Pressed
Pressed
net/publication/317184069
CITATIONS READS
0 30,818
1 author:
SEE PROFILE
All content following this page was uploaded by Riza Yonisa Kurniawan on 29 May 2017.
ABSTRACT
The purpose of this article is to identify the problems of education in Indonesia. By knowing the problems existing education
are expected to be made an appropriate policy to improve the quality and professionalism of teachers. Education as an open
system is not free of problems, both the problems micro and macro issues. Micro issues, the problems arising in the components
contained in the education itself as a system, among others, issues of curriculum, education, educational administration and
so on. Macro issues, namely the problems that arise in the education system as a system with other systems broader in all of
human life, among others, issues less inequality in education, low quality of education, issues of efficiency, relevance and
others. In connection with the problems that often occur in Indonesia, the teacher is considered as the source of these problems,
so as to identify educational problems we know where the real problems and seeks to provide solutions to these problems.
ABSTRAK
Tujuan artikel ini adalah untuk mengidentifikasi permasalahan pendidikan di Indonesia. Dengan mengetahui permasalahan
pendidikan yang ada diharapkan dapat dibuat suatu kebijakan yang sesuai untuk meningkatkan mutu dan profesionalisme
guru. Pendidikan sebagai suatu sistem terbuka tidak lepas dari masalah, baik masalah mikro ataupun masalah makro. Masalah
mikro, yaitu masalah yang timbul dalam komponen komponen yang terdapat dalam pendidikan itu sendiri sebagai suatu sistem,
antara lain masalah kurikulum, masalah pendidikan, administrasi pendidikan dan sebagainya. Masalah makro, yaitu masalah
yang muncul dalam pendidikan itu sebagai suatu sistem dengan sistem sistem lainnya yang lebih luas didalam seluruh
kehidupan manusia, antara lain masalah kurang meratanya pendidikan, rendahnya mutu pendidikan, masalah efisiensi,
relevansi dan lain lain. Berkaitan dengan permasalahan yang sering terjadi di Indonesia, guru dianggap sebagai sumber dari
permasalahan tersebut, sehingga dengan mengidentifikasi permasalahan pendidikan kita mengetahui letak permasalahan yang
sebenarnya dan berusaha untuk memberikan solusi dari permasalahan tersebut.
1415
Konvensi Nasional Pendidikan Indonesia (KONASPI) VIII Tahun 2016
pembuat kebijakan untuk menilai perbedaan sistem harus ditingkatkan, jumlah dan mutu buku juga
pendidikan di berbagai negara. harus ditingkatkan, alat bantu pengajaran pun harus
Sejalan dengan kondisi peringkat pendidikan ditingkatkan pula sehingga untuk meningkatkan
Indonesia dibandingkan negara-negara lain di dunia, mutu pendidikan tentu dibutuhkan juga peningkatan
banyak faktor yang menentukan keberhasilan dari biaya pendidikan bagi setiap murid.
peserta didik, mulai dari sarana dan prasarana Keempat ketidaktepatan hasil pendidikan.
sekolah, kondisi ekonomi orang tua, Peran Pendidik, Hasil pendidikan tidak lagi dapat memenuhi
lingkungan belajar, lingkungan keluarga, faktor kebutuhan individu dalam masyarakat dan
psikis dari peserta didik dan masih banyak faktor kebutuhan masyarakat karena tidak sesuai dengan
yang lainnya. Dari sekian banyak faktor yang sikap dan minat terhadap pekerjaan dan bayangan
mempengaruhi keberhasilan peserta didik yang tentangkedudukan yang diinginkan oleh individual.
paling berperan adalah pendidik dalam hal ini Kelima kelambatan dan ketidakefisienan
adalah guru. Guru yang notabene sebagai pengayom sistem pendidikan. Sistem pengelolaan kurikulum,
dan pemberi contoh bagi siswanya sangatlah penting metode mengajar, pola pola dan struktur pendidikan
sebagaimana diketahui bahwa semboyan guru guru memperlihatkan kelambanan dan
“digugu lan ditiru” yang artinya orang yang ketidakefisienan dalam menghadapi tuntutan yang
dipercaya dan diikuti sebagai teladan. Kepercayaan semakin meningkat, sesuai dengan kemajuan IPTEK
yang diberikan kepada guru inilah yang henkadnya dan kebutuhan masyarakat.
menjadi penyemangat dan stimulus agar guru selalu Sehingga dapat disimpulkan terdapat dua
meningkatkan mutu dan profesionalismenya. permasalahan utama yang menjangkiti dunia
Di dalam Undang-undang Nomor 14 Tahun pendidikan di Indonesia, yaitu: bagaimana seluruh
2005 tentang Guru dan Dosen, terdapat empat masyarakat bisa memanfaatkan peluang pendidikan
kompetensi dimana masing masing harus dimiliki dan bagaimana pendidikan bisa menyiapkan siswa
seorang guru. Komponen tersebut adalah dalam hal kemampuan dan skill yang siap untuk
kompetensi pedagogik, kepribadian, profesional, bersaing di dunia kerja.
dan kompetensi sosial. Berdasarkan data dari
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (2015) 2.2. Permasalahan Pokok Pendidikan di
uji kompetensi guru masih menunjukkan hasil yang Indonesia
kurang memuaskan dan masih perlu ditingkatkan
untuk menembus tujuan standar pelayanan Ada empat faktor sebagai poin penting dalam
pendidikan untuk kompetensi guru. Tujuan kaitannya dengan permasalahan pokok Pendidikan
penulisan ini adalah untuk mengidentifikasi di indonesia dan perlu segera untuk diselesaikan,
permasalahan pendidikan di Indonesia. yaitu:
1416
Konvensi Nasional Pendidikan Indonesia (KONASPI) VIII Tahun 2016
“Tiap-tiap warga negara RI mempunyai hak yang akses yang luas bagi masyarakat dalam menikmati
sama untuk diterima menjadi murid suatu sekolah kesempatan belajar.
jika syarat syarat yang ditetapkan untuk pendidikan Ada banyak cara dapat dilakukan
dan pengajaran pada sekolah tersebut terpenuhi”. pemerintah untuk mengatasi masalah pemerataan
Kemudian berkaitan dengan wajib belajar pendidikan. Mulai dari cara konvensional sampai
bab VI, pasal 10 ayat 1: dengan cara inovatif. Adapun untuk cara tradisonal
“semua anak yang sudah berumur 6 tahun berhak pemerintah dapat melakukan: Pertama dengan
dan yang sudah berumur 8 tahun diwajibkan membangun gedung sekolah dan ruang belajar dan
belajar di sekolah sedikitnya 6 tahun lamanya”. kedua memanfaatakan sekolah dengan sistem
double sift (siswa dibagi kelas pagi dan sore).
Pasal 10 Ayat 2 : “belajar di sekolah beragama Adapun cara kedua yaitu cara inovatif dengan
yangtelah mendapatkan pengakuan dari mentri membangun sistem pamong (pendidikan
agama dianggap telah memenuhi kewajiban bekerjasama dengan masyarakat), membangun
belajar” sekolah di daerah terpencil dan mengirimkan guru-
Urgensi pemerataan pendidikan menjadi isu guru untuk mendidik didaerah tersebut (pola SM3T),
yang menarik, karena apabila anak-anak yang pola pendekatan rumah (guru mendatangi rumah
seharusnya mengenyam pendidikan, di tingkat siswa), Program Kejar Paket, Pembelajaran jarak
sekolah dasar, maka siswa tersebut mempunyai jauh seperti yang diterapkan pada Universitas
kemampuan berupa membaca, menulis dan Terbuka.
berhitung. Dengan demikian ia mampu mengikuti Berkenaan dengan solusi di atas yang lebih
tidak akan tertinggal dengan kemajuan zaman, penting dan utama adalah bagaimana menumbuhkan
mereka menjadi mandiri dan tidak menjadi dan membangkitkan kemauan belajar dari peserta
penghambat dari pembangunan Indonesia. didik, baik masyarakat maupun keluarga yang
Pada tingkat pendidikan dasar, kebijakan kurang mampu supaya semangat dan terus terpacu
yang berkaitan dengan tersedianya akses pendidikan untuk membuat anak-anak mereka agar tetap bisa
yang mempertimbangkan aspek kuantitatif, sebab sekolah.
seluruh masyarakat perlu diberikan materi
pemahaman yang seimbang. Jika dilihat dengan 2.2.2. Masalah Mutu / Kualitas Pendidikan
seksama untuk jenjang pendidikan menengah Mutu pendidikan sangatlah luas
sampai dengan jenjang pendidikan tinggi, kebijakan cakupannya, banyak yang hanya melihat dari
pemerintah berkaitan dengan pembangunan kualitas luarannya. Apabila kita sadari proses belajar
kualitatif dan relevansi, yang berhubungan dengan yang baik akan menghasilkan luaran yang baik pula,
minat dan bakat siswa, dimana kebutuhan lapangan maka jika proses belajarnya kurang baik maka mutu
kerja dan untuk pengembangan kebudayaan, dan hasil yang diharapkan akan kurang baik juga. Jika
teknologi terbarukan. terjadi pembelajaran yang kurang optimal hal ini
Namun dalam perkembangan yang terjadi mengakibatkan nilai tes yang baik, sehingga bisa
pada dewasa ini, terjadi ketidak seimbangan antara dikatakan hasil belajar itu semu. Hal ini
jumlah lembaga pendidikan dengan peserta mengindikasikan terdapat masalah pada kualitas
didiknya, antara sekolah umum dan sekolah pendidikan yang berkaitan dengan “pemrosesan”
kejuruan pada masing masing tingkat satuan pembelajaran.
pendidikan, padahal sekolah kejuruan seharusnya Proses pembelajaran berjalan dengan baik
lebih banyak daripada sekolah umum karena apabila didukung oleh berbagai unsur pendidikan
pembangunan membutuhkan kader kader yang diantaranya tenaga pendidik, peserta didik, sarana
cerdas dan terampil, yang hal ini dapat ditangani pembelajaran, kurikulum bahkan lingkungan
melalui pendidikan kejuruan, dan ketidak sekitar. Sebagai contoh apabila unsur sarana yang
seimbangan juga terlihat pada adanya perbandingan ada di sekolah tersebut lengka, Sedangkan tenaga
jumlah yang mencolok antara SD, SMP dan SMA. pendidik kurang terampil , hal ini menyebabkan
Lembaga SD jauh lebih besar dibandingkan dengan kurang optimalnya proses pembelajaran dalam
jumlah lembaga SMP dan SMA. rangkan meningkatkan kualitas dan hasil belajar.
Di sisi lain adanya upaya untuk pemerataan Masalah mutu pendidikan berkaitan erat
pendidikan melalui pendidikan luar kelas dengan ketersediaan akses pada semua jenjang
berkembang cukup pesat, dalam hal ini ada dua pendidikan, yang mana kondisi di Indonesia masih
faktor yang menjadi pemicu hal tersebut. Pertama belum merata terutama di daerah pedesaan yang
perkembangan IPTEK yang memberikan alternatif masih rendah bila dibandingkan dengan di kota.
bagi masyarakat dan kedua konsep pendidikan (Meirawan, 2010: 126-127).
sepanjang hayat yang tidak membatasi usia dari Penelitian yang dilakukan Goldhaber and
peserta didik dan tidak terbatas pada dinding Anthony (2007) menyatakan bahwa peningkatan
ruangan kelas yang mana hal ini dapat memberi mutu guru dapat dilakukan dengan sistem sertifikasi
guru.
1417
Konvensi Nasional Pendidikan Indonesia (KONASPI) VIII Tahun 2016
Solusi yang bisa ditawarkan untuk sukar untuk dihindari, karena pemberharuaan
meningkatkan mutu pendidik diantaranya: (1) kurikulum adalah usaha untuk menyiapkan bahan
seleksi yang ketat untuk penerimaan mahasiswa dan kompetensi yang harus dimiliki oleh luaran
calon pendidik; (2) Pengembangan keteramilan supaya diterima pasar.
tenaga pendidik melalui pelatihan-pelatihan; (3)
penyempurnaan kurikulum yang materinya 2.2.4. Masalah Relevansi
disesuaikan dengan muatan lokal di daerah Masalah relevansi berkaitan erat dengan
setempat; (4) pengembangan sarana dan prasaran sistem pendidikan dan pembangunan secara umum
yang dapat menciptakan suasana belajar yang serta kepentingan perseorangan, masyarakat secara
nyaman; (5) penyempurnaan administrasi sekolah jangka pendek maupun jangka panjang. Masalah ini
sehingga dapat efisiensi anggaran; (6) membahas seberapa dalam sistem pendidikan bisa
pengorganisasian dalam rangka untuk menjaga menciptakan karya yang cocok dengan
kualitas penyelenggara pendidikan perlu ditetapkan keberlangsungan suatu proses pembangunan.
dengan didukung oleh lembaga yang sudah diberi Apabila sistem pendidikan menciptakan output yang
wewenang dalam menjamin mutu diantaranya dibutuhkan di semua lini pembanguanan, bisa
Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan, dari Badan berhubungan langsung ataupun tidak dengan
Akreditasi Nasional Sekolah Madrasah (BAN-SM) permintaan dunia kerja maka kualitas luaran yang
maupun dari lembaga independen. dipersyaratkan oleh lapangan kerja, maka tingkat
kebutuhan tersebut sesuai dengan yang dibangun
2.2.3. Masalah Efisiensi oleh lembaga.
Membahas tentang efisiensi dalam sistem Apabila dilihat dengan seksama, dalam
pendidikan dimana erat kaitannya dengan membangun sebuah sekolah pasti dilandaskan
pemanfaatan segala kekuatan yang dimiliki agar kebutuhan yang riil dan selaras dengan
tercapai misi yang rencanakan. Apabila dalam pembangunan nasional, dan meihat d=juga kearifan
penggunaanya hemat dan cermat maka bisa loka di masing-masing daerah (Idris, 1992:60)
disimpulkan bahwa tingkat efisiensinya tinggi. Pada umumnya kriteria relevansi yang
Tetapi apabila terjadi sebaliknya, maka efisiensinya disebutkan diatas cukup ideal apabila dihubungkan
dikatakan kurang. dengan keadaan yang ada di Indonesia dimana: (1)
Banyak para ahli yang berpendapat sistem kualitas lembaga pendidikan masih bervariasi; (2)
pendidikan Indonesia sudah bagus mengikuti Sistem pendidikan kita banyak yang menciptakan
perkembangan zaman dan teknonoli. Hanya saja ada output yang siap diterima di dunia kerja; (3) belum
beberapa area yang tidak bisa dijangkau oleh dimilikinya roadmap kebijakan kebutuhan tenaga
kebijakan pemerintah pusat. Kelemahan tersebut kerja yang mana dapat dipakai untuk menyiapkan
dapat dilihat dengan masih banyaknya murid yang lulusan yang bisa diterima di dunia kerja
mengalami DO, banyak peserta didik yang
seharusnya sekolah mereka bekerja untuk membantu 2.3. Permasalahan Guru dan Pemecahannya
kebutuhan orang tua. Adanya pembedaan kelas Paradigma sekolah sudah banyak
unggulan dengan kelas biasa, sehingga dibutuhkan berkembang dari dulu hingga saat ini. Dulu sebuah
suatu sistem yang menjadikan pendidikan lebih sekolah sudah bisa menjalankan kegiatan
efisien (Idris, 1992:60-61) pembelajaran apabila terdapat siswa, guru dan
Masalah ini meliputi : (1) kesenjangan antara ruangan untuk proses pembelajaran dengan
lulusan dan lapangan kerja, dimana lulusan atau peralatan dan sarpras seadanya. Guru juga dijadikan
angkatan kerja lebih tinggi dari lapangan pekerjaan sebagai sumber utama. Ia dijadikan sebagai sumber
sehingga banya yang tidak terserap; (2) Beberapa ilmu. Tugasnya mengalirkan pengetahuan ke siswa.
daerah masih banyak guru yang mengajar diluar Hal tersebut untuk saat ini sudah sudah tidak
bidang keahlianya dan sukarnya untuk membuat relevan dimana tugas guru sudah tidak menjadi
guru mau mengabdi di daerah perbatasan maupun penceramah yang harus selalu berdiri di depan siswa
yang minim akses ke kota juga kurangnya insentif dan menjelasakan materi semua. Melainkan peran
yang diberikan; (3) Pengembangan tenaga pendidik guru sudah berubah dimana tugsa guru menjadi
yang kurang cepat seperti perubahan kurikulum fasilitator, mediator motivator guna menumbuhkan
baru, sehingga banyak guru-guru yang belum siap kreativitas dan daya imajinasi yang bagus siswa.
menerima kurikulum baru; (4) Distribusi dan Peraturan menteri pendidikan dengan
penggunaan sarana pembelajaran bila tidak membangkitkan budaya baca patut diberi apresiasi
diimbangi dengan kemampuan yang handal dari dimana siswa pada jam pertama dianjurkan untuk
penggunanya mengakibatkan terjadi masalah di membaca buku bacaan apasaja. Sumber belajar bisa
lapangan. Kemudian perubahan kurikulum yang ditemukan dimana saja sehingga guru bukanlah
menyebabkan buka lama tidak terpakai. menjadi perpustakaan berjalan, proses mendapatkan
Semua ilustrasi di atas mengindikasikan pengetahuna bisa didapat dari siswa sendiri pada
bahwa pemborosan anggaran telah terjadi walaupun saat mereka mengakses informasi dari berbagai
1418
Konvensi Nasional Pendidikan Indonesia (KONASPI) VIII Tahun 2016
media yang ada mulai dari lingkungan sekitar metode pembelajaran dan mengetahui bahan ajar
maupun melalui internet. Sebagaimana pendapat serta pengelolaan kelas.
Cornelius (dalam Sadler 2013) yang
mengungkapkan bahwa “alam adalah buku besar 3. PENUTUP
yang sangat lengkap isinya”. 3.1 Simpulan
Masalah penempatan guru, khususnya dalam Berdasarkan Pemaparan di atas dapat
penempatan studi, sering mengalami permasalahan disimpulkan bahwa ada empat poin yang dapat
yaitu guru ditempatkan tidak sesuai dengan diuraikan berkaitan dengan identifikasi
bidangnya. Sebagai contoh ada sekolah yang permasalahan pendidikan. Pertama masalah
diberikan guru baru tetapi untuk mata pelajaran yang pemerataan pendidikan, masalah kualitas
bersangkutan sudah penuh dan beliau harus pendidikan, masalah efisiensi dan masalah relvansi.
mengajar mata pelajaran lain diluar keahliannya. Dengan mengetahui faktor permasalahan
Ada juga guru yang merangkap mengajar misalnaya pendidikan tersebut ada beberapa solusi yang
guru Matematika juga mengajar kesenian. Dalam hal ditawarkan untuk meningkatkan mutu dan
ini, seorang guru yang seharusnaya mengajar sesuai profesinalisme guru diantaranya: (1) seleksi yang
dengan bidang studinya, karena terbatasnya tenaga ketat untuk penerimaan mahasiswa calon pendidik;
pendidik (guru), seorang guru harus mengajar bukan (2) Pengembangan keteramilan tenaga pendidik
dengan bidangnya. Hal ini akan mengakibatkan melalui pelatihan-pelatihan; (3) penyempurnaan
bertambahnya tugas seorang guru. kurikulum yang materinya disesuaikan dengan
Multi peran seorang guru yaitu: melakukan muatan lokal di daerah setempat; (4) pengembangan
interaksi dan pendeketan khusus dengan siswanya. sarana dan prasaran yang dapat menciptakan suasana
Perhatian kepada siswa secara klasikal dan individu belajar yang nyaman; (5) penyempurnaan
harus dikuasai oleh guru, dimana tugas guru pada administrasi sekolah sehingga dapat efisiensi
saat memberikan motivasi dan mengarahkan siswa anggaran; (6) pengorganisasian dalam rangka untuk
tidak boleh memelih siswa tertentu misalkan guru menjaga kualitas penyelenggara pendidikan perlu
hanya memperhatikan siswa yang pandai, sementara ditetapkan dengan didukung oleh lembaga yang
siswa yang kurang pandai tidak diperhatikan. Guru sudah diberi wewenang dalam menjamin mutu
hendaknya memberikan perhatian yang sama diantaranya Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan,
dengan selalu menanamkan rasa tanggungjawab, dari Badan Akreditasi Nasional Sekolah Madrasah
disiplin, percaya diri, menghargai pendapat teman (BAN-SM) maupun dari lembaga independen.
dan pendidikan karakter lainnya. Dalam segi
pembelajaran guru diharapkan dapat: sebagai REFERENSI
pengembil keputusan dalam pembelajaran (sebagai
manager), memberikan arah pembelajaran Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Nilai
(director), mengorganisasi kegiatan pembelajaran UKG SMA Tahun 2015.
(organisator), mengkoordinasikan semua pihak yang http://ukg.kemdikbud.go.id
terlibat dalam proses pembelajaran (koordinator),
mengkomunikasikan murid dengan berbagai sumber Sadler, John Edward. JA Comenius and the
belajar (komunikator), menyediakan dan concept of universal education. Vol. 32.
memberikan kemudahan-kemudahan belajar Routledge, (2013).
(fasilitator), memberikan dorongan belajar
(stimulator). Kebanyakan guru belum mampu untuk Idris, HZ. Pengantar Pendidikan 2. Jakarta:
melakukan multi perannya itu karena kebanyakan Gramedia Widiasarana, (1992).
sekolah, guru adalah pejuang tunggal, yaitu guru
merupakan sumber belajar, sebagai pusat tempat Meirawan, Danny. "Penjaminan Mutu Satuan
bertanya dan juga penempatan guru yang tidak Pendidikan Sebagai Upaya Pengendalian Mutu
sesuai dengan bidangnya sehingga banyak guru yang Pendidikan Secara Nasional dalam Otonomi
merangkap mengajar. Oleh karena itu tugas guru Pendidikan." pp126-137, (2010).
semakin bertambah sehingga guru tidak memiliki
waktu untuk melakukan multi perannya itu. Guru Goldhaber, D. and E. Anthony. "Can teacher
tidak mungkin seorang diri melayaninya. quality be effectively assessed? National board
Sebagaimana hasil penelitian dari Ismail certification as a signal of effective teaching." The
(2010) yang menyatakan bahwa guru haruslah Review of Economics and Statistics 89(1): 134-150
memiliki standar kompetensi yang dipersyaratkan (2007).
dalam undangundang guru dan dosen agar mendapat
sertifikasi dan menjadi guru yang profesional. Ismail, M. I. "Kinerja dan Kompetensi Guru
Menurut Woolfolk (1984) guru dikatakann dalam Pembelajaran." Lentera Pendidikan 13(1):
berhasil dalam mengajar apabila menguasi berbagai 44-63, (2010).
1419
Konvensi Nasional Pendidikan Indonesia (KONASPI) VIII Tahun 2016
Undang-Undang RI No. 14 Th. 2005 Tentang Guru OECD. PISA Assessment Framework (2015).
dan Dosen Diakses tanggal 12 September 2016. Dalam
www.oecd.org Diakses pada 12 September 2016.
Undang-Undang RI No. 20 Th. 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional Toit, Jaco Du, Teacher Training And Usage Of Ict
In Education, pp 18, Unesco: Institute for Statistic,
Woolfolk, Anita E., Educational Psychology for (2015)
Teachers, Boston: Allyn and Bacon, (1984).
1420
Arah Kebijakan
Pendidikan Guru di Indonesia
Prosiding
Editor:
Agung Premono
I Wayan Sugita
Ragil Sukarno
M. Ali Akbar
Lay Out:
Imam F Rahmadi
Khairul Umam
Danar Hari K.
Diterbitkan Oleh:
Universitas Negeri Jakarta
i
Konvensi Nasional Pendidikan Indonesia (KONASPI) VIII Tahun 2016
Editor: Agung Premono, I Wayan Sugita, Ragil Sukarno, M. Ali Akbar
Disclaimer
This book proceeding represents information obtained from authentic and highly regarded sources.
Reprinted material is quoted with permission, and sources are indicated. A wide variety of
references are listed. Every reasonable effort has been made to give reliable data and information,
but the author(s) and the publisher can not assume responsibility for the validity of all materials or
for the consequences of their use.
All rights reserved. No part of this publication may be translated, produced, stored in a retrieval
system or transmitted in any form by other any means, electronic, mechanical, photocopying,
recording or otherwise, without written consent from the publisher.
Direct all inquiries to State University of Jakarta, Jalan Rawamangun Muka, Jakarta Timur 13220.
ii
KONVENSI NASIONAL PENDIDIKAN INDONESIA (KONASPI)
TAHUN 2016
Penanggung Jawab:
Rektor UNJ : Prof. Dr. Djaali
Panitia Pelaksana
Ketua : Prof. Dr. Muchlis R. Luddin, MA
Sekretaris : Dr. Totok Bintoro, M.Pd.
: Dr. Eng. Agung Premono, MT
Reviewer:
Dr. Ucu Cahyana, M.Si.
Dr. Khaerudin, M.Pd.
Dr. Etin Solihatin, M.Pd
Dr. Gantina Komalasari, M.Psi.
Dr. Ifan Iskandar, M.Hum.
Dr. Muktiningsih, M.Si.
Dr. M. Jafar, M.Si.
Setyo Ferry Wibowo, SE., M.Si.
Dr. Saparuddin, M.Si.
Samadi, M.Si.
Dr. Nurjanah, M.Pd.
Dr. Rini Puspitaningrum, M. Biomed
iii
Sekretariat
Kantor Wakil Rektor Bidang Akademik UNJ
Gedung Rektorat UNJ Lantai 3
Kampus A Universitas Negeri Jakarta
Jl. Rawamangun Muka Jakarta Timur 13220
Telp : 021-47860238 / Fax. 021-4895130
Email : konaspi@unj.ac.id
Web : http://seminars.unj.ac.id/konaspi
iv
Kata Pengantar
Konvensi Nasional Pendidikan Indonesia (KONASPI) VIII 2016 dilaksanakan oleh Asosiasi
Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan Negeri Indonesia (ALPTKNI) bekerjasama dengan
Forum Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Negeri di Indonesia, dan
Asosiasi Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan Swasta Indonesia (ALPTKSI). Konaspi VIII
bertempat di Jakarta pada tanggal 12-15 oktober 2016 dengan Universitas Negeri Jakarta sebagai
tuan rumah. Konvensi ini merupakan wahana akademik kaum pendidik Indonesia dalam ikut
memberikan sumbangsih pemikiran bagi pembangunan manusia Indonesia seutuhnya. Konvensi
diikuti oleh para ahli dan pakar kependidikan dengan mengambil tema “Arah Kebijakan Pendidikan
Guru di Indonesia”.
Buku elektronik prosiding ini adalah kompilasi dari semua paper yang dipresentasikan dalam
Konvensi Nasional Pendidikan Indonesia (KONASPI) VIII 2016 dengan sub-tema:
PanitiaKonvensi Nasional Pendidikan Indonesia (KONASPI) VIII Tahun 2016 mengucapkan terima
kasih kepada pembicara kunci, para pemakalah yang berkontribusi dalam buku ini dan semua
partisan yang menghadiri konvensi ini.
Editor
v
DAFTAR ISI
BUKU ABSTRAK i
DISCLAIMER ii
SUSUNAN PANITIA iii
SEKRETARIAT iv
KATA PENGANTAR v
DAFTAR ISI vi
PEMBICARA UTAMA
vi
A3 AKREDITASI SMK/MAK SEBAGAI BENTUK 63
AKUNTABILITAS PUBLIK DAN PENJAMINAN MUTU
PENDIDIKAN KEJURUAN
Santoso Sri Handoyo, Muhammad Yusro dan Aam Amaningsih
Jumhur
vii
SUB-TEMA II: SISTEM REKRUTMEN MAHASISWA LPTK
ix
C17 MENYIAPKAN GURU MIPA MELALUI REKONSTRUKSI 274
KURIKULUM MATA KULIAH KEPENDIDIKAN
Yuni Sri Rahayu, Tatag YES, Wasis, Rooselyna Ekawati, Dian
Novita, Muji Sri P.
x
D7 TRANS-DISCIPLINARY BASED CURRICULUM (TDBC) 331
SEBAGAI ALTERNATIF FLEKSIBILITAS DAN PERLUASAN
KURIKULUM LPTK MENUJU KOMPETENSI GLOBAL
Nurul Ulfatin
xii
D28 MODEL PENGEMBANGAN SISTEM PENYELENGGARAAN 480
OLIMPIADE GURU NASIONAL (OGN) UNTUK
PENINGKATAN SUBJECT KNOWLEDGE DAN
PEDAGOGICAL KNOWLEDGE
Erianjoni
xiv
D53 IMPLEMENTASI CONTENT AND LANGUAGE INTEGRATED 615
LEARNING BERBASIS PEMBELAJARAN GENRE
Nur Qudus, Virgiawan Adi Kristianto
xvi
D77 REVITALISASI PELAKSANAAN PRAKTIK PENGALAMAN 771
LAPANGAN (PPL) MELALUI KEGIATAN CONFERENCE
ANTARA DOSEN PEMBIMBING LAPANGAN (DPL), GURU
PAMONG (GP) DAN PRAKTIKAN UNTUK MEMBANGUN
CALON GURU PROFESIONAL
Andi Asmawati Azis, Muharam, Nenslianti, La Sunra
xviii
D105 PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN INTERAKTIF 939
BERBASIS E-LEARNING PADA MATAKULIAH DISAIN
INSTRUKSIONAL
Sahat Siagian, Pardomuan Naulli Josip Mario Sinambela,
Yasaratodo Wau
xx
E26 PENGEMBANGAN MODEL MANAJEMEN SEKOLAH 1078
MELALUI PENERAPAN SISTEM PENJAMINAN MUTU
BERBASIS STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN (SNP)
Isda Pramuniati, Ridwan Abdullah Sani, Evi Eviyanti
xxi
E41 EFEKTIVITAS STORYTELLING DENGAN WAYANG DARI 1156
DAUN DALAM MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN
BERBICARA ANAK DI TAMAN KANAK-KANAK KOTA
PARIAMAN
Rakimahwati, Melisa Azni
xxiii
E66 MODEL PENINGKATAN KUALITAS GURU OTOMOTIF 1312
MENJADI ASESOR UJI KOMPETENSI PROFESIONAL
Abdurrahman
xxiv
E79 PENGEMBANGAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN 1387
KREATIF MELALUI PEMBELAJARAN
Mustaji
xxvi
E104 PENINGKATAN MUTU AKADEMIK MELALUI 1550
PENDEKATAN MUTU TERPADU (STUDI KASUS PADA
LEMBAGA PENDIDIKAN TINGGI)
Rina Febriana
xxvii
F7 PERMASALAHAN PENDIDIKAN DI DAERAH TERDEPAN, 1624
TERLUAR, TERTINGGAL: STUDI KASUS DI KECAMATAN
KABARUAN, KABUPATEN KEPULAUAN TALAUD
Revolson Alexius Mege, Alfonds Andrew Maramis
xxxi
H16 STRATEGI PENGEMBANGAN KEPROFESIAN GURU 1948
SEBAGAI UPAYA MEMBANGUN PERADAPAN BANGSA
YANG BERMORAL DAN BEKARAKTER
Laurensia Masri Perangin angin
xxxii
H29 MEMAKNAI ULANG RELASI GURU DAN MURID
DALAM PEMBELAJARAN DI TENGAH ARUS
PEMAJUAN HAK AZASI MANUSIA DAN
PERADABAN BANGSA
Suhadi
xxxiv
H55 INTEGRITAS SEKOLAH BERKONTRIBUSI MEMBENTUK 2197
PESERTA DIDIK BERKARAKTER
Arwildayanto
xxxv