Anda di halaman 1dari 2

MEMAKNAI IBADAH

Kalian tentu sudah tidak asing ketika kalian mendengar kata ibadah. Seluruh umat tentu
mengenal hal tersebut. Bahkan umat muslim melakukan hal itu setiap sehari, setiap
waktu, setiap saat.
Tapi, dari sekian banyak orang yang melakukan ibadah, hanya beberapa diantara mereka
saja yang mampu memaknainya. Hanya segelintir orang saja yang bisa merasakan betapa
nikmatnya ibadah itu.
Sekarang, seperti biasa aku akan berbagi cerita perihal judul yang kucantumkan saat ini.
Semoga bermanfaat :)
.
.
Bandung, 22 Juli 2017
Seseorang tentu pernah mengalami masa naiknya iman yaitu waktu dimana kita merasa
sedang benar-benar dekat dengan-Nya, sedang sangat bersemangat dalam melaksanakan
semua perintah-Nya. Dan ketika kita berbicara naiknya iman tentu ada yang namanya
turunnya iman. Dan biasanya disaat itu orang-orang merasa bosan dengan semua
rutinitas mereka. Sehingga, nikmatnya ibadah perlahan tidak dirasakannya lagi,
semangat yang semula tak terhingga akan menjadi tak tersisa.
Pernah suatu ketika ada seorang pemuda yang merasa bahwa imannya sedang turun.
Tapi hebatnya, pemuda itu memiliki kegiatan andalan yang biasa ia lakukan ketika
mengalami hal tersebut. Tanpa menunggu lama, ia langsung pergi ke masjid untuk
menemui gurunya dan menceritakan kondisinya.
Saat pemuda itu sudah ada di masjid dan bercerita pada gurunya, gurunya pun langsung
menganggukan kepalanya beberapa kali sebagai pertanda bahwa ia paham. Kemudian,
disentuhlah bahu pemuda yang sedang menunduk saat itu.
“Apa kamu lihat pemuda di seberang sana? Menurutmu kenapa ia melakukan hal itu?”
Sang guru menunjuk seorang pemuda yang sedang bersujud akan tetapi bahunya
bergetar. Dan dari bahunya tersebut ia itu tahu bahwa pemuda itu sedang menangis
dalam sujud.
“Aku tidak tahu pasti ustadz. Tapi menurutku ada dua hal yang bisa menyebabkan
seseorang menangis ketika bersujud. Pertama, ia sedang bersyukur pada-Nya atas segala
nikmat yang telah diberikan. Kedua, ia merasa sudah melakukan kesalahan sehingga ia
menangis untuk memohon ampun pada-Nya”
“Itu berarti sujudnya pemuda itu memiliki sebuah makna kan? Ia tidak hanya sekedar
menempelkan wajahnya ke tempat sujud, ia tidak hanya mengucapkan bacaan sujud di
mulutnya. Tetapi ia menganggap bahwa sujud adalah waktu yang paling tepat untuk
mencurahkan segala isi hati pada Sang Pemilik Hati. Nah sekarang ustadz kembali
bertanya padamu, Nak. Apa makna ibadah menurutmu?”
Pemuda itu tidak menjawab. Lalu gurunya pun melanjutkan bicaranya.
“Jangan menganggap ibadah sebagai rutinitas tanpa makna. Jadikan ibadah itu sebagai
suatu kegiatan yang penuh makna sehingga kau tidak akan pernah bosan dalam
melakukannya”
.
.
Kawan, mari kita sama-sama memaknai ibadah kita. Ibadah itu sungguh nikmat kawan,
percayalah. Dan beruntung kita masih bisa melaksanakan ibadah dimana pun dan kapan
pun. Coba bayangkan ketika kita mengalami hal yang sama seperti rakyat di palestina.
Jangankan untuk beribadah dengan bebas, untuk sekedar mengumandangkan azan pun
mereka sudah tidak diperbolehkan. :’)

Anda mungkin juga menyukai