Anda di halaman 1dari 7

NAMA :JANNATA RIZKY (1803120138)

LOKAL :D
MK :KEMUHAMMADIYAHAN

SEJARAH KEMUHAMMADDIYAHAN
Muhammadiyah merupakan salah satu orgnisasi Islam pembaharu di Indonesia. Gerakan
Muhammadiyah yang dibangun oleh K.H. Ahmad Dahlan sesungguhnya merupakan salah satu
mata rantai yang panjang dari gerakan pembaharuan Islam yang dimulai sejak tokoh pertamanya,
yaitu Ibnu Taimiyah, Ibnul Qayyim al-Jauziyah, Muhammad bin Abdul Wahab, Sayyid
Jamaludin al-Afghani, Muhammad Abduh, Rasyid Ridha, dan sebagainya. Pengaruh gerakan
pembaharuan tersebut terutama berasal dari Muhammad Abduh melalui tafsirnya, al-Manar,
suntingan dari Rasyid Ridha serta majalah al-Urwatul Wustqa.

 TOKOH PENDIRINYA
Pendiri Muhammadiyah adalah K.H. Ahmad Dahlan. Ia lahir di Kampung Kauman,
Yogyakarta, tahun 1868 M dengan nama Muhammad Darwis. Ayahnya adalah K.H.
Abubakar, seorang Khotib masjid Besar Kesultanan Yogyakarta, yang apabila dilacak
silsilahnya sampai kepada Maulana Malik Ibrahim. Ibunya bernama Siti Aminah, putri K.H.
Ibrahim, Penghulu kesultanan Yogyakarta. Jadi, kedua orang tua K.H. Ahmad Dahlan juga
merupakan keturunan ulama. Meskipun Muhammad Darwis berasal dari kalangan keluarga
yang cukup terkemuka, tetapi ia tidak sekolah di Gubernemen (waktu itu), melainkan diasuh
dan dididik mengaji Alquran dan dasar-dasar ilmu agama Islam oleh ayahnya sendiri di
rumah. Hal itu karena pada waktu itu ada suatu pendapat umum bahwa barangsiapa memasuki
sekolah Gubernemen, maka dianggap kafir atau Kristen. Pada usia delapan tahun ia telah
lancar membaca Alquran hingga khatam. Kemudian ia belajar fikih kepada K.H. Muhammad
Shaleh, dan nahwu kepada K.H. Muhsin. Keduanya adalah kakak ipar Muhammad Darwis
sendiri. Ia juga berguru kepada K.H. Muhammad Nur dan K.H. Abdul Hamid dalam berbagai
ilmu.

Pada tahun 1889 M ia dinikahkan dengan saudara sepupunya, Siti Walidah, putri K.H.
Muhammad Fadil, Kepala Penghulu Kesultanan Yogyakarta. Beberapa bulan setelah
pernikahannya, atas anjuran ayah bundanya, Muhammad Darwis menunaikan ibadah haji. Ia
tiba di Mekah pada bulan Rajab 1308 H (1890 M). Setelah menunaikan umrah, Ia
bersilaturahmi dengan para ulama, baik dari Indonesia maupun Arab. Di antaranya, ia
mendatangi ulama mazhab Syafi'i Bakri Syata' dan mendapat ijazah nama Haji Ahmad
Dahlan. Ia telah berganti nama, dan juga bertamabah ilmunya. Sepulang dari ibadahnya itu, ia
membantu ayahnya mengajar santri-santri remaja. Sehingga, ia mendapat sebutan K.H.
Ahmad Dahlan.

Pada tahun 1896 M ia diangkat menjadi khotib di masjid Besar oleh kesultanan Yogyakarta
dengan gelar "khotib amin". Ia juga berdagang batik ke kota-kota di Jawa. Ia pernah diberi
modal oleh orang tuanya sebanyak F. 500,- pada tahun 1892, tetapi sebagian besar digunakan
untuk membeli kitab-kitab Islam. Dalam perjalanan dagang itu, ia selalu bersilaturahmi
kepada para ulama setempat dan membicarakan perihal agama Islam dan masyarakatnya.
Perjalanan demikian bertujuan untuk mempelajari sebab-sebab kemunduran kaum muslimin
dan mencari jalan keluar untuk mengatasinya.
Tahun 1909 K.H. Ahmad Dahlan bertemu dengan Dr. Wahidin Sudirohusodo di Ketandan,
Yogyakarta. Ia menanyakan berbagai hal tentang perkumpulan Budi Utomo dan tujuannya.
Setelah mendengarkan penjelasan darinya, ia ingin bergabung dengan organisasi tersebut. Ia
mulai belajar berorganisasi. Pada tahun 1910, ia pun menjadi anggota ke-770 perkumpulan
Jami'at Khair Jakarta. Ia tertarik kepada organisasi ini karena organisasi ini telah lebih awal
membangun sekolah-sekolah agama dan bahasa Arab, disamping bergerak dalam bidang
sosial dan giat membina hubungan dengan pemimpin-pemimpin di negara-negara Islam yang
telah maju. Dari pengalamannnya yang ia dapatkan, ia menyadari bahwa usaha perbaikan
masyarakat itu tidak mudah jika dilaksanakan sendirian, melainkan dengan berorganisasi
bekerja sama dengan banyak orang.

 BERDIRINYA MUHAMMADIYAH
Suatu ketia Ia menyampaikan usaha pendidikan setalah selesai menyampaikan santapan
rohani pada rapat pengurus Budi Utomo cabang Yogyakarta. Ia menyampaikan keinginan
mengajarkan agama Islam kepada para siswa Kweekschool Gubernamen Jetis yang dikepalai
oleh R. Boedihardjo, yang juga pengurus Budi Utomo. Usul itu disetujui, dengan syarat di
luar pelajaran resmi. Lama-lama peminatnya banyak, hingga kemudian mendirikan sekolah
sendiri. Di antara para siswa Kweekschool Jetis ada yang memperhatikan susunan bangku,
meja, dan papan tulis. Lalu, mereka menanyakan untuk apa, dijawab untuk sekolah anak-anak
Kauman dengan pelajaran agama Islam dan pengetahuan sekolah biasa. Mereka tertarik
sekali, dan akhirnya menyarankan agar penyelelenggaraan ditangani oleh suatu organisasi
agar berkelanjutan sepeninggal K.H. Ahmad Dahlan kelak.

Sebenarnya, mengenai pendirian sekolah itu telah dibicarakan dan dibantu oleh pengurus
Budi Utomo. Setelah pelaksanaan penyelenggaraan sekolah itu sudah mulai teratur, kemudian
dipikirkan tentang organisasi pendukung terselenggaranya kegiatan sekolah itu. Dipilihlah
nama "Muhammadiyah" sebagai nama organisasi itu dengan harapan agar para anggotanya
dapat hidup beragama dan bermasyarakat sesuai dengan pribadi Nabi Muhammad Shallallahu
'alaihi wa sallam. Penyusunan anggaran dasar Muhamadiyah banyak mendapat bantuan dari
R. Sosrosugondo, guru bahasa Melayu Kweekschool Jetis. Rumusannya dibuat dalam bahasa
melayu dan Belanda. Kesepakatan bulat pendirian Muhamadiyah terjadi pada tanggal 18
November 1912M atau 8 Dzulhijjah 1330 H. Tgl 20 Desember 1912 diajukanlah surat
permohonan kepada Gubernur Jenderal Hindia Belanda, agar perserikatan ini diberi izin resmi
dan diakui sebagai suatu badan hukum. Setelah memakan waktu sekitar 20 bulan, akhirnya
pemerintah Hindia Belanda mengakui Muhammadiyah sebagai badan hukum, tertung dalam
Gouvernement Besluit tanggal 22Agustus 1914, No. 81, beserta alamporan statuennya.

 ARTI MUHAMMADIYAH
Arti Bahasa (Etimologis)
Muhamadiyah berasal dari kata bahasa Arab "Muhamadiyah", yaitu nama nabi dan rasul
Allah yang terkhir. Kemudian mendapatkan "ya" nisbiyah, yang artinya menjeniskan. Jadi,
Muhamadiyah berarti "umat Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam" atau "pengikut
Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam", yaitu semua orang Islam yang mengakui dan
meyakini bahwa Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam adalah hamba dan pesuruh
Allah yang terakhir.
Arti Istilah (Terminologi)
Secara istilah, Muhamadiyah merupakan gerakan Islam, dakwah amar makruf nahi munkar,
berakidah Islam dan bersumber pada Alquran dan as-Sunnah, didirikan oleh K.H. Ahmad
Dahlan pada tanggal 8Dzulhijjah 1330 H, bertepatan 18November 1912 Miladiyah di kota
Yogyakarta. Gerakan ini diberi nama Muhammadiyah oleh pendirinya dengan maksud untuk
berpengharapan baik, dapat mencontoh dan meneladani jejak perjuangan Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wa sallam dalam rangka menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam,
semata-mata demi terwujudnya 'Izzul Islam wal Muslimin, kejayaan Islam sebagai realita dan
kemuliaan hidup umat Islam sebagai realita.

 MAKSUD DAN TUJUAN MUHAMMADIYAH


Rumusan maksud dan tujuan Muhammadiyah sejak berdiri hingga sekarang ini telah
mengalami beberapa kali perubahan redaksional, perubahan susunan bahasa dan istilah.
Tetapi, dari segi isi, maksud dan tujuan Muhammadiyah tidak berubah dari semulaPada waktu
pertama berdirinya Muhamadiyah memiliki maksud dan tujuan sebagi berikut: Menyebarkan
pengajaran Kanjeng Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam kepada penduduk bumi-
putra, di dalam residensi Yogyakarta. Memajukan hal agama Islam kepada anggota-
anggotanya.Hingga tahun 2000, terjadi tujuh kali perubahan redaksional maksud dan tujuan
Muhamadiyah. Dalam muktamarnya yang ke-44 yang diselenggarakan di Jakarta bulan Juli
2000 telah ditetapkan maksud dan tujuan Muhamadiyah, yaitu Menegakkan dan menjunjung
tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat utama, adil dan makmur yang diridhai
Allah Subhanahu wa Ta'ala.

 AMAL USAHA MUHAMMADIYAH


Usaha yang pertama melalui pendidikan, yaitu dengan mendirikan sekolah Muhammadiyah.
Selain itu juga menekankan pentingnya pemurnian tauhid dan ibadah, seperti:
Meniadakan kebiasaan menujuhbulani (Jawa: tingkeban), yaitu selamatan bagi orang yang
hamil pertama kali memasuki bulan ke tujuh. Kebiasaan ini merupakan peninggalan dari adat-
istiadat Jawa kuno, biasanya diadakan dengan membuat rujak dari kelapa muda yang belum
berdaging yang dikenal dengan nama cengkir dicampur dengan berbagai bahan lain, seperti
buah delima, buah jeruk, dan lain-lain. Masing-masing daerah berbeda-beda cara dan macam
upacara tujuh bulanan ini, tetapi pada dasarnya berjiwa sama, yaitu dengan maksud
mendoakan bagi keselamatan calon bayi yang masih berada dalam kandungan itu.

Menghilangkan tradisi keagamaan yang tumbuh dari kepercayaan Islam sendiri, seperti
selamatan untuk menghormati Syekh Abdul Qadir Jaelani, Syekh Saman, dll yang dikenal
dengan manakiban. Selain itu, terdapat pula kebiasaan membaca barzanji, yaitu suatu karya
puisi serta syair-syair yang mengandung banyak pujaan kepada Nabi Muhammad Shallallahu
'alaihi wa sallam yang disalahartikan. Dalam acara-acara semacam ini, Muhammadiyah
menilai, ada kecenderungan yang kuat untuk mengultusindividukan seornag wali atau nabi,
sehingga hal itu dikhawatirkan dapat merusak kemurnian tauhid. Selain itu, ada juga acara
yang disebut "khaul", atau yang lebih populer disebut khal, yaitu memperingati hari dan
tanggal kematian seseorang setiap tahun sekali, dengan melakukan ziarah dan penghormatan
secara besar-besaran terhadap arwah orang-orang alim dengan upacara yang berlebih-lebihan.
Acara seperti ini oleh Muhammadiyah juga dipandang dapat mengeruhkan tauhid.

Bacaan surat Yasin dan bermacam-macam zikir yang hanya khusus dibaca pada malam Jumat
dan hari-hari tertentu adalah suatu bid'ah. Begia ziarah hanya pada waktu-waktu tertentu dan
pada kuburan tertentu, ibadah yang tidak ada dasarnya dalam agama, juga harus ditinggalkan.
Yang boleh adalah ziarah kubur dengan tujuan untuk mengingat adanya kematian pada setiap
makhluk Allah.

Mendoakan kepada orang yang masih hidup atau yang sudah mati dalam Islam sangat
dianjurkan. demikian juga berzikir dan membaca Alquran juga sangat dianjurkan dalam
Islam. Akan tetapi, jika di dalam berzikir dan membaca Alquran itu diniatkan untuk mengirim
pahala kepada orang yang sudah mati, hal itu tidak berdasa pada ajaran agama, oleh karena itu
harus ditinggalkan. Demikian juga tahlilan dan selawatan pada hari kematian ke-3, ke-7, ke-
40, ke-100, dan ke-1000 hari, hal itu merupakan bid'ah yang mesti ditinggalkan dari perbuatan
Islam. Selain itu, masih banyak lagi hal-hal yang ingin diusahakan oleh Muhammadiyah
dalam memurnikan tauhid.

 PERKEMBANGAN MUHAMMADIYAH
1. Perkembanngan secara Vertikal
Dari segi perkembangan secara vertikal, Muhammadiyah telah berkembang ke seluruh
penjuru tanah air. Akan tetapi, dibandingkan dengan perkembangan organisasi NU,
Muhammadiyah sedikit ketinggalan. Hal ini terlihat bahwa jamaah NU lebih banyak dengan
jamaah Muhammadiyah. Faktor utama dapat dilihat dari segi usaha Muhammadiyah dalam
mengikis adat-istiadat yang mendarah daging di kalangan masyarakat, sehingga banyak
menemui tantangan dari masyarakat.

2. Perkembangan secara Horizontal


Dari segi perkembangan secara Horizontal, amal usaha Muhamadiyah telah banyak
berkembang, yang meliputi berbagai bidang kehidupan. Perkembangan Muhamadiyah dalam
bidang keagamaan terlihat dalam upaya-upayanya, seperti terbentukanya Majlis Tarjih (1927),
yaitu lembaga yang menghimpun ulama-ulama dalam Muhammadiyah yang secara tetap
mengadakan permusyawaratan dan memberi fatwa-fatwa dalam bidang keagamaan, serta
memberi tuntunan mengenai hukum. Majlis ini banyak telah bayak memberi manfaat bagi
jamaah dengan usaha-usahanya yang telah dilakukan:

Memberi tuntunan dan pedoman dalam bidang ubudiyah sesuai dengan contoh yang telah
diberikan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Memberi pedoman dalam penentuan
ibadah puasa dan hari raya dengan jalan perhitungan "hisab" atau "astronomi" sesuai dengan
jalan perkembangan ilmu pengetahuan modern. Mendirikan mushalla khusus wanita, dan juga
meluruskan arah kiblat yang ada pada amasjid-masjid dan mushalla-mushalla sesuai dengan
arah yang benar menurut perhitungan garis lintang. Melaksanakan dan menyeponsori
pengeluaran zakat pertanian, perikanan, peternakan, dan hasil perkebunan, serta amengatur
pengumpulan dan pembagian zakat fitrah. Memberi fatwa dan tuntunan dalam bidang
keluarga sejahtera dan keluarga berencana. Terbentuknya Departemen Agama Republik
Indonesia juga termasuk peran dari kepeloporan pemimpin Muhammadiyah. Tersusunnya
rumusan "Matan Keyakinan dan Cita-Cita hidup Muhammadiyah", yaitu suatu rumusan
pokok-pokok agama Islam secara sederhana, tetapi menyeluruh.
Dalam bidang pendidikan, usaha yang ditempuh Muhammadiyah meliputi:

mendirikan sekolah-sekolah umum dengan memasukkan ke dalamnya ilmu-ilmu keagamaan,


dan mendirikan madrasah-madrasah yang juga diberi pendidikan pengajaran ilmu-ilmu
pengetahuan umum. Dengan usaha perpaduan tersebut, tidak ada lagi pembedaan mana ilmu
agama dan ilmu umum. Semuanya adalah perintah dan dalam naungan agama. Dalam bidang
kemasyarakatan, usaha-usaha yang telah dilakukan Muhammadiyah meliputi: Mendirikan
rumah-rumah sakit modern, lengkap dengan segala peralatan, membangun balai-balai
pengobatan, rumah bersalin, apotek, dan sebagainya. Mendirikan panti-panti asuhan anak
yatim, baik putra maupun putri untuk menyantuni mereka. Mendirikan perusahaan
percetakan, penerbitan, dan toko buku yang banyak memublikasikan majalah-majalah, brosur
dan buku-buku yang sangat membantu penyebarluasan paham-paham keagamaan, ilmu, dan
kebudayaan Islam. Pengusahaan dana bantuan hari tua, yaitu dana yang diberikan pada saat
seseorang tidak lagi bisa abekerja karena usia telah tua atau cacat jasmani.

Memberikan bimbingan dan penyuluhan keluarga mengenai hidup sepanjang tuntunan Ilahi.
Dalam bidang politik, usaha-usaha Muhammadiyah meliputi: Menentang pemerintah Hindia
Belanda yang mewajibkan pajak atas ibadah kurban. Hal ini berhasil dibebaskan.

Pengadilan agama di zaman kolonial berada dalam kekuasaan penjajah yang tentu saja
beragama Kristen. Agar urusan agama di Indonesia, yang sebagian besar penduduknya
beragama Islam, juga dipegang oleh orang Islam, Muhammadiyah berjuang ke arah cita-cita
itu.

Ikut memelopori berdirinya Partai Islam Indonesia. Pada tahun 1945 termasuk menjadi
pendukung utama berdirinya partai Islam Masyumi dengan gedung Madrasah Mu'alimin
Muhammadiyah Yogyakarta sebagai tempat kelahirannya. Ikut menanamkan rasa
nasionalisme dan cinta tanah air Indonesia di kalangan umat Islam Indonesia dengan
menggunakan bahasa Indonesia dalam tabligh-tablighnya, dalam khotbah ataupun tulisan-
tulisannya.

Pada waktu Jepang berkuasa di Indonesia, pernah seluruh bangsa Indonesia diperintahkan
untuk menyembah dewa matahari, tuhan bangsa Jepang. Muhammadiyah pun diperintah
untuk melakukan Sei-kerei, membungkuk sebagai tanda hormat kepada Tenno Heika, tiap-
tiap pagi sesaat matahari sedang terbit. Muhammadiyah menolak perintah itu. Ikut aktif dalam
keanggotaan MIAI (Majelis Islam A'la Indonesia) dan menyokong sepenuhnya tuntutan
Gabungan Politik Indonesia (GAPI) agar Indonesia mempunyai parlemen di zaman
penjajahan. Begitu juga pada kegiatan-kegiatan Islam Internasional, seperti Konferensi Islam
Asia Afrika, Muktamar Masjid se-Dunia, dan sebagainya, Muhammadiyah ikut aktif di
dalamnya.

Pada saat partai politik yang bisa amenyalurkan cita-cita perjuangan Muhammadiyah tidak
ada, Muhammadiyah tampil sebagai gerakan dakwah Islam yang sekaligus mempunyai fungsi
politik riil. Pada saat itu, tahun 1966/1967, Muhammadiyah dikenal sebagai ormaspol, yaitu
organisasi kemasyarakatan yang juga berfungsi sebagai partai politik.

Dengan semakin luasnya usaha-usaha yang dilakukan oleh Muhammadiyah, dibentuklah


kesatuan-kesatuan kerja yang berkedudukan sebagai badan pembantu pemimpin
persyarikatan. Kesatuan-kesatuan kerja tersebut berupa majelis-majelis dan badan-badan.
Selain majelis dan lembaga, terdapat organisasi otonom, yaitu organisasi yang bernaung di
bawah organisasi induk, dengan amasih tetap memiliki kewenangan untuk mengatur rumah
tangganya sendiri. Dalam persyarikatan Muhammadiyah, organisasi otonom (Ortom) ini ada
beberapa buah, yaitu:
'Aisyiyah
Nasyiatul 'Aisyiyah
Pemuda Muhammadiyah
Ikatan Remaja Muhammadiyah (IRM)
Ikatan Mahasiswa Muhamadiyyah (IMM)
Tapak Suci Putra Muhamadiyah
Gerakan Kepanduan Hizbul-Wathan
Organisasi-organisasi otonom tersebut termasuk kelompok Angkatan Muda Muhammadiyah
(AMM). Keenam organisasi otonom ini berkewajiban mengemban fungsi sebagai pelopor,
pelangsung, dan penyempurna amal usaha Muhammadiyah.

 PERIODE KEPEMIMPINAN MUHAMMADIYAH


K.H. Ahmad Dahlan (1912 - 1923)
K.H. Ibrahim (1923 - 1932)
K.H. Hisyam (1932 - 1936)
K.H. Mas Mansur (1936 - 1942)
Ki Bagus Hadikusumo (1942 -1953)
A.R. Sutan Mansyur (1952 -1959)
H.M. Yunus Anis (1959 - 1968)
K.H. Ahmad Badawi (1962 - 1968)
K.H. Fakih Usman/H.A.R. Fakhrudin (1968 - 1971)
K.H. Abdur Razak Fakhruddin (1971 - 1990)
K.H. A. Azhar Basyir, M.A. (1990 -1995)
Prof. Dr. H.M. Amien Rais/Prof. Dr. H.A. Syafi'i Maarif (1995 - 2000)
Prof. Dr. H.A. Syafi'i Maarif (2000 - 2005)

 KEYAKINAN DAN CITA-CITA HIDUP MUHAMMADIYAH


(Keputusan Tanwir tahun 1969 di Ponorogo)Muhammadiyah adalah gerakan berasas Islam,
bercita-cita dan bekerja untuk terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya, untuk
melaksanakan fungsi dan misi manusia sebagai hamba dan khalifah Allah di muka bumi.
Muhammadiyah berkeyakinan bahwa Islam adalah agama Allah yang diwahyukan kepada
rasul-Nya, sejak Nabi Adam, Ibrahim, Musa, Isa dan seterusnya sampai kepada Nabi
Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam, sebagai hidayah dan rahmat Allah kepada umat
manusia sepanjang masa dan menjamin kesejahteraan hidup materiil dan spirituil, duniawi
dan ukhrawi.
Muhammadiyah dalam mengamalkan Islam berdasarkan: Alquran: kitab Allah yang
diwahyukan kepada Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam. Sunnah Rasul: penjelasan
dan pelaksanaan ajaran-ajaran Alquran yang diberikan oleh Nabi Muhammad Shallallahu
'alaihi wa sallam dengan menggunakan akal pikiran sesuai dengan jiwa ajaran Islam.

Muhammadiyah bekerja untuk terlaksananya ajaran-ajaran Islam yang meliuti bidang-


bidang:
1.Akidah
2.Akhlak
3.Ibadah
4.Muamalah Duniawiyah

Muhammadiyah bekerja untuk tegaknya akidah Islam yang murni, bersih dari gejala-gejala
kemusyrikan, bid'ah, dan khurafat, tanpa mengabaikan prinsip toleransi menurut ajaran Islam.
Muhammadiyah bekerja untuk tegaknya nilai-nilai akhlak mulia dengan berpedoman kepada
ajaran-ajaran Alquran dan Sunnah Rasul, tidak bersendi kepada nilai-nilai ciptaan manusia.
Muhammadiyah bekerja untuk tegaknya ibadah yang dituntunkan oleh Rasulullah Shallallahu
'alaihi wa sallam tanpa tambahan dan perubahan dari manusia.
Muhammadiyah bekerja untuk tegaknya muamalat duniawiyat (pengolahan dunia dan
pembinaan masyarakat) dengan berdasarkan ajaran agama serta menjadikan semua kegiatan
dalam bidang ini sebagai ibadah kepada Allah SWT. Muhammadiyah mengajak segenap
lapisan bangsa Indonesia yang telah mendapat karunia Allah berupa tanah air yang
mempunyai sumber-sumber kekayaan, kemerdekaan bangsa dan negara Republik Indonesia
yang berfilsafat Pancasila, untuk berusaha bersama-sama menjadikan suatu negara yang adil,
makmur dan diridhai Allah SWT. Baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur.

Anda mungkin juga menyukai