Anda di halaman 1dari 5

JAWABAN UAS

MATA KULIAH ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN

Nama : Rishania Nurma A

NIM : CMR0160085

Kelas : Reguler C Semester VII

Dosen Pengampu : Bibit Nasrokhatun Dini’ah, SKM., M.Kes

1) a. Berapakah daily intake yang diperbolehkan untuk setiap rute paparan pestisida?
Daily intake pestisida yang diperbolehkan untuk setiap rute paparan adalah tergantung jenis
pestisida yang digunakan. Adapun untuk jenis DDT sudah dilarang, jadi daily intake untuk
DDT adalah 0
b. Jelaskan hubungan dosis-respon pada kasus keracunan DDT?
Penggunaan DDT menimbulkan respon berupa dampak yaitu:
1. pestisida cukup beracun untuk mempengaruhi seluruh kelompok taksonomi biota,
termasuk makhluk bukan-sasaran, sampai batas tertentu bergantung pada faktor fisiologis
dan ekologis;
2. banyak pestisida tahan terhadap degradasi lingkungan sehingga mereka dapat tahan dalam
daerah diberi perlakuan dan dengan demikian keefektifannya dapat diperkuat, namun
sebaliknya sifat ini juga memberikan pengaruh jangka panjang dalam ekosistem alamiah.

2. a. Faktor biokonsentrasi (BCF) adalah nilai yang dihitung untuk menunjukkan kemampuan tanaman
dalam menghilangkan senyawa logam dari tanah/ substrat atau kondisi peningkatan konsentrasi
polutan di lingkungan

b. Biokonsentrasi merupakan kondisi peningkatan konsentrasi polutan dilingkungan, sedangkan rantai


makanan adalah proses makan dan dimakan pada serangkaian organisme dengan urutan tertentu.
Organisme yang mengalami pemaparan bahan toksik terus menerus akan mengalami bioakumulasi
yang mana merupakan suatu proses dimana substansi kimia mempengaruhi mahluk hidup yang
ditandai dengan peningkatan konsentrasi bahan kimia di tubuh organisme dibandingkan dengan
konsentrasi bahan kimia itu dilingungan.

3. a. Rumuskan karakterisasi risiko dari artikel tersebut dalam sebuah formulasi masalah

Jawab :

Karakteristik risiko harus dibuat sedemikian rupa sehingga transfaran, jelas, konsisten dan masuk
akal.

1. Identifikasi Bahaya : Kontaminasi merkuri (Hg) dalam organ tubuh ikan petek (Leiognathus
equulus) di Perairan Ancol, Teluk Jakarta.
2. Analisis Pajanan : Paparan merkuri terjadi di Perairan Ancol. Merkuri masuk ke dalam
perairan ancol dan terjadi biomagnifikasi (rantai makanan). Salah satu organisme yang
terpapar atau yang mengandung logam berat merkuri yaitu ikan petek. Dari adanya pajanan
merkuri pada ikan petek beresiko kepada masyarakat yang berada di wilayah sekitar perairan
ancol yang dapat terpajan merkuri melalui oral akibat kebiasaan masyarakat mengonsumsi
ikan petek dari wilayah perairan ancol.
3. Dosis Respon : Paparan merkuri pada ikan petektidak diketahui dosisnya secara pasti karena
dosis merkuri pada ikan petek masih dibawah ambang batas.
b. Tentukan siapakah pemangku kepentingan yang sesuai dari kasus di atas.

Jawab :

1. Pemerintah Daerah
2. Instansi Terkait seperti Dinas perikanan

4. a. Reference doses (RfD)


Reference doses (RfD) adalah Dosis dari pajanan harian agen risiko non karsinogenik yang
diestimasi tidak menimbulkan efek yang mengganggu walaupun pajanannya terjadi
sepanjang hayat (seumur hidup).

a. Reference concentration (RfC)


Reference concentration (RfC) adalahKonsentrasi dari pajanan harian agen risiko non
karsinogenik yang diestimasi tidak menimbulkan efek yang mengganggu walaupun
pajanannya terjadi sepanjang hayat (seumur hidup).

5. a. Risk agent pada kasus tersebut apakah bersifat karsinogenik atau non karsinogenik atau
keduanya? Sebutkan risk agent.tersebut?

Risk agent pada kasus tersebut bersifat karsinogenik dan non karsinogenik. untuk
karsinogenik bersumber dari Sulfur Dioksida (SO2) dan Nitrogen Dioksida (NO2).
sedangkan untuk nonkarsinogenik misalnya debu.

b. Berapa nilai RfC dan RQ dari kasus tersebut?

RfC untuk SO2 adalah 30 µg/m3 atau 0,03 mg/m3 dan RfC untuk NO2 adalah 60 µg/m3
atau 0,06 mg/m3.

Besar risiko (RQ) = 0,0949 mg/kg/hari

0,03 mg/kg/hari

= 3,16

Jadi Besar risiko (RQ) untuk SO2 pada responden tersebut adalah 3,68.

Sedangkan RQ untuk NO2 adalah:

Besar risiko (RQ) = 0.000679 mg/kg/hari

0,06 mg/kg/hari

= 0,01

Jadi Besar Risiko (RQ) untuk NO2 pada responden tersebut adalah 0,01.

b. Berdasarkan nilai RQ rumuskanlah interpretasi nilai RQ tersebut dan apakah sudah


membutuhkan pengendalian risiko?
Berdasarkan pada nilai RQ, diperlukan pengendalian risiko untuk pencemar SO2 karena
telah melebihi nilai ambang batas.

c. Berdasarkan kasus tersebut anda diminta merumuskan karakterisasi risiko dalam bentuk
formula masalah?

1. Identifikasi bahaya: pencemaran udara oleh zat yang bersifat karsinogenik yaitu NO2
dan SO2, serta nonkarsinogenik seperti debu.
2. Analisis Pajanan: seorang responden bernama Hrd yang menetap di lokasi penelitian
dengan waktu aktifitas di lokasi penelitian (t) rata-rata 16 jam/hari, berat badan (Wb)
= 47 kg. Responden tersebut telah menetap (Dt) = 35 tahun dengan frekuensi paparan
setahun (f) = 350 hari/tahun,nilai (tavg) untuk zat nonkarsinogen adalah = 10950 hari
dan bila berada di lokasi maka, responden setiap hari menghirup udara ambien Sulfur
Dioksida (SO2) dengan konsentrasi (C) = 0,39575 mg/m3 dan Nitrogen Dioksida
(NO2) dengan konsentrasi (C) = 0,00283 mg/m3 serta laju asupan (R) = 0,63 m3/jam.
3. Dosis Respon: Dosis Tertentu dapat menyebabkan efek non karsinogenik dan efek
karsinogenik.

d. Bagaimana proses manajemen risiko dilakukan?

Manajemen Risiko dilakukan dengan cara melakukan pengendalian terhadap sumber


paparan, melakukan hal-hal yang dapat mengurangi pencemaran, misalnya penanaman
pohon. serta melakukan advokasi kepada pemangku kepentingan yang terkait dengan
permasalahan tersebut.

e. Tentukan siapakah pemangku kepentingan yang sesuai dengan kasus diatas, didasarkan
pada formulasi masalahnya?

1. Pemerintah setempat
Menentukan baku mutu pencemaran udara di daerah tersebut, serta mengatur
masyarakat terkait pencegahan pencemaran udara
2. Dinas Lingkungan Hidup
Membuat kebijakan yang dapat meminimalisir pencemaran udara
.

Anda mungkin juga menyukai