Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN DENGAN HARGA DIRI RENDAH


Makalah ini ditujukan untuk memenuhi salah satu tugas praktik Keperawatan
Jwa II

OLEH :

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUNINGAN
KAMPUS II
2020-2021
LAPORAN PENDAHULUAN

HARGA DIRI RENDAH


A. Kasus (Masalah Utama)
Gangguan konsep diri: Harga diri rendah.
B. Definisi
1. Pengertian
Perkembangan kebudayaan masyarakat banyak membawa perubahan
dalam segi kehidupan manusia. Setiap perubahan situasi kehidupan baik
positif maupun negatif dapat mempengaruhi keseimbangan fisik, mental, dan
psikososial seperti bencana dan konflik yang dialami sehingga berdampak
sangat besar terhadap kesehatan jiwa seseorang yang berarti akan
meningkatkan jumlah pasien gangguan jiwa(keliat, 2011).
Harga diri rendah merupakan perasaan negatif terhadap diri sendiri
termasuk kehilangan rasa percaya diri, tidak berharga, tidak berguna, tidak
berdaya, pesimis, tidak ada harapan dan putus asa(Depkes RI,2000).
Gangguan harga diri yang disebut harga diri rendah dapat terjadi secara:
a. Situasional, yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba, misalnya harus operasi,
kecelakaan, dicerai suami, putus sekolah, putuh hubungan kerja, perasaan
malu karena sesuatu (korban perkosaan, ditubuh KKN, dipenjara tiba-tiba).
Pada klien yang dirawat dapat terjadi harga diri rendah karena:
1) Privacy yg kurang diperhatikan, misalnya: pemeriksaaan fisik yang
sembarangan, pemasangan alat yang tidak sopan (pencukuran pubis,
pemasangan kateter, pemeriksaan perineal).
2) Harapan akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh yang tidak tercapai karena
dirawat/sakit/penyakit.
3) Perlakuan petugas kesehatan yang tidak menghargai, misalnya berbagai
pemeriksaan dilakukan tanpa penjelasan, tanpa persetujuan. Kondisi ini
banyak ditemukan pada klien gangguan fisik.
b. Kronik, yaitu perasaan negatif terhadap diri telah berlangsung lama, yaitu
sebelum sakit atau dirawat. Kien mempunyai cara berfikir yang negatif.
Kejadian sakit dan dirawat akan menambah persepsi negatif terhadap dirinya.
Kondisi ini mengakibatkan respon yang maladaptif. Kondisi ini dapat
ditemukan pada klien gangguan fisik yang kronik atau pada klien gangguan
jiwa.

2. Etiologi
Berbagai faktor menunjang terjadinya perubahan dalam konsep-diri seseorang,
yaitu faktor predisposisi, dan faktor presipitasi.
1) Faktor Predisposisi
a. Faktor yang mempengaruhi harga diri
Meliputi penolakan orang tua, harapan orang tua tidak realistis,
kegagalan yang berulang, kurang mempunyai tanggung jawab
personal, ketergantungan pada orang lain dan ideal diri yang tidak
realistis.
b. Faktor yang mempengaruhi peran.
Dimasyarakat umunya peran seseorang disesuai dengan jenis
kelaminnya.Misalnya seseorang wanita dianggap kurang mampu,
kurang mandiri, kurang obyektif dan rasional sedangkan pria dianggap
kurang sensitive, kurang hangat, kurang ekspresif dibandingkan
wanita.Sesuai dengan standar tersebut, jika wanita atau pria berperan
tidak sesuai lazimnya maka dapat menimbulkan konflik diri maupun
hubungan sosial.
c. Faktor yang mempengaruhi identitas diri.
Meliputi ketidak percayaan, tekanan dari teman sebaya dan perubahan
struktur sosial. Orang tua yang selalu curiga pada anak akan
menyebabkan anak menjadi kurang percaya diri, ragu dalam
mengambil keputusan dan dihantui rasa bersalah ketika akan
melakukan sesuatu. Control orang yang berat pada anak remaja akan
menimbulkan perasaan benci kepada orang tua. Teman sebaya
merupakan faktor lain yang berpengaruh pada identitas. Remaja ingin
diterima, dibutuhkan dan diakui oleh kelompoknya,
d. Faktor biologis
Adanya kondisi sakit fisik yang dapat mempengaruhi kerja hormon
secara umum, yang dapat pula berdampak pada keseimbangan
neurotransmitter di otak, contoh kadar serotonin yang menurun dapat
mengakibatkan klien mengalami depresi dan pada pasien depresi
kecenderungan harga diri dikuasai oleh pikiran-pikiran negatif dan
tidak berdaya.

2) Faktor Presipitasi
Masalah khusus tentang konsep diri disebabkan oleh setiap situasi
yang dihadapi individu dan ia tidak mampu menyesuaikan. Situasi atas
stressor dapat mempengaruhi komponen. Stressor yang dapat
mempengaruhi gambaran diri adalah hilangnya bagian tubuuh, tindakan
operasi, proses patologi penyakit, perubahan struktur dan fungsi tubuh,
proses tumbuh kembang prosedur tindakan dan pengobatan. Sedangkan
stressor yang dapat mempengaruhi harga diri dan ideal diri adalah
penolakan dan kurang penghargaan diri dari orang tua dan orang yang
berarti, pola asuh yang tidak tepat, misalnya selalu dituntut, dituruti,
persaingan dengan saudara, kesalahan dan kegagalan berulang, cita-cita
tidak terpenuhi dan kegagalan bertanggung jawab sendiri.
Stressor pencetus dapat berasal dari internal dan eksternal:
a. Trauma seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau
menyaksikan peristiwa yang mengancam kehidupan.
b. Ketegangan peran berhubungan dengan peran atau posisi yang
diharapkan dan individu mengalaminya sebagai frustasi.

3. Tanda dan Gejala


a. Mengejek dan mengkritik diri.
b. Merasa bersalah dan khawatir, menghukum atau menolak diri sendiri.
c. Mengalami gejala fisik, misal: tekanan darah tinggi, gangguan penggunaan
zat.
d. Menunda keputusan.
e. Sulit bergaul.
f. Menghindari kesenangan yang dapat memberi rasa puas.
g. Menarik diri dari realitas, cemas, panic, cemburu, curiga dan halusinasi.
h. Merusak diri: harga diri rendah menyokong klieb untuk mengakhiri hidup.
i. Merusak atau melukai orang lain.
j. Perasaan tidak mampu.
k. Pandangan hidup yang pesimitis.
l. Tidak menerima pujian.
m. Penurunan produktivitas.
n. Penolakan tehadap kemampuan diri.
o. Kurang memperhatikan perawatan diri.
p. Berpakaian tidak rapi.
q. Berkurang selera makan.
r. Tidak berani menatap lawan bicara.
s. Lebih banyak menunduk.
t. Bicara lambat dengan nada suara lemah.

C. Pohon Masalah
Pohon masalah yang muncul menurut Fajariyah (2012) :
D. Masalah Keperawatan dan Data Yang Perlu Dikaji
1. Masalah keperawatan
a. Isolasi sosial : menarik diri
b. Gangguan konsep diri : harga diri rendah
c. Berduka dosfungsional
2. Data yang perlu dikaji pada masalah keperawatan harga diri
a. DS : klien mengatakan saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-
apa, bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu
terhadap diri sendiri.
b. DO : klien terlihat lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih
alternatif tindakan, ingin mencederai diri/ingin mengakhiri hidup.

E. Diagnosa Keperawatan dan Intervensi


1. Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah
Tujuan umum : klien memilih konsep diri yang positif
Tujuan khusus Kriteria Intervensi

1. Klien dapat Klien dapat menunjukan  .Bina hubungan saling percaya


membina ekspresi wajah dengan menggunakan prinsip
hubungan saling bersahabat, menunjukan komunikasi terapeutik, yaitu
percaya dengan rasa senang, ada kontak sapa klien dengan ramah baik
perawat mata, mau berjabat verbal maupun non verbal,
tangan, mau perkenalkan diri dengan sopan,
menyebutkan nama, tanyakan nama lengkap dan
mau menjawab salam, nama panggilan yang disukai
klien mau duduk klien, jelaskan tujuan pertemuan,
berdampingan dengan jujur dan menepati janji,
perawat, mau tunjukkan sikap empati dan
mengutarakan masalah menerima klien apa adanya, beri
yang dihadapi perhatian dan perhatikan
kebutuhan dasar klien.

2. Klien dapat Klien dapat  Diskusikan dengan klien tentang


mengidentifikasi mengidentifikasi : aspek positif yang dimiliki
aspek positif kemampuan dan aspek klien, keluarga, lingkungan,
dan kemampuan positif yang dimiliki kemampuan yang dimiliki klien.
yang dimiliki yaitu : aspek positif dan Bersama klien buat daftar
kemampuan yang tentang : aspek positif klien,
dimiliki klien, aspek keluarga, lingkungan,
positif keluarga, aspek kemampuan yang dimiliki klien.
positif lingkungan klien. Beri pujian yang realistis,
hindarkan memberi penilaian
negatif
3. Klien dapat Klien menyebutkan  Diskusikan dengan klien
menilai kemampuan yang dapat kemampuan yang dapat
kemampuan dilaksanakan. dilaksanakan, diskusikan
yang dimiliki kemampuan yang dapat
untuk dilanjutkan pelaksanaannya.
dilaksanakan

4. Klien dapat Klien membuat rencana  Rencanakan bersama klien


merencanakan kegiatan harian. aktivitas yang dapat dilakukan
kegiatan sesuai setiap hari sesuai kemampuan
dengan klien, meliputi : kegiatan
kemampuan mandiri, kegiatan dengan
yang dimiliki bantuan keluarga, tingkatkan
kegiatan sesuai kondisi klien,
beri contoh cara pelaksanaan
kegiatan yang dapat klien
lakukan.

5. Klien dapat Klien melakukan  Anjurkan klien untuk


melakukan kegiatan sesuai jadual melaksanakan kegiatan yang
kegiatan sesuai yang dibuat telah direncanakan, pantau
dengan rencana kegiatan yang dilaksanakan
yang dibuat klien, beri pujian atas usaha
yang dilakukan klien, diskusikan
kemungkinan pelaksanaan
kegiatan setelah pulang.
6. Klien dapat Klien memanfaatkan  Beri pendidikan kesehatan pada
memanfaatkan sistem pendukung yang keluarga tentang cara merawat
sistem ada di keluarga klien dengan harga diri rendah,
pendukung yang bantu keluarga memberikan
ada dukungan selama klien di rawat,
bantu keluarga menyiapkan
lingkungan di rumah.

2. Isolasi sosial berhubungan dengan harga diri rendah


Tujuan Umum : Klien dapat berhubungan dengan orang lain secara optimal
KRITERIA
TUJUAN INTEVENSI
EVALUASI

TUK 1  Ekspresi wajah  Bina hubungan saling percaya


Klien dapat bersahabat, dengan mengungkapkan prinsip
membina menunjukkan rasa komunikasi terapeutik
ada a. Sapa klien dengan ramah baik
hubungan saling senang,
verbal maupun non verbal
percaya kontak mata, mau
b. Perkenalkan diri dengan sopan
berjabat tangan, c. Tanyakan nama lengkap klien dan
mau nama panggilan yang disukai
menyebutkan klien
d. Jelaskan tujuan pertemuan
nama, mau
e. Jujur dan menepati janji
menjawab salam, f. Tunjukkan sikap empati dan
klien mau duduk menerima klien apa adanya.
g. Beri perhatian kepada klien dan
berdampingan
perhatikan kebutuhan dasar klien
dengan perawat,
mau menguraikan
masalah yang
dihadapi
TUK 2  Klien dapat  Diskusikan kemampuan dan aspek
Klien dapat mengidentifikasi positif yang dimiliki klien
mengidentifikasi kemampuan dan  Setiap bertemu klien hindarkan
kemampuan dan aspek positif yang dari memberi nilai yang negatif
 Utamakan memberi pujian yang
aspek positif dimiliki.
a. Kemampuan yang realistis
yang dimiliki
dimiliki klien
b. Aspek positif
keluarga
c. Aspek positif
lingkungan yang
dimiliki

TUK 3  Klien dapat  Diskusikan dengan klien


Klien dapat menilai kemampuan yang masih dapat
menilai kemampuan yang digunakan selama sakit
kemampuan dapat digunakan  Diskusikan kemampuan yang
yang dapat dapat dilanjutkan pengunaanya
dirumah sakit
digunakan  Klien menilai  Berikan pujian
kemampuan yang
dapat digunakan
di rumah
TUK 4  Klien memiliki Meminta klien untuk memilih
Klien dapat kemampuan yang satu kegiatan yang mau dilakukan
menetapkan dan akan dilatih di rumah sakit
 Klien mencoba Bantu klien melakukan jika perlu
merencanakan
sesuai jadwal beri contoh
kegiatan sesuai
harian Beri pujian atas keberhasilan
dengan
klien
kemampuan  Diskusikan jadwal kegiatan
yang dimiliki harian atas kegiatan yang di latih
TUK 5  Klien melakukan  Beri kesempatan pada klien untuk
Klien dapat kegiatan yang mencoba kegiatan yang telah
melakukan telah dilatih
direncanakan
kegiatan sesuai (mandiri atau  Beri pujian atas keberhasilan
kondisi sakit klien
dengan bantuan)
mampu  Diskusikan kemungkinan
dan  Klien
pelaksanaan dirumah
kemampuannya melakukan
beberapa kegiatan
secara mandiri
TUK 6  Keluarga Beri pendidikan kesehatan pada
Klien dapat memberi keluarga tantang cara merawat
memenfaatkan dukungan dan klien dengan harga diri rendah
sistem Bantu keluarga memberikan
pujian
pendukung yang  Keluarga dukungan selama sakit
Bantu keluarga menyiapkan
ada memahami jadual
lingkungan dirumah
kegiatan harian
Jelaskan cara pelaksanaan jadual
klien
kegiatan klien dirumah
Anjurkan memberi pujian pada
klien setiap berhasil

3. Resiko perubahan persepsi sensori: Halusnasi berhubungan dengan menarik


diri.
Tujuan umum : Klien dapat berinteraksi dengan orang lain supaya tidak terjadi
halusinasi

Tujuan Khusus Kriteria Intervensi


1 . Klien dapat Klien mampu,  Bina hubungan saling
membina menunjukan ekpresi percaya dengan klien
hubungan saling menerima/ menggunakan prinsop
percaya bersahabat, kontak komunikasi terapeutik.
mata baik,
mengatakan
masalah yang
dihadapi

2 . Klien dapat Klien mampu  Kaji pengetahuan klien


mengenal mengungkapkan tentang perilaku menarik
perasaan yang perasaannya yang diri dan tanda tandanya.
menyebabkan menyebabkan  Beri kesempatan kepada

perilaku menarik menarik diri. klien untuk

diri. mengungkapkan perasaan


penyebab menarik diri
atau tidak mau bergaul.
 Diskusikan bersama klien
tentang perilaku menarik
diri, tanda-tanda serta pe-
nyebab yang muncul.
 Berikan pujian terhadap
kemampuan klien
mengungkapkan
perasaannya
3. Klien dapat Klien dapat  Kaji pengetahuan klien
menyebutkan menyebutkan tentang manfaat dan
keuntungan manfaat dan keuntungan berhubungan
berhubungan keuntungan sosial dengan orang lain
dengan orang berhubungan dan kerugian bila yidak
lain. dengan orang lain. berhubungan dengan
orang lain.
 Beri kesempatan kepada
klien untuk mengung-
kapkan perasaan tentang
keuntu-ngan berhubungan
sosial dengan orang lain.
 Diskusikan dengan klien
tentang manfaat
berhubungan so-sial
dengan orang lain.
 Beri reinforcement positif
terhadap kemampuan
klien mengungkapkan
kemampuan berhubungan
dengan orang lain
 Kaji pengetahuan pasien
tentang kerugian bila
tidak berhubungan
dengan orang lain.
 Beri kesempatan kepada
klien untuk mengung-
kapkan perasaan tentang
kerugian bila tidak
berhubungan dengan
orang lain.
 Diskusikan dengan klien
tentang kerugian bila
tidak berhubungan
dengan orang lain.
 Beri reinforcement positif
terhadap kemampuan
klien mengungkapkan
kemampuan berhubungan
dengan orang lain.
4. Resiko bunuh diri berhubungan dengan harga diri rendah

Tujuan jangka pendek : klien akan mencari bantuan perawat bila ada perasaan
ingin mencederai diri.

Tujuan jangka panjang : klien tidak akan mencederai diri

No. Intervensi Rasional

1. Observasi perilaku klien lebih Observasi ketat


sering melalui aktivitas dan dibutuhkan supaya
interaksi rutin, hindari kesan intrvensi dapat terjadi jika
pengamatan dan kecurigaan pada dibutuhkan untuk
klien memastikan keamanan
klien

2. Tetapkan kontak verbal dengan mendiskusikan perasaan


klien bahwa ia akan meminta ingin bunuh diri dengan
bantuan jika keinginan bunh diri orang yang dipercaya
dirasakan memberikan derajat
keringanan untuk klien,
sikap penerimaan klien
sebagai individu dapat
dirasakan

3. Dorong klien untuk bicara tentang Agar memecahakn


perasaan yang dimiliknya masalah dan memahami
sebelum perilaku bunuh diri factor pencetus
terjadi

4. Bertindak sebagai model dalam Perilaku bunuh diri


mengekspresikan kemarahan dipandang sebagai marah
yang tepat yang diarahakan pada diri
sendiri
5. Rancang anggota tim perawat Untuk memantau kondisi
untuk memonitor secara kontinyu. klien setiap waktu.

6. Instruksikan pengunjung untuk Mencegah penggunaan


membantasi barang bawaan benda-benda tertentu
( yakinkan untuk tidak untuk melanjutkan ide
memberikan makanan dalam tas bunuh dirinya.
plastic)

7. Batasi orang dalam ruangan klien Stimulus untuk bunuh diri


dan perlu adanya penurunan bisa timbul ketika klien
stimuli. melihat keramaian.

8. Informasikan kepada keluarga Dukungan social dapat


dan saudara klien bahwa klien meringankan stimulus.
membutuhkan dukungan social
yang adekuat

9. Bersama pasien menulis daftar Untuk mempermudah


dukungan sosial yang di punyai menghubungi keluarga
termasuk jejaring sosial yang bisa yang bisa membantu
di akses. meringankan stimulus.

10. Dorong klien untuk melakukan Mengalihkan stimulus ke


aktivitas social. kegiatan lain.

STRATEGI PELAKSANAAN
A. SP I
1. Kondisi Klien
DO :
Klien tampak lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternatif
tindakan, ingin mencederai diri/ mengahiri kehidupan, poduktifitas menurun,
cemas dan takut
DS :
Klien mengatakan : saya tidak bisa, tidak mampu, bodoh/ tidak tahu apa-apa,
mengkritik diri sendiri., klien mengungkapkan perasaan malu terhadap diri
sendiri, klien mengungkapkan rasa bersalah terhadap sesuatu/ seseorang
2. Diagnosa Keperawatan: harga diri rendah
3. Tujuan
a. Pasien dapat mengidentifikasi kemampuan dengan aspek positif yang
dimiliki
b. Pasien dapat menilai kemampan yang dapat digunakan
c. Pasien dapat menetapkan kegiatan yang sesuai kemampuan
d. Pasien dapat melatih kegiatan yang sudah dipilih, sesuai kemampuan
e. Pasien dapat menyusun jadwal untuk melakukan kegiatan yang sudah
dilatih
4. Tindakan Keperawatan
a. Mendiskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien,
b. Membantu pasien menilai kemampuan yang masih dapat digunakan
c. Membantu pasien memilih/menetapkan kemampuan yang akan dilatih
d. Melatih kemampuan yang sudah dipilih dan menyusun jadwal pelaksanaan
kemampuan yang telah dilatih dalam rencana harian.
5. Strategi Pelaksanaan SP 1
a. Orientasi
1) Salam Terapeutik
Pe : Selamat pagi, assalamualaikum, Boleh Saya kenalan dengan Mas?
Pa : Boleh...
Pe : Nama Saya………….. boleh panggil Saya……… Saya Mahasiswa STIKKU,
Saya sedang praktik di sini dari pukul 08.00 WIB sampai dengan pukul 13.00
WIB siang. Kalau boleh Saya tahu nama Mas siapa dan senang dipanggil
dengan sebutan apa?”
Pa : saya biasa dipanggil Mas
2) Evaluasi/validasi
Pe : “Bagaimana perasaan Mas hari ini? Bagaimana tidurnya tadi malam? Ada
keluhan tidak?”
Pa : Tidak
3) Kontrak
Pe : “Bagaimana , kalau kita bercakap-cakap tentang kemampuan dan kegiatan yang
pernah Mas lakukan? Setelah itu kita akan nilai kegiatan mana yang masih
dapat Mas dilakukan di rumah sakit. Setelah kita nilai ,kita akan pilih satu
kegiatan untuk kita latih “
Pe : “Dimana kita duduk untuk bincang-bincang? bagaimana kalau di ruang tamu
Berapa lama? Bagaimana kalau 10 menit saja?
Pa : “Boleh..”
b. Kerja
Pe : “ Mas ,apa saja kemampuan yang Mas miliki ?
Pa : “Menggambar..”
Pe : Bagus ,apa lagi?
Pa : “Bermain bola...”
Pe : “Saya buat daftarnya ya! Apa pula kegiatan rumah tangga yang biasa Mas
lakukan ? Bagaimana dengan merapikan kamar? Menyapu? Mencuci piring
……….dst”.
Pa : “ iya, saya bisa...”
Pe : “Wah ,bagus sekali ada lima kemampuan dan kegiatan yang Mas miliki”.
“ Mas dari lima kegiatan kemampuan ini ,yang mana yang masih dapat dikerjakan
di rumah sakit ?
Pa : “merapikan kamar...”
Pe : “Coba kita lihat ,yang pertama bisakah ,yang kedua………sampai 5 (misalnya
ada 3 yang masih bisa dilakukan).Bagus sekali ada 3 kegiatan yang masih
bisa kerjakan di rumah sakit ini.
Pe : “Sekarang ,coba Mas pilih satu kegiatan yang masih bisa dikerjakan di rumah
sakit ini”.
Pa : “merapikan tempat tidur..”
Pe : “O yang nomor satu ,merapikan tempat tidur? Kalau begitu,bagaimana kalau
sekarang kita latihan merapikan tempat tidur Mas”.Mari kita lihat tempat
tidur Mas ya.
Pa : “iya...”
Pe : “Coba lihat ,sudah rapih kah tempat tidurnya?”
Pa : “sudah kayaknya?...”
Pe : “Nah kalau kita mau merapikan tempat tidur ,mari kita pindahkan dulu bantal
dan selimutnya. bagus!Sekarang kita angkat spreinya dan kasurnya kita
balik.”Nah,sekarang kita pasang lagi spreinya ,kita mulai dari atas ya bagus!
Sekarang sebelah kaki ,tarik dan masukkan ,lalu sebelah pinggir masukkan
.Sekarang ambil bantal,rapikan dan letakkan di sebelah atas kepala. Mari kita
lipat selimut ,nah letakkan sebelah bawah kaki ,bagus!”
Pe : “Mas sudah bisa merapikan tempat tidur dengan baik sekali .Coba perhatikan
bedakah dengan sebelum dirapikan ?
Pa : “Sudah...”
Pe : “Bagus... Coba Mas lakukan dan jangan lupa memberi tanda M (mandiri) kalau
Mas lakukan tanpa disuruh , tulis B(bantuan ) jika diingatkan bisa
melakukan ,dan T ( tidak) melakukan “.
Pa : “Siap...”

c. Terminasi :
Pe : “Bagaimana perasaan Mas setelah kita bercakap-cakap dan latihan merapikan
tempat tidur ?
Pa : “terasa lebih baik...”
Pe : “yach?, Mas ternyata banyak memiliki kemampuan yang dapat dilakukan di
rumah sakit ini. Salah satunya , merapikan tempat tidur , yang sudah Mas
praktekkan dengan baik sekali
Pe : “Coba ulangi bagaimana cara merapikan tempat tidur tadi, Bagus sekali..
“Sekarang ,mari kita masukkan pada jadual harian . Mas,Mau berapa kali sehari
merapikan tempat tidur.
Pa : “Dua kali...”
Pe : “Bagus ,dua kali yaitu pagi-pagi jam berapa? Lalu sehabis istirahat ,jam 16.00”
Pe : “ Coba Mas lakukan dan jangan lupa memberi tanda M (mandiri) kalau Mas
lakukan tanpa disuruh , tulis B(bantuan ) jika diingatkan bisa melakukan ,dan
T ( tidak) melakukan .
Pa : “Siap...”
Pe : “Besok pagi kita latihan lagi kemampuan yang kedua. Mas masih ingat
kegiatan apa lagi yang mampu dilakukan di rumah sakit selain merapikan
tempat tidur?
Pa : “Mencuci piring...?”
Pe : “Ya bagus,cuci piring …. Kalau begitu kita akan latihan mencuci piring besok
ya jam 08.00 pagi di dapur sehabis makan pagi”
Pa : “OK”
Pe : “Sampai jumpa ya…Assalamu’alaikum”
B. SP II
1. Kondisi
DO : Klien tampak tenang, sudeh mau menghargai dirinya sendiri.
DS : Klien menyatakan sudah mau berinteraksi dengan lingkungannya.
2. Diagnosa Keperawatan: Harga Diri Rendah
3. Tujuan
Klien dapat melakukan kegiatan yang sesuai dengan kemampuan yang dimiliki
yang lain (yang belum dilakukan)
4. Tindakan Keperawatan.
Klien dapat merencanakan kegiatan yang sesuai dengan kemampuan yang
dimiliki.
a. Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai
kemampuan.
b. Beri contoh pelaksanaan kegiatan yang dapat dilakukan
c. Minta klien untuk memilih satu kegiatan yang mau dilakukan dirumah sakit
d. Bantu klien melakukannya, kalau perlu beri contoh
e. Beri pujian atas kegiatan dan keberhasilan klien
Diskusikan jadwal kegiatan harian atau kegiatan yang telah dilatih
5. Strategi Pelaksanaan SP 2
a. Orientasi :
Pe : “assalammua ‘laikum, Mas… masih ingat saya???
Pa : “iya, masih...”
Pe : Baguss Bagaimana perasaan Mas pagi ini ? Wah tampak gembira”
Bagaimana Mas, sudah dicoba merapikan tempat tidur sore kemarin tadi pagi ?
Pa : “iya.. sudah saya coba..”
Pe : “Bagus.. Sekarang kita akan latihan kemampuan kedua, masih ingat apa
kegiatan itu Mas?”
Pa : “Latihan mencuci piring kan?”
Pe : “Ya benar kita akan latihan memcuci piring didapur ruangan ini”
“Waktunya 10 menit, mari kita ke dapur”
b. Kerja :
Pe : “Mas, sebelum kita memcuci piring kita perlu siapkan dulu perlengkapanya,
yaitu serabut tepes untuk membersikan piring, sabun khusus untuk mencuci
piring, dan air untuk membilas, Mas bisa mneggunakan air yang mengalir dari
kran ini, oh ya jangan lupa sediakan tempat sampah untuk membuang sisa –
makanan.
Pa : “iya”
Pe : “sekarang saya perlihatkan dulu ya caranya, setelah semuanya perlengkapan
tersedia, Mas ambil satu piring koto, lalu buang dulu sisa makanan yang ada
dipiring tersebut ketemapat sampah, kemudian Mas bersikan piring tersebut
dengan menggunakan sabut tepes yang sudah diberikan sabun pencuci piring,
setelah selesai disabuni bilas dengan menggunakan air bersih sampai tidak ada
busa sabun sedikitpun di piring tersebut, setelah itu Mas bisa mengkeringkan
piring yang sudah bersih tadi di rak yang sudah tersedia didapur, nah selesai.
sekarang coba Mas yang melakukan”
Pa : “Begini?”
Pe : “Bagus sekali, Mas dapat mempraktekkan cuci piring dengan baik, sekarang
dilap tanganya
c. Terminasi :
Pe : “bagaimana perasaan Mas setelah latihan cuci piring”
Pa : “saya merasa senang karna sekarang saya sudah bisa mencuci piring sendiri”
Pe : “baguss.... bagaimana kalau kegiatan cuci piring ini dimasukan menjadi
kegiatan sehari – hari Mas. mau berapa kali Mas mencuci piring ?
Pa : “Saya mau melakukan nya 3x , setalah saya makan.”
Pe : bagus sekali Mas mencuci piring tiga kali setelah makan”
“besok kita akan latihan untuk kemampuan ke tiga, setelah merapikan tempat tidur
dan cuci piring. Masih ingat kegiatan apakah itu ? ya benar kita akan latihan
mengepel”
Pa: “iyaa...”
Pe : “mau jam berapa? Sama dengan sekarang ?
Pa : “ iyaa.. samakan saja dengan sekarang”
Pe : “baik, kalau begitu sekarang saya permisi dulu, sampai jumpa…
Assalamu’alaikum”
Pa : “Walaikum salam...”
C. SP I Keluarga
1. Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien
2. Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala harga diri rendah yang dialami
pasien beserta proses terjadinya
3. Menjelaskan cara-cara merawat pasien harga diri rendah
D. SP II Keluarga
1. Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien dengan harga diri
rendah
2. Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung kepada pasien harga diri
rendah.
E. SP III Keluarga
1. Membantu keluarga membuat jadual aktivitas di rumah termasuk minum obat
(discharge planning)
2. Menjelaskan follow up pasien setelah pulang

DAFTAR PUSTAKA

Keliat, Budi Anna. 2011. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas: CMHN(Basic


Course). Jakarta: EGC
Kusuma, A.H. (2015). NANDA NIC-NOC edisi revisi jilid 2 2015. Jogjakarta:
MediaAction Publishing.

Anda mungkin juga menyukai