Bab 9 Diversity and Intercultural Communication
Bab 9 Diversity and Intercultural Communication
Budaya merupakan apa yang dipelajari secara merata oleh orang-orang dari kelompok yang
sama.
Komunikasi antar budaya adalah bagaimana seorang individu berasumsi tentang individu
lainnya yang memiliki budaya berbeda daam satu grup, memahami dan menginterpretasikan
dalam bentuk komunikasi.
Ada enam lapisan budaya menurut Greet Hofsede:
1. Tingkatan nasonal: berdasarkan suatu negara
2. Tingkatan daerah, dan/ suku etnik, dan/ agama, dan/bahasa.
3. Tingkatan perbedaan jenis kelamin
4. Tingkatan generasi: orang tua dan anak-anak
5. Tingkatan sosial: pendidikan dan perkerjaan atau profesi
6. Tingkatan organisasi atau perusahaan.
Enam variabel utama untuk memahami komunikasi antar budaya:
1. Konteks; high context adalah penyajian pesan komunikasi tidak secara eksplisit, tidak
fokus ke persoalan dan terlalu banyak basa-basi. Singkatnya tidak mengungkapkan
secara terbuka apa yang menjadi masalah. Sedangkan low context sebaliknya,
menyajikan pesan secara eksplisit, biacar langsung, lugas dan berterus terang.
2. Information flow; aliran informasi mempengaruhi pendekatan individu dalam
pertukaran informasi baik antar individu maupun tingkat organisasi.
3. Time; Polikronik adalah orang-orang yang memandang kalau waktu merupakan suatu
putaran dan akan terulang lagi, biasanya tipe orang dengan pemikiran santai.
Monokronik adalah orang yang percaya konsep waktu yang berjalan lurus dan
menggunakan waktu sebaik mungkin dan tidak ingin membuangnya dengan sia-sia,
time is money!
4. Language; bahasa tidak bisa dipisahkan dari budaya karena bahasa merupakan
pengaruh utama dalam suatu budaya.
5. Power and equality; adanya istilah power distance yang merupakan konsep yang
merefleksikan derajat sebuah kebudayaan dan hubungan antarmanusia yang ditata
berdasarkan ‘jarak kekuasaan’ (sejauh mana sebuah kebudayaan mengajarkan
anggotanya ‘menguasai’ orang dari kebudayaan lain, dan sebaliknya), dan sedikit
menghormati otoritas, memandang bahwa semua orang sama.
6. Collectivism and individualism; individualism sering diartikan sebagai suatu kultur
nasional dimana seseorang lebih suka bertindak sebagai individu/perseorangan
daripada berkelompok. Sedangkan collectivism lebih mengutamakan kerjasama
diantara kelompok.
7. Spiritually and tradition; kontrol dan nilai dalam diri individu atau luar, sifat melayani
manusia atau dalam hubungan simbiosis.
Pendekatan untuk menghubungkan dan berkomunikasi lintas budaya;
1. Terbuka dan respectfull.
2. Tahu kebiasaan sosial.
3. Mempelajari sebanyak banyaknya tentang budaya, sejarah, orang, dan bahkan
bahasanya.
4. dapatkan petunjuk dan feedback dari anggota budaya tersebut.
5. Sabar, fleksibel, dan menilai waktu yang dibutuhkan untuk membangun hubungan.
6. Menjaga selera humor.
Bab 10 High-performing team leadership
Real team;
-keterampilan komplementer (pemecahan masalah, teknikal/fungsional, interpersonal)
- akuntablitas (mutual, individual, small number of people)
- komitmen (tujuan yang spesifik, pendekatan yang sama, tujuan yang meaningful)
Tujuan dan ekspektasi yang tidak jelas -> buat agenda yang jelas dan output yang dihasilkan
serta review agenda di awal pertemuan.
Ketidakjelasan peran dan tanggung jawab -> komunikasikan atau menyusun peran da
tanggung jawab diawal pertemuan
Bingung antara proses dan isi -> ketika kebingungan cek kembali prosesnya
Keluar dari topik -> stop dan putuskan kapan akan disikusikan lai, setelah meeting atau di
meeting selanjutnya
Kebanyakan data -> pastikan semua org menerima handsout yang sama, membuat data yang
simple untuk meeting, jangan sertakan data yang tidak relefan dengan tujuan meeting.
Pengulagan dan berputar-putar -> kontrol diskusi agar tetap berjalan sesuai tujuan
Pelanggaran waktu -> mulai on time, menggunakan time keeper.
Dua masalah umum yang jga kerap terjadi: komentar negatif tanpa alasan yang jelas dan
penolakan terhadap ide.
Compromising
Competing
Avoiding
Accomodating
Dealing with cultural and personality difference (Context, information flow, time, language, power)
Fayol: pendekatan atas-kebawah, dan manajemen memiliki lima fungsi, merencanakan, megatur,
memerintah, mengkoordinasi, dan mengotrol .
Weber: ada tiga jenis kekuatan dalam organisasi, (1) kekuasaan tradisional, (2) kekuasaan karismatim,
(3) kekuasan birokrasi.