Anda di halaman 1dari 12

Laporan Praktikum Hari/Tanggal : Selasa/28 Januari 2020

Biomolekul Waktu : 13.00 - 16.00 WIB


PJP : Rahadian Pratama
Asisten : Afifah Salim
Ranti Selvina
Ardi Rizky Manik
Agung Isnanto

KARBOHIDRAT

Kelompok 11
Indra Savitri G84180035
Hana Salsabila Firdausi G84180071
Iman Akhyar Fidausy G84180081
Yustina Andra Mutia G84180097

DEPARTEMEN BIOKIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2020
PENDAHULUAN

Makromolekul merupakan kumpulan dari atom-atom yang cenderung


membentuk molekul yang lebih besar, dalam sistem biologi. Makromolekul
terbentuk melalui polimerisasi, yaitu proses bergabungnya molekul-molekul kecil
(monomer) menjadi molekul besar. Makromolekul terbagi atas 4 kelompok yaitu,
karbohidrat, lemak, protein dan asam nukleat. Karbohidrat merupakan senyawa
karbon yang mengandung banyak gugus hidroksil. Karbohidrat sederhana dapat
berupa aldehid (aldose) atau keton (Wiratmaja 2011). Karbohidrat juga
merupakan komponen bahan pangan yang tersusun oleh tiga unsur utama, yaitu
karbon, hidrogen dan oksigen. Susunan atom-atom tersebut dan ikatannya
membedakan karbohidrat satu dengan yang lainnya, sehingga ada karbohidrat
yang masuk kelompok struktur sederhana seperti monosakarida dan disakarida
dan struktur kompleks atau polisakarida seperti pati, glikogen, selulosa dan
hemiselulosa (Kusbandari 2015).
Karbohidrat sederhana terdiri atas monosakarida yang merupakan molekul
dasar dari karbohidrat, disakarida yang terbentuk dari dua manosa yang dapat
saling terikat, dan oligosakarida yaitu gula rantai pendek yang dibentuk oleh
galaktosa, glukosa dan fruktosa. Glukosa, dinamakan juga sebagai gula anggur,
terdapat luas di alam dalam jumlah sedikit yaitu dalam sayur, buah, sirup jagung,
sari pohon dan bersamaan dengan fruktosa dalam madu. Fruktosa, dinamakan
sebagai gula buah yang merupakan gula paling manis. Gula ini terutama terdapat
dalam madu bersama glukosa dalam buah, nektar bunga dan juga di dalam sayur.
Galaktosa, terdapat di dalam tubuh sebagai hasil pencernaan laktosa (Siregar
2014).
Disakarida terbagi tiga jenis, yaitu sukrosa, maltose, dan laktosa. Sukrosa,
dinamakan juga gula tebu atau gula bit. Maltosa (gula malt) tidak terdapat bebas
di alam. Maltosa terbentuk pada setiap pemecahan pati. Bila dicernakan atau
dihidrolisis, maltosa pecah menjadi dua unit glukosa. Laktosa (gula susu) hanya
terdapat dalam susu dan terdiri atas satu unit glukosa dan satu unit galaktosa.
Oligosakarida terdiri atas polimer dua hingga sepuluh monosakarida. Sebetulnya
disakarida termasuk dalam oligosakarida, tetapi karena peranannya dalam ilmu
gizi sangat penting maka dibahas secara terpisah (Siregar 2014).
Karbohidrat kompleks terdiri atas polisakarida yang terdiri atas lebih dari
dua ikatan monosakarida dan serat yang dinamakan juga polisakarida nonpati.
Polisakarida terdiri atas pati, dekstrin, glikogen dan polisakarida nonpati. Pati,
merupakan karbohidrat utama yang dimakan manusia yang berasal dari tumbuh-
tumbuhan. Pati terutama terdapat dalam padi-padian, biji-bijian dan umbi-umbian.
Dekstrin, merupakan produk antara pada pencernaan pati atau dibentuk melalui
hidrolisis parsial pati. Glikogen, dinamakan juga pati hewan karena merupakan
bentuk simpanan karbohidat di dalam tubuh manusia dan hewan, yang terutama
terdapat di dalam hati dan otot (Siregar 2014).
Analisis kualitatif karbohidrat umumnya didasarkan atas reaksi- reaksi
warna yang dipengaruhi oleh produk-produk hasil penguraian gula dalam asam-
asam kuat dengan berbagai senyawa organik, sifat mereduksi dari gugus karbonil
dan sifat oksidasi dari gugusan hidroksil yang berdekatan. Reaksi dengan asam-
asam kuat seperti asam sulfat, hidroklorat dan fosfat pada karbohidrat
menghasilkan pembentukan produk terurai yang berwarna (Andarwulan et al.
2011). Analisis kualitatif bertujuan untuk mengetahui dan membuktikan adanya
senyawa – senyawa tertentu dalam sampel (Sulistiyani et al. 2018). Beberapa
analisis kualitatif karbohidrat yang sering dilakukan adalah uji molish, uji
seliwanof, uji benedict, dan uji barfoed, dll (Andarwulan et al. 2011).
Karbohidrat berfungsi menghasilkan energi bagi tubuh manusia. Selain itu,
karbohidrat juga mengatur metabolisme lemak dan membantu pengeluaran feses
(Siregar 2014). Karbohidrat mempunyai peranan penting dalam menentukan
karakteristik bahan makanan, seperti rasa, warna, tekstur dan lain-lain. Pada
tubuh, karbohidrat berguna untuk mencegah timbulnya ketosis, pemecahan
protein tubuh yang berlebihan, kehilangan mineral, dan berguna untuk membantu
metabolisme lemak dan protein (Sulistiyani et al. 2018). Praktikum bertujuan
memahami sifat dan struktur karbohidrat melalui uji-uji kualitatif, serta
mengamati struktur beberapa karbohidrat melalui sifat reaksinya dengan beberapa
reangen uji.

METODE

Tempat dan Waktu

Praktikum ini dilakukan di Laboratorium Pendidikan Departemen Biokimia,


Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor, pada
hari Selasa, 28 Januari 2020 pukul 13.00 – 16.00 WIB.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah larutan glukosa 1%,
fruktosa 1%, sukrosa 1%, laktosa 1%, maltose 1%, pati 1%, 3 jenis larutan x,
pereaksi molisch, asam sulfat pekat, pereaksi benedict, pereaksi barfoed, dan
larutan fosfomolibdat.
Alat yang digunakan yaitu tabung reaksi, rak tabung reaksi, pipet mohr 5
ml, pipet tetes, bulb, gelas piala, penangas air, penjepit tabung reaksi, dan tisu.

Prosedur Percobaan

Uji Molisch
Sebanyak 5 ml larutan uji dimasukkan kedalam tabung reaksi dan
ditambahkan 2 tetes pereaksi molisch. Keduanya dicampur dalam tabung reaksi.
Kemudian, sebanyak 3 ml asam sulfat pekat ditambahkan secara perlahan
melewati dinding tabung reaksi.

Uji Benedict
Sebanyak 5 ml pereaksi benedict dimasukkan kedalam tabung reaksi dan
ditambahkan 8 tetes larutan uji. Keduanya dicampur dalam tabung, dan dididihkan
selama 5 menit.
Uji Barfoed
Sebanyak 1 ml pereaksi barfoed dimasukkan kedalam tabung reaksi dan
ditambahkan 1 ml larutan uji. Tabung dipanaskan dalam air mendidih selama 3
menit dan didinginkan. Kemudian, 1 ml fofsomolibdat ditambahkan ke dalam
tabung.

HASIL

Uji Molisch

Pada praktikum kali ini dilakukakan uji molisch, yang bertujuan menguji
kandungan karbohidrat dalam sebuah larutan. Berdasarkan data yang didapat pada
Tabel 1, sampel-sampel yang digunakan positif mengandung karbohidrat. Hal ini
ditandai dengan terbentuknya cincin berwarna violet kemerahan diantara batas
kedua cairan pada tabung reaksi.
Tabel 1 Hasil uji Molisch
Sampel Hasil Gambar

Glukosa +

Fruktosa +

Laktosa +

Sukrosa +
Tabel 1 Hasil uji Molisch (lanjutan)
Sampel Hasil Gambar

Maltosa +

Pati +

Larutan X +

Larutan F +

Larutan D +

Keterangan : (+) terbentuk cincin violet


(-) tidak terbentuk cincin violet

Uji Benedict

Pada praktikum kali ini dilakukakan uji benedict, yang bertujuan menguji
kandungan gula pereduksi dalam sebuah larutan. Berdasarkan data yang didapat
pada Tabel 2, sampel memiliki sedikit perbedaan terkait dengan kandungan gula
pereduksinya. Pada tabung berisi sampel pati dan larutan F warna yang terlihat
berwarna biru. Pada tabung berisi sukrosa, maltose dan larutan D warna yang
terlihat berwarna biru kehijauan. Pada tabung berisi laktosa warna terlihat yaitu
murni hijau. Tabung berisi larutan fruktosa dan larutan X menghasilkan warna
kuning. Pada tabung glukosa terbentuk endapan merah bata.
Tabel 2 Hasil uji Benedict
Sampel Hasil Gambar

Glukosa ++++

Fruktosa +++

Laktosa ++

Sukrosa +

Maltosa +
Tabel 2 Hasil uji Benedict (lanjutan)
Sampel Hasil Gambar

Pati -

Larutan X +++

Larutan F -

Larutan D +

Keterangan : (-) larutan berwarna biru


(+) larutan berwarna biru kehijauan
(++) larutan berwarna hijau
(+++) larutan berwarna kuning
(++++) larutan membentuk endapan berwarna merah bata

Uji Barfoed

Pada praktikum kali ini dilakukakan uji barfoed, yang bertujuan


membedakan monosakarida dari disakarida. Berdasarkan data yang didapat pada
Tabel 3, sampel memiliki perbedaan yang dapat teramati secara langsung. Larutan
glukosa, maltose, pati, larutan D, dan larutan F tidak mengalami perubahan warna
setalah dilakukan pemanasan pertama maupun pemanasan kedua. Kelimanya
memiliki warna yang sama, yaitu biru seulas. Sedangkan sukrosa, fruktosa dan
larutan X mengalami perubahan warna setalah pemanasan kedua. Perubahan
warna terjadi dari biru seulas menjadi biru dongker. Begitupun laktosan berubah
menjadi biru tua setelah pemanasan kedua.
Tabel 3 Hasil uji Barfoed
Gambar (Setelah Gambar (Setelah
Sampel Hasil
pemanasan 1) pemanasan 2)

Glukosa - -

Fruktosa ++ -

Laktosa +

Sukrosa ++

Maltosa - -
Tabel 3 Hasil uji Barfoed (lanjutan)
Gambar (Setelah Gambar (Setelah
Sampel Hasil
pemanasan 1) pemanasan 2)

Pati - -

Larutan X ++

Larutan F - -

Larutan D - -

Keterangan : (-) biru seulas


(+) biru gelap
(++) biru sangat gelap

PEMBAHASAN

Uji Molisch

Uji molisch secara kualitatif menentukan adanya karbohidrat dalam


sampel. Hasil positif pada sampel ditandai dengan terbentuknya cincin ungu
antara sampel dan asam sulfat. Cincin furfural diantara kedua larutan (interface)
pada sampel yang merupakan indikator adanya kandungan karbohidrat (Telussa
dan Lapu 2013). Berdasarkan hasil percobaan pada Tabel 1, semua sampel positif
membentuk cincin violet kemerahan. Hal ini sesuai dengan literature Telussa dan
Lapu 2013, bahwa uji positif mengandung karbohidrat ditandai dengan
terbentuknya cincin furfural.

Uji Benedict

Uji Benedict bertujuan untuk mengetahui adanya gula pereduksi dalam


larutan sampel. Prinsip dari uji ini adalah gugus aldehid atau keton bebas pada
gula reduksi yang terkandung dalam sampel mereduksi ion Cu2+ dari CuSO4.5H2O
dalam suasana alkalis menjadi Cu+ yang mengendap menjadi Cu2O. Suasana
alkalis diperoleh dari Na2CO3 dan Na sitrat yang terdapat pada reagen Benedict.
Pada uji ini menghasilkan endapan merah bata yang menandakan adanya gula
pereduksi pada sampel. Endapan yang terbentuk dapat berwarna hijau, kuning
atau merah bata tergantung pada konsentrasi gula reduksinya, semakin berwarna
merah bata maka gula reduksinya semakin banyak (Kusbandari 2015).
Berdasarkan data yang didapat pada Tabel 2, sampel memiliki sedikit
perbedaan terkait dengan kandungan gula reduksinya. Sesuai dengan literature
Kusbandari 2015, larutan pati dan larutan F tidak mengandung gula reduksi. Hal
ini ditandai dengan teciptanya warna biru pada campuran hasil uji kedua larutan.
Tabung berisi sukrosa, maltose dan larutan D menghasilkan warna biru kehijauan.
Sesuai dengan literature Kusbandari 2015, ketiga sampel mengandung gula
pereduksi dengan konsentrasi sekitar 250 mg/dl. Campuran laktosa dan reagen
benedict menghasilkan warna hijau setelah dipanaskan, hal ini mengindikasi
terkandungnya gula reduksi sekitar 500 mg/dl dalam larutan tersebut. Larutan
fruktosa dan larutan X menghasilkan warna kuning, larutan mengandung gula
pereduksi sekitar 1000 mg/dl. Pada tabung glukosa terbentuk endapan merah bata,
hal ini menunjukan bahwa terkandung gula pereduksi dengan kisaran 2000 mg/dl.

Uji Barfoed

Uji Barfoed dilakukan untuk membedakan sampel yang termasuk jenis


karbohidrat monosakarida dan disakarida. Barfoed merupakan pereaksi yang
bersifat asam lemah. Uji Barfoed memiliki prinsip berupa mekanisme Cu 2+ dari
pereaksi Barfoed dalam suasana asam yang direduksi lebih cepat oleh gula reduksi
monosakarida dari pada disakarida dan menghasilkan Cu2O (kupro oksida)
berwarna merah bata. Sampel monosakarida mempunyai waktu yang lebih cepat
membentuk warna merah bata pada uji Barfoed (Sumardjo 2006).
Karbohidrat yang di tambah dengan larutan Barfoed menghasilkan warna
biru. Dalam asam, polisakarida dan disakarida akan terhidrolisis parsial menjadi
sebagian kecil monomernya. Hal inilah yang menjadi dasar untuk membedakan
antara disakarida, polisakarida dan monosakarida. Monomer gula dalam hal ini
bereaksi dengan asam asetat glacial dan Cu-asetat membentuk senyawa berwarna
biru. Dibanding dengan monosakarida, disakarida dan polisakarida yang
terhidrolisis oleh asam mempunyai kadar yang lebih kecil, sehingga intensitas
warna biru yang dihasilkan lebih kecil dibandingkan dengan larutan
monosakarida. Tetapi perbedaan warna yang dihasilkan antara kerbohidrat jenis
monosakarida, disakarida dan polisakarida, tidak memberikan perbedaan warna
yang terlalu signifikan (Sumardjo 2006).
Karbohidrat yang termasuk monosakarida adalah glukosa dan fruktosa,
sedangkan maltosa, laktosa, dan sukrosa termasuk disakarida, kemudian pati
adalah jenis polisakarida. Jika dilihat dari warna yang dihasilkan pada percobaan,
bahwa reaksi positif berwarna biru gelap pada sukrosa, laktosa, fruktosa dan
larutan X. Sedangkan pada larutan glukosa, maltose, pati, larutan D, dan larutan F
berwarna biru seulas. Hasil negatif menunjukkan bahwa sampel yang diuji
merupakan bagian dari disakarida dan polisakarida.
Berdasarkan teori, larutan laktosa dan sukrosa seharusnya bereaksi negatif
terkait dengan hal warna, karena larutan tersebut termasuk disakarida yang tidak
akan bereaksi dengan pereaksi Barfoed. Begitupun larutan glukosa yang
seharusnya positif monosakarida. Pemanasan yang tidak merata memungkinkan
menjadi penyebab hasil uji tidak sesuai dengan literatur yang ada. Selain
pemanasan yang tidak merata, penggunaan waktu pemanasan juga dapat
menyebabkan reaksi tidak sesuai dengan literatur. Di mana monosakarida lebih
cepat mereduksi atau bereaksi. Sementara yang membutuhkan waktu lama dalam
pemanasan sampai bisa bereaksi adalah disakarida dan polisakarida. Pada
percobaan ini waktu yang digunakan tidak sesuai dengan literature Winarno 2004,
dimana dalam pengujian monosakarida mengunakan perekaksi Barfoed,
membutuhkan waktu pemanasan selama 1 menit, dan setelah itu didiamkan
bebrapa menit untuk dilihat perubahan yang terjadi pada larutan uji.

SIMPULAN

Simpulan

Uji Molisch menunjukkan adanya kandungan karbohidrat pada semua


sampel yang digunakan. Uji Benedict menunjukkan adanya gula pereduksi pada
larutan glukosa, fruktosa, laktosa, maltosa, larutan D, dan larutan X. Sukrosa, pati
dan larutan F bukan gula pereduksi. Uji Barfoed dapat membedakan golongan
monosakarida dan disakarida. Glukosa, fruktosa dan larutan X bukan disakarida.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa larutan X merupakan monoskarida, larutan F
merupakan polisakarida, dan larutan D merupakan disakarida.

DAFTAR PUSTAKA
Andarwulan N, Kusnandar F, Herawati D. 2011. Analisis Pangan. Jakarta(ID):
Dian Rakyat.
Kusbandari A. 2015. Analisis kualitatif kandungan sakarida dalam tepung dan
pati umbi ganyong (Canna edulis Ker.). Pharmaҫiana. 5(1): 35-42.
Siregar NS. 2014. Karbohidrat. Ilmu Keolahragaan. 13(2): 38-44.
Sulistiyani S, Rohmawati N, Mukti KSA. 2018. Analisis kandungan karbohidrat,
glukosa, dan uji daya terima pada dan nasi bakar, nasi panggang, dan
nasi biasa. Agroteknologi. 12(1): 90-99.
Sumardjo D. 2006. Pengantar Kimia: Buku Panduan Kuliah Mahasiswa
Kedokteran Dan Program Strata 1 Fakultas Bioeksakta. Jakarta(ID):
EGC.
Telussa I, Lapu P. 2013. Analisis kandungan pati resisten dari beberapa jenis pati
sagu di Maluku dengan variasi suhu pemanansan. Ind. J. Chem. Res. 1:
6-14.
Winarno FG. 2004. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta(ID): Gramedia Pustaka
Utama.
Wiratmaja IG. 2011. Pembuatan etanol generasi kedua dengan memanfaatkan
limbah rumput laut Eucheuma cottonii sebagai bahan baku. JITM.
5(1):75-84.

Anda mungkin juga menyukai