Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIKUM

STRUKTUR MORFOLOGI BATANG


untuk memenuhi tugas Matakuliah Struktur Perkembangan Tumbuhan II
yang dibimbing oleh
Dr. Sulisetojono, M.Si dan Umi Fitriyati,S.Pd., M.Pd

Disusun oleh :

Oktaviani Jannati Kolbi (180342618038)


Offering I 2018

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PROGRAM STUDI BIOLOGI
DESEMBER 2019
A. Topik : Struktur Morfologi Batang
Hari/Tanggal : Kamis, 12 September 2019
B. Tujuan
Mahasiswa dapat menerapkan pengetahuan mengenai ciri-ciri batang, tunas, dengan pola
percabangan, serta menganalisis terbentuknya atau terbangunnya arsitektur suatu pohon.
C. Alat dan Bahan
Alat:
1. Loupe
2. Mikroskop stereo
3. Mikroskop Majemuk
4. Silet
5. Kaca Benda
6. Kaca Penutup
7. Pipet
Bahan
1. Lombok (Capsium frutecens L.)
2. Buntut bajing (Lycopodium elevatum)
3. Bayam duri (Amaranthus spinosus)
4. Pepaya (Carica papaya L.)
5. Pegagan (Centella asiatica Urb.)
6. Teki (Cyperus rotundus L.)
7. Iler (Coleus sp)
8. Lidah mertua (Sansivera trifasciata Prain.)
9. Jakang (Homalocladium platycladum)
10. Seledri (Apium graveolens)
11. Mawar (Rosa sp)
12. Asparagus (Asparagus officinalis)
13. Kaktus (Opuntia sp.)
14. Jahe (Zingiber officinale )
D. Hasil Pengamatan
Hal Perawakan Bentuk Permukaan Arah Arah Model
Irisan Tumbuh Tumbuh Arsitektur
Tumbuhan Melintang Batang Cabang
1. Lombok (Capsicum Perdu Bulat Licin Tegak Lurus Condong Simpodial
annuum L) ke atas

2. Herbarium Buntut Terna Bulat Memperlihatkan Menggantung Terkulai Dikotom


Bajing (Lycopodium bekas daun
elavatum)

3. Bayam duri Terna Bulat Beralur Tegak Lurus Condong Simpodial


(Amaranthus spinosus ke atas
L.)
4. Pepaya (Carica Terna Bulat Memperlihatkan Tegak Lurus - Monopodial
papaya L.) bekas daun

5. Pegagan (Cantella Herba Bulat Licin Tegak Mendatar Simpodial


asiatica Urb.)

6. Teki (Cyperus Terna Segitiga Licin Tegak mendatar Simpodial


rotundus L.)
7. Iler (Coleus sp) Herba Segiempat Berusuk Tegak Lurus Condong Simpodial
ke atas

8. Sansivera Terna Bulat Licin Menjalar Tegak Simpodial


trifasciata Prain.
9. Mawar (Rosa sp.) semak bulat berduri Tegak lurus Condong simpodial
ke atas

10. Asparagus perdu Lonjong licin Tegak lurus Condong simpodial


(Asparagus officinalis) atau oval ke atas

11. Jakang semak Pipih beralur tegak terkulai simpodial


(Homalocladium (filokladia)
platycladum)

12. Kaktus (Opuntia herba Persegi licin Tegak lurus tegak simpodial
sp.) dan licin
13.Seledri (Apium herba Bulat Berusuk Tegak lurus Condong Simpodial
graveolens) ke atas

14. Jahe (Zingiber herba Bulat atau bersisik merayap tegak simpodial
officinale ) teres

E. Pembahasan

Pepaya (Carica papaya L.)


Papaya memiliki perawakan jenis terna. Bentuk dan susunan tubuh bagian luar tanaman
pepaya termasukn tumbuhan yang umur sampai berbunganya dikelompokkan sebagai tanaman
buah-buahan semusim, namun dapat tumbuh setahun lebih. Sistem perakarannya memiliki akar
tunggang dan akar-akar cabang yang tumbuh mendatar ke semua arah pada kedalaman 1 meter
atau lebih menyebar sekitar 60-150 cm atau lebih dari pusat batang tanaman (Suprapti, 2005).
Batang tanaman berbentuk bulat lurus, di bagian tengahnya berongga, dan tidak berkayu.
Ruas-ruas batang merupakan tempat melekatnya tangkai daun yang panjang, berbentuk bulat, dan
berlubang. Daun pepaya bertulang menjari dengan warna permukaan atas hijau-tua, sedangkan
warna permukaan bagian bawah hijau-muda (Suprapti, 2005).
Bentuk penampang melintang papaya adalah bulat. Dengan permukannya yang licin. Arah
tumbuh batang yaitu tegak. Dikatakan demikian karena pohon pepaya hidupnya lurus ke atas dan
tidak mempunyai cabang kesamping atau corong kanan kiri. Hal tersebut sesuai dengan pendapat
Tjitrosoepomo (2016) tumbuhan dikatakan tegak apabila batangnya lurus ke atas. Papaya tidak
memilki arah cabang. Karena pertumbuhnnya selalu lurus ke atas. Dalam tanaman papaya ini
mempunya pola percabangan monopodial. Menurut Hidayat (1994) pada umumya sumbu tumbuh
berkembang dan menjadi lebih tinggi akibat aktivasi meristem apikalnya sehingga menghasilkan
sumbu batang. Batang yang dihasilkan langsung oleh satu titik tumbuh dinamakan monopodium
atau monopodial.
Buntut bajing (Lycopodium elevatum)
Buntut bajing memiliki sistem perawakan yaitu terna. Terna umumnya adalah
semua tumbuhan berpembuluh (tracheophyta). Biasanya sebutan ini hanya dikenakan bagi
tumbuhan yang berukuran kecil (kurang dari dua meter) dan tidak dikenakan pada tumbuhan tidak
ber kayu (nonkayu) yang merambat (digolongkan tumbuhan merambat).
Bentuk penampang melintangnya yaitu bulat. Karena sesuai dengan bentuk batangnya.
Memiliki permukaan yang memperlihatkan bekas daun. Seperti pendapat dari Tritrosoepomo
(2016) bahwa buntut bajing batangya dapat memeperlihatkan batangnya. Seperti papaya dan
kelapa. Arah tumbuh batang pada tanaman buntut bajing ini adalah menggantung . Menurut
Tritrosoepomo (2016) arah batang yang menggantung mungkin hanya untuk tumbuhan yang
tumbuh di lereng atau tepi jurang. Atau bisa juga tumbuhan yang hidup diatas pohon sebagai
epifit. Arah tumbuh cabang adalah terkulai. Dengan pola percabangan dikotom. Dikotom
merupakan cara percabangan yang batang setiap kali menjadi dua cabang yang sama besarnya
(Tritrosoepomo, 2016).
Bayam duri (Amaranthus spinosus)
Bayam duri atau Amaranthus spinosus memiliki perawakan terna. Bayam duri merupakan
herba semusim dan tingginya mencapai 50-80 cm. memilki akar tunggang. Batangnya basah,
berduri sekali, bercabang banyak berbentuk bulat dan licin. Daun berupa daun tunggal, berwarna
kehijauan, bentuk bundar telur memanjang (ovalis), panjangnya 1.5- 6cm dengan lebar 0,5- 9 cm.
(Stenis, 2005).
Bayam duri mempunyai bentuk irisan melintang bulat. Berdasarkan Hidayat (1994)
terdapat bentuk irisan melintang bulat. Jenis permukaan dalam batang duri yaitu beralur. Sesuai
dengan pendapat dari Tritrosoepomo (2016) beralur terjadi jika suatu batang terdapat alur-alur
yang jelas. Arah tumbuh batang pada tanaman bayam duri adalah tegak lurus. Hal itu telah sesuai
karena salah satu arah tumbuh batang yaitu tegak lurus karena dapat dilihat pertumbuhannya
batang itu lurus ke atas (Tritosoemopo,2016). Sedangkan arah tumbuh cabang pada tanaman
bayam duri condong ke atas. Dipertegas oleh Tritosoemopo (2016) serong ke atas atau condong,
pangkal batang seperti hendak berbaring tetapi bagian lainnya lalu berbelok ke atas. Pola
percabangan simpodial. Karena sesuai dengan teori Hidayat (1994) bahwa simpodial itu memilki
ciri sumbu tubuh mengahsilkan ruas dan buku namun, suatu saat meristem apical tidak berfungsi
lagi sehingga membentuk bunga atau berdeferensiasi menjadi parenkim.
Lombok (Capsicum annuum L.)
Tanaman cabai merupakan tanaman perdu. Biasanya, batang akan tumbuh sampai
ketinggian tertentu, kemudian membentuk banyak percabangan. Untuk jenis-jenis cabai rawit,
panjang batang biasanya tidak melebihi 100 cm. Namun untuk jenis cabai besar, panjang batang
(ketinggian) dapat mencapai 2 meter bahkan lebih. Batang tanaman cabai berwarna hijau, hijau
tua, atau hijau muda. Pada batang-batang yang telah tua (biasanya batang paling bawah), akan
muncul wama coklat seperti kayu. Ini merupakan kayu semu, yang diperoleh dari pengerasan
jaringan parenkim (Ali, 2015).
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan bahwa perawakannya yaitu perdu. Bentuk
penampangnya bulat. Hal tersebut sesuai dengan pendapat dari Tritrosoepomo (2016) bahwa
bentuk batang pada tanaman Lombok adalah bulat. Permukaan pada tanaman ini adalah licin.
Arah batangnya yaitu tegak lurus. Sesuai dengan Tritrosoepomo (2016) yaitu tegal lurus (erectus)
terjadi pada tanaman yang arahnya lurus ke atas. Pada tanaman Lombok arah cabang yang dapat
dilihat yaitu tegak. Sesuai pendapat Tritrosoepomo (2016) tegak (fastigiatus) yaitu ,jika sudut
antara batang dan cabang amat kecil, sehingga arah tumbuh cabang hanya pada pangkalnya saja
sedikit serong ke atas, tetapi selanjutnya hampir sejajar dengan batang pokoknya. Pola
percabangan pada Lombok yaitu simpodial. Ciri dari simpodial sendiri adalah batang pokok suakr
ditemukan, karena dalam percabangan selanjutnya mungkin lalu menghentikan pertumbuhannya
atau kalah besar dan kalah cepat tumbuhnya (Tritrosoepomo,2016).

Pegagan (Centella asiatica Urb.)


Pegagan (Centella asiatica (L.) Urban.) mempunyai batang yang pendek, sehingga
dianggap tidak mempunyai batang, dari batang tersebut tumbuh geragih atau stolon yang tumbuh
horisontal diatas tanah dan berbuku-buku. Dari buku yang menyentuh tanah tersebut keluar akar
dan tunas yang akan tumbuh menjadi tanaman baru. Tinggi tanaman berkisar antara 5,39–13,3 cm,
dengan jumlah daun berkisar antara 5–8,7 untuk tanaman induk dan 2–5 daun pada anakannya
(Bermawie dkk., 2008).
Pada tanaman pegagan memilki peawakan herba. Dengan bentuk irisan melintangnya
bulat. Permukaan tanaman pegagan adalah licin. Dapat dikatakan licin karena bisa dilihat di
tangan kita. Lalu untuk arah batangnya yaitu tegak. Dapat diketahui menurut Tjitrosoepomo
(2016) tanaman yang arah tumbuh batangnya ke atas lurus maka disebut dengan tegak lurus. Arah
cabangnya adalah mendatar. Mendatar (horizontal) terjadi jika cabang dengan batang pokok
membentuk sudut sebesar kurang lebih 90 derajat (Tjitrosoepomo, 2016). Pola percabangan yaitu
simpodial. Sesuai dengan teori percabangan simpodial, yaitu batang pokok sukar ditentukan,
karena dalam perkembangan selanjutnya mungkin menghentikan pertumbuhannya atau kalah
besar dan kalah cepat pertumbuhannya dibandingkan cabangnya (Tjitrosoepomo, 2016).
Teki (Cyperus rotundus L.)
Rimpang utuh berbentuk jorong/bulat panjang sampai bulat telur memanjang, bagian
pangkal dan ujungnya meruncing, sangat keras, sukar patah. Panjang satu cm sampai 5,5 cm, garis
tengah 7mm sampai 1,5 cm. Warna coklat muda sampai coklat kehitaman, kadang-kadang
berbintik putih, permukaan beruas-ruas, jarak antara tiap ruas sampai kurang lebih 4mm. Pada
permukaan rimpang terdapat tunas-tunas, pangkal akar, sisa-sisa pelepah dan serabut berasal dari
sisa pelepah daun yang telah koyak. Sisa pelepah daun berupa lembaran-lembaran tipis berbentuk
tidak beraturan berwarna coklat muda, coklat sampai kehitaman, terdapat terutama pada
pertengahan sampai bagian ujung rimpang. Bidang patahan tidak rata, warna putih coklat. Batas
antara korteks dan silinder pusat jelas (Campbell, 2008).
Tanaman teki memilki perawakan yaitu terna. Bentuk penampang melintangnya adalah
segitiga. Berdasarkan Tjitrosoepmo (2016) terdapat benuk penampang bersegi yang dibagi
menjadi 2 yang salah satunya bangun segita. Bangun segitiga sebagai contoh rumput teki (Cyperus
rotundus). Permukaan batangnya adalah licin. Rumpu teki memilki arah batang menjalar. Sesuai
dengan Hidayat (1994) bahwa majalar atau merayap terdapat pada batang yang berbaring tetapi
dari buku-bukunya keluar akar-akar. Ditinjau dari arah percabangannya , yaitu mendatar. Menurut
Tjitrosoepomo (2016 terjadi jika cabang dengan batang pokok membentuk sudut sebesar kuang
lebih 90 derajat. Pola percabangan pada rumpu teki yaitu monopodial.berdasarkan pendapat
Tjitrosoepomo (2016), monopodial terjadi jika batang pokok selalu tampak jelas , karena lebih
besar dan lebih panjang dari pada cabang-cabangnya.
Iler (Coleus scutellarioides Benth)
Tumbuhan iler memiliki batang herba, tegak atau berbaring pada pangkalnya dan merayap
tinggi berkisar 30-150 cm, dan termasuk kategori tumbuhan basah yang batangnya mudah patah.
Batang bersegi empat dengan alur yang agak dalam pada masing-masing sisinya, berambut,
percabangan banyak, berwarna ungu kemerahan. Permukaan daun agak mengkilap dan berambut
halus panjang dengan panjang 7-11 cm, lebar 3-6 cm berwarna ungu kecoklatan sampai ungu
kehitaman (Yuniarti, 2008).
Jenis perawakan pada tanaman iler yaitu herba. Dengan bentuk penampang melintang
segiempat. Menurut pendapat Tjitrosoepomo (2016), bentuk penampang melintang pada batang
salah satunya bersegi. Bersegi dibagi menjadi 2 diantarnya segiempat misalnya pada tanaman iler
(Coleus scutellarioides Benth). Permukaan batangnya adalah berusuk. Berusuk terjadi jika
permukannya terdapat rigi-rigi yang membujur , misalnya iler (Tjitrosoepomo,2016). Sedangkan
arah batang pada tanaman iler yaitu tegak lurus. Menurut Hidayat (1994), tanaman yang
tumbuhnya ke atas lurus maka disebut dengan tegak lurus. Karena berdasarkan orfologinya
tanaman tegak itutidak membelok ke saamping atau condong ke kanan maupun di kiri. Arah
percabangan tanaman iler condong ke atas. Hal tersebut dipertegas menggunakan teori dari
Tjitrosoepomo (2016), suatu cabang pada batang condong ke atas jika cabang dengan batang
pokok membentuk sudut kurang lebih 45 derajat. Pola percabangan iler adalah simpodial.
Simpodial adalah batang yang pkok sukar ditemukan karena perkembangan selanjutnya akan
menghentikan pertumbuhannya karena kalah besar dengan cabangnya (Tjitrsoepomo,2016)
Lidah merua (Sansivera trifasciata Prain)
Batang tanaman Lidah Mertua biasanya tidak terlihat seperti tanaman monokotil biasanya.
Tanaman Sansivieria memiliki batang yang tertutup oleh daun yang kaku, panjang, dan tebal
sehingga dianggap sebagai batang semu. Batang berwarna putih pucat dan berserat rapat, memiliki
buku-buku mengikuti alur tumbuhnya daun dan arah tumbuh tanaman.titik tumbuh tanaman pada
tanaman Lidah Mertua terletak di tengah susunan daunnya yang berbentuk seperti terompet
(Campbell,2008)
Perawakan tanaman lidah mertua yaitu terna. Bentuk penampang melintangnya bulat.
Dengan permukaan batang licin. Sedangkan untuk arah tumbuh batang pada tanaman lidah mertua
ini adalah menjalar. Menurut Tjitrosoepomo (2016) ciri dari batang menjalar diantaranya batang
berbaring, tetapi dari buku-bukunya keluar akar-akar. Untuk arah cabang batang yaitu tegak.
Tegak disini artinya tidak kesamping dank e kanan maupun ke kiri. Sesuai pendapat dari
Tjitrosoepomo (2016) dikatakan tegak jika sudut antara batang dan cabang amat kecil, sehingga
arah tumbuh cabang hanya pada pangkalnya saja sedikit serong ke atas, tetapi selanjutnya hampir
sejajar dengan batang pokoknya. Pola percabangan tanaman lidah mertua adalah simpodial.
Tjitrsoepomo (2016) berpendapat bahwa simpodial adalah batang yang pkok sukar ditemukan
karena perkembangan selanjutnya akan menghentikan pertumbuhannya karena kalah besar dengan
cabangnya.
Jakang (Homalocladium platycladum)
Batang yang tersegmentasi benar-benar rata, dan halus serta tahan lama. Tanaman ini
membentuk banyak pita tebal dan lebat. Tingginya 10 kaki . Setelah mencapai 4 atau 5 kaki, ia
cenderung jatuh kecuali jika terdapat perlakuan lain. Tapi batangnya terus tumbuh ke atas tanpa
memandang, memberikan tampilan yang artistik dan eksentrik! Dalam cahaya terang, tanaman
menghasilkan bunga putih dan buah merah yang menarik (Mader, 2001).
Tanaman jakang memilki perawakan yaitu semak. Dengan bentuk penampang melitang
pipih (filokladia). Menutut Tjitrsoepomo (2016), filokladia terjadi jika bentuknya amat pipih, dan
mempunyai pertumbuhan yang terbatas. Permukaannya adalah licin. Tanaman jakung tidak
memilki arah batang. Sedangkan untuk arah cabang adalah tekulai. Pernyataan tersebut dijelaskan
bahwa terkulai dapat terjadi jika cabang pada pangkal mendatar, tetapi ujungnya lalu melengkung
ke bawah (Tjitrsoepomo, 2016). Pola percabangan jakung adalah simpodial.menurut Hidayat
(1994) simpodial terjadi ketika sumbu tumbuh mengahasilkan ruas dan buku namun, di suatu saat
meristem apical tidak berfungsi lagi karena berdeferensiasi menajdi parenkim atau bentuk lain.
Mawar (Rosa sp)
Mawar termasuk tanaman tahunan (perennial) yang mempunyai struktur batang berkayu
keras, berduri, bercabang banyak, menghasilkan bunga dan biji terus-menerus. Mattjik (2009)
menambahkan bahwa Polyantha merupakan tanaman semak pendek (50-60 cm), memiliki ciri
menghasilkan bunga terus-menerus, bunganya bergerombol dengan ukuran kecil, diameter bunga
± 5 cm, daun bunga kelipatan 5 dan warna bunga biasanya merah, kuning, putih, merah jambu,
salmon dan orange.
Berdasarkan praktikum yang telah kami lakukan bahwa, perawakan tanaman mawar yaitu
semak. Terdapat bentuk penampang melintang dari tanaman mawar disebut juga dengan bentuk
bulat. Pada permukaan tanaman mawar berbentuk berduri. Sesuai dengan teori Tjitrsoepomo
(2016), terdapat macam dari perukaan batang diantara salah satunya adalah berduri yang
contohnya mawar. Arah batangnya adalah tegak lurus. Menurut Hidayat (1994) batang yang
dikatakn sebagai arah tumbuh batangnya tegak liyrus karena pertumbuhnnya ke atas. Berdasarakan
arah cabangnya dari tanaman mawar adalah condong ke atas. Dari teori Tjitrsoepomo (2016),
dikatakn arah cabang ke atas karena apabila idilihat batag potong akan membentuk sudut u=kurang
lebih 45 derajat. Pola percabangan adalah simpodial.
Asparagus (Asparagus officinalis)
Tanaman asparagus memiliki batang di dalam tanah (rhizome) yang terdiri atas kumpulan
tunas, akar lunak yang berfungsi sebagai organ penyimpan dan akar serabut yang berfungsi sebagai
penyerap unsur hara. Secara keseluruhan sistem pertunasan dan perakaran asparagus disebut
mahkota (crown). Bagian atas rhizome horizontal mengandung tunas yang akan muncul dan
memanjang membentuk rebung. Rebung mulai tumbuh ketika tunas pada mahkota berkecambah
dan memanjang. Menurut Ib Libner (1989) akar serabut akan mati setelah satu tahun
pertumbuhan, 5 hal ini juga terjadi pada akar lunak yang akan mati setelah memberikan nutrisi
untuk pertumbuhan rebung selanjutnya.
Asparagus memilki pearawakan perdu. Dengan bentuk penampang melintang buat lonjong
atau oval. Memilki permukaan yang licin. Arah batang pada asparagus adalah tegak lurus. Sesuai
dengan teori Tjitrosoepomo (2016) salah satu dari arah cabang adalah tegak lurus. Dikatakan lurus
apabila batang tumbuh lurus ke atas. Arah cabangnya yaitu condong ke atas. Menurut
Tjitrosoepomo (2016), condong ke atas terjadi jika cabang dengan batang pokok membentuk sudut
kurang lebih 45 derajat. Kemudian untuk pola percabangan tanaman asparagus adalah simpodial.
Berdasarkan teori Hidayat (1994) simpodial dapat terjadi ketika sumbu tumbuh mengahasilkan
ruas dan buku namun, di suatu saat meristem apical tidak berfungsi lagi karena berdeferensiasi
menajdi parenkim atau bentuk lain.
Kaktus (Opuntia vulgaris Mill)
Sistem perakaran kaktus terdiri dari akar tunggang, akar cabang, dan akar rambut.
Beberapa jenis kaktus akarnya membengkak. Bentuk batang kaktus bulat, silindris, bulat papak,
dan panjang seperti tiang. Ukurannya bervariasi, dari ukuran pendek lebih dari 20 meter.
Permukaan batang tumbuh lekukan cembung sebagai tempat melekatnya duri-duri (Endah, 2005).
Kaktus adalah tanaman yang memilki jenis peawakan herba. Dengan bentuk penampang
melintang persegi dan licin. Namun kaktus termasuk dalam kladodia. Berdasarkan teori dari
Tjitrosoepomo (2016), bahwa bentuk batang kladodia, jika masih tumbuh dan terus mengadakan
percabangan, misalnya kaktus (Opuntia vulgaris Mill). Permukaan batang kaktus yaitu licin. Arah
batang pada tanaman kaktus adalah tegak lurus. Dikatakan demikian karena menurut pendapat
Hidayat (1994) tegak lurus adalah batang yang tumbuhnya ke atas. Ditinjau dari arah cabangnya
tumbuhan kaktus yaitu tegak. Berdasarkan pendapat Tjitrosoepomo (2016), arah cabang tegak
yaitu jika sudut antara batang dan cabang amat kecil, sehingga arah tumbuh cabang hanya pada
oangkalnya saja sedikit serobg ke atas, tetapi selanjutnya hampir sejajar dengan batang pokonya.
Kemudian untuk pola percabangannya yaitu simpodial.
Seledri (Apium graveolens)
Tanaman seledri merupakan tanaman dikotil (berkeping dua) dan merupakan tanaman
yang berbentuk rumput atau semak. Tanaman seledri tidak bercabang. Susunannya terdiri dari
daun, tangkai daun, batang dan akar (Haryoto, 2009). Batang tidak berkayu, beruas, bercabang,
tegak, hijau pucat. Batang seledri sangat pendek sekitar 3 - 5 cm, sehingga seolah olah tidak
kelihatan (Haryoto, 2009).
Tanaman seledri memiliki jenis perawakan yaitu herba. Dengan bentukpenampang
melintangnya bulat. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Tjitrsoepomo (2016), bahwa salah satu
dari bentuk penampang melintang batang adalah bulat. Permukaan tanaman seledri adalah
berusuk. Berdasarkan teori berusuk terjadi pada batang permukannnya terdapat rigi-rigi yang
membujur (Tjitrsoepomo,2016). Arah batangnya yaitu tegak lurus. Di katakn tegak lurus apabila
sebuah tanaman batangnya tumbuh secara lurus ke atas (Hidayat,1994). Kemudian untuk arah
cabang tanaman seledri yaitu condong ke atas. Suatu tanaman yang condong ke atas jika cabang
dengan batang pokok membentuk sudut kurang lebih 45 derajat (Tjitrsoepomo,2016). Pola
percabangannya adalah simpodial. Menurut teori Hidayat (1994) simpodial dapat terjadi ketika
sumbu tumbuh mengahasilkan ruas dan buku namun, di suatu saat meristem apical tidak berfungsi
lagi karena berdeferensiasi menajdi parenkim atau bentuk lain.
Jahe (Zingiber officinale )
Jahe merupakan tanaman berbatang semu,tinggi 30 cm sampai dengan 1 m, tegak, tidak
bercabang, tersusun ataslembaran pelepah daun, berbentuk bulat, berwarna hijau pucat dan
warnapangkal batang kemerahan. Jahe tumbuh merumpun, berupa tanaman tahunan berbatang
semu. Tanaman tumbuh tegak setinggi 30-75 cm. Batang semu jahe merah berbentuk bulat kecil,
berwarna hijau kemerahan dan agak keras karena diselubungi oleh pelepah daun (Tim Lentera,
2002). Tanaman jahe membentukrimpang yang ukurannya tergantung pada jenisnya. Bentuk
rimpang padaumumnya gemuk agak pipih dan tampak berbuku-buku.Rimpang jahe berkulitagak
tebal yang membungkus daging rimpang, yang kulitnya mudah dikelupas (Rismunandar, 1988).
Tanaman jahe merupakan jenis perawan herba. Dengan bentuk irisan melintang bulat.
Permukaan batangnya bersisik. Sedangkan arah batangnya merayap. Menurut Tjitrosoepomo
(2016), dikatakan merayap apabila batang berbaring tetapi dari buku-bukunya keluar akar-akar.
Arah tumbuh cabangnya yaitu condong ke atas. Cabang yang condong ke atas, jika cabang dengan
batang pokok membentuk sudut kurang lebih 45 derajat (Tjitrosoepomo, 2016). Pola percabangan
pada tanaman jahe adalah monopodial. Berdasarkan teori dari Hidayat (1994) monopodium pada
umumnya sumbuh tumbuh, berkembang menjadi lebih tinggi akibat aktivasi meristem apical
sehingga menghasilkan sumbu batang. Batang yang dihasilkan langsung dari satu titik tumbuh
disebut dengan monopodium.
F. Jawaban Diskusi
a. Bagaimanakah perkembangan meristem apek pada Lombok, buntut bajing, dan bayam
duri?
Jawab:
Pola percabangan pada lombok, buntut bajing dan bayam adalah simpodia. Menurut teori
Hidayat (1994) simpodial dapat terjadi ketika sumbu tumbuh mengahasilkan ruas dan buku
namun, di suatu saat meristem apical tidak berfungsi lagi karena berdeferensiasi menjadi
parenkim atau bentuk lain Prosistem berkembang menjadi sistem epidermal, prokambium
berkembang menjadi jaringan pengangkut, dan meristem dasar berkembang menjadi
jaringan dasar/parenkim, sklerenkim, korteks, empulur, kolenkim, dan korteks.
b. Berdasarkan percabangan dan perkembangan meristem apeknya bagaimana model
arsitektur pohonnya?
Model arsitektur Lombok : Model Leeuwenberg
Model arsitektur buntut bajing : Model Thomlinson
Model arsitektur bayam duri : Model Rauh
c. Bagaimana percabangan pada pohon ketapang, kapan cabang itu tumbuh? Bagaimana
model arsitektur pohonnya?
Percabangan pada pohon ketapang plagiotrop. Cabang akan tumbuh ketika batang utama
atau primer berhenti untuk tumbuh sementara. Sedangkan model arsitektur pohon ketapang
adalah aubreville
d. Bagaimana percabangan pada ketapang, Lycopodium, dan papaya, bagaimanakah arah
tumbuh cabangnya?
Nama bahan Percabangan Arah tumbuh cabang
Ketapang Monopodial Plagiotrop
Lycopodium Simpodial Plagiotrop
Pepaya Monopodial Ototrop

G. Kesimpulan
Batang dapat dianggap pula sebagai sumbu tubuh dari tumbuhan. Sifat-sifat batang
adalah berbentuk silinder (panjang bulat) atau berbentuk lain dan selalu bersifat aktinomorf
(dengan beberapa bidang dapat dibagi menjadi dua bagian yang setangkup). Mempunyai
ruas-ruas yang masing-masing dibatasi oleh buku-buku. Pada buku-buku inilah terdapat
daun-daunnya. Tumbuhnya menuju matahari atau cahaya. Jadi, bersifat heliotrop atau
fototrop. Selalu bertambah panjang pada bagian ujungnya sehingga mempunyai
pertumbuhan yang tidak terbatas. Mengadakan percabangan, yang tidak pernah digugurkan
kecuali kadang-kadang cabang yang kecil atau ranting. Warnanya tidak hijau, kecuali
tumbuhan yang berumur pendek atau pada waktu batang masih muda.
Pola percabangan batang dibedakan atas percabangan monopodial yaitu batang
selalu tampak jelas, karena lebih besar dan lebih panjang, contohnya papaya, jahe, dan
ketapang. Simpodial batang pokok sukar ditentukan, contohnya Lombok, bayam duri,
sawo kecik, dan banyak lagi. Percabangan menggarpu atau dikotom, yaitu setiap kali
bercabang terjadi dua cabang yang sama besarnya, contohnya buntut bajing. Cabang besar
yang biasanya langsung keluar dari batang pokokn disebut dahan (ramus) sedang cabang
– cabang yang kecil dinamakan ranting (ramulus).
Model arsitektur pohon tertentu memperoleh transformasi air hujan menjadi laju
aliran batang, air tembus tajuk, infiltrasi dan laju aliran permukaan pada suatu area yang
terkait dengan peranan vegetasi dalam mengurangi laju erosi permukaan tanah dan erosi
bencana banjir. Perbedaan model arsitektur pohon dengan sendirinya akan memberikan
dampak bagi variasi persentasi curah hujan yang ditransformasikan menjadi aliran batang,
curahan tajuk, atau intersepsi selama hujan berlangsung. Arsitektur pohon merupakan khas
bagi setiap spesies yang dikontrol oleh genetik. Meskipun demikian juga dipengaruhi oleh
kondisi lingkungan seperti cahaya, temperatur, kelembaban, dan ketersediaan nutrient.
Model arsitektur suatu pohon mempengaruhi nilai aliran batang (stemflow) dan curah tajuk
(through fall), oleh karena itu, model arsitektur pohon memiliki peranan yang sangat
penting terkait dengan keberadaan pohon tersebut dalam konservasi tanah dan air pada
suatu ekositem di daerah tropis. Arsitektur pohon terdiri dari Model Troll merupakan
model arsitektur pohon dengan ciri batang simpodium. Contohnya turi, flamboyan, sirsak,
dan belimbing. Model Aubreville merupakan model arsitektur pohon dengan ciri batang
monopodium yang tumbuh ritmis, sehingga mengakibatkan cabang plagoitrop tersusun
dalam lapisan terpisah, contohnya ketapang. Model Koriba merupakan model arsitektur
pohon yang memiliki ciri batang simpodium. Kuncup terminal terhenti karena jaringan
meristem apeks berdiferensiasi menjadi parenkim. Kuncup aksilar yang berkembang dekat
di bawahnya, membentuk koulomner yang semula identik namun terjadi perbedaan. Satu
menjadi koulomner batang dan yang lain menjadi koulomner cabang, contohnya Gerbera
manga. Model Champagnat merupakan model yang memiliki ciri batang berupa
simpodium, setiap koulomner melengkung karena terlalu berat dan tidak mendukung oleh
jaringan penyokong yang cukup. Filotaksis spiral terdapat pada sumbu yang tidak banyak
berbeda morfologi ujung dan pangkalnya, contohnya Kembang merak. Model
Leeuwenberg merupakan model arsitektur yang memiliki ciri batang berupa simpodium,
namun setiap koulomner menghasilkan lebih dari satu koulomner anak di ujungnya yang
menempati ruang yang ada, contohnya kamboja, ketela pohon. Model Corner merupakan
model arsitektur pohon yang memiliki ciri batang monopodium dengan perbungaan lateral
dan tidak bercabang, karena posisi perbungaannya yang lateral maka meristem apical dapat
tumbuh terus, contohnya pinang. Model Raux merupakan model arsitektur yang memiliki
cirri batang monopodium ortrotop dan simpodium namun lebih sering monopodium.
Cabang kontinu atau tersebar dan filotaksis batang adalah spiral Model rauh merupakan
model arsitektur pohon yang memiliki ciri batang monopodium ortotrop. Pertumbuhan
ritmis mengakibatkan cabang tersusun dalam karangan, cabang juga bersifat ortotrop
sumbu dapat tumbuh tidak terbatas, contohnya pinus. Model Tomlinson merupakan model
arsitektur pohon yang memiliki ciri batang yang bersumbu ortotrop dan membentuk cabang
ortotrop dari kuncup ketiak di bagian batang di bawah tanah, contohnya pisang. Model
Massart merupakan model percabangan batang yang memiliki ciri batang monopodium
ortotrop, pertumbuhan ritmis mengakibatkan cabang tersusun dalam karangan. Filotaksis
pada batang adalah spiral. Cabang bersifat plagiotrop dengan filotaksis distrik atau
cenderung distrik. Cabang dapat bersifat simpodial atau monopodial, contohnya seperti
pada randu.
DAFTAR PUSTAKA

Ali, M. (2015). Pengaruh Dosis Pemupukan Npk Terhadap Produksi Dankandugancapsaicin Pada
Buah Tanaman Cabe Rawit(Capsicum Frutescens L.). Jurnal Agrosains: Karya Kreatif
Daninovatif, 2(2), 171-178
Bermawie,N.,dkk. 2008. Keragaman Sifat Morfologi Hasil dan Mutu Plasma Nutfah Pegagan
(Centella asiatica L.) Urban.), Bul. Littro. Volume XIX Nomor 1 Tahun 2013.
Campbell , Neil A. & Jane B. Reece. 2008. Biologi Edisi Kedelapan Jilid 2, (terj. Damaring Tyas
Wulandari), Jakarta: Erlangga
Endah, Joesi. H. Ir, dkk. 2005. Kiat Mengatasi Permasalahan Praktis Mempercantik Kaktus dan
Meningkatkan Nilai Jualnya. Jakarta: Agro Media Pustaka.)
Haryoto. 2009. Bertanam Seledri secara Hidroponik. Yogyakarta: Kanisius
Hidayat, E. B. 1994. Morfologi Tumbuhan. Bandung : Institute Teknologi Bandung
Ib Libner, N. 1989. Vegetable Production. Van Nostrand Reinhold. New York. 657.p.
Mader,s. 2001.Biology. New York. Mc graw hills companies
Mattjik, N. A. 2009. Mawar Budidaya Bunga Potong. hal 103-117. Dalam Agus Purwito (Ed.).
dan Tanaman Hias. Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas pertanian, Institut
Pertanian Bogor. Bogor
Rismunandar. 1988. Rempah-Rempah Komoditi Eksport Indonesia. Sinar Baru. Bandung.
Steenis, V. 2005. Flora “Untuk Sekolah di Indonesia”. Penerbit Pradnya Paramita. Jakarta. Hal
110-120
Suprapti, M.L. 2005. Aneka Olahan Pepaya Mentah dan Mengkal. Kanisius, Yogyakarta.
Tim Lentera. 2002. Khasiat & Manfaat Jahe Merah Si Rimpang Ajaib. Agromedia Pustaka.
Tjitrosoepomo, G. 2016. Morfologi Tumbuhan Cetakan Dua Puluh. Yogyakarta : Universitas
Gadjah Mada Press.
Yuniarti, T.2008.Ensiklopedia Tanaman Obat Tradisional. Cetakan Pertama MedPress,
Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai