Disusun oleh :
12. Kaktus (Opuntia herba Persegi licin Tegak lurus tegak simpodial
sp.) dan licin
13.Seledri (Apium herba Bulat Berusuk Tegak lurus Condong Simpodial
graveolens) ke atas
14. Jahe (Zingiber herba Bulat atau bersisik merayap tegak simpodial
officinale ) teres
E. Pembahasan
G. Kesimpulan
Batang dapat dianggap pula sebagai sumbu tubuh dari tumbuhan. Sifat-sifat batang
adalah berbentuk silinder (panjang bulat) atau berbentuk lain dan selalu bersifat aktinomorf
(dengan beberapa bidang dapat dibagi menjadi dua bagian yang setangkup). Mempunyai
ruas-ruas yang masing-masing dibatasi oleh buku-buku. Pada buku-buku inilah terdapat
daun-daunnya. Tumbuhnya menuju matahari atau cahaya. Jadi, bersifat heliotrop atau
fototrop. Selalu bertambah panjang pada bagian ujungnya sehingga mempunyai
pertumbuhan yang tidak terbatas. Mengadakan percabangan, yang tidak pernah digugurkan
kecuali kadang-kadang cabang yang kecil atau ranting. Warnanya tidak hijau, kecuali
tumbuhan yang berumur pendek atau pada waktu batang masih muda.
Pola percabangan batang dibedakan atas percabangan monopodial yaitu batang
selalu tampak jelas, karena lebih besar dan lebih panjang, contohnya papaya, jahe, dan
ketapang. Simpodial batang pokok sukar ditentukan, contohnya Lombok, bayam duri,
sawo kecik, dan banyak lagi. Percabangan menggarpu atau dikotom, yaitu setiap kali
bercabang terjadi dua cabang yang sama besarnya, contohnya buntut bajing. Cabang besar
yang biasanya langsung keluar dari batang pokokn disebut dahan (ramus) sedang cabang
– cabang yang kecil dinamakan ranting (ramulus).
Model arsitektur pohon tertentu memperoleh transformasi air hujan menjadi laju
aliran batang, air tembus tajuk, infiltrasi dan laju aliran permukaan pada suatu area yang
terkait dengan peranan vegetasi dalam mengurangi laju erosi permukaan tanah dan erosi
bencana banjir. Perbedaan model arsitektur pohon dengan sendirinya akan memberikan
dampak bagi variasi persentasi curah hujan yang ditransformasikan menjadi aliran batang,
curahan tajuk, atau intersepsi selama hujan berlangsung. Arsitektur pohon merupakan khas
bagi setiap spesies yang dikontrol oleh genetik. Meskipun demikian juga dipengaruhi oleh
kondisi lingkungan seperti cahaya, temperatur, kelembaban, dan ketersediaan nutrient.
Model arsitektur suatu pohon mempengaruhi nilai aliran batang (stemflow) dan curah tajuk
(through fall), oleh karena itu, model arsitektur pohon memiliki peranan yang sangat
penting terkait dengan keberadaan pohon tersebut dalam konservasi tanah dan air pada
suatu ekositem di daerah tropis. Arsitektur pohon terdiri dari Model Troll merupakan
model arsitektur pohon dengan ciri batang simpodium. Contohnya turi, flamboyan, sirsak,
dan belimbing. Model Aubreville merupakan model arsitektur pohon dengan ciri batang
monopodium yang tumbuh ritmis, sehingga mengakibatkan cabang plagoitrop tersusun
dalam lapisan terpisah, contohnya ketapang. Model Koriba merupakan model arsitektur
pohon yang memiliki ciri batang simpodium. Kuncup terminal terhenti karena jaringan
meristem apeks berdiferensiasi menjadi parenkim. Kuncup aksilar yang berkembang dekat
di bawahnya, membentuk koulomner yang semula identik namun terjadi perbedaan. Satu
menjadi koulomner batang dan yang lain menjadi koulomner cabang, contohnya Gerbera
manga. Model Champagnat merupakan model yang memiliki ciri batang berupa
simpodium, setiap koulomner melengkung karena terlalu berat dan tidak mendukung oleh
jaringan penyokong yang cukup. Filotaksis spiral terdapat pada sumbu yang tidak banyak
berbeda morfologi ujung dan pangkalnya, contohnya Kembang merak. Model
Leeuwenberg merupakan model arsitektur yang memiliki ciri batang berupa simpodium,
namun setiap koulomner menghasilkan lebih dari satu koulomner anak di ujungnya yang
menempati ruang yang ada, contohnya kamboja, ketela pohon. Model Corner merupakan
model arsitektur pohon yang memiliki ciri batang monopodium dengan perbungaan lateral
dan tidak bercabang, karena posisi perbungaannya yang lateral maka meristem apical dapat
tumbuh terus, contohnya pinang. Model Raux merupakan model arsitektur yang memiliki
cirri batang monopodium ortrotop dan simpodium namun lebih sering monopodium.
Cabang kontinu atau tersebar dan filotaksis batang adalah spiral Model rauh merupakan
model arsitektur pohon yang memiliki ciri batang monopodium ortotrop. Pertumbuhan
ritmis mengakibatkan cabang tersusun dalam karangan, cabang juga bersifat ortotrop
sumbu dapat tumbuh tidak terbatas, contohnya pinus. Model Tomlinson merupakan model
arsitektur pohon yang memiliki ciri batang yang bersumbu ortotrop dan membentuk cabang
ortotrop dari kuncup ketiak di bagian batang di bawah tanah, contohnya pisang. Model
Massart merupakan model percabangan batang yang memiliki ciri batang monopodium
ortotrop, pertumbuhan ritmis mengakibatkan cabang tersusun dalam karangan. Filotaksis
pada batang adalah spiral. Cabang bersifat plagiotrop dengan filotaksis distrik atau
cenderung distrik. Cabang dapat bersifat simpodial atau monopodial, contohnya seperti
pada randu.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, M. (2015). Pengaruh Dosis Pemupukan Npk Terhadap Produksi Dankandugancapsaicin Pada
Buah Tanaman Cabe Rawit(Capsicum Frutescens L.). Jurnal Agrosains: Karya Kreatif
Daninovatif, 2(2), 171-178
Bermawie,N.,dkk. 2008. Keragaman Sifat Morfologi Hasil dan Mutu Plasma Nutfah Pegagan
(Centella asiatica L.) Urban.), Bul. Littro. Volume XIX Nomor 1 Tahun 2013.
Campbell , Neil A. & Jane B. Reece. 2008. Biologi Edisi Kedelapan Jilid 2, (terj. Damaring Tyas
Wulandari), Jakarta: Erlangga
Endah, Joesi. H. Ir, dkk. 2005. Kiat Mengatasi Permasalahan Praktis Mempercantik Kaktus dan
Meningkatkan Nilai Jualnya. Jakarta: Agro Media Pustaka.)
Haryoto. 2009. Bertanam Seledri secara Hidroponik. Yogyakarta: Kanisius
Hidayat, E. B. 1994. Morfologi Tumbuhan. Bandung : Institute Teknologi Bandung
Ib Libner, N. 1989. Vegetable Production. Van Nostrand Reinhold. New York. 657.p.
Mader,s. 2001.Biology. New York. Mc graw hills companies
Mattjik, N. A. 2009. Mawar Budidaya Bunga Potong. hal 103-117. Dalam Agus Purwito (Ed.).
dan Tanaman Hias. Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas pertanian, Institut
Pertanian Bogor. Bogor
Rismunandar. 1988. Rempah-Rempah Komoditi Eksport Indonesia. Sinar Baru. Bandung.
Steenis, V. 2005. Flora “Untuk Sekolah di Indonesia”. Penerbit Pradnya Paramita. Jakarta. Hal
110-120
Suprapti, M.L. 2005. Aneka Olahan Pepaya Mentah dan Mengkal. Kanisius, Yogyakarta.
Tim Lentera. 2002. Khasiat & Manfaat Jahe Merah Si Rimpang Ajaib. Agromedia Pustaka.
Tjitrosoepomo, G. 2016. Morfologi Tumbuhan Cetakan Dua Puluh. Yogyakarta : Universitas
Gadjah Mada Press.
Yuniarti, T.2008.Ensiklopedia Tanaman Obat Tradisional. Cetakan Pertama MedPress,
Yogyakarta.