Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Islam adalah agama yang kaya. Khazahnya mencakup segenap aspek kehidupan
manusia, termasuk diantaranya masalah kesehatan dan pengobatan.ilmu pengobatan islam
sebenarnya tidak kalah dengan ilmu pengobatan barat. Contohnya Ibnu Sina seorang
muslim yang menjadi pionir ilmu kedokteran modern. Ilmu pengobatan islam bertumpu
pada cara-cara alami dan metode ilahiah.
Sebagai khalifah di muka bumi, manusia di berkahi akal oleh Allah SWT, di samping
sebagai insting yang mendorong manusia untuk mencari segala sesuatu yang dibutuhkan
untuk melestarikan hidupnya seperti makan, minum dan tempat berlindung.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud kefarmasian menurut agama islam?
2. Sejarah kefarmasian dalam kehidupan islam?
3. Tokoh tokoh farmasi dalam islam?

C. Tujuan
1. Mengetahui ilmu farmsi dalam agama islam.
2. Mengetahui sejarah famasi dalam agam islam.
3. Mengetahui tokoh tokoh farmasi di agama islam.

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Farmasi Dalam Islam
Dari riwayat Imam Muslim dari Jabir bin Abdillah, dia berkata, bahwa Nabi Saw
bersabda, “Setiap penyakit pasti memiliki obat. Bila sebuah obat sesuai dengan
penyakitnya, maka dia akan sembuh dengan seizin Allah Subhanahu wa Ta’ala”
(HR. Muslim).
Ketika Allah SWT menurunkan penyakit, maka saat itu Allah menurunkan
obatnya. Ketika seorang hamba diuji dengan penyakit, maka Allah akan
menolongnya dengan menurunkan obatnya. Ketika Allah menguji hambanya dengan
“roh jahat”, maka Allah akan menolongnya dengan “roh baik”, yaitu malaikat.
“Inilah kebijaksanaan Allah SWT. Dalam ruqyah syariah malaikat ikut berperan,”
jelas Ust. Abu.
Diriwayatkan pula dari musnad Imam Ahmad dari shahabat Usamah bin Suraik ,
bahwasanya Nabi bersabda, “Aku pernah berada di samping Rasulullah, lalu
datanglah serombongan Arab dusun. Mereka bertanya, “Wahai Rasulullah, bolehkah
kami berobat?” Beliau menjawab: “Iya, wahai para hamba Allah, berobatlah, sebab
Allah tidaklah meletakkan sebuah penyakit melainkan meletakkan pula obatnya,
kecuali satu penyakit.” Mereka bertanya: “Penyakit apa itu?” Beliau menjawab:
“Penyakit tua dan pikun.”1
Dari Utsman bin Al-Aash diriwayatkan bahwa ia pernah mengeluhkan
penyakitnya kepada Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassallam, yaitu penyakit di
tubuhnya. Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassallam bersabda:
“Letakkan tanganmu di bagian tubuhmu yang sakit, lalu ucapkanlah:”Bismillah,
bismillah, bismillah. Lalu ucapkan kalimat berikut sebanyak tujuh kali:”Aku
memohon perlindungan kepada Allah dengan kemuliaan dan kekuasaan-Nya, dari
keburukan segala yang kudapatkan dan kukhawatirkan.”2

1 HR. Ahmad, Al-Bukhari dalam Al-Adabul Mufrad, Abu Dawud, Ibnu Majah, dan At-Tirmidzi, beliau berkata bahwa hadits ini hasan shahih.
Syaikhuna Muqbil bin Hadi Al-Wadi’i menshahihkan hadits ini dalam kitabnya Al-Jami’ Ash-Shahih mimma Laisa fish Shahihain, 4/486.
2 Diriwayatkan oleh Muslim.

2
B. Sejarah Farmasi Dan Prinsip Pengobatan Dalam Islam
Islam mengatur bagaimana seharusnya umat Islam berobat jika sakit. Setidaknya
ada lima prinsip pengobatan dalam Islam, meliputi (1) berobat kepada ahlinya, (2)
berobat kepada orang muslim, (3) soal berobat tidak kepada dukun atau
menggunakan obat yang haram, (4) masalah berobat dengan cara tradisional.
Rasulullah Saw pernah didatangi dua orang sahabat yang terluka mengeluarkan
darah banyak, lalu beliau berkata, “Siapa diantara kalian yang paling pandai di
dalam ilmu kedokteran”? Maka salah seorang dari mereka bertanya, “Apakah ilmu
kedokteran itu ada manfaatnya, Ya Rasulallah?” Rasulullah menjawab, “Allah adalah
Dzat yang menurunkan penyakit dan sekaligus menurunkan obatnya”.
Barangsiapa berobat kepada orang yang bukan ahlinya, maka dia bertanggung
jawab di dunia dan akhirat. Berobat kepada ahlinya dianjurkan oleh Rasulullah.
Oleh karena itu, kita harus punya skill kedokteran yang memadai dan bisa
memberikan pelayanan yang komperensif agar kita mengobati atau memberikan
pengobatan yang disyariatkan, biar kita bisa mempertanggungjawabkan kepada Allah
SWT.
Bagaimana berobat kepada nonmuslim, Ahmad bin Hambal menyatakan makruh
minum obat buatan orang nonmuslim. Seorang muslim makruh berobat kepada
dokter orang nonmuslim, kecuali dalam keadaan darurat, karena kita tidak tahu
komposisi obat yang dipakai.
Rasululah Saw juga sangat melarang umatnya berobat kepada
dukun. “Barangsiapa yang mendatangi seorang dukun, kemudian dia bertanya
tentang sesuatu (dia mempercayainya), maka shalatnya tidak diterima selama 40 hari
40 malam.”
Islam membolehkan berobat dengan cara tradisional, selama terhindar dari unsur
haram. Salah satu cara pengobatan tradisional ala Rasulullah Saw adalah bekam.
Pembuluh darah ada dua, yaitu pembuluh nadi dan pembuluh pena (pembuluh
balik). Cairan dalam tubuh kita 80% adalah darah, 80% diantaranya adalah darah di
pembuluh pena (darah kotor) pembuluh pena paling anyak terdapat di daerah
punggung dan leher. Karenanya, Rasulullah memerintahkan umatnya untuk
berbekam.

3
Obat-obat herbal halal yang pernah dianjurkan Rasulullah SAW di antaranya
habatus sauda, alkus (bahan herbal yang digunakan oleh Rasulullah untuk mengobati
tenggorokan yang disertai pendarahan), khana yang bisa mengobati masalah perut,
sobir atau lidah buaya bisa mengobati luka, sakit mata, diare, dan penyakit herpes.
Soal upah dari pengobatan bekam, Rasulullah pernah berbekam dan memberikan
upah dua syak gandum atau sekitar Rp 250 ribu.3
Farmasi merupakan salah satu bidang professional dalam kesehatan yang
mengombinasikan ilmu kesehatan dan ilmu kimia. Tugas utama dalam kajian dunia
farmasi adalah bertanggung jawab dalam memastikan efektivitas dan keamanan
penggunaan obat. Namun di era Globalisasi ini, banyak orang yang menganggap
bahwa kemajuan ilmu farmasi berasal dari Barat atau Eropa. Padahal kemajuan yang
dicapai oleh Barat, tidak bisa dilepaskan dari peranan zaman sebelumnya yaitu
kejayaan peradaban Islam dalam berbagai bidang, termasuk farmasi.
Eksistensi ilmu farmasi tidak bisa dilepaskan dari kejayaan peradaban Islam di
masa dinasti Abbasiyyah yang melakukan gerakan penerjemahan secara besar-
besaran. salah satu karya penting yang diterjemahkan pada waktu itu, adalah De
Material Medica karya Dioscorides. Selain itu, para ilmuwan muslim juga
melakukan transfer pengetahuan tentang obat-obatan dari berbagai naskah yang
berasal dari Yunani, China, Persia.
Pada abad ke-7 sampai ke-17, para ilmuwan muslim secara khusus memberi
perhatian khusus untuk melakukan investigasi atau pencarian, terhadap beragam
produk alam yang dapat digunakan sebagai obat-obatan. Apa yang dilakukan oleh
para ilmuwan muslim ini adalah bentuk dari manifestasi dari sabda Rasulullah SAW,
“Bahwa setiap penyakit pasti ada obatnya”.
Sabda Rasulullah SAW yang begitu populer di kalangan umat Islam itu,
nampaknya memicu para ilmuwan muslim di era kekhalifahan Abbasiyah, untuk
berlomba-lomba meracik dan menciptakan bermacam obat-obatan. Pencapaian umat
Islam yang begitu gemilang dalam bidang kedokteran dan kesehatan, tidak bisa
dilepaskan dari kejayaan Islam dalam bidang farmasi.

3 Ust. Abu Syadza, pakar Thibbun Nabawi. Tulisan ini disarikan dari Kajian Online Asy-Syifa Center bersama Ust. Abu Syadza, 5 Januari 2013
oleh Lutfiana Wakhid/localhost/project/personal/ddhongkong.org/ddhongkong.org .

4
Peradaban Islam adalah peradaban yang telah merintis bidang farmasi, serta
menjadikan farmasi tetap bertahan sampai sekarang. Banyak para ilmuwan muslim di
era kejayaan Islam, sudah berhasil menguasai riset ilmiah mengenai komposisi,
dosis, penggunaan, dan efek dari obat-obatan sederhana dan campuran. Seperti adas
manis, kayu manis, cengkeh, sulfur, merkuri dan lain sebagainya.
Selain menguasai bidang farmasi, masyarakat muslim tercatat sebagai peradaban
pertama yang mempunyai apotek dan toko obat. Apotek pertama yang ada di dunia
berdiri di kota Baghdad pada tahun 754 M, dimana pada waktu itu Baghdad menjadi
pusat pemerintahan dinasti Abbasiyah sekaligus pusat peradaban dunia.
Hal ini menepis anggapan bahwa apotek dan ilmu farmasi berasal dari Barat,
tetapi kenyataannya apotek di barat baru ada sekitar tahun 1400 M atau akhir abad
ke-14 M.
Masa perkembangan farmasi pada kejayaan Islam ini melahirkan tokoh-tokoh
muslim yang berperan penting dalam ilmu kedokteran dan farmasi. Hal ini tergambar
dalam kitab-kitab yang dihasilkan oleh para ilmuwan muslim seperti Jabir Ibnu
Hayyan yang mengarang kitab yang berjudul al-Khama’ir (Fermentasi), al-Khawash
al-Kabir (buku besar tentang sifat kimiawi).
Banyak tokoh-tokoh besar Islam, yang mempunyai andil besar dalam kemajuan
bidang farmasi. Diantaranya adalah Muhammad Ibnu Zakariya al-Razi yang
mengembangkan obat-obatan, Abu al-Qosim al-Zahrawi yang merintis tentang
distiliasi dan sublimasi, al-Biruni yang menulis buku tentang farmakhologi yang
bernama al-Saydalah (kitab tentang obat-obatan) dan berbagai ilmuwan muslim
lainnya yang menekuni bidang farmasi.
Perkembangan farmasi menurut Abu al-Wafar Abdul Akhir ada empat fase. Fase
pertama yaitu antara tahun 720 – 776 M, fase kedua terjadi antara tahun 777-930 M,
fase ketiga berlangsung diantara tahun 936-1165 M, adapun fase ke-4 terjadi
direntang tahun 1095-1248 M. pada setiap fase ini lah, muncul ulama-ulama besar
Islam yang menekuni dunia farmasi dan melakukan ijtihad dalam bidang farmasi.
Sehingga pada setiap fase ini, muncul sesuatu yang baru dan memiliki karakteristik
sendiri-sendiri.

5
Dengan majunya bidang farmasi pada masa kejayaan Islam, toko obat-obatan atau
apotek mulai menjamur seperti jamur yang tumbuh di musim hujan. Toko obat tidak
hanya menjamur di kota Baghdad yang menjadi kota metropolis dunia, tetapi juga di
kota-kota Islam lainnya.
Bahkan para ahli farmasi pada waktu itu sudah mempunyai apotek sendiri-sendiri.
Mereka memanfaatkan keahliannya untuk meracik berbagai obat-obatan dan
kemudian menyimpannya di toko obat miliknya.
Islam dan peradabannya mendominasi bidang farmasi sampai abad ke-17 M.
setelah era kejayaan Islam memudar, ilmu meracik dan membuat obat-obatan di
kuasai oleh dunia Barat yang telah bangkit dari masa kegelapannya.
Kebangkitan barat berhasil menguasai berbagai bidang diantaranya adalah
farmasi, mereka menerjemahkan kitab-kitab berbahasa arab karya para ilmuwan
muslim, ke dalam bahasa-bahasa yang ada di Eropa. Tidak mengherankan, jika
industri farmasi dunia kini berada dalam genggaman barat.
Selain itu, bukti bahwa peradaban Islam mempunyai peran dalam kebangkitan
peradaban Barat, khususnya dalam bidang farmasi adalah kembalinya minat terhadap
pengobatan natural, yang begitu popular dalam pendidikan kesehatan saat ini.
Dimana pengobatan-pengobatan natural ini, sudah tertulis di berbagai literature arab
puluhan abad yang lalu.
“Setiap penyakit pasti ada obatnya”. Sabda Rasulullah SAW. Yang begitu populer
dikalangan umat Islam itu tampaknya telah memicu para Ilmuwan dan sarjana di era
kekhalifahan untuk berlomba meracik dan menciptakan beragam obat-obatan.
Pencapaian umat Islam yang begitu gemilang dalam bidang kedokteran dan
kesehatan dimasa keemasan tak lepas dsri keberhasilan di bidang Farmakologi dan
farmasi. Dimasa itu para dokter dan ahli kimia muslim sudah berhasil melakkukan
penelitian ilmiah mengenai komposisi, dosis, penggunaan dan efek dari obat-obatan
sederhana serta campuran. Menurut Howard R Turner dalam bukunya Science in
Medievel Islam, umat Islam mulai menguasai farmakologi dan farmasi setelah
melakukan gerakan penerjemahan secara besar-besaran di era kekhalifahan
Abasiyah. Salah satu karya penting yang diterjemahkan adalah De Materia Medica
karya Dioscorides. Selain itu para sarjana dan ilmuwan muslim juga melakukan

6
transfer pengetahuan tentang obat-obatan dari berbagai naskah yang berasal dari
Suriyah, Persia, India serta Timur Jauh. Karya-karya terdahulu itu telah membuat
para ilmuwan Islam terinspirasi untuk melahirkan berbagai inovasi dalam bidang
farmakologi. “Kaum Muslimin telah menumbang banyak hal dalam bidang farmasi
dan pengaruhnya sangat luar biasa terhadap Barat, “Papar Turner. Betapa tidak, para
sarjana muslim di jaman kejayaan telah memperkenalkan adas manis, kayu manis,
cengkeh, kamper, sulfur, serta merkuri sebagai unsur atau bahan racikan obat-obatan.
Menurut Turner, umat Islam lah yang mendirikan warung pengobatan pertama. Para
ahli farmakologi Islam juga termasuk yang pertama dalam mengembangkan dan
menyempurnakan pembuatan sirup dan salep.

1. Islam dan pengobatan


Untuk menjaga tubuh tetap sehat dari segala macam penyakit baik penyakit
yang sudah sempat menimpa tubuh maupun agar penyakit sampai mengenai tubuh
hanya ada dua cara :
 Pemeliharaan kesehatan
 Pencegahan penyakit dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu :
a. Pencegahan agar tidak terkena penyakit (ini dilakukan pada orang
yang sehat).
b. Pencegahan agar penyakit tidak tambah sekaligus menghilangkan atau
menyembuhkan penyakit yang sudah ada (ini dilakukan pada orang
yang sudah terlanjur kena penyakit).

2. Setiap penyakit ada obatnya


Ini merupakan sebuah hadist Rasulullah SAW, sebagai berikut dari Jabir Nin
Abdillah RA, dari Nabi SAW beliau bersabda:
“setiap penyakit ada obatnya. Apabila penyakit bertemu obatnya, maka
penyakit itu akan sembuh atas izin Allah, Tuhan Yang Maha Perkasa dan Maha
Agung”. (H.R. Muslim).
Dilarang berobat dengan yang haram

7
Berobat dengan sesuatu yang haram merupakan perbuatan yang keji baik
ditinjau dari segi hukum, akal maupun hukum Syara’.
Yang menjijikan. Obat yang demikian ini tidak menimbulkan rasa senang
bagi si sakit seperti memakan daging ular dan binatang-binatang kecil lainnya
yang menjijikkan. Dengan demikian, maka obat itu tidak dapat lagi
menyembuhkan penyakit.
Yang tidak menjijikan. Obat ini dapat dimakan si sakit tanpa ada perasaan
yang mengganggu akan tetapi kemudiaratannya lebih banyak dari manfaatnya.
Oleh karena itu akal yang sehat mengatakan setuju terhadap pengharaman
tersebut dengan maksut agar tidak dipertimbangkan sedikit pun sebagai obat
penyakit.

3. Berobat kepada dokter


Jika seorang menderita penyakit, perlu berobat kepada dokter bahkan jika
kepada dokter yang ahli mengenai penyakit di daerah itu. Dari Hilal Bin Yassar, ia
berkata: “Rasulullah SAW mengunjungi orang sakit yang telah pernah dibesuknya,
lalu beliau berkata:”Kirimkan (bawalah) dia (si sakit) kepada dokter”. Maka
seseorang berkata: “Engkaulah yang mengatakan demikian, ya Rasulullah? Nabi
menjawab: “Ya, sesungguhnya Allah Azzawajala tidak menurunkan suatu penyakit,
kecuali dia menurunkan pula obat penyakit tersebut. “(H.R. AMAR BIN DINAR)
Hadits diatas menunjukkan keharusan berobat dan berobat itu sedapat-dapatnya
kepada orang yang ahli. Keharusan berobat ini sudah merupakan ketetapan baik
ditinjau dari segi syarat Rasio (akal) maupun firahnya.4

C. Tokoh – Tokoh Islam Dalam Bidang Farmasi


Sejak abad ke-9, tanah Arab dan Islam berhasil membangun jembatan ilmu yang
menghubungkan antara sumbangan Yunani dengan dunia farmasi modern sekarang
ini. Tahap ilmu yang diperoleh dari Yunani terus ditingkatkan dan usaha ini
diteruskan hingga abad ke-13 melalui berbagai karya, Peningkatan ilmu pada zaman-
zaman berikutnya. Untuk pertama kalinya dalam sejarah, farmasi dipraktekkan secara

4 Ibnul Qayim Al Jauziyah, 1994:23-35

8
terpisah dari profesi medis yang lain. Puncak sumbangan dunia Arab-Islam dalam
farmasi dicapai dengan siapnya satu panduan cara meracik obat pada tahun 1260.
Berikut nama-nama tokoh besar farmasi :
1. Ibnu Al-Baitar
Lewat risalahnya yang berjudul Al-Jami fi Al-Tibb (Kumpulan Makanan
dan Obat-obatan yang Sederhana), beliau turut memberi kontribusi dalam
dunia farmasi. Di Dalam kitabnya itu, dia mengupas beragam tumbuhan
berkhasiat obat (sekarang lebih dikenal dengan nama herbal) yang berhasil
dikumpulkannya di sepanjang pantai Mediterania. Lebih dari dari
seribu tanaman obat dipaparkannya dalam kitab itu. Seribu lebih
tanaman obat yang ditemukannya pada abad ke-13 M itu berbeda dengan
tanaman yang telah ditemukan ratusan ilmuwan sebelumnya. Tak heran bila
kemudian Al-Jami fi Al-Tibb menjadi teks berbahasa Arab terbaik yang
berkaitan dengan botani pengobatan. Capaian yang berhasil ditorehkan Al-
Baitar melampaui prestasi Dioscorides. Kitabnya masih tetap digunakan
sampai masa Renaisans di Benua Eropa.

2. Abu Ar-Rayhan Al-Biruni (973 M – 1051 M)


Al-Biruni mengenyam pendidikan di Khwarizm. Beragam ilmu
pengetahuan dikuasainya, seperti astronomi, matematika, filsafat dan ilmu
alam. Ilmuwan Muslim yang hidup di zaman keemasan. Dinasti
Samaniyaah dan Ghaznawiyyah itu turut memberi kontribusi yang sangat
penting dalam farmasi. Melalui kitab As-Sydanah fit-Tibb, Al-Biruni
mengupas secara lugas dan jelas mengenai seluk-beluk ilmu farmasi. Kitab
penting bagi perkembangan farmasi itu diselesaikannya pada tahun 1050 M –
setahun sebelum Al-Biruni tutup usia. Dalam kitab itu, Al-Biruni tak hanya
mengupas dasar-dasar farmasi, namun juga meneguhkan peran farmasi serta
tugas dan fungsi yang diemban seorang farmasis.

9
3. Abu Ja’far Al-Ghafiqi (wafat 1165 M)
Ilmuwan Muslim yang satu ini juga turut memberi kontribusi dalam
pengembangan farmasi. Sumbangan Al-Ghafiqi untuk memajukan ilmu
tentang komposisi, dosis, meracik dan menyimpan obat-obatan dituliskannya
dalam kitab Al-Jami’ Al-Adwiyyah Al-Mufradah. Kitab tersebut memaparkan
tentang pendekatan metodologi eksperimen, serta observasi dalam
bidang farmasi.

4. Al-Razi
Sarjana Muslim yang dikenal di Barat dengan nama Razes itu juga ikut
andil dalam membesarkan bidang farmasi. Al-Razi memperkenalkan
penggunaaan bahan kimia dalam pembuatan obat-obatan seperti pada obat-
obatan kimia sekarang.
5. Sabur Ibnu Sahl (wafat 869 M)
Ibnu Sahal adalah dokter pertama yang mempelopori pharmacopoeia
(farmakope). Dia menjelaskan beragam jenis obat-obatan. Sumbangannya
untuk pengembangan farmasi dituangkannya dalam kitab Al-Aqrabadhin.
dalam kitabnya beliau memberikan resep kedokteran tentang kaedah dan
teknik meracik obat, tindakan farmakologisnya dan dosisnya untuk setiap
penggunaan. formula ini ditulis untuk ahli-ahli farmasi selama hampir 200
tahun.
6. Ibnu Sina
Dalam kitabnya yang fenomenal, Canon of Medicine, Ibnu Sina juga
mengupas tentang farmasi. Ia menjelaskan lebih kurang 700 cara pembuatan
obat dengan kegunaannya. Ibnu Sina menguraikan tentang obat-obatan yang
sederhana.
7. Al-Zahrawi
Bapak ilmu bedah modern ini juga ikut andil dalam membesarkan farmasi.
Dia adalah perintis pembuatan obat dengan cara sublimasi dan destilasi.

10
8. Yuhanna Ibnu Masawayh (777 M – 857 M)
Orang Barat menyebutnya Mesue. Ibnu Masawayh merupakan anak
seorang apoteker. Kontribusinya juga terbilang penting dalam pengembangan
farmasi. Dalam kitab yang ditulisnya, Ibnu Masawayh membuat daftar sekitar
30 macam aromatik. Salah satu karya Ibnu Masawayh yang terkenal adalah
kitab Al-Mushajjar Al-Kabir. Kitab ini merupakan semacam ensiklopedia
yang berisi daftar penyakit berikut pengobatannya melalui obat-obatan serta
diet.

9. Abu Hasan ‘Ali bin Sahl Rabban at-Tabari


At-Tabari lahir pada tahun 808 M. Pada usia 30 tahun, dia dipanggil oleh
Khalifah Al-Mu’tasim ke Samarra untuk menjadi dokter istana. Salah satu
sumbangan At-Tabari dalam bidang farmasi adalah dengan menulis sejumlah
kitab. Salah satunya yang terkenal adalah Paradise of Wisdom. Dalam kitab
ini dibahas mengenai pengobatan menggunakan binatang dan organ-organ
burung. Dia juga memperkenalkan sejumlah obat serta cara pembuatannya.
10. Zayd Hunayn b. Ishaq al-Ibadi (809-873)
Beliau adalah anak dari seorang apoteker. Hunayn diantar ke Baghdad,
yang pada masa itu merupakan pusat pendidikan Islam terpenting untuk
mengikuti pendidikan dalam perawatan. Hunayn memainkan peranan yang
penting dalam penterjemahan atau penentuan ketepatan terjemahan yang
dilakukan (termasuk penulis Hippocrate, Gelen dan penulis Yunani lain) di
samping menulis buku-bukunya sendiri. Antara buku dan tulisan Hunayn
adalah tentang aspek kebersihan mulut, pecuci dan penggunaan bahan-bahan
pergigian.

Mereka adalah para tokoh Islam yang sangat berjasa pada dunia kesehatan
khususnya Ilmu kefarmasian dan kedokteran, hasil penemuan dan buku-buku
yang ditulis merupakan cikal bakal penelitian bidang farmasi setelah zaman
mereka sampai sekarang.

11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ketetapan peracikan obat itu sangatlah mutlak diperluka, karena akan
mempengaruhi beberapa aspek. Di dalam proses peracikan obat secara tepat, maka
diperlukan ilmu agar apa yang menjadi tujuan dapat bermanfaat, ilmu yang diperlukan
salah satunya adalah teknologi dan sains yang sudah diatur dalam.
Keteapan perckan obat sendiri ialah ketetapan meracik penggunaan obat
eharusnya/rasional digunakan. Penggunaan obat rasional sendiri adalah pasien
menerima pengobatan yang sesuai dengan kebutuhan klinis mereka, dalam dosis yang
sesuai dengan kebutuhan individual, untuk jangka waktu yang sesuai dan dalam biaya
terapi yang terendah bagi pasien maupun komunitas mereka.
Agar peravikan obat dapat secara tepat diberikan maka diharuskan para peracikan
mengetahui kondisi dan kebutuhan pasien. Suatu penyakit dan konsidi fisik pasien
juga mempengaruhi dalam peracikan oabt para apoteker maupun asisten apoteker
dapat memperlihatankan hal-hal kecil yang dapat mempengaruhi proses peracikan
oabt, agar peracikan obat dapat dilakukan dengan tepat agar memperoleh suatu
manfaat yang salah satunya dan terpenting adalah kesehatan.

B. Saran
Sebaiknya dalam ranah kefarmasian kita dianjurkan mempergunakan ilmu syariat
islam yang aman untuk pengobatan pasien dalam pelayan setiap hari. Contohnya,
diapotek orang yang kaya dan miskin harus disamakan dalam pelayanan mulai dari
pembeliann obat sampai penyerahan obat kepasien, dalam proses peracikan jumalah
dan dosis harus sama denagan apa yang ada diresep agar obat dalam tubuh
memberikan efek terapi yang sesuai.

12
DAFTAR PUSAKA

 Hongkong, dd.2019. Prinsip pengobatan dalam islam. Tesedia pada :


https://ddhongkong.org/prinsip-pengobatan-dalam-islam/. Diakses pada tanggal :
22 September 2019
 Islami.2019. Apotek dan sejarah farmasi dalam peradaban islam. Tersedia pada :
https://islami.co/apotek-dan-sejarah-farmasi-dalam-peradaban-islam/. Diakses
pada tanggal : 22 September 2019
 Scribd.2019. Makalah hubungan islam dengan ilmu farmasi. Tersedia pada :
https://www.scribd.com/doc/232916775//makalah-hubungan-islam-dengan-ilmu-
farmasi. Diakses pada tanggal : 22 September 2019
 Farmatika.2019. Tokoh farmasi. Tersedia pada :
http://farmatika.blogspot.com/p/tokoh-farmasi.html#ixzz2H9yD6sfc. Diakses
pada tanggal : 22 September 2019

13

Anda mungkin juga menyukai