NIM : CMR0160085
1) a. Berapakah daily intake yang diperbolehkan untuk setiap rute paparan pestisida?
Daily intake pestisida yang diperbolehkan untuk setiap rute paparan adalah tergantung jenis
pestisida yang digunakan. Adapun untuk jenis DDT sudah dilarang, jadi daily intake untuk
DDT adalah 0
b. Jelaskan hubungan dosis-respon pada kasus keracunan DDT?
Penggunaan DDT menimbulkan respon berupa dampak yaitu:
1. pestisida cukup beracun untuk mempengaruhi seluruh kelompok taksonomi biota,
termasuk makhluk bukan-sasaran, sampai batas tertentu bergantung pada faktor fisiologis
dan ekologis;
2. banyak pestisida tahan terhadap degradasi lingkungan sehingga mereka dapat tahan dalam
daerah diberi perlakuan dan dengan demikian keefektifannya dapat diperkuat, namun
sebaliknya sifat ini juga memberikan pengaruh jangka panjang dalam ekosistem alamiah.
2. a. Faktor biokonsentrasi (BCF) adalah nilai yang dihitung untuk menunjukkan kemampuan tanaman
dalam menghilangkan senyawa logam dari tanah/ substrat atau kondisi peningkatan konsentrasi
polutan di lingkungan
3. a. Rumuskan karakterisasi risiko dari artikel tersebut dalam sebuah formulasi masalah
Jawab :
Karakteristik risiko harus dibuat sedemikian rupa sehingga transfaran, jelas, konsisten dan masuk
akal.
1. Identifikasi Bahaya : Kontaminasi merkuri (Hg) dalam organ tubuh ikan petek (Leiognathus
equulus) di Perairan Ancol, Teluk Jakarta.
2. Analisis Pajanan : Paparan merkuri terjadi di Perairan Ancol. Merkuri masuk ke dalam
perairan ancol dan terjadi biomagnifikasi (rantai makanan). Salah satu organisme yang
terpapar atau yang mengandung logam berat merkuri yaitu ikan petek. Dari adanya pajanan
merkuri pada ikan petek beresiko kepada masyarakat yang berada di wilayah sekitar perairan
ancol yang dapat terpajan merkuri melalui oral akibat kebiasaan masyarakat mengonsumsi
ikan petek dari wilayah perairan ancol.
3. Dosis Respon : Paparan merkuri pada ikan petektidak diketahui dosisnya secara pasti karena
dosis merkuri pada ikan petek masih dibawah ambang batas.
b. Tentukan siapakah pemangku kepentingan yang sesuai dari kasus di atas.
Jawab :
1. Pemerintah Daerah
2. Instansi Terkait seperti Dinas perikanan
5. a. Risk agent pada kasus tersebut apakah bersifat karsinogenik atau non karsinogenik atau
keduanya? Sebutkan risk agent.tersebut?
Risk agent pada kasus tersebut bersifat karsinogenik dan non karsinogenik. untuk
karsinogenik bersumber dari Sulfur Dioksida (SO2) dan Nitrogen Dioksida (NO2).
sedangkan untuk nonkarsinogenik misalnya debu.
RfC untuk SO2 adalah 30 µg/m3 atau 0,03 mg/m3 dan RfC untuk NO2 adalah 60 µg/m3
atau 0,06 mg/m3.
0,03 mg/kg/hari
= 3,16
Jadi Besar risiko (RQ) untuk SO2 pada responden tersebut adalah 3,68.
0,06 mg/kg/hari
= 0,01
Jadi Besar Risiko (RQ) untuk NO2 pada responden tersebut adalah 0,01.
c. Berdasarkan kasus tersebut anda diminta merumuskan karakterisasi risiko dalam bentuk
formula masalah?
1. Identifikasi bahaya: pencemaran udara oleh zat yang bersifat karsinogenik yaitu NO2
dan SO2, serta nonkarsinogenik seperti debu.
2. Analisis Pajanan: seorang responden bernama Hrd yang menetap di lokasi penelitian
dengan waktu aktifitas di lokasi penelitian (t) rata-rata 16 jam/hari, berat badan (Wb)
= 47 kg. Responden tersebut telah menetap (Dt) = 35 tahun dengan frekuensi paparan
setahun (f) = 350 hari/tahun,nilai (tavg) untuk zat nonkarsinogen adalah = 10950 hari
dan bila berada di lokasi maka, responden setiap hari menghirup udara ambien Sulfur
Dioksida (SO2) dengan konsentrasi (C) = 0,39575 mg/m3 dan Nitrogen Dioksida
(NO2) dengan konsentrasi (C) = 0,00283 mg/m3 serta laju asupan (R) = 0,63 m3/jam.
3. Dosis Respon: Dosis Tertentu dapat menyebabkan efek non karsinogenik dan efek
karsinogenik.
e. Tentukan siapakah pemangku kepentingan yang sesuai dengan kasus diatas, didasarkan
pada formulasi masalahnya?
1. Pemerintah setempat
Menentukan baku mutu pencemaran udara di daerah tersebut, serta mengatur
masyarakat terkait pencegahan pencemaran udara
2. Dinas Lingkungan Hidup
Membuat kebijakan yang dapat meminimalisir pencemaran udara
.