Anda di halaman 1dari 9

Pengelolaan Risiko Erupsi Gunung Ciremai

Di Desa Cisantana Kabupaten Kuningan Provinsi Jawa Barat


Fahmi Ferdiansyah
111.170.095
Kelas D

Abstrak

Desa Cisantana terletak di bawah kaki gunung Ciremai. Cisantana terbagi menjadi
5 dusun, yaitu dusun (1) Cisantana, (2) Malar Aman, (3) Palutungan, (4) Sukamanah
dan (5) Dano. Cisantana merupakan salah satu desa penghasil sayuran dan ternak di
wilayah kecamatan Cigugur, kabupaten Kuningan. Luas wilayah desa Cisantana adalah
±1.199.500 Ha. Desa ini termasuk kedalam Kawasan Rawan Bencana II dan I. Dengan
potensi ancaman berupa Aliran Piroklastik, Aliran Lava, dan Hujan Abu. Upaya yang
dilakukan dalam pengelolaan risiko erupsi Gunug Ciremai diantaranya ialah Pemetaan
kawasan rawan bencana Gunung Ciremai, Peringatan Dini dan penyebaran informasi,
Penyuluhan, dan Pelatihan kepada masyarakat Desa Cisantana

Kata Kunci : Desa Cisantana, Gunung Ciremai, Upaya Pengelolaan Risiko.

1. Pendahuluan Keling. Di sebelah Barat berbatasan

Desa Cisantana terletak di bawah dengan kawasan Taman Nasional

kaki gunung Ciremai. Cisantana terbagi Gunung Ciremai.Di sebelah Selatan

menjadi 5 dusun, yaitu dusun (1) berbatasan dengan Desa Babakan

Cisantana, (2) Malar Aman, (3) Mulya. Di sebelah Timur berbatasan

Palutungan, (4) Sukamanah dan (5) dengan Kelurahan Cigugur Cisantana

Dano. Cisantana merupakan salah satu termasuk desa yang berada di kawasan

desa penghasil sayuran dan ternak di dataran tinggi yaitu 750-1.200 mdpl.

wilayah kecamatan Cigugur, kabupaten Iklim curah hujannya 3.500 mm/tahun.

Kuningan. Jumlah bulan hujan 3-6 bulan dan suhu


rata-rata harian 26-32 C.
Luas wilayah desa Cisantana
adalah ±1.199.500 Ha, dengan batas Gunung Ciremai (± 3.078 m) yang

wilayah sebagai berikut. Di sebelah terletak pada 106059’ Bujur Timur dan

utara berbatasan dengan desa Gunung 6047’ Lintang Selatan adalah sebuah
gunungapi strato tipe A (pernah Pliosen (Djuri 1973), di daerah yang
meletus setelah tahun 1600). Secara dibatasi oleh sesar aktif Cilacap–
fisiografi gunungapi, G. Ciremai Kuningan, yang mempunyai arah barat
merupakan gunungapi soliter yang laut tenggara. Berdasarkan catatan
terpisah dari klaster gunungapi lainnya sejarah erupsinya, selang waktu antar
di pulau Jawa ,yaitu di bagian utara letusan gunungapi ini terpendek adalah
pulau Jawa bagian barat. Kawasan 3 tahun, dan yang terpanjang 112
gunungapi ini termasuk dalam wilayah tahun. Erupsi G. Ciremai terakhir
administrasi Kabupaten Kuningan, terjadi pada tahun, antara 24 Juni 1937
Provinsi Jawa Barat. sampai 7 Januari 1938 (van Padang
Gunungapi Ciremai terletak di atas 1937, 1951; Stehn 1940;
formasi batuan sedimen berumur Mio- Kusumadinata 1951).

Gambar I. Letak Desa Cisantana

2. Kondisi Geologi Gunung Ciremai

Batuan yang mendasari komplek G. Ciremai, yaitu pada daerah G.


Ciremai adalah batuan sedimen Kromong. Pertumbuhan aktivitas
Tersier, sebagian dapat dijumpai dalam vulkanik di sekitar G. Ciremai diawali
komplek G. Ciremai di bagian kaki oleh kegiatan G. Putri dan disusul oleh
baratlaut. Disamping itu juga dijumpai kegiatan G. Gegerhalang, kemudian
beberapa intrusi berkomposisi andesit kegiatan G. Ciremai hingga saat ini
seperti di daerah Maja, Kab. yang diduga masih aktif dan
Majalengka,serta di utara komplek G. dikatagorikan sebagai gunungapi tipe
A. Pada kegiatan G. Putri juga menghasilkan endapan sekunder
menghasilkan aliran lava porfiritik, berupa endapan lahar yang menyebar
sedangkan kegiatan vulkanik G. di kaki sebelah timur G. Ciremai.
Gegerhalang menghasilkan aliran lava Disamping itu dijumpai juga beberapa
dan awan panas serta jatuhan erupsi samping yang menghasilkan
piroklastik. Setelah kegiatan vulkanik aliran lava berkomposisi andesit
Gegerhalang disusul oleh kegiatan G. diantaranya erupsi Sukageri, erupsi
Ciremai yang menghasilkan beberapa buntung, erupsi pucuk dan erupsi
aliran lava serta endapan awan panas, Dulang.
dan jatuhan piroklastika. Selain itu

Gambar II. Peta Geologi Gunung Ciremai


3. Potensi Ancaman Bahaya Erupsi berpengaruh pada tipe letusan. Sebaran
Gunung Ciremai material awan panas tergantung dari
Aliran piroklastika atau awan panas volume material atau guguran kubah
Aliran piroklastika terdiri dari lava dan kelerengan tubuh gunungapi
material campuran berupa bongkah tersebut. Awan panas letusan pada
lavabatuapung, lapili, pasir, abu dan gas umumnya terbentuk menyertai tahap
volkanik. Mobilitas aliran piroklastika erupsi freatomagmatik dan magmatik
‘awan panas’ cenderung mengalir yang eksplosif (tipe Plini, St. Vincent,
secara gravitasi mengikuti lembah dll.) seperti yang kerap terjadi di G.
sungai yang mempunyai hulu di sekitar Kelut (Jawa Timur) atau guguran kubah
puncak gunungapi ke arah lereng dan lava (tipe Merapi, di Jawa Tengah).
kaki gunungapi tersebut. Pada Sebaran endapan awan panas atau
umumnya awan panas letusan aliran piroklastika mencakup daerah
mempunyai temperatur berkisar antara yang cukup luas, yaitu hingga 8 km ke
300 – 8000 C, meluncur menuju lereng arah timur, 12 km ke arah barat laut,
dan kaki gunungapi secara dan 11 km ke arah baratdaya dan
gravitasional dengan kecepatan dapat tenggara. Saat ini kawasan lereng timur
mencapai lebih dari 100 km/jam. Debu laut, timur, tenggara dan utara
panas (ash-cloud) merupakan partikel merupakan kawasan permukiman yang
debu halus hingga pasir yang cukup padat.
bercampur gas dari awan panas,
terbentuk akibat turbulensi aliran, yang Aliran lava
mempunyai temperatur cukup tinggi (< Aliran lava terbentuk pada
3000 C) sehingga dapat merusak kepundan yang terbuka, sehingga
tanaman dan membunuh manusia serta magma dapat mencapai permukaan,
hewan. Aliran debu panas ini dapat atau sebagai erupsi celah yang
menyebar sepanjang sempadan aliran terbentuk seiring dengan
awan panas dan juga terdeviasi oleh berkembangnya rekahan radial pada
alur lembah sungai, hingga jarak bagian puncak gunungapi akibat
tertentu, terkadang lebih jauh dari desakan magma dari dalam bumi.
endapan awan panas itu sendiri. Aliran lava umumnya terjadi pada
Besaran eksplosivitas tergantung gunungapi yang mempunyai magma
daripada laju gerakan masa magmatik bersusunan basal atau andesit basalan,
di dalam pipa kepundan, yang dimana sebarannya terbatas pada
kawasan yang relatif tidak jauh dari menimbulkan gangguan pada mata
pusat erupsi (kawah). Produk erupsi G. (iritasi) dan sistem pernafasan
Ciremai prasejarah dicirikan oleh (silicosis) pada manusia dan hewan.
terdapatnya leleran lava yang Endapan abu letusan gunungapi dapat
bersusunan andesit hingga andesit basal, menutupi permukaan daun dan bagian
yang mengalir mencapai 5 - 8 km dari lain dari tetumbuhan lainnya yang
pusat erupsi pada saat ke arah lereng mengakibatkan gangguan pada proses
gunungapi. Pusat-pusat erupsi yang asimilasi dan dapat mematikan
mengalirkan lava pada gunungapi ini tumbuhan tersebut. Sebaran endapan
umumnya mengikuti pola rekahan abu volkanik G. Ciremai hasil letusan
radial (memencar) yang terdapat di terdahulu dijumpai hingga mencapai
daerah puncak. Pada keadaan tertentu, 7,5 km jauhnya dari pusat erupsi,
pada ujung leleran lava atau lidah lava sedangkan material lontaran dari
yang mengalir pada lereng gunungapi kegiatan terdahulu dari bongkah yang
dapat terakumulasi, akibat efek dari berdiameter 5-7 cm, dijumpai pada
proses pendinginan dan gravitasi, kawasan dalam radius 4 hingga 5 km
memicu terjadinya longsoran dan dari pusat letusan (Surmayadi et al.
membentuk guguran lava pijar. 2005; Hadisantono et al. 2005).
Hujan Abu dan Lontaran Material Ancaman Bahaya Erupsi Gunung
Letusan lainnya (Balistik) Ciremai Terhadap Desa Cisantana.
Prakiraan ancaman bahaya hujan abu Berdasarkan letaknya Desa
lebat akibat erupsi G. Ciremai pada Cisantana masuk dalam kategori
masa yang akan datang didasarkan kawasan rawan bencana I dan II.
pada skenario tipe letusan dan arah Kawasan rawan bencana I ini
serta kecepatan angin dominan pada berpotensi terlanda aliran lahar, dan
saat erupsi terjadi. Lontaran material terkena awan panas dan aliran lava.
letusan (balistik) biasanya terbatas Dalam letusan yang lebih besar dapat
pada radius tertentu, dan dapat juga berpotensi tertimpa material
diprakirakan berdasarkan sebaran jatuhan material berupa hujan abu dan
sisa-sisa produk erupsi terdahulu. Abu lontaran batu. Secara umum KRB-I
gunungapi terdiri dari fragmen terdiri dari dua jenis ancaman bahaya,
serat-serat gelas yang bersusunan yaitu ancaman bahaya yang berkaitan
silica, pada umumnya berukuran lebih dengan aliran lahar melalui
kecil dari 10 mikrometer , dapat lembah-lembah sungai yang
mempunyai hulu di sekitar puncak lava, lontaran atau guguran lava pijar,
gunungapi, dan yang disebabkan oleh hujan abu lebat dan lahar. Kawasan ini
hujan abu atau jatuhan material padat dibedakan menjadi dua, yaitu kawasan
lainnya yang berkaitan dengan arah yang terancam oleh bahaya aliran masa
angin pada waktu terjadi letusan. berupa awan panas, aliran lava,
Berdasarkan sebaran endapan erupsi G. guguran batu pijar dan aliran lahar.
Ciremai terdahulu, hingga 8 km dari Kawasan yang terancam oleh lontaran
pusat erupsi terdapat endapan abu dan dan jatuhan material, yang berukuran
fragmen batuan berukuran kerikil, kerikil, pasir dan abu. Berkaitan
sehingga kawasan ini berpotensi dengan tingkat kegiatan gunungapi,
terlanda hujan abu lebat dan kawasan ini dapat dikosongkan
kemungkinan terkena lontaran batu. (diungsikan) berdasarkan rekomendasi
Kawasan rawan bencana II ini dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi
berpotensi terlanda awan panas, aliran Bencana Geologi (PVMBG).

Gambar III. Peta Kawasan Rawan Bencana Gunung Ciremai


4) Upaya Pengelolaan Risiko Erupsi Gunung Ciremai

Pemetaan Rawan Bencana Erupsi Gunung Ciremai. Peringatan dini dan


Gunung Ciremai hasil pemantauan daerah rawan
bencana berupa saran teknis dapat
Langkah pertama dalam
berupa antana lain pengalihan jalur
pengelolaan risiko erupsi Gunung
jalan (sementara atau seterusnya),
Ciremai ialah melakukan pemetaan
pengungsian dan atau relokasi, dan
daerah rawan bencana erupsi Gunung
saran penanganan lainnya.
Ciremai. Pada saat ini berbagai sektor
telah mengembangkan peta rawan Penyebaran informasi dilakukan
bencana. Peta rawan bencana tersebut antara lain dengan cara memberikan
sangat berguna bagi pengambil poster dan leaflet kepada Pemerintah
keputusan terutama dalam antisipasi Daerah Kabupaten Kuningan tentang
kejadian bencana alam. Meskipun tata cara mengenali, mencegah dan
demikian sampai saat ini penggunaan penanganan bencana. Memberikan
peta ini belum dioptimalkan informasi ke media cetak dan
dikarenakan kurangnya sosialisasi elektronik tentang kebencanaan adalah
kepada masyarakat Desa Cisantana. salah satu cara penyebaran informasi
dengan tujuan meningkatkan
Peringatan Dini dan Penyebaran
kewaspadaan terhadap bencana erupsi
Informasi Kepada Masyarakat Desa
gunung berapi.
Cisantana
Sosialisasi dan Penyuluhan Kepada
Peringatan dini dimaksudkan untuk
Masyarakat Desa Cisantana
memberitahukan tingkat kegiatan
Gunung Ciremai dengan tujuan agar Sosialisasi dan penyuluhan tentang
persiapan secara dini dapat dilakukan segala aspek kebencanaan kepada
guna mengantisipasi jika sewaktu - SATKOR-LAK PB, SATLAK PB, dan
waktu terjadi erupsi. Peringatan dini masyarakat bertujuan meningkatkan
tersebut disosialisasikan kepada kewaspadaan dan kesiapan menghadapi
masyarakat Desa Cisantana melalui bencana jika sewaktu-waktu terjadi.
pemerintah daerah Kabupaten Hal penting yang perlu diketahui
Kuningan dengan tujuan memberikan masyarakat Desa Cisantana dan
kesadaran masyarakat dalam Pemerintah Daerah Kabupaten
menghindarkan diri dari bencana erupsi Kuningan ialah apa yang perlu
dilakukan dan dihindarkan di daerah Tujuan latihan lebih ditekankan pada
rawan bencana erupsi gunung berapi, alur informasi dari petugas lapangan,
dan mengetahui cara menyelamatkan pejabat teknis, SATKORLAK PB,
diri jika terjadi bencana. SATLAK PB dan masyarakat sampai
ke tingkat pengungsian dan
Pelatihan Kepada Masyarakat Desa
penyelamatan korban bencana. Dengan
Cisantana
pelatihan ini terbentuk kesiagaan tinggi
Pelatihan difokuskan kepada tata dalam menghadapi bencana erupsi
cara pengungsian dan penyelamatan gunung berapi.
jika terjadi erupsi gunung berapi.

Kesimpulan Pada Kawasan rawan bencana II


ini berpotensi terlanda awan panas,
Desa Cisantana terletak di bawah
aliran lava, lontaran atau guguran lava
kaki gunung Ciremai. Cisantana terbagi
pijar, hujan abu lebat dan lahar.
menjadi 5 dusun, yaitu dusun (1)
Kawasan ini dibedakan menjadi dua,
Cisantana, (2) Malar Aman, (3)
yaitu kawasan yang terancam oleh
Palutungan, (4) Sukamanah dan (5)
bahaya aliran masa berupa awan panas,
Dano. Cisantana merupakan salah satu
aliran lava, guguran batu pijar dan
desa penghasil sayuran dan ternak di
aliran lahar. Kawasan yang terancam
wilayah kecamatan Cigugur, kabupaten
oleh lontaran dan jatuhan material,
Kuningan. Luas wilayah desa
yang berukuran kerikil, pasir dan abu.
Cisantana adalah ±1.199.500 Ha.
Upaya yang dilakukan dalam
Berdasarkan letaknya Desa
pengelolaan risiko erupsi Gunug
Cisantana masuk dalam kategori
Ciremai diantaranya ialah Pemetaan
kawasan rawan bencana I dan II.
kawasan rawan bencana Gunung
Kawasan rawan bencana I ini
Ciremai, Peringatan Dini dan
berpotensi terlanda aliran lahar, dan
penyebaran informasi, Penyuluhan, dan
terkena awan panas dan aliran lava.
Pelatihan kepada masyarakat Desa
Dalam letusan yang lebih besar dapat
Cisantana.
juga berpotensi tertimpa material
jatuhan material berupa hujan abu dan
lontaran batu.
Daftar Pustaka

Kusumadinata, 1979, Data Dasar Gunungapi Ciremai, Provinsi


Gunungapi, Direktorat Vukanologi, Jawa Barat. Direktorat
Bandung. Vulkanologi dan 278 Indiyo
Mawardi dkk. 1999, Laporan Pratomo Mitigasi Bencana
Pengumpulan data bahan Geologi (tidak diterbitkan)
Imformasi G. Ciremai, Jawa Surmayadi M., D. Suhadi, R.
Barat. Direktorat Vulkanologi dan Tofiqurrachman, Riyadi & M.
Mitigasi Bencana Geologi, Fathoni. 2005. Inventarisasi
Bandung. Prakiraan Bahaya Gunungapi
Situmorang, T., dkk., 1995, Peta Ciremai, Jawa Barat. Direktorat
Geologi G. Cereme, Jawa Barat, Vulkanologi dan Mitigasi Bencana
Dit. Vulkanologi, Bandung. Geologi. Laporan internal (tidak
Hadisantono, RD., EK. Abdurachman, diterbitkan)
A. Martono, AD. Sumpena, & M. Peraturan Menteri Dalam Negeri
Fathoni. 2005. Laporan Pemetaan Nomor 33 Tahun 2006
Kawasan Rawan Bencana

Anda mungkin juga menyukai