Linguistik Umum
Linguistik Umum
LINGUISTIK UMUM
Linguistik adalah ilmu bahasa , atau telaah ilmiah mengenai bahasa manusia
Linguistik juga sering disebut lingistik umum (general linguistics) karena linguistik tidak
hanya mengkaji sebuah bahasa saja (seperti bahasa jawa), melainkan mengkaji bahasa pada
umumnya.
Linguistik umum mempelajari : kaidah-kaidah bahasa secara umum, bukan bahasa tertentu.
Kaidah-kaidah khusus / spesifik mempelajari bahasa arab/bahasa sunda. Kajian khusus ini
juga bisa dilakukan terhadap satu rumpun / subrumpun bahasa misal rumpun bahasa
austronesia, atau subrumpun indo-german.
Langage : berarti bahasa secara umum, seperti tampak dalam ungkapan “manusia punya
bahasa sementara hewan tidak”.
Langue : artinya suatu bahasa tertentu, seperti bahasa arab, bahasa inggris, atau bahasa jawa
Parole : adalah bahasa dalam wujudnya yang konkret berupa ujaran.
Penggunaan Bahasa
Adanya berbagai macam dialek dan ragam bahasa menimbulkan masalah, bagaimana kita
harus menggunakan bahasa itu di dalam masyarakat. Hymes (1974) seorang pakar
sosiolinguistik mengatakan, bahwa suatu komunikasi dengan menggunakan bahasa harus
memperhatikan delapan unsur, yang diakronimkan menjadi SPEAKING, yakni :
1. Setting and scene, yaitu unsur yang berkenaan dengan tempat dan waktu terjadinya
percakapan
2. Participants, yaitu orang- orang yang terlibat dalam percakapan
3. Ends, yaitu maksud dan hasil percakapan
4. Act sequences, yaitu hal yang menunjuk pada bentuk dan isi percakapan
5. Key, yaitu yang menunjuk pada cara atau semangat dalam melaksanakan percakapan
6. Instrumentalities, yaitu yang menunjuk pada jalur percakapan apakah secara lisan atau
bukan
7. Norms, yaitu yang menunjuk pada norma perilaku peserta percakapan
8. Genres, yaitu menunjuk pada kategori atau ragam bahasa yang digunakan.
Kedelapan unsur tersebut dalam formulasi lain bisa dikatakan dalam berkomunikasai lewat
bahasa harus diperhatikan faktor- faktor siapa lawan atau mitra bicara kita, tentang apa,
situasinya bagaimana, tujuannya apa, jalurnya apa dan ragam bahasa yang digunakan yang
mana.
Kontak Bahasa
Dalam masyarakat yang terbuka, artinya yang para anggotanya dapat menerima kedatangan
anggota dari masyarakat lain, baik dari satu atau lebih dari satu masyarakat, akan terjadilah
apa yang disebut kontak bahasa. Bahasa dari masyarakat yang menerima kedatangan akan
saling mempengaruhi dengan bahasa dari masyarakat yang datang. Hal yang sangat menonjol
yang bisa terjadi dari adanya kontak bahasa ini adalah terjadinya atau terdapatnya apa yang
disebut bilingualisme dan multilingualisme dengan berbagai macam kasusnya,
sepertu interferensi, integrasi, alihkode, dan campurkode.
Bahasa dan Budaya
Satu lagi yang menjadi objek kajian linguistik makro adalah mengenai hubungan bahasa
dengan budaya atau kebudayaan. Dalam sejarah linguistik ada suatu hipotesisyang sangat
terkenal mengenai hubungan bahasa dengan kebudayaan ini. Hipotesis ini dikeluarkan oleh
dua orang pakar, yaitu Edward Sapir dan Benjamin Lee Whorf ( hipotesis Sapir- Whorf) yang
menyatakan bahwa bahasa mempengaruhi kebudayaan atau bahasa itu mempengaruhi cara
berpikir dan bertindak anggota masyarakat penuturnya. Jadi bahasa itu menguasai cara
berpikir dan bertindak manusia. Apa yang dilakukan manusia selalu dipengaruhi oleh sifat-
sifat bahasanya.
KLASIFIKASI BAHASA
Klasifikasi dilakukan dengan melihat kesamaan ciri yang ada pada setiap bahasa. Bahasa yang
mempunyai kesamaan ciri dimasukkan dalam satu kelompok. Menurut Greenberg (1957: 66)
suatu klasifikasi yang baik harus memenuhi persyaratan nonarbitrer, ekhaustik, dan unik.
Nonarbitrer maksudnya bahwa kriteria klasifikasi hanya harus ada satu kriteria, maka hasilnya
akan ekhaustik. Artinya, setelah klasifikasi dilakukan tidak ada lagi sisanya, semua bahasa
yang ada dapat masuk ke dalam salah satu kelompok. Hasil klasifikasi juga harus bersifat
unik, maksudnya kalau suatu bahasa sudah masuk ke dalam salah satu kelompok, dia tidak
bisa masuk lagi dalam kelompok yang lain, kalau masuk ke dalam dua kelompok atau lebih
berarti hasil klasifikasi itu tidak unik.
Klasifikasi Genetis
Klasifikasi genetis disebut juga klasifikasi geneologis, dilakukan berdasarkan garis keturunan
bahasa- bahasa itu. Artinya, suatu bahasa berasal atau diturunkan dari bahasa yang lebih tua.
Menurut teori klasifikasi genetis ini, suatu bahasa pro ( bahasa tua, bahasa semula) akan
pecah dan menurunkan dua bahasa baru atau lebih. Lalu, bahasa pecahan ini akan
menurunkan pula bahasa- bahasa lain. Kemudian bahasa- bahasa lain itu akan menurunkan
lagi bahasa- bahasa pecahan berikutnya.
Klasifikasi genetis dilakukan berdasarkan kriteria bunyi dan arti yaitu atas kesamaan bentuk
(bunyi) dan makna yang dikandungnya. Bahasa- bahasa yang memiliki sejumlah kesamaan
seperti itu dianggap berasal dari bahasa asal atau bahasa proto yang sama. Apa yang
dilakukan dalam klasifikasi genetis ini sebenarnya sama dengan teknik yang dilakukan dalam
linguistik historis komparatif, yaitu adanya korespondensi bentuk (bunyi) dan makna. Oleh
karena itu, klasifikasi genetis bisa dikatakan merupakan hasil pekerjaan linguistik historis
komparatif. Klasifikasi genetis juga menunjukkan bahwa perkembangan bahasa- bahasa di
dunia ini bersifat divergensif, yakni memecah dan menyebar menjadi banyak, tetapi pada
masa mendatang karena situasi politik dan perkembangan teknologi komunikasi yang
semakin canggih, perkembangan yang konvergensif tampaknya akan lebih mungkin dapat
terjadi.
Klasifikasi Tipologis
Klasifikasi tipologis dilakukan berdasarkan kesamaan tipe atau tipe- tipe yang terdapat pada
sejumlah bahasa. Tipe ini merupakan unsur tertentu yang dapat timbul berulang- ulang dalam
suatu bahasa. Klasifikasi tipologi ini dapat dilakukan pada semua tataran bahasa. Maka hasil
klasifikasinya dapat bermacam- macam, akibatnya menjadi bersifat arbitrer karena tidak
terikat oleh tipe tertentu.
Klasifikasi pada tataran morfologi yang telah dilakukan pada abad XIX secara garis besar
dapat dibagi tiga kelompok, yaitu:
§ Kelompok pertama adalah yang semata- mata menggunakan bentuk bahasa sebagai dasar
klasifikasi. ( klasifikasi morfologi oleh Fredrich Von Schlegel)
§ Kelompok kedua adalah yang menggunakan akar kata sebagai dasar klasifikasi ( oleh Franz
Bopp).
§ Kelompok ketiga adalah yang menggunakan bentuk sintaksis sebagai dasar klasifikasi,
pakarnya antara lain H. Steinthal.
Pada abad XX ada juga pakar klasifikasi morfologi dengan prinsip yang berbeda, misalnya
yang dibuat Sapir (1921) dan J. Greenberg (1954).
Klasifikasi Areal
Klasifikasi areal dilakukan berdasarkan adanya hubungan timbal balik antara bahasa yang
satu dengan bahasa yang lain di dalam suatu areal atau wilayah, tanpa memperhatikan apakah
bahasa itu berkerabat secara genetik atau tidak. Klasifikasi ini bersifat arbitrer karena dalam
kontak sejarah bahasa- bahasa itu memberikan pengaruh timbal balik dalam hal- hal tertentu
yang terbatas. Klasifikasi inipun bersifat non ekhaustik, sebab masih banyak bahasa- bahasa
di dunia ini yang masih bersifat tertutup dalam arti belum menerima unsur- unsur luar. Selain
itu, klasifikasi inipun bersifat non unik, sebab ada kemungkinan sebuah bahasa dapat masuk
dalam kelompok tertentu dan dapat pula masuk ke dalam kelompok lainnya lagi. Usaha
klasifikasi ini pernah dilakukan oleh Wilhelm Schmidt (1868- 1954) dalam bukunya Die
Sprachfamilien und Sprachenkreise der Ende, yang dilampiri dengan peta.
Klasifikasi Sosiolinguistik
Klasifikasi sosiolinguistik dilakukan berdasarkan hubungan antara bahasa dengan faktor-
faktor yang berlaku dalam masyarakat, tepatnya berdasarkan status, fungsi, penilaian yang
diberikan masyarakat terhadap bahasa itu. Klasifikasi sosiolinguistik ini pernah dilakukan
oleh William A. Stuart tahun 1962 yang dapat kita baca dalam artikelnya “ An Outline of
Linguistic Typology for Describing Multilingualism”. Klasifikasi ini dilakukan berdasarkan
empat ciri atau kriteria, yaitu :
1. historisitas berkenaan dengan sejarah perkembangan bahasa atau sejarah pemakaian bahasa
itu,
2. standardisasi berkenaan dengan statusnya sebagai bahasa baku atau tidak baku atau
statusnya dalam pemakaian formal atau tidak formal,
3. vitalitas berkenaan dengan apakah bahasa itu mempunyai penutur yang menggunakannya
dalam kegiatan sehari- hari secara aktif atau tidak,
4. homogenesitas berkenaan dengan apakah leksikon dan tata bahasa dari bahasa itu
diturunkan.
Dengan menggunakan keempat ciri di atas, hasil klasifikasi bisa menjadi ekshaustik sebab
semua bahasa yang ada di dunia dapat dimasukkan ke dalam kelompok- kelompok tertentu.
Tetapi hasil ini tidak unik sebab sebuah bahasa bisa mempunyai status yang berbeda.
Fonemik
Pengertian Fonemik
1. Fonetik adalah bagian dari studi linguistik yang mempelajari bunyi bahasa secara umum,
tanpa memperhatikan makna, yang tidak bersifat fungsional, kajian bunyi bahasa
manapun. Sedangkan fonemik adalah bagian dari studi linguistik yang mempelajari
bahasa tertentu yang memperhatikan perbedaan makna.
2. Fonemisasi adalah salah satu prosedur atau cara menemukan fonem suatu bahasa.
Penemuan fonem suatu bahasa itu didasarkan pada data-data yang secara fonetis akurat.
Salah satu prosedur fonemisasi adalah “pasangan minimal” (minimal pairs). Pasangan
minimal, yaitu bentuk-bentuk bahasa yang terkecil dan bermakna dalam sebuah bahasa
yang secara ideal sama, kecuali satu bunyi yang tidak sama. Hasil dari fonemisasi dengan
prosedur pasangan minimal adalah ditemukannya suatu fonem, yaitu satuan bunyi yang
terkecil yang fungsional atau distingtif, dalam arti membedakan makna.
Asimilasi merupakan peristiwa berubahnya sebuah bunyi menjadi bunyi lain sebagai akibat
dari bunyi yang ada di lingkungannya. Disimilasi yaitu perubahan dua buah fonem yang sama
menjadi fonem yang berlainan. Kontraksi adalah pemendekan bentuk ujaran yang ditandai
dengan hilangnya sebuah fonem atau lebih.
Klausa
Klausa adalah satuan gramatika yang terdiri dari subjek (S) dan predikat (P) baik disertai
objek (O), dan keterangan (K), serta memilki potensi untuk menjadi kalimat. Misalnya:
banyak orang mengatakan.
Unsur inti klausa ialah subjek (S) dan predikat (P).
Penggolongan klausa:
1. Berdasarkan unsur intinya
2. Berdasarkan ada tidaknya kata negatif yang secara gramatik menegatifkan predikat
3. Berdasarkan kategori kata atau frase yang menduduki fungsi predikat
Kalimat
a. Pengertian
Kalimat adalah satuan bahasa yang terdiri dari dua kata atau lebih yang mengandung pikiran
yang lengkap dan punya pola intonasi akhir.
Contoh: Ayah membaca koran di teras belakang.
b. Pola-pola kalimat
Sebuah kalimat luas dapat dipulangkan pada pola-pola dasar yang dianggap menjadi dasar
pembentukan kalimat luas itu.
1. Pola kalimat I = kata benda-kata kerja
Contoh: Adik menangis. Anjing dipukul.
Pola kalimat I disebut kalimat ”verbal”
2. Pola kalimat II = kata benda-kata sifat
Contoh: Anak malas. Gunung tinggi.
Pola kalimat II disebut pola kalimat ”atributif”
3. Pola kalimat III = kata benda-kata benda
Contoh: Bapak pengarang. Paman Guru
Pola pikir kalimat III disebut kalimat nominal atau kalimat ekuasional. Kalimat ini
mengandung kata kerja bantu, seperti: adalah, menjadi, merupakan.
4. Pola kalimat IV (pola tambahan) = kata benda-adverbial
Contoh: Ibu ke pasar. Ayah dari kantor.
Pola kalimat IV disebut kalimat adverbial
Jenis Kalimat
A. Kalimat inti dan kalimat non inti.
Kalimat inti disebut juga kalimat dasar, adalah kalimat yang dibentuk dari klausa inti yang
lengkap bersifat deklaratif, aktif atau netral dan afirmatif. Dalam bahasa Indonesia paling
tidak kalimat inti kita dapati dengan pola sebagai berikut :
FN + FV = Nenek datang
FN + FV + FN = Nenek membaca komik
FN + FV + FN + PN = Nenek membacakan kakek komik
FN + FN = Nenek dokter
FN + FA = Nenek cantik
FN + Fnum = Uangnya dua juta
FN + FP = Uangnya di dompet
B. Kalimat tunggal dan kalimat majemuk
Kalimat tunggal : klausanya hanya satu
Kalimat majemuk : klausa dalam kalimat terdapat lebih dari satu
Macam-macam kalimat majemuk :
1) Kalimat majemuk koordinatif.
2) Kalimat majemuk subordinatif
3) Kalimat majemuk kompleks.
C. Kalimat mayor dan kalimat minor
Kalimat mayor : klausanya lengkap, minimal mempunyai subjek dan predikat
Kalimat minor : klausanya tidak lengkap, hanya terdiri dari S/P/O/K saja.
D. Kalimat verbal dan kalimat non verbal
E. Kalimat bebas dan kalimat terikat.
Wacana
a. Pengertian Wacana
Wacana adalah satuan bahasa yang lengkap, sehingga dalam hierarki gramatikal merupakan
satuan gramatikal tertinggi dan terbesar.
Sebagai satuan bahasa yang lengkap, maka dalam wacana itu berarti terdapat konsep,
gagasan, pikiran, atau ide yang utuh, yang bisa dipahami oleh pembaca (dalam wacana tulis)
atau pendengar (dalam wacana lisan) tanpa keraguan apapun. Sebagai satuan gramatikal
tertinggi atau terbesar, wacana dibentuk dari kalimat-kalimat yang memenuhi persyaratan
gramatikal, dan persyaratan kewacanaan lainnya. Persyaratan gramatikal dapat dipenuhi kalau
dalam wacana itu sudah terbina kekohesifan, yaitu adanya keserasian hubungan antara unsur-
unsur yang ada dalam wacana sehingga isi wacana apik dan benar.
b. Alat Wacana
Alat-alat gramatikal yang dapat digunakan untuk membuat sebuah wacana menjadi kohesif,
antara lain: Pertama, konjungsi, yakni alat untuk menghubung-hubungkan bagian-bagian
kalimat; atau menghubungkan paragraf dengan paragraf. Kedua, menggunakan kata ganti dia,
nya, mereka, ini, dan itu sebagai rujukan anaforis sehingga bagian kalimat yang sama tidak
perlu diulang melainkan menggunakan kata ganti. Ketiga, menggunakan elipsis, yaitu
penghilangan bagian kalimat yang sama yang terdapat kalimat yang lain.
Selain dengan upaya gramatikal, sebuah wacana yang kohesif dan koheren dapat juga dibuat
dengan bantuan berbagai aspek semantik, antara lain: Pertama, menggunakan hubungan
pertentangan pada kedua bagian kalimat yang terdapat dalam wacana itu. Kedua,
menggunakan hubungan generik – spesifik; atau sebaliknya spesifik – generik. Ketiga,
menggunakan hubungan perbandingan antara isi kedua bagian kalimat; atau isi antara dua
buah kalimat dalam satu wacana. Keempat, menggunakan hubungan sebab – akibat di antara
isi kedua bagian kalimat; atau isi antara dua buah kalimat dalam satu wacana. Kelima,
menggunakan hubungan tujuan di dalam isi sebuah wacana. Keenam, menggunakan
hubungan rujukan yang sama pada dua bagian kalimat atau pada dua kalimat dalam satu
wacana.
c. Jenis Wacana
Berkenaan dengan sasarannya, yaitu bahasa lisan atau bahasa tulis, dilihat adanya wacana
lisan dan wacana tulis.
Dilihat dari penggunaan bahasa apakah dalam bentuk uraian ataukah bentuk puitik dibagi
wacana prosa dan wacana puisi. Selanjutnya, wacana prosa, dilihat dari penyampaian isinya
dibedakan menjadi wacana narasi, wacana eksposisi, wacana persuasi dan wacana
argumentasi.
d. Subsatuan Wacana
Dalam wacana berupa karangan ilmiah, dibangun oleh subsatuan atau sub-subsatuan wacana
yang disebut bab, subbab, paragraf, atau juga subparagraf. Namun, dalam wacana –wacana
singkat sub-subsatuan wacana tidak ada.
Perubahan Makna
Secara sinkronis makna sebuah kata atau leksem tidak akan berubah, tetapi secara diakronis
ada kemungkinan dapat berubah. Dalam masa yang relative singkat, makna sebuah kata tidak
akan berubah, tetapi dalam waktu yang relative lama ada kemungkinan makna tersebut akan
berubah. Ini tidak berlaku untuk semua kosakata, tetapi hanya terjadi pada sebuah kata saja,
yang disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain :
1. Perkembangan dalam bidang ilmu dan teknologi
2. Perkembangan sosial budaya
3. Perkembangan pemakaian kata
4. Pertukaran tanggapan indera (sinestesia)
5. Adanya asosiasi
sedangkan dalam bahasa jerman “lingustique”. Jadi linguistik adalah ilmu tentang bahasa.
a. linguistik Mikro yaitu sifat telaahnya sempit/internal, karena khusus mengkaji bahasa tersebut tanpa
b. linguistik Makro yaitu sifat telaahnya luas/eksternal, karena mengkaji bahasa dibubuhkannya dengan
1. Eksplisit yaitu jelas,tidak bermakna ganda, serta menyeluruh/ajeg dan yang pasti konsisten atau
1. Lisan (objek primer) yang artinya ujaran, ucapan, karena bahasa lisan objektif /apa adanya.
2. Tulisan (objek sekunder) karena bersifat subjektif, maksudnya yang terlihat dan terbaca contoh buku.
Ahli linguistik Perancis “Ferdinand de sawssure” dalam Bukunya “Cours de linguistique general”
1. Langage yang artinya bahasa pada umumnya (abstrak, bahasa milik manusia).
2. Langue yamg artinya bahasa tertentu yaitu bahasa nasional /sistem tersendiri.
3. Parole yang artinya ujaran, ucapan, yaitu konkret (menurut logatnya, (individu) ).
-Tautan paradigmatik artinya hubungan yang terdapat didalam bahasa namun tidak tampak dalam
satuan kalimat.
-Tautan sintagmatik artinya hubungan yang terdapat antara satuan bahasa didalam kalimat yang
konkret tertentu.
2. Non verbal yaitu komunikasi yang menggunakan non bahasa. Sebagai contoh; lonceng, bedug, warna,
bendera.
Maksudnya adalah suatu jenis linguistik yang mengkaji cirri-ciri bahasa secara umum. Contoh; morfologi,
2. Linguistik terapan (Applaid linguistics) yaitu satu jenis linguistic yang berusaha menerapkan hasil
penelitian dalam bidang linguistic untuk keperluan praktis, yang dimaksudkan untuk kepentingan proses
3. Linguistik Teoretis yang artinya sebuah jenis linguistic yang meneliti/mengkaji bahasa itu sendiri saja
4. Sejarah linguistik yang artinya uraian kronologis tentang perkembangan bahasa dari masa ke masa.
1. Linguistik Deskriptif artinya linguistik yang menggambarkan bahasa apa adanya pada saat penelitian
dilangsungkan. Dan mempunyai cirri khusus ; menggambarkan apa adanya , menjelaskan apa adanya.
2. Linguistik Historis Komparatif artinya jenis linguistik yang membandingkan dua bahasa/lebih pada
3. Linguistik Kontranstif artinya jenis linguistik yang membatasi diri pada perbandingan dua bahasa/lebih
4. Linguistik Sinkronis artinya Jenis linguistik yang mempelajari satu bahasa pada satu waktu/satu
periode.
5. Linguistik Diakronis artinya jenis linguistik yang mempelajari satu bahasa dari/pada masa ke masa.
1. Fonologi adalah ilmu yang menyelidiki cirri-ciri bunyi bahasa, cara terjadinya, dan fungsinya dalam
sistem kebahasaan secara keseluruhan. Contoh; -fonem (satuan terkecil dari bunyi bahasa) ;
/L/,/r/,/b/,/t/
2. Morfologi adalah ilmu yang mempelajari /menyelidiki bentuk-bentuk kata, perubahan kata,
pembentukan kata dan perubahan makna kata akibat terjadinya proses perubahan bentuk kata.
3. Sintaksis adalah ilmu yang mempelajari tata kalimat (ilmu bahasa yang membicarakan seluk-beluk
-frase ialah dua buah kata /satuan gramatik yang terdiri atas dua buah kata atau lebih yang tidak
melampui satu batas unsur fungsional klausa/kalimat. Contoh; buku itu dibaca, frasenya adalah buku
itu.
(S) (P)
-klausa ialah satuan gramatik yang terdiri atas subjek, predikat,dan boleh disertai dengan objek
-kalimat ialah satuan gramatik yang dibatasi oleh adanya jeda panjang yang disertai naik turunnya nada
akhir.
Melompat?
-wacana ialah satuan gramatik yang bergantung pada cirri konteks atau situasinya.
Artinya; membangun koherensi dengan syarat pembaca harus membayangkan mengenai maksud dari
kalimat tersebut (ada konser musik jazz saat cuaca panas dan para penontonnya bergoyang.)
3. Semantik ialah cabang sistematik bahasa yang mempelajari makna atau arti.
1. bentuk (form)
2. makna (meaning)
Kuda, sebagaimana kita ketahui bahwa Kuda dapat kita maknai sebagai:
-sejenis binatang
-berkaki empat
-berkuku ganjil
-menyusui
a. bahasa merupakan seperangkat bunyi , bunyi itu bersistem dan dikeluarkan oleh alat bicara manusia.
b. bahasa itu arbiter artinya; hubungan antara bunyi dan wujudnya yang berwujud benda, atau konsep
bersifat manasuka.
c. bahasa adalah seperangkat alat lambang, karena bunyi yang dihasilkan oleh alat bicara manusia itu
berwujud lambang.
d. bahasa bersifat sempurna maksudnya; bahwa bahasa membawakan amanahnya sebagai wahana
komunikasi.
e. bahasa itu produktif artinya; meskipun unsur bahasa itu terbatas tetapi dengan unsur yang jumlahnya
terbatas itu terdapat satuan-satuan bahasa yang jumlahnya tidakm terbatas meski secara relative sesuai
f. bahasa itu unik artinya; mempunyai ciri khas yang spesifik yang tidak dimiliki oleh orang lain.
g. bahasa itu universal artinya; bersifat menyeluruh, yakni setiap bahasa yang dimiliki di dunia ini
h. bahasa itu manusia artinya; dapat dipakai untuk menyatakan sesuatu yang baru berbeda dengan alat
komunikasi binatang.
1. Aliran Struktural (aliran taksonomi) ; aliran ini melihat bahasa dari segi strukturnya.
3. Aliran Praha; aliran ini membahas mengenai hubungan antara fonem dan cirri-ciri pembeda
(distinctive features).
2. hirearki tagmemik
c. Teori Stratifikasi; teori ini menganggap bahwa bahasa merupakan sistem yang berhubungan
- makna tidak terdapat pada unsur-unsur lepas yang berwujud kata, tetapi terpadu pada ujaran secara
keseluruhan.
- makna tidak boleh ditafsirkan secara dualis(kata dan acuan)/secara trialis(kata,acuan,tafsiran), tetapi
makna merupakan satu fungsi /tugas yang terpadu dalam tutur yang dipengaruhi oleh situasi.; yaitu:
Aliran Transformasi (The mit school); menurut teori ini setiap manusia menggunakan bahasa yang
f. Teori Semantik Generatif (Abstract Syntax); yakni berpendapat bahwa struktur semantik dan struktur
sintaksis bersifat homogen.untuk menggabungkannya cukup digambarkan oleh satu jenis kaidah, yakni
transformasi.
g. Teori Kasus; ialah hubungan antara verba dan nomina dalam struktur semantik, yakni verba identik
dengan predikat, dan nomina identik dengan argument dalam semantik generatif, hanya argument diberi
label kasus.