Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH SISTEM PERKEMIHAN

“PIELONEFRITIS”

Dosen : Uji Kawuryan M.Kep, Ners

Disusun Oleh Kelompok 3 :


Chika Agustia Pramudita
Nita Nur Amalia
Syarifah Mardiana

SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN MUHAMMADIYAH


PONTIANAK
2018

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT Karena
berkat rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah
Sistem Perkemihan yang membahas tentang “Pielonefritis” tepat pada
waktunya. Tak lupa shalawat serta salam penulis hadiahkan kepada
junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW, yang telah membawa kita
dari zaman kebodohan menuju zaman yang penuh dengan ilmu
pengetahuan.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna,
masih banyak hal yang kurang dalam penulisan makalah ini. Oleh karena
itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar penulis
dapat memperbaikinya. Harapan penulis, semoga makalah ini dapat
bermanfaat dan menjadi sumberilmu yang baru bagi kita semua.Amin.

Pontianak, maret 2018

Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................. 1

BAB I.......................................................................................................... 4

PENDAHULUAN ........................................................................................ 4

A. Latar Belakang ................................................................................. 4

B. Rumusan Masalah ........................................................................... 4

C. Tujuan .............................................................................................. 4
Tujuan Umum ...................................................................................... 4

Tujuan Khusus .................................................................................... 5

BAB II ......................................................................................................... 6

PEMBAHASAN .......................................................................................... 6

A. Pengertian Pielonefritis .................................................................... 6

B. Etiologi ............................................................................................. 8

C. Patofisiologi .................................................................................... 10

D. Pathway Pielonefritis ...................................................................... 11

E. Tanda dan Gejala........................................................................... 12

F. Pemeriksaan Penunjang ................................................................ 14

G. Komplikasi ...................................................................................... 14

H. Penatalaksanaan Medik ................................................................. 15

I. Pencegahan ................................................................................... 16

BAB III ......................................................... Error! Bookmark not defined.

ASUHAN KEPERAWATAN......................... Error! Bookmark not defined.

A. Pengkajian ........................................ Error! Bookmark not defined.

B. Diagnosa Keperawatan ..................... Error! Bookmark not defined.

C. Intervensi .......................................... Error! Bookmark not defined.

BAB IV ..................................................................................................... 17

PENUTUP ................................................................................................ 17

A. Kesimpulan .................................................................................... 17

B. Saran ............................................................................................. 18

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 18


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia adalah individu yang mempunyai sub-sub sistem. Sub-
sub sistem tersebut adalah sistem pernapasan, sistem kardiovaskular,
sistem pencernaan, sistem muskuloskeletal, sistem persyarafan,
sistem perkemihan, dan sistem-sistem yang lainnya. Keseimbangan
antara semua sistem diatas itulah yang menyebabkan manusia
dikatakan sehat secara jasmani.Semua sistem tersebut melibatkan
organ-organ dalam menjalankan tugasnya, seperti sistem perkemihan
yang melibatkan organ ginjal, ureter, kandung kemih, dan uretra.
Ginjal merupakan bagian utama dari saluran kemih yang terdiri dari
organ-organ tubuh yang berfungsi memproduksi maupun menyalurkan
air kemih (urin) ke luar tubuh. Berbagai penyakit dapat menyerang
komponen-komponen ginjal, antara lain yaitu infeksi ginjal. Infeksi
ginjal atau pielonefritis merupakan peradangan pada jaringan ginjal.
Untuk lebih jelasnya, penulis akan membahas tentang bagaimana cara
memberikan asuhan keperawatan yang baik kepada pasien yang
mengalami pielonefritis agar tidak berlanjut menjadi pielonefritis kronik.

B. Rumusan Masalah
Bagaimana asuhan keperawatan pada pielonefritis?

C. Tujuan

Tujuan Umum
Tujuan umum dalam penulisan makalah ini adalah untuk
memahami asuhan keperawatan pada system perkemihan
dengan pielonefritis.
Tujuan Khusus
Tujuan khusus dalam penulisan makalah ini adalah sebagai
berikut:

a. Mengetahui pengertian pielonefritis.


b. Mengetahui etiologi pielonefritis.
c. Mengetahui klasifikasi pielonefritis.
d. Mengetahui patofisiologi pielonefritis.
e. Mengetahui manifestasi klinis pielonefritis.
f. Mengetetahui pemeriksaan penunjang pielonefritis.
g. Mengetahui penatalaksanaan pielonefritis.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pielonefritis
Pielonefritis merupakan infeksi bakteri yang menyerang ginjal,
yang sifatnya akut maupun kronis. Pielonefritis akut biasanya akan
berlangsung selama 1 sampai 2 minggu. Bila pengobatan pada
pielonefritis akut tidak sukses madka dapat menimbulkan gejala
lanjut yang disebut dengan pielonefritis kronis.
Pielonefritis merupakan infeksi bakteri pada piala ginjal (pelvis
renalis), tubulus, dan jaringan interstinal dari salah satu atau kedua
gunjal (Brunner & Suddarth, 2002).
Pielonefritis merupakan suatu infeksi dalam ginjal yang dapat
timbul secara hematogen atau retrograd aliran ureterik
(Underwood, 2002)
Ginjal merupakan bagian utama dari sistem saluran kemih
yang terdiri atas organ-organ tubuh yang berfungsi memproduksi
maupun menyalurkan air kemih (urine) ke luar tubuh. Berbagai
penyakit dapat menyerang komponen-komponen ginjal, antara lain
yaitu infeksi ginjal.
Pielonefritis dibagi menjadi dua macam yaitu :
a. Pyelonefritis akut
Pyelonefritis akut biasanya singkat dan sering terjadi infeksi
berulang karena terapi tidak sempurna atau infeksi baru. 20%
dari infeksi yang berulang terjadi setelah dua minggu setelah
terapi selesai.Infeksi bakteri dari saluran kemih bagian bawah
ke arah ginjal, hal ini akan mempengaruhi fungsi ginjal. Infeksi
saluran urinarius atas dikaitkan dengan selimut antibodi bakteri
dalam urin.Ginjal biasanya membesar disertai infiltrasi
interstisial sel-sel inflamasi.Abses dapat dijumpai pada kapsul
ginjal dan pada taut kortikomedularis.Pada akhirnya, atrofi dan
kerusakan tubulus serta glomerulus terjadi.Pyelonefritis akut
merupakan salah satu penyakit ginjal yang sering
ditemui.Gangguan ini tidak dapat dilepaskan dari infeksi saluran
kemih.Infeksi ginjal lebih sering terjadi pada wanita, hal ini
karena saluran kemih bagian bawahnya (uretra) lebih pendek
dibandingkan laki-laki, dan saluran kemihnya terletak
berdekatan dengan vagina dan anus, sehingga lebih cepat
mencapai kandung kemih dan menyebar ke ginjal. Insiden
penyakit ini juga akan bertambah pada wanita hamil dan pada
usia di atas 40 tahun. Demikian pula, penderita kencing
manis/diabetes mellitus dan penyakit ginjal lainnya lebih mudah
terkena infeksi ginjal dan saluran kemih.
b. Pielonefritis kronis
Pyelonefritis kronis juga berasal dari adanya bakteri, tetapi
dapat juga karena faktor lain seperti obstruksi saluran kemih
dan refluk urin.Pyelonefritis kronis dapat merusak jaringan ginjal
secara permanen akibat inflamasi yang berulangkali dan
timbulnya parut dan dapat menyebabkan terjadinya renal failure
(gagal ginjal) yang kronis. Ginjal pun membentuk jaringan parut
progresif, berkontraksi dan tidak berfungsi. Proses
perkembangan kegagalan ginjal kronis dari infeksi ginjal yang
berulang-ulang berlangsung beberapa tahun atau setelah infeksi
yang gawat.Pembagian PielonefritisPielonefritis akutSering
ditemukan pada wanita hamil, biasanya diawali dengan hidro
ureter dan hidronefrosis akibat obstruksi ureter karena uterus
yang membesar.

B. Etiologi
1. Bakteri
a. Escherichis colli
Escherichia coli (bakteri yang dalam keadaan normal
ditemukan di usus besar) merupakan penyebab infeksi yang
sering ditemukan pada pielonefritis akut tanpa komplikasi
b. Basilus proteus dan Pseudomonas auroginosa.
Pseudomonas juga merupakan patogen pada manusia dan
merupakan penyebab infeksi pada saluran kemih.
c. Klebsiella enterobacter
Klebsiella enterobacter merupakan salah satu patogen
menular yang umumnya menyebabkan infeksi pernapasan,
tetapi juga dapat menyebabkan infeksi saluran kemih
d. Species proteus
Proteus yang pada kondisi normal ditemukan di saluran
cerna, menjadi patogenik ketika berada di dalam saluran
kemih.
e. Enterococus
Mengacu pada suatu spesies streptococus yang mendiami
saluran cerna dan bersifat patogen di dalam saluran kemih
f. Lactobacillus
Adalah flora normal di rongga mulut, saluran cerna, dan
vagina, dipertimbangkan sebagai kontaminan saluran
kemih.Apabila ditemukan lebih dari satu jenis bakteri, maka
spesimen tersebut harus dipertimbangkan
terkontaminasi.Hampir semua gambaran klinis disebaban
oleh endotoksemia.Tidak semua bakteri bersifat patogen di
saluran perkemihan, tetapi semua bakteri tersebut
ditemukan dalam sampel biakan urine.Namun, bakteri-
bakteri tersebut tetap merupakan kontaminan.
2. Obstruksi urinari track. Misal batu ginjal atau pembesaran
prostat.
3. Refluks, yang mana merupakan arus balik air kemih dari
kandung kemih kembali ke dalam ureter.
4. Kehamilan
Kehamilan dapat mempengaruhi aliran darah dan aliran
plasma efektif ke ginjal dan saluran kencing.Kecepatan filtrasi
glomerulus dan fungsi tubulermeningkat 30-50%.Dibawah
keadaan yang normal peningkatan kegiatan penyaringan darah
bagi ibu dan janin yang tumbuh tidak membuat ginjal dan uretra
bekerja ekstra.Keduanya menjadi dilatasi karena peristaltik
uretra menurun.Sebagai akibat, gerakan urin ke kandung kemih
lebih lambat.Stasis urin ini meningkatkan kemungkinan
pielonefritis.
Estrogen dapat meningkatkan resiko terjadinya infeksi
yang terjadi pada kadung kemih yang akan naik ke ginjal.
Bendungan dan atoni ureter dalam kehamilan mungkin
disebabkan oleh progesteron, obstipasi atau tekanan uterus
yang membesar pada ureter.
Pada saluran kemih yang sehat, naiknya infeksi ini biasanya
bisa dicegah oleh aliran air kemih yang akan membersihkan
organisme dan oleh penutupan ureter di tempat masuknya ke
kandung kemih. Berbagai penyumbatan fisik pada aliran air kemih
(misalnya batu ginjal atau pembesaran prostat) atau arus balik air
kemih dari kandung kemih ke dalam ureter, akan meningkatkan
kemungkinan terjadinya infeksi ginjal.

C. Patofisiologi
Umumnya bakteri seperti Eschericia coli, Streptococus fecalis,
Pseudomonas aeruginosa, dan Staphilococus aureus yang
menginfeksi ginjal berasal dari luar tubuh yang masuk melalui
saluran kemih bagian bawah (uretra), merambat ke kandung kemih,
lalu ke ureter (saluran kemih bagian atas yang menghubungkan
kandung kemih dan ginjal) dan tibalah ke ginjal, yang kemudian
menyebar dan dapat membentuk koloni infeksi dalam waktu 24-48
jam. Infeksi bakteri pada ginjal juga dapat disebarkan melalui alat-
alat seperti kateter dan bedah urologis.Bakteri lebih mudah
menyerang ginjal bila terdapat hambatan atau obstruksi saluran
kemih yang mempersulit pengeluaran urin, seperti adanya batu
atau tumor.
Pada pielonefritis akut, inflamasi menyebabkan pembesaran
ginjal yang tidak lazim. Korteks dan medula mengembang dan
multipel abses. Kalik dan pelvis ginjal juga akan berinvolusi.
Resolusi dari inflamasi menghsilkan fibrosis dan scarring.
Pielonefritis kronis muncul stelah periode berulang dari pielonefritis
akut. Ginjal mengalami perubahan degeneratif dan menjadi kecil
serta atrophic. Jika destruksi nefron meluas, dapat berkembang
menjadi gagal ginjal.
D. Pathway Pielonefritis
Penyebab (bakteri)

Masuk saluran kemih Masuk saluran darah

Adanya Obstruksi Ginjal

Aliran balik ginjal oleh bakteri

Peradangan / infeksi ginjal


Hematuria Demam
Nyeri Akut
Kurang pengetahuan
Hipertermi
Perubahan kenyamanan
Ansietas

Gangguan Penguapan berlebihan


Pola Tidur
Mukosakering

Nafsu makan
Resiko
kekurangan berkurang
volume cairan

Gangguan
nutrisi :
kurang dari
kebutuhan
tubuh
Intoleransi
Aktivitas
Kelemahan

E. Tanda dan Gejala


Gejala yang paling umum dapat berupa demam tiba-tiba.
Kemudian dapat disertai menggigil, nyeri punggung bagian bawah,
mual, dan muntah. Pada beberapa kasus juga menunjukkan gejala
ISK bagian bawah yang dapat berupa nyeri berkemih dan frekuensi
berkemih yang meningkat.
Dapat terjadi kolik renalis, dimana penderita merasakan nyeri
hebat yang desebabkan oleh kejang ureter. Kejang dapat terjadi
karena adanya iritasi akibat infeksi atau karena lewatnya batu
ginjal. Bisa terjadi pembesaran pada salah satu atau kedua ginjal.
Kadang juga disertai otot perut berkontraksi kuat.
Pada anak-anak, gejala infeksi ginjal seringkali sangat ringan
dan lebih sulit untuk dikenali.
a. Pyelonefritis akut ditandai dengan :
- pembengkakan ginjal atau pelebaran penampang ginjal
- Pada pengkajian didapatkan adanya demam yang tinggi,
menggigil, nausea,
- nyeri pada pinggang, sakit kepala, nyeri otot dan adanya
kelemahan fisik.
- Pada perkusi di daerah CVA ditandai adanya tenderness.
- Klien biasanya disertai disuria, frequency, urgency dalam
beberapa hari.
- Pada pemeriksaan urin didapat urin berwarna keruh atau
hematuria dengan bau yang tajam, selain itu juga adanya
peningkatan sel darah putih.
b. Pielonefritis kronis
Pielonefritis kronis Terjadi akibat infeksi yang berulang-ulang,
sehingga kedua ginjal perlahan-lahan menjadi rusak. Tanda dan
gejala:
- Adanya serangan pielonefritis akut yang berulang-ulang
biasanya tidak mempunyai gejala yang spesifik.
- Adanya keletihan.
- Sakit kepala, nafsu makan rendah dan BB menurun.
- Adanya poliuria, haus yang berlebihan, azotemia, anemia,
asidosis, proteinuria, pyuria dan kepekatan urin menurun.
- Kesehatan pasien semakin menurun, pada akhirnya pasien
mengalami gagal ginjal.
- Ketidaknormalan kalik dan adanya luka pada daerah korteks.
- Ginjal mengecil dan kemampuan nefron menurun dikarenakan
luka pada jaringan.
- Tiba-tiba ketika ditemukan adanya hipertensi.

F. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan yang dilakukan untuk memperkuat diagnosis
pielonefritis adalah:
a. Whole blood
b. Urinalisis
c. USG dan Radiologi : USG dan rontgen bisa membantu
menemukan adanya batu ginjal, kelainan struktural atau
penyebab penyumbatan air kemih lainnya
d. BUN
e. Creatinin
f. Serum Electrolytes
g. Biopsi ginjal
h. Pemeriksaan IVP : Pielogram intravena (IVP) mengidentifikasi
perubahan atau abnormalitas struktur

G. Komplikasi
Ada tiga komplikasi penting dapat ditemukan pada pielonefritis akut
(Patologi Umum & Sistematik J. C. E. Underwood, 2002: 669)
a. Nekrosis papila ginjal. Sebagai hasil dari proses radang,
pasokan darah pada area medula akan terganggu dan akan
diikuti nekrosis papila ginjal, terutama pada penderita diabetes
melitus atau pada tempat terjadinya obstruksi.
b. Fionefrosis. Terjadi apabila ditemukan obstruksi total pada
ureter yang dekat sekali dengan ginjal. Cairan yang terlindung
dalam pelvis dan sistem kaliks mengalami supurasi, sehingga
ginjal mengalami peregangan akibat adanya pus.
c. Abses perinefrik. Pada waktu infeksi mencapai kapsula ginjal,
dan meluas ke dalam jaringan perirenal, terjadi abses perinefrik.
Komplikasi pielonefritis kronis mencakup penyakit ginjal
stadium akhir (mulai dari hilangnya progresifitas nefron akibat
inflamasi kronik dan jaringan parut), hipertensi, dan pembentukan
batu ginjal (akibat infeksi kronik disertai organisme pengurai urea,
yang mangakibatkan terbentuknya batu) (Brunner&Suddarth, 2002:
1437).

H. Penatalaksanaan Medik
Infeksi ginjal akut setelah diobati beberapa minggu biasanya
akan sembuh tuntas. Namun residu infeksi bakteri dapat
menyebabkan penyakit kambuh kembali terutama pada penderita
yang kekebalan tubuhnya lemah seperti penderita diabetes atau
adanya sumbatan/hambatan aliran urin misalnya oleh batu, tumor
dan sebagainya.Penatalaksanaan medis menurut Barbara K. Timby
dan Nancy E. Smith tahun 2007:
a. Mengurangi demam dan nyeri dan menentukan obat-obat
antimikrobial seperti trimethroprim-sulfamethoxazole (TMF-SMZ,
Septra), gentamycin dengan atau tanpa ampicilin, cephelosporin,
atau ciprofloksasin (cipro) selama 14 hari
b. Merilekskan otot halus pada ureter dan kandung kemih,
meningkatkan rasa nyaman, dan meningkatkan kapasitas
kandung kemih menggunakan obat farmakologi tambahan
antispasmodic dan anticholinergic seperti oxybutinin (Ditropan)
dan propantheline (Pro-Banthine)
c. Pada kasus kronis, pengobatan difokuskan pada pencegahan
kerusakan ginjal secara progresif.
Penatalaksanaan keperawatan menurut Barbara K. Timby dan
Nancy E. Smith tahun 2007:
a. Mengkaji riwayat medis, obat-obatan, dan alergi.
b. Monitor Vital Sign
c. Melakukan pemeriksaan fisik
d. Mengobservasi dan mendokumentasi karakteristik urine klien.
e. Mengumpulkan spesimen urin segar untuk urinalisis.
f. Memantau input dan output cairan.
g. Mengevaluasi hasil tes laboratorium (BUN, creatinin, serum
electrolytes)
h. Memberikan dorongan semangat pada klien untuk mengikuti
prosedur pengobatan. Karena pada kasus kronis, pengobatan
bertambah lama dan memakan banyak biaya yang dapat
membuat pasien berkecil hati.

I. Pencegahan
Untuk membantu perawatan infeksi ginjal, berikut beberapa
hal yang harus dilakukan:
a. minumlah banyak air (sekitar 2,5 liter ) untuk membantu
pengosongan kandung kemih serta kontaminasi urin.
b. Perhatikan makanan (diet) supaya tidak terbentuk batu ginjal
c. banyak istirahat di tempat tidur
d. terapi antibiotika

Untuk mencegah terkena infeksi ginjal adalah dengan


memastikan tidak pernah mengalami infeksi saluran kemih, antara
lain dengan memperhatikan cara membersihkan setelah buang air
besar, terutama pada wanita. Senantiasa membersihkan dari depan
ke belakang, jangan dari belakang ke depan. Hal tersebut untuk
mencegah kontaminasi bakteri dari feses sewaktu buang air besar
agar tidak masuk melalui vagina dan menyerang uretra.Pada waktu
pemasangan kateter harus diperhatikan kebersihan dan kesterilan
alat agar tidak terjadi infeksi.
Tumbuhan obat atau herbal yang dapat digunakan untuk
pengobatan infeksi ginjal mempunyai khasiat sebagai antiradang,
antiinfeksi, menurunkan panas, dan diuretik (peluruh kemih).
Tumbuhan obat yang dapat digunakan, antara lain :
a. Kumis kucing (Ortthosiphon aristatus)
b. Meniran (Phyllanthus urinaria)
c. Sambiloto (Andrographis paniculata)
d. Pegagan (Centella asiatica)
e. Daun Sendok (Plantago major)
f. Akar alang-alang (Imperata cyllindrica)
g. Rambut Jagung (Zea mays)
h. Krokot (Portulaca oleracea)
i. Jombang (Taraxacum mongolicum)
j. Rumput mutiara(Hedyotys corymbosa).

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pielonefritis merupakan infeksi bakteri piala ginjal, tubulus, dan
jaringan interstisial dari salah satu atau kedua ginjal. Bakteri mencapai
kandung kemih melalui uretra dan naik ke ginjal. Meskipun ginjal
menerima 20% - 25% curah jantung, bakteri jarang mencapai ginjal
melalui darah; kasus penyebaran secara hematogen kurang dari 3%.
Escherichia coli (bakteri yang dalam keadaan normal ditemukan
di usus besar) merupakan penyebab dari 90% infeksi ginjal diluar
rumah sakit dan penyebab dari 50% infeksi ginjal di rumah sakit.
Infeksi biasanya berasal dari daerah kelamin yang naik ke kandung
kemih.
Pada saluran kemih yang sehat, naiknya infeksi ini biasanya bisa
dicegah oleh aliran air kemih yang akan membersihkan organisme dan
oleh penutupan ureter di tempat masuknya ke kandung kemih.

B. Saran
Dengan adanya makalah ini, diharapkan para pembaca
dapat mengetahui tentang asuhan keperawatan pada pasien
dengan pieloneftritis.Untuk mengetahui lebih jauh dan lebih banyak
bahkan lebih lengkap pembaca dapat membaca dan mempelajari
buku-buku yang berhubungan dengan asuhan keperawatan dengan
pielonefritis.

DAFTAR PUSTAKA

Nanda, International. 2010. Diagnosis Keperawatan. Jakarta : EGC


Tambayong, jan. 2000. Patofisiologi Untuk Keperawatan. Jakarta : EGC
Wilkinson, Judith M. 2006. BukuSakuDiagnosaKeprawatan. Edisi 7.
Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai