Anda di halaman 1dari 5

DINAS KESEHATAN KABUPATEN KOTABARU

PUSKESMAS SEBATUNG
KECAMATAN PULAU LAUT UTARA
Jl.Singabana RT. 20 Kel. Kotabaru Tengah Kab. Kotabaru 72113

Nomor :- Kotabaru, 14 Mei 2019


Lampiran : 5 ( Lima ) berkas
Perihal : Tinjauan perilaku beberapa pegawai Kepada Yth.
Puskesmas Sebatung
Kepala Dinas Kesehatan

Kabupaten Kotabaru
Di –

Kotabaru

Dengan ini saya selaku plt. Kepala puskesmas sebatung yang diberi amanah,
ingin menyampaikan bahwa puskesmas Sebatung sekarang ini sedang menghadapi
krisis perilaku oleh beberapa pegawai yang dianggap kurang mencerminkan hal yang
positif demi kemajuan organisasi ( puskesmas ) ke depan.
Krisis perilaku ini sebenarnya sudah berlangsung sejak lama, dan saya sendiri
merasakan hal ini sejak saya diangkat sebagai plt. Kepala puskesmas yakni sejak
tahun 2017, dimana saya merasakan kurang nya ketaatan bawahan terhadap atasan.
Hal ini juga pernah terjadi pada kepemimpinan sebelum saya, dimana para bidan
desa waktu itu menolak untuk di tempatkan di desa, meski pun akan di fasilitasi.
Seringnya ada pertikaian atau perselisihan antar petugas juga pernah tejadi di
puskesmas sebatung, baik antar personal maupun kelompok.
Di era kepemimpinan saya sejak awal, saya merasa sebagian besar pegawai
memang kurang menyadari posisi nya, tanggung jawabnya, dan kurang mau atau
bahkan sulit untuk diperintah. Seiring dengan berjalannya waktu saya mencoba
menyimpulkan dan mencari penyebab dengan mempelajari karakteristik masing –
masing pegawai, dan kesimpulan saya bahwa hal ini terjadi karena sebagian besar
pegawai di puskesmas sebatung merupakan orang – orang yang merasa mampu
menyisihkan diri dari puskesmas lain nya karena merasa memiliki power atas dirinya
dan tidak betah atas kondisi yang dia alami di tempat kerja sebelumnya ( transisi dari
puskesmas di desa ke perkotaan karna adanya power ). Hal ini lah yang menjadi
catatan bagi saya, bahwa dengan perasaan tersebut mindset yang terbentuk dalam diri
masing – masing mereka kurang lebih nya sama yakni merasa paling kuat, paling
tinggi, dan tidak mau di atur. Dan sikap - sikap semacam ini lah yang justru akan
merugikan organisasi dimana mereka berada, apalagi jika pemimpin / atasan kurang
mendapat dukungan dari atasan yang ada di tingkat lebih atas.
Ini mulai terlihat dalam keseharian bekerja para pegawai, di saat rapat, di saat
mengerjakan atau menyelesaikan sesuatu pekerjaan, mereka sering kali menolak
masukan ataupun perintah atasan, dan kurang mau bekerja sama, sering tidak
menyadari posisinya sebagai bawahan, bahkan tidak menyadari tugasnya sebagai
pelayan masyarakat. Sering terlihat tidak betah atau terbebani jika diminta
melaksanakan tugas pokok / utamanya, seperti mendampingi dokter dalam melakukan
pelayanan, namun lebih semangat jika mendapat tugas ke luar atau DL. Contoh
terbaru yang dapat dilihat pada rapat kemaren pada tanggal 14 mei 2019 jam 11.30
WITA yang membahas masalah pelayanan, dimana saya sebagai atasan meminta jika
salah satu dokter tidak ada maka saya memerintahkan agar petugas yang berada
diruangan agar sekiranya tetap melayani dan menerima delegasi wewenang yang
diberikan oleh dokter untuk melakukan pengobatan sesuai dengan batas dan
kemampuannya, akan tetapi jika ada kendala atau kasus – kasus tertentu yang sulit
ditangani maka boleh mengkonsulkan ke dokter di ruangan lain. Hal ini saya lakukan
agar sekiranya pelayanan tetap dapat berjalan dengan cepat dan pasien tidak hanya
tertumpuk di satu ruangan saja, mengingat dokter yang ada hanya satu orang, dan
mengingat banyaknya jumlah kunjungan yang ada di puskesmas, selain itu juga untuk
menghindari menurunnya konsentrasi/ fokus dokter dengan jumlah pasien yang
semakin banyak, dan agar pelayanan di puskesmas tetap berjalan cepat dan lancar,
meski dengan satu dokter, dan agar petugas yang lain juga tetap bekerja/ tetap aktif
dan tidak hanya bercengkrama.
Penolakan demi penolakan saya terima dengan alasan bahwa mereka tidak
punya kewajiban untuk memberikan resep/ mengobati padahal jelas saya sampaikan
ini demi kelancaran pelayanan dan melihat jumlah dokter yang hanya dua orang, dan
dokter yang satu berstatus PLT kapus, sedangkan jumlah perawat dan bidan yang
jumlahnya berkali – kali lipat. Sejawat saya sempat menanyakan untuk apa kita
punya perawat dan bidan yang banyak, cuma untuk anamnesa saja, dan bahkan hanya
duduk – duduk saja bergantian dengan petugas yg lain, dan anamnesa pun juga jarang
mereka lakukan, begitu pula tugas mereka mengisi asuhan keperawatan yang tidak
pernah mereka lakukan.
Adanya nya petugas yang hanya duduk menerima status pasien secara
bergantian bagi saya ini tdk efektif, sehingga saya mengharapkan sebaiknya pegawai
– pegawai seperti ini digantikan saja dengan dokter tambahan dan perawat yang lebih
aktif saja. Juga melihat banyak nya tugas yang tidak seharusnya mereka laksanakan
dilaksanakan oleh mereka sebagai tugas tambahan membuat tugas pokok dilupakan.
Untuk itu saya juga meminta agar pegawai administratif atau bersifat teknis, seperti
rekam medis dan tekhnisi komputeer lah yang ditambah di puseksmas sebatung bukan
bidan atau perawat. Dan saya memohon juga agar sekiranya beberapa pegawai yang
sering menolak perintah atasan dan berperilaku kurang sopan dan santun, serta suka
bermasalah baik dengan pegawai lainnya maupun atasan agar sekiranya dapat di
rotasi atau keluarkan dari puskesmas sebatung dan diganti dengan 1 atau 2 pegawai
yang lain yang memiliki perilaku yang lebih baik dan taat perintah.
Menyikapi apa yang pernah disampaikan oleh Setda bahwa akan
dimaksimalkan pegawai terutama perawat dan bidan di puskesmas – puskesmas
perawatan, untuk itu saya mempersilahkan agar sekiranya pegawai – pegawai seperti
ini dapat diperbantukan atau di rotasi di puskesmas – puskesmas tersebut, sehingga
saya mengharapkan mereka juga dapat belajar betapa beruntungnya di perkotaan dan
mereka harus lebih taat lagi dan menghargai kepemimpinan meskipun terkadang
pimpinan yang ada lebih muda dari mereka.
Adapun nama – nama pegawai yang sering bersikap menolak perintah atasan
dan tidak taat, serta sering menjadi provokator bagi pegawai lainnya adalah sebagai
berikut :
1. Dina meryana, S. Kep. Ners / 19851124 200903 2 006
Riwayat perilaku : sering bermasalah / bertikai dengan petugas yang lain, sering
keluar lama pada saat jam kerja, sering menolak masukan/perintah atasan dan
bersikeras mempertahankan maunya meski tidak benar, dan terkait dengan
program napza, sulit atau bahkan tidak mau menerima masukan dari atasan.
Pernah bertikai dan beradu mulut secara tidak sopan di depan atasan.
2. Riduan, S. Kep / 19720308 199101 1 002
Riwayat perilaku : sering menghilang pada saat jam kerja, perilaku agak kasar
terhadap pasien, sering menolak perintah atasan, tidak taat aturan ( jarang
memakai APD pada saat melakukan tindakan, seki sudah sering diberi tahu ).
3. Rosaria Fitriyani, AMK / 19850601 200903 2 012
Riwayat perilaku : sering bermasalah / bertikai dengan petugas yang lain dan
bahkan pernah dilaporkan ke polisi, sering keluar lama pada saat jam kerja, sering
menolak masukan/perintah atasan dan bersikeras mempertahankan maunya meski
tidak benar, dan terkait dengan program napza, sulit atau bahkan tidak mau
menerima masukan dari atasan, serta memiliki perilaku tidak sopan baik jika
berbicara maupun bertindak jika memiliki masalah dengan orang lain, bahkan jika
di beri tahu oleh atasan/ pimpinan.
4. Hatta Mustafa, S. Kep. Ns / 19850824 201001 2 013
Riwayat perilaku : sering kali menunjukkan sikap kurang sopan dan santun
terhadap atasan maupun rekan kerja lainnya, tidak mau menerima masukan dari
atasan meskipun tujuannya adalah demi kelancaran pelayanan dengan alasan yang
kurang masuk diakal.
5. Mahzuroh, AM. Keb / 19770714 200003 2 002
Sering bersikap dan berbicara tidak sopan dengan teman/ rekan kerja dan atasan,
karena mau menang sendiri, sering bertikai dan berselisih dengan rekan kerja
lainnya, sering menolak perintah dan masukan dari atasan dan selalu mengancam
akan meninggalkan ruangan poli jika tdk di ikuti maunya, sering memprovokasi
rekan kerja/ pegawai yang lain jika ada suatu masalah yang tidak sesuai dengan
kemauannya meskipun itu dari atasan. Selalu merasa paling tau tehadap aturan
kepegawaian terkait izin, cuti, dll, terutama jika itu terkait dengan pegawai lain
yang ada di puskesmas, namun jika untuk dirinya sendiri tidak berlaku dan
mencoba mengelak.
Kebanyakan dari mereka berstatus S1 namun sikap dan perilaku mereka
kurang mencerminkan, sering keluar / menghilang pada saat jam kerja. Padahal
dengan status tersebut mereka mendapatkan point lebih dalam kapitasi BPJS
meskipun tanggung jawabnya tidak bertambah. Namun karena mereka sering kali
tidak mau mendengarkan apa yang atasan sampaikan dan merasa yang mereka
sampaikan sudah paling benar, saya sebagai pimpinan tidak mampu berbuat apa –
apa. Saya hanya merasa miris terhadap teman – teman perawat lainnya yang tidak
berstatus S1 namun lebih rajin dalam bekerja akan tetapi kapitasi yang di dapatkan
nilainya tetap dan jauh di bawah S1, namun saya tidak bisa berbuat banyak karena
jika saya memberi masukan dalam rapat selalu di tolak dengan alasan ketetapan,
padahal saya sebagai atasan disini.
Sekian apa yang bisa sampaikan mengenai situasi SDM yang ada di
puskesmas sebatung sekarang ini, mohon kiranya bapak kepala dinas segera
menindak lanjuti hal ini, jika tidak akan terlambat untuk membangun Budaya Kerja
Yang baik demi kemajuan puskesmas dan pelayanan yang lebih berkualitas bagi
masyarakat kita. Mohon maaf atas kejujuran saya pak, disini saya mengutarakan
semuanya hanya demi kebaikan Organisasi ke depan karena tidak akan mungkin saya
merubah sendiri tanpa bantuan Dinas Kesehatan sebagai pengatur dan pembuat
kebijakan. Atas perhatiannya saya ucapkan banyak terimakasih.

Kotabaru, 14 mei 2019


Plt. Kepala Puskesmas sebatung

Dr. Nooraisyah, M. Kes


19851102 201101 2 008

Anda mungkin juga menyukai