Fungi (Jamur)
Rentang fosil: Devonian Awal – Sekarang
PraЄ
Pg
N
Searah jarum jam dari kiri atas:
sejenis chytrid;
Klasifikasi ilmiah
Domain: Eukarya
Kingdom: Fungi
(L.) R.T.Moore[1]
Subkingdom/Filum/Subfilum[2]
Blastocladiomycota
Chytridiomycota
Glomeromycota
Microsporidia
Neocallimastigomycota
Ascomycota
Pezizomycotina
Saccharomycotina
Taphrinomycotina
Basidiomycota
Agaricomycotina
Pucciniomycotina
Ustilaginomycotina
Subfilum Incertae sedis
Entomophthormycota
Kickxellomycotina
Mucoromycotina
Zoopagomycotina
Fungi adalah nama regnum dari sekelompok besar makhluk hidup eukariotik heterotrof yang
mencerna makanannya di luar tubuh lalu menyerap molekul nutrisi ke dalam sel-selnya. Kalangan
ilmuwan kerap menggunakan istilah cendawan sebagai sinonim bagi Fungi.
Masyarakat awam menyebut sebagian besar anggota Fungi sebagai jamur, kapang, khamir,
atau ragi, meskipun seringkali yang dimaksud adalah penampilan luar yang tampak, bukan
spesiesnya sendiri. Kesulitan dalam mengenal fungi sedikit banyak disebabkan adanya pergiliran
keturunan yang memiliki penampilan yang sama sekali berbeda
(ingat metamorfosis pada serangga atau katak). Fungi memperbanyak diri
secara seksual dan aseksual. Perbanyakan seksual dengan cara:dua hifa dari jamur berbeda
melebur lalu membentuk zigot lalu zigot tumbuh menjadi tubuh buah, sedangkan perbanyakan
aseksual dengan cara membentuk spora, bertunas atau fragmentasi hifa. Jamur memiliki kotak
spora yang disebut sporangium. Di dalam sporangium terdapat spora. Contoh jamur yang
membentuk spora adalah Rhizopus. Contoh jamur yang membentuk tunas adalah Saccharomyces.
Hifa jamur dapat terpurus dan setiap fragmen dapat tumbuh menjadi tubuh buah.
Ilmu yang mempelajari fungi disebut mikologi (dari akar kata Yunani μυκες, "lendir", dan λογοσ,
"pengetahuan", "lambang").
Daftar isi
1Etimologi
2Ciri-ciri
3Keanekaragaman
4Mikologi
o 4.1Sejarah
5Morfologi
o 5.1Struktur mikroskopis
o 5.2Struktur makroskopis
6Pertumbuhan dan fisiologi
7Reproduksi
o 7.1Reproduksi aseksual
o 7.2Reproduksi seksual
o 7.3Penyebaran spora
o 7.4Proses seksual lainnya
8Evolusi
9Klasifikasi
10Ekologi
o 10.1Simbiosis
10.1.1Dengan tumbuhan
10.1.2Dengan alga dan sianobakteri
11Lihat pula
12Referensi
o 12.1Daftar pustaka
Etimologi[sunting | sunting sumber]
Kata bahasa Inggris fungus secara langsung diadopsi dari bahasa Latin fungus (jamur), digunakan
dalam tulisan-tulisan Horatius dan Plinius.[3] Kata ini berasal dari kata Yunani sphongos (σφόγγος
"spons"), yang mengacu pada struktur makroskopis dan morfologi jamur dan kapang;[4] akar kata ini
juga digunakan dalam bahasa lain, seperti bahasa Jerman Schwamm ("spons")
dan Schimmel ("kapang").[5] Penggunaan kata mikologi, yang berasal dari bahasa
Yunani mykes (μύκης "jamur") dan logos (λόγος "ilmu"),[6] untuk menunjukkan studi ilmiah tentang
jamur diperkirakan berasal dari tahun 1836 dengan publikasi naturalis Inggris Miles Joseph
Berkeley The English Flora dari Sir James Edward Smith, Vol. 5.[4] Kelompok dari semua fungi yang
ada di daerah tertentu dikenal sebagai mikobiota (kata benda jamak, tidak ada bentuk tunggal),
misalnya, "mikobiota dari Irlandia".[7]
Sebelum dikenalkannya metode molekuler untuk analisis filogenetik, dulu fungi dimasukkan ke
dalam kerajaan tumbuhan/Plantae karena fungi memiliki beberapa kemiripan dengan tumbuhan
yaitu tidak dapat berpindah tempat, juga struktur morfologi dan tempat hidupnya juga mirip. Seperti
tanaman, kebanyakan fungi juga tumbuh di tanah dan, pada jamur, membentuk tubuh buah, yang
kadang-kadang menyerupai tumbuhan seperti lumut. Fungi sekarang dianggap sebagai kerajaan
tersendiri, berbeda dari baik tumbuhan maupun hewan, yang tampaknya telah berpisah sekitar satu
miliar tahun lalu (sekitar awal dari Era Neoproterozoikum).[8][9] Beberapa ciri-ciri morfologi, biokimia
dan genetik dimiliki bersama dengan organisme lain, sementara yang lain unik pada fungi,
memisahkan fungi dari kerajaan lain dengan jelas:
Ciri-ciri yang dimiliki bersama:
Dengan jenis eukariota lainnya: Sel fungi memiliki inti yang dibatasi
membran dengan kromosom yang
mengandung DNA dengan daerah bukan pengode yang
disebut intron dan bagian pengode yang disebut ekson. Selain itu,
sel fungi juga memiliki beberapa organel sitoplasmik yang dibatasi
membran seperti mitokondria, membran yang mengandung sterol,
dan ribosom bertipe 80S.[10] Fungi memiliki kisaran karakteristik dari
karbohidrat dan senyawa penyimpanan yang dapat larut,
termasuk alkohol gula (misalnya, manitol), disakarida,
(misalnya trehalosa), dan polisakarida (misalnya, glikogen, yang
juga ditemukan pada hewan[11]).
Dengan hewan: Fungi tidak
mempunyai kloroplas untuk fotosintesis dan merupakan
organisme heterotrof, sehingga memerlukan senyawa
organik sebagai sumber energinya.[12]
Dengan tumbuhan: Fungi mempunyai dinding
sel[13] dan vakuola.[14] Fungi bisa bereproduksi secara seksual
maupun aseksual, dan seperti kelompok
tumbuhan basal (seperti tumbuhan paku dan lumut daun), fungi
akan menghasilkan spora. Mirip juga dengan lumut daun dan alga,
fungi memiliki nukleus yang haploid.[15]
Dengan euglenoid dan bakteri: Fungi tingkat tinggi, euglenoid, dan
beberapa bakteri menghasilkan asam amino L-lisin dalam langkah-
langkah biosintesis spesifik, yang disebut jalur α-aminoadipat.[16][17]
Sel-sel dari sebagian besar jamur tumbuh sebagai struktur
berbentuk tabung, memanjang, dan mirip benang (filamentous)
yang disebut hifa, yang dapat mengandung banyak inti dan tumbuh
dengan menumbuhkan ujungnya. Setiap ujung berisi
seperangkat vesikel agregat—struktur seluler yang terdiri
dari protein, lipid, dan molekul organik lainnya—yang
disebut Spitzenkörper.[18] Baik fungi dan Oomycota tumbuh sebagai
sel hifa yang berfilamen.[19] Sebaliknya, organisme yang tampak
serupa, seperti ganggang hijau berfilamen, tumbuh dengan
pembelahan sel berulang dalam rantai sel.[11] Ada juga fungi bersel
satu (khamir) yang tidak membentuk hifa, dan beberapa fungi
memiliki bentuk hifa dan khamir.[20]
Seperti beberapa spesies tumbuhan dan hewan, lebih dari 70
spesies fungi menunjukkan bioluminesensi.[21]
Ciri-ciri unik:
Kebanyakan fungi tidak memiliki sistem yang efisien untuk transportasi air dan nutrisi jarak jauh,
seperti xilem dan floem di banyak tumbuhan. Untuk mengatasi keterbatasan ini, beberapa fungi,
seperti Armillaria, membentuk rizomorf,[25] yang menyerupai dan melakukan fungsi yang mirip
dengan akar tumbuhan. Sebagai eukariota, fungi memiliki jalur biosintesis untuk
memproduksi terpena yang menggunakan asam mevalonat dan pirofosfat sebagai blok pembangun
kimia.[26] Tumbuhan dan beberapa organisme lain memiliki jalur biosintesis terpena tambahan di
dalam kloroplasnya, struktur yang tidak dimiliki fungi dan hewan.[27] Fungi menghasilkan
beberapa metabolit sekunder yang strukturnya mirip atau identik dengan yang dibuat oleh
tumbuhan.[26] Banyak enzim tumbuhan dan fungi yang membuat metabolit sekunder yang berbeda
satu sama lain dalam urutan dan karakteristik lainnya, yang menunjukkan asal-usul yang terpisah
dan evolusi konvergen dari enzim-enzim ini pada fungi dan tumbuhan.[26][28]
Fungi memiliki distribusi di seluruh dunia, dan tumbuh di berbagai habitat, termasuk lingkungan yang
ekstrim seperti gurun atau daerah dengan konsentrasi garam yang tinggi[29] atau radiasi
pengion,[30] serta sedimen laut dalam.[31] Beberapa dapat bertahan hidup dari
radiasi UV dan kosmik yang intens yang dijumpai selama perjalanan angkasa.[32] Sebagian besar
tumbuh di lingkungan terestrial, meskipun beberapa spesies hidup sebagian atau sepenuhnya di
habitat akuatik, seperti fungi Chytridiomycota Batrachochytrium dendrobatidis, parasit yang telah
bertanggung jawab atas penurunan populasi amfibi di seluruh dunia. Organisme ini menghabiskan
sebagian dari siklus hidupnya sebagai zoospora motil, memungkinkannya untuk bergerak sendiri
melalui air dan memasuki inang amfibi.[33] Contoh lain dari fungi akuatik adalah fungi yang tinggal di
daerah hidrotermal laut.[34]
Sekitar 120.000 spesies fungi telah dideskripsikan oleh taksonom,[35] tetapi keanekaragaman hayati
global dari kerajaan fungi tidak sepenuhnya dipahami.[35] Perkiraan tahun 2017 menunjukkan
mungkin ada antara 2,2 dan 3,8 juta spesies.[36] Dalam mikologi, spesies secara historis telah
dibedakan dengan berbagai metode dan konsep. Klasifikasi berdasarkan karakteristik morfologi,
seperti ukuran dan bentuk spora atau struktur buah, secara tradisional mendominasi taksonomi
fungi.[37] Spesies juga dapat dibedakan oleh karakteristik biokimia dan fisiologis mereka, seperti
kemampuan mereka untuk memetabolisme zat kimia tertentu, atau reaksi mereka terhadap tes
kimia. Konsep spesies biologis membedakan spesies berdasarkan kemampuan mereka
untuk kawin. Penerapan alat-alat molekuler, seperti sekuensing DNA dan analisis filogenetik, untuk
mempelajari keanekaragaman fungi telah sangat meningkatkan resolusi dan menambahkan
kekuatan terhadap perkiraan keanekaragaman genetika dalam berbagai kelompok taksonomi.[38]
Pada 1729, Pier Antonio Micheli pertama kali menerbitkan deskripsi fungi.
Fungi telah digunakan oleh manusia sejak zaman prasejarah; Ötzi, mumi lelaki Neolitik berusia
5.300 tahun yang terawetkan dengan baik yang ditemukan beku di Pegunungan Alpen Austria,
membawa dua spesies jamur polypore yang mungkin telah digunakan sebagai tinder (Fomes
fomentarius), atau untuk pengobatan (Piptoporus betulinus).[40] Masyarakat kuno telah menggunakan
fungi sebagai sumber makanan–seringkali tanpa sadar–selama ribuan tahun, dalam persiapan roti
beragi dan jus fermentasi. Beberapa dari catatan tertulis yang tertua berisi referensi tentang
penghancuran tanaman yang mungkin disebabkan oleh fungi patogen.[41]
Sejarah[sunting | sunting sumber]
Mikologi adalah ilmu yang relatif baru yang menjadi sistematis setelah penemuan mikroskop pada
abad ke-17. Meskipun spora fungi pertama kali diamati oleh Giambattista della Porta pada tahun
1588, karya yang dianggap sebagai pelopor dalam perkembangan mikologi yaitu publikasi Nova
plantarum genera pada tahun 1729 oleh Pier Antonio Micheli.[42] Micheli tidak hanya mengamati
spora tetapi juga menunjukkan bahwa, pada kondisi yang tepat, spora dapat diinduksi untuk tumbuh
menjadi spesies fungi yang sama dengan spesies asal dari spora itu.[43] Memperluas penggunaan
sistem nomenklatur binomial yang diperkenalkan oleh Carolus Linnaeus dalam Species plantarum-
nya (1753), Christian Hendrik Persoon (1761-1836) dari Belanda menetapkan klasifikasi jamur
pertama dengan begitu terampil sehingga dianggap sebagai pendiri mikologi modern.
Kemudian, Elias Magnus Fries (1794–1878) menguraikan lebih jauh klasifikasi jamur, menggunakan
warna dan karakteristik mikroskopis spora, metode yang masih digunakan oleh para ahli taksonomi
hingga saat ini. Kontributor awal penting lainnya untuk mikologi pada abad ke-17-19 dan awal abad
ke-20 termasuk Miles Joseph Berkeley, August Carl Joseph Corda, Anton de Bary, dua
bersaudara Louis René dan Charles Tulasne, Arthur H. R. Buller, Curtis G. Lloyd, dan Pier Andrea
Saccardo. Selama abad ke-20 telah terjadi modernisasi mikologi yang berasal dari kemajuan
dalam biokimia, genetika, biologi molekuler, dan bioteknologi. Penggunaan teknologi pengurutan
DNA dan analisis filogenetik telah memberikan wawasan baru tentang hubungan
dan keanekaragaman hayati dari fungi, dan telah menantang pengelompokan berbasis morfologi
tradisional dalam taksonomi fungi.[44]
Sebagian besar jamur tumbuh sebagai hifa, struktur yang berbentuk silindris seperti benang,
berdiameter 2–10 µm dan panjangnya mencapai beberapa sentimeter. Hifa tumbuh di ujungnya
(apeks); hifa baru biasanya dibentuk oleh munculnya ujung baru di sepanjang hifa yang ada dengan
proses yang disebut percabangan, atau kadang-kadang pada ujung hifa tumbuh percabangan
menjadi dua, sehingga menimbulkan dua hifa yang tumbuh paralel.[45] Hifa juga terkadang menyatu
ketika mereka bersentuhan, suatu proses yang disebut fusi hifa (atau anastomosis). Proses
pertumbuhan ini mengarah pada perkembangan miselium, jaringan hifa yang saling
terhubung.[20] Hifa dapat berupa septat atau senositik. Hifa septat dibagi menjadi ruang-ruang yang
dipisahkan oleh dinding silang (dinding sel internal, yang disebut septa, yang terbentuk tegak
lurus terhadap dinding sel yang memberikan bentuk hifa), dengan masing-masing ruang berisi satu
atau lebih inti; hifa senositik tidak terbagi menjadi ruang-ruang.[46] Septa memiliki pori-pori yang
memungkinkan sitoplasma, organel, dan kadang-kadang inti untuk lewat; contohnya adalah
septum dolipore dalam fungi dari filum Basidiomycota.[47] Hifa senositik pada dasarnya adalah
supersel multinukleat.[48]
Banyak spesies telah mengembangkan struktur hifa khusus untuk penyerapan hara dari inang yang
hidup; contohnya haustoria pada spesies parasit tumbuhan dari sebagian besar filum fungi,
dan arbuskula dari beberapa fungi mikoriza, yang menembus ke dalam sel inang untuk
mengonsumsi nutrien.[49]
Meskipun fungi adalah Opisthokonta—kelompok organisme yang terkait secara evolusi yang secara
luas ditandai oleh flagelum posterior tunggal—semua filum kecuali Chytridiomycota telah kehilangan
flagela posteriornya.[50] Di antara eukariota, fungi tidak biasa karena memiliki dinding sel yang,
selain glukan (misalnya, β-1,3-glukan) dan komponen umum lainnya, juga
mengandung biopolimer kitin.[51]
Struktur makroskopis[sunting | sunting sumber]
Armillaria solidipes
Miselia jamur dapat terlihat dengan mata telanjang, misalnya, pada berbagai permukaan
dan substrat, seperti dinding lembap dan makanan busuk, yang biasa disebut kapang (mold).
Miselia yang ditumbuhkan pada media agar padat di cawan petri laboratorium biasanya disebut
sebagai koloni. Koloni-koloni ini dapat menunjukkan bentuk pertumbuhan dan warna (karena spora
atau pigmentasi) yang dapat digunakan sebagai fitur diagnostik dalam identifikasi spesies atau
kelompok.[52] Beberapa koloni fungi individu dapat mencapai dimensi dan usia yang luar biasa seperti
pada kasus koloni Armillaria solidipes, yang membentang di area seluas lebih dari 900 ha (3,5 mil
persegi), dengan perkiraan usia hampir 9.000 tahun.[53]
Apotekium—struktur khusus yang penting dalam reproduksi seksual dalam Ascomycota—adalah
tubuh buah berbentuk cangkir yang seringkali berukuran makroskopis dan membawa himenium,
lapisan jaringan yang mengandung sel-sel yang mengandung spora.[54] Tubuh buah dari
Basidiomycota (basidiokarp) dan beberapa Ascomycota kadang-kadang dapat tumbuh sangat
besar, dan banyak dikenal sebagai jamur (mushroom).
Pertumbuhan kapang menutupi sebuah persik yang membusuk. Setiap gambar diambil kira-kira setiap 12 jam
selama enam hari.
Pertumbuhan fungi sebagai hifa pada atau di dalam substrat padat atau sebagai sel tunggal di
lingkungan akuatik teradaptasi untuk mengekstrak nutrisi secara efisien, karena bentuk
pertumbuhan ini memiliki rasio luas permukaan per volume yang tinggi.[55] Hifa secara khusus
teradaptasi untuk pertumbuhan pada permukaan padat, dan untuk menyerang substrat dan
jaringan.[56] Hifa dapat mengerahkan kekuatan mekanis yang besar untuk penetrasi; misalnya,
banyak patogen tumbuhan, termasuk Magnaporthe grisea, membentuk struktur yang
disebut apresorium yang berevolusi menjadi penusuk jaringan tumbuhan.[57] Tekanan yang
dihasilkan oleh apresorium, yang diarahkan pada epidermis tumbuhan, dapat melebihi
8 megapascal (1200 psi).[57] Fungi berfilamen Paecilomyces lilacinus menggunakan struktur yang
sama untuk menembus telur nematoda.[58]
Tekanan mekanis yang diberikan oleh apresorium dihasilkan dari proses fisiologis yang
meningkatkan turgor intraseluler dengan memproduksi osmolit seperti gliserol.[59] Adaptasi seperti ini
dilengkapi dengan enzim hidrolitik yang disekresi ke lingkungan untuk mencerna molekul organik
besar—seperti polisakarida, protein, dan lipid—menjadi molekul yang lebih kecil yang kemudian
dapat diserap sebagai nutrisi.[60][61][62] Sebagian besar jamur berfilamen tumbuh secara polar
(memanjang ke satu arah) dengan memanjang di ujung (apeks) hifa.[63] Bentuk lain dari pertumbuhan
jamur termasuk ekstensi interkalar (ekspansi longitudinal kompartemen hifa yang berada di bawah
apeks) seperti dalam kasus beberapa fungi endofit,[64] atau pertumbuhan dengan ekspansi volume
selama perkembangan stipe jamur dan organ besar lainnya.[65] Pertumbuhan fungi sebagai
struktur multiseluler yang terdiri dari sel somatik dan reproduktif—fitur yang berkembang secara
independen pada hewan dan tumbuhan[66]—memiliki beberapa fungsi, termasuk perkembangan
tubuh buah untuk penyebaran spora seksual (lihat di atas) dan biofilm untuk kolonisasi substrat
dan komunikasi antarsel.[67]
Fungi secara tradisional dianggap sebagai heterotrof, organisme yang hanya mengandalkan karbon
yang difiksasi oleh organisme lain untuk metabolisme. Fungi telah mengevolusikan fleksibilitas
metabolisme tingkat tinggi yang memungkinkan fungi menggunakan beragam substrat organik untuk
pertumbuhan, termasuk senyawa sederhana seperti nitrat, amonia, asetat, atau etanol.[68][69] Pada
beberapa spesies, pigmen melanin dapat berperan dalam mengekstraksi energi dari radiasi
pengion, seperti radiasi gama. Bentuk pertumbuhan "radiotrofik" ini telah dideskripsikan hanya untuk
beberapa spesies, efeknya pada laju pertumbuhan fungi kecil, dan proses biofisika dan biokimia
yang mendasarinya tidak diketahui dengan baik.[30] Proses ini mungkin mirip dengan fiksasi
CO2 menggunakan cahaya kasat mata, tetapi menggunakan radiasi pengion sebagai sumber
energi.[70]
Polyporus squamosus
Reproduksi fungi sangat kompleks, mencerminkan perbedaan gaya hidup dan susunan genetika
dalam kerajaan organisme yang beragam ini.[71] Diperkirakan sepertiga dari semua jamur
bereproduksi menggunakan lebih dari satu metode perbanyakan; misalnya, reproduksi dapat terjadi
dalam dua tahap yang terdiferensiasi dengan baik dalam siklus hidup suatu
spesies, teleomorf dan anamorf.[72] Kondisi lingkungan memicu keadaan perkembangan yang
ditentukan secara genetik yang mengarah pada terbentuknya struktur khusus untuk reproduksi
seksual atau aseksual. Struktur ini membantu reproduksi dengan menyebarkan spora
atau propagul yang mengandung spora secara efisien.
Reproduksi aseksual[sunting | sunting sumber]
Reproduksi aseksual terjadi melalui spora vegetatif (konidia) atau melalui fragmentasi miselium.
Fragmentasi miselium terjadi ketika miselium fungi terpisah menjadi beberapa bagian, dan setiap
bagian tumbuh menjadi miselium terpisah. Fragmentasi miselium dan spora vegetatif
mempertahankan populasi klon yang teradaptasi dengan relung tertentu, dan memungkinkan
penyebaran yang lebih cepat daripada reproduksi seksual.[73] "Fungi imperfecti" (fungi yang tidak
memiliki tahap sempurna atau seksual) atau Deuteromycota terdiri dari semua spesies yang tidak
memiliki siklus seksual yang dapat diamati.[74] Deuteromycota bukan klad taksonomi yang diterima,
dan sekarang dianggap hanya berarti fungi yang tidak memiliki tahap seksual yang diketahui.
Reproduksi seksual[sunting | sunting sumber]
Lihat pula: Perkawinan pada fungi dan Seleksi seksual pada fungi
Reproduksi seksual dengan meiosis telah diamati secara langsung di semua filum fungi
kecuali Glomeromycota[75] (analisis genetik menunjukkan mungkin meiosis juga terjadi di
Glomeromycota). Ini berbeda dalam banyak aspek dari reproduksi seksual pada hewan atau
tumbuhan. Perbedaan juga ada antara kelompok-kelompok fungi dan dapat digunakan untuk
membedakan spesies dengan perbedaan morfologis dalam struktur seksual dan strategi
reproduksi.[76][77] Percobaan kawin antara isolat fungi dapat mengidentifikasi spesies berdasarkan
konsep spesies biologis.[77] Kelompok-kelompok fungi utama awalnya dideskripsikan berdasarkan
morfologi struktur dan spora seksualnya; misalnya, struktur yang mengandung
spora, askus dan basidium, dapat digunakan dalam identifikasi Ascomycota dan Basidiomycota,
berturut-turut. Fungi menggunakan dua sistem perkawinan: spesies heterotalik memungkinkan
perkawinan hanya antara individu-individu dari tipe kawin yang berlawanan, sedangkan
spesies homotalik dapat kawin, dan bereproduksi secara seksual, dengan individu lain atau dirinya
sendiri.[78]
Kebanyakan fungi memiliki tahap haploid dan diploid dalam siklus hidupnya. Dalam fungi yang
bereproduksi secara seksual, individu yang cocok dapat bergabung dengan menggabungkan hifa
mereka bersama-sama ke dalam jaringan yang saling berhubungan; proses ini, anastomosis,
diperlukan untuk inisiasi siklus seksual. Banyak Ascomycota dan Basidiomycota melewati
tahap dikariotik, di mana inti yang diwarisi dari dua orang tua tidak bergabung segera setelah fusi
sel, tetapi tetap terpisah dalam sel-sel hifa (lihat heterokariosis).[79]
Askus yang berisi 8 spora dari Morchella elata, dilihat dengan mikroskop fase kontras
Pada Ascomycota, hifa dikariotik dari himenium (lapisan jaringan yang mengandung spora)
membentuk kait (hook) yang khas pada septum hifa. Selama pembelahan sel, pembentukan kait
memastikan distribusi yang tepat dari inti yang baru membelah ke kompartemen hifa apikal dan
basal. Askus kemudian dibentuk, di mana kariogami (fusi inti) terjadi. Askus tertanam di
dalam askokarp, atau tubuh buah. Kariogami dalam askus segera diikuti oleh meiosis dan
produksi askospora. Setelah menyebar, askospora dapat berkecambah dan membentuk miselium
haploid baru.[80]
Reproduksi seksual pada Basidiomycota mirip dengan Ascomycota. Hifa haploid yang cocok
menyatu untuk menghasilkan miselium dikariotik. Namun, fase dikariotik lebih banyak di
Basidiomycota, seringkali juga terdapat dalam miselium yang tumbuh secara vegetatif. Struktur
anatomi khusus, yang disebut clamp connection, dibentuk pada setiap septum hifa. Seperti halnya
kait pada Ascomycota yang serupa secara struktural, clamp connection pada Basidiomycota
diperlukan untuk transfer nukleus yang terkendali selama pembelahan sel, untuk mempertahankan
tahap dikariotik dengan dua nukleus yang berbeda secara genetik di setiap kompartemen
hifa.[81] Sebuah basidiokarp terbentuk yang di dalamnya terdapat struktur seperti gada yang dikenal
sebagai basidium yang menghasilkan basidiospora haploid setelah karyogami dan
meiosis.[82] Basidiokarp yang paling dikenal adalah jamur, tetapi basidiokarp juga dapat berbentuk
lain (lihat bagian Morfologi).
Pada fungi yang dulunya diklasifikasikan sebagai Zygomycota, hifa haploid dari dua individu
melebur, membentuk gametangium, struktur sel khusus yang menjadi sel penghasil gamet yang
subur. Gametangium berkembang menjadi zigospora, spora berdinding tebal yang dibentuk oleh
penyatuan gamet. Ketika zigospora berkecambah, ia mengalami meiosis, menghasilkan hifa haploid
baru, yang kemudian dapat membentuk sporangiospora aseksual. Sporangiospora ini
memungkinkan fungi menyebar dengan cepat dan bertunas menjadi miselia fungi haploid baru yang
identik secara genetik.[83]
Penyebaran spora[sunting | sunting sumber]
Baik spora atau sporangiospora aseksual dan seksual seringkali secara aktif disebarkan melalui
penyemburan paksa dari struktur reproduksinya. Penyemburan ini memastikan keluarnya spora dari
struktur reproduksi serta perjalanan jarak jauh melalui udara.
Mekanisme mekanis dan fisiologis khusus, serta struktur permukaan spora (seperti hidrofobin),
memungkinkan ejeksi spora yang efisien.[84] Misalnya, sel yang mengandung spora pada beberapa
spesies Ascomycota memiliki struktur yang menyebabkan penumpukan zat-zat yang mempengaruhi
volume sel dan keseimbangan cairan, memungkinkan pelepasan spora yang eksplosif ke
udara.[85] Penyemburan paksa spora tunggal yang disebut balistospora melibatkan pembentukan
setetes air (tetes Buller), yang ketika menyentuh spora menyebabkan pelepasan proyektil dengan
percepatan awal lebih dari 10.000 g;[86] hasil akhirnya adalah bahwa spora dikeluarkan sejauh 0,01-
0,02 cm, jarak yang cukup untuk jatuh melalui insang atau pori-pori ke udara di bawah.[87] Jamur lain,
seperti puffball, mengandalkan mekanisme alternatif untuk melepaskan spora, seperti gaya mekanis
eksternal. Jamur sarang burung menggunakan gaya dari tetesan air yang jatuh untuk melepaskan
spora dari tubuh buah berbentuk cangkir.[88] Strategi lain terdapat di stinkhorn, fungi dengan warna-
warna cerah dan bau busuk yang menarik serangga untuk menyebarkan sporanya.[89]
Cara penyebaran spora yang paling umum adalah oleh angin – spesies yang menggunakan bentuk
dispersi ini seringkali menghasilkan spora kering atau hidrofobik yang tidak menyerap air dan mudah
tersebar oleh tetesan hujan, misalnya. Sebagian besar spesies fungi yang diteliti menghasilkan
spora yang dibawa oleh angin.[90][91]
Proses seksual lainnya[sunting | sunting sumber]
Selain reproduksi seksual biasa dengan meiosis, fungi tertentu, seperti pada
genera Penicillium dan Aspergillus, dapat bertukar material genetik melalui proses paraseksual,
yang dimulai oleh anastomosis antara hifa-hifa dan plasmogami sel-sel jamur.[92] Frekuensi dan
kepentingan relatif dari kejadian paraseksual tidak jelas dan mungkin lebih rendah dari proses
seksual lainnya. Proses paraseksual diketahui berperan dalam hibridisasi intraspesifik[93] dan
kemungkinan diperlukan untuk hibridisasi antar spesies, yang telah dikaitkan dengan peristiwa besar
dalam evolusi fungi.[94]
Zygomycetes
Ascomycetes
Basidiomycetes
Deuteromycetes
Lichenes
Pembagian di atas telah dianggap usang karena temuan-temuan terbaru membuat fungi diangkat
menjadi Kerajaan organisme (Regnum) tersendiri, dengan divisio/filum:
Filum Blastocladiomycota
Filum Chytridiomycota
Filum Glomeromycota
Filum Microsporidia
Filum Neocallimastigomycota
Subregnum: Dikarya (term. Deuteromycota), mencakup
Filum Ascomycota
Pezizomycotina
Saccharomycotina
Taphrinomycotina
Filum Basidiomycota
Agaricomycotina
Pucciniomycotina
Ustilaginomycotina
Subfilum incertae sedis (mencakup Dikarya yang belum
ditetapkan filumnya)
Entomophthoromycotina
Kickxellomycotina
Mucoromycotina
Zoopagomycotina
Deuteromycota menjadi kelompok bagi cendawan-
cendawan yang belum dapat digolongkan pada keempat
filum di atas (berstatus "tidak jelas", incertae sedis).
Lumut kerak atau Lichenes bukanlah individu, melainkan
bentuk simbiosis mutualisme yang erat antara cendawan
dan alga. Meskipun demikian, penamaan khusus sering
diberikan karena kepentingan praktis dalam terapan,
misalnya farmasi.
Kembangkan
Kingdom Fungi
Kembangkan
Eukaryota
Kategori:
Semua regnum 'fungi'
Fungi
Biologi
Menu navigasi
Belum masuk log
Pembicaraan
Kontribusi
Buat akun baru
Masuk log
Halaman
Pembicaraan
Baca
Sunting
Sunting sumber
Versi terdahulu
Lainnya
Pencarian
Cari Lanjut
Halaman Utama
Perubahan terbaru
Peristiwa terkini
Halaman baru
Halaman sembarang
Komunitas
Warung Kopi
Portal komunitas
Bantuan
Wikipedia
Tentang Wikipedia
Pancapilar
Kebijakan
Menyumbang
Hubungi kami
Bak pasir
Bagikan
Facebook
Twitter
Dalam proyek lain
Wikimedia Commons
Wikispecies
Cetak/ekspor
Buat buku
Unduh versi PDF
Versi cetak
Perkakas
Pranala balik
Perubahan terkait
Halaman istimewa
Pranala permanen
Informasi halaman
Item di Wikidata
Kutip halaman ini
Pranala menurut ID
Bahasa lain
Deutsch
English
हिन्दी
Jawa
Bahasa Melayu
Português
Sunda
Татарча/tatarça
中文
158 lagi
Sunting interwiki
Halaman ini terakhir diubah pada 10 Februari 2020, pukul 14.19.
Teks tersedia di bawah Lisensi Atribusi-BerbagiSerupa Creative
Commons; ketentuan tambahan mungkin berlaku. Lihat Ketentuan
Penggunaan untuk lebih jelasnya.
Kebijakan privasi
Tentang Wikipedia
Penyangkalan
Pengembang
Statistics
Pernyataan kuki
Tampilan seluler