I. Pendahuluan
Persaingan sudah kerap terjadi di dunia ini. Begitu juga dengan Gereja dan
Negara. Di satu sisi Negara mendominasi Gereja sehingga semua yang ada di
Gereja ditentukan oleh Negara. Sebaliknya, di sisi lain Gereja juga mendominasi
Negara. Hal ini ditunjukkan dengan norma norma yang terdapat di masyarakat
dipengaruhi oleh sikap sikap Gereja.
Untuk itu, hendaknya Negara dan Gereja ini dapat berkolaborasi dalam
menciptakan kesejahteraan manusia. Kolaborasi ini berarti tidak ada satu pihak
yang lebih unggul. Keduanya seimbang dengan partisipasi yang sebaik mungkin.
Dengan kolaborasi yang baik, tujuan dari manusia untuk hidup rukun akan
tercapai. Negara dapat mencukupi kebutuhan rakyatnya, Gereja juga dapat
membantu memuliakan Tuhan dengan sikap sikapnya.
II. Isi
Negara merupakan lembaga yang dikehendaki Allah. Lembaga ini sangat
dibutuhkan dalam rangka mencukupi kesejahteraan manusia melalui aturan dan
hukum yang dibuat. Manusia dapat hidup lebih teratur serta terarah. Tidak egois,
serta saling bahu membahu satu sama lain. Allah menyatakan kehendak-Nya
kepada bangsa-bangsa.
Negara berbeda dengan Pemerintah. Negara yang demokratis ialah negara yang
mengutamakan kesjahteraan rakyatnya dengan musyawarah yang terbuka.
Semua rakyatnya berhak untuk bersuara. Sedangkan Pemerintah lebih terarah
kepada orang yang melaksanakan amanat dari suara rakyat. Jadi, pemerintah
lebih didefinisikan sebagai pengurus dari Negara yang ada. Dalam melaksanakan
tugasnya, pemerintah harus dapat bekerjasama dengan rakyat untuk mencapai
tujuan kesejahteraan Bersama.
III. Penutup
Hubungan antara Gereja dan Negara tidak dapat dipisahkan. Dua lembaga ini
harus dapat bekerjasama dengan baik sehingga dapat mencapai tujuan bersama,
yaitu kesejahteraan rakyat. Negara harus dapat memberikan toleransi serta aturan
yang baik bagi Gereja. Gereja juga harus memberi sikap sikap baik yang akan
mempengaruhi hukum yang berlaku di Negara.