Anda di halaman 1dari 2

Hubungan Gereja dan Negara

Oleh : Belinda Hana 1906292300


Buku : Membangun Pribadi Berkarakter Mulia
Penulis :
- Yoel Betakore, M.A., M.Pd.K.
- Cheryl Naray, M.Th.
- Edwina Satmoko Tanojo, M.Hum.

Penerbit: Universitas Indonesia

I. Pendahuluan
Persaingan sudah kerap terjadi di dunia ini. Begitu juga dengan Gereja dan
Negara. Di satu sisi Negara mendominasi Gereja sehingga semua yang ada di
Gereja ditentukan oleh Negara. Sebaliknya, di sisi lain Gereja juga mendominasi
Negara. Hal ini ditunjukkan dengan norma norma yang terdapat di masyarakat
dipengaruhi oleh sikap sikap Gereja.

Untuk itu, hendaknya Negara dan Gereja ini dapat berkolaborasi dalam
menciptakan kesejahteraan manusia. Kolaborasi ini berarti tidak ada satu pihak
yang lebih unggul. Keduanya seimbang dengan partisipasi yang sebaik mungkin.
Dengan kolaborasi yang baik, tujuan dari manusia untuk hidup rukun akan
tercapai. Negara dapat mencukupi kebutuhan rakyatnya, Gereja juga dapat
membantu memuliakan Tuhan dengan sikap sikapnya.

II. Isi
Negara merupakan lembaga yang dikehendaki Allah. Lembaga ini sangat
dibutuhkan dalam rangka mencukupi kesejahteraan manusia melalui aturan dan
hukum yang dibuat. Manusia dapat hidup lebih teratur serta terarah. Tidak egois,
serta saling bahu membahu satu sama lain. Allah menyatakan kehendak-Nya
kepada bangsa-bangsa.

Negara berbeda dengan Pemerintah. Negara yang demokratis ialah negara yang
mengutamakan kesjahteraan rakyatnya dengan musyawarah yang terbuka.
Semua rakyatnya berhak untuk bersuara. Sedangkan Pemerintah lebih terarah
kepada orang yang melaksanakan amanat dari suara rakyat. Jadi, pemerintah
lebih didefinisikan sebagai pengurus dari Negara yang ada. Dalam melaksanakan
tugasnya, pemerintah harus dapat bekerjasama dengan rakyat untuk mencapai
tujuan kesejahteraan Bersama.

Gereja merupakan organisasi keagamaan yang berperan sebagai mitra Allah di


dunia. Gereja disebut juga sebagai Tubuh Kristus. Selain itu, Gereja tidak hanya
berperan dalam hal rohani, tetapi juga dalam kehidupan sosial dan berbudaya.
Terdapat gereja dalam etnis / suku tertentu yang sama sama mengimani Yesus
Kristus.

Terdapat Kesaksian Alkitab tentang kehidupan bernegara dan beragama. Ketika


dalam Perjanjian Lama, kehidupan bernergara dan beragama menjadi satu
kesatuan. Dalam hal ini, agama bersikap kritis terhadap kehidupan sosial
sehingga kehidupan sosial dan politik sulit dipisahkan dari hidup beragama.
Sedangkan di dalam Perjanjian Baru terdapat 2 kejadian yang berbeda. Terdapaat
pemisahan antara gereja dengan negara. Kesaksian di alkitab Perjanjian Baru
tentang sikap gereja dalam menghadapi perihal kenegaraan dapat ditemui di
kitab Roma dan Wahyu. Kesaksian ini terdiri atas 2 sikap. Yaitu sikap hormat
terhadap pemerintah yang ada di surat Roma dan sikap kritis terhadap
pemerintah yang ada di kitab Wahyu.

III. Penutup
Hubungan antara Gereja dan Negara tidak dapat dipisahkan. Dua lembaga ini
harus dapat bekerjasama dengan baik sehingga dapat mencapai tujuan bersama,
yaitu kesejahteraan rakyat. Negara harus dapat memberikan toleransi serta aturan
yang baik bagi Gereja. Gereja juga harus memberi sikap sikap baik yang akan
mempengaruhi hukum yang berlaku di Negara.

Anda mungkin juga menyukai