Bersahabat/Komunikatif, 14)
Cinta Damai, 15) Gemar Membaca, 16) Peduli Lingkungan, 17) Peduli Social,
18) Tanggung Jawab (Dalimunthe, 2015; Hamid & Sudira, 2013).
Pendidikan karakter di Indonesia memang sudah berjalan seperti di
beberapa negara lainnya, seperti Inggris, Amerika dan Finlandia. Namun bila
melihat hasilnya, Indonesia masih jauh tertinggal. Hal ini disebabkan karena
pendidikan di Indonesia lebih mengedepankan penguasaan aspek keilmuan dan
kecerdasan. Pengetahuan tentang kaidah moral yang didapatkan dalam
pendidikan moral atau etika di sekolah-sekolah semakin ditinggalkan karena
kurang perhatian pemerintah terhadap pendidikan karakter.

2.2 STUDI PUSTAKA


Saat ini Indonesia sedang dihadapkan pada permasalahan melemahnya karakter
bangsa. Hal ini ditunjukkan dengan berbagai persoalan bangsa yang gejalanya mulai
nampak perlahan-lahan semenjak beberapa dekade terakhir. Jika tidak segera diatasi
persoalan ini dapat mengancam eksistensi dan keamanan bangsa Indonesia. Beberapa
permasalahan akut yang sedang dihadapi bangsa Indonesia antara lain, lemahnya
kepemimpinan nasional, lemahnya semangat juang (fighting spirit) generasi muda,
tingginya tingkat korupsi dan krisis identitas. Dampak yang ditimbulkan dari
permasalahan ini bermacam-macam, misalnya ancaman disintegrasi, lemahnya daya
saing Indonesia di tingkat internasional, terpuruknya image Indonesia di mata dunia.
BAB III
PENUTUP

3.1KESIMPULAN DAN SARAN


Pendidikan karakter bangsa merupakan bagian integral yang tak terpisahkan
dari pendidikan nasional secara utuh. Pendidikan karakter bangsa harus dikembangkan
secara komprehensif sebagai proses pembudayaan. Pendidikan karakter bangsa
merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah, masyarakat, sekolah dan
orangtua. Oleh karena itu pelaksanaan budaya dan karakter bangsa harus melibatkan
keempat unsur tersebut. Dalam upaya merevitalisasi pendidikan karakter bangsa
diperlukan gerakan nasional guna menggugah semangat kebersamaan dalam
pelaksanaan di lapangan.
DAFTAR PUSTAKA

Naisbitt, J., Naisbitt, N., & Philips, D. (2002). High Tech High Touch: Pencarian Makna di
Tengah Perkembangan Teknologi. Jakarta: Pustaka Mizan.

Anda mungkin juga menyukai