Anda di halaman 1dari 11

GAMBARAN KARIES PADA ANAK

USIA 12 TAHUN YANG MENGALAMI


DENTAL FEAR AND ANXIETY
di Sekolah Dasar Cimahi Mandiri 5

MAKALAH PUBLIKASI

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memeroleh Gelar


Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh
Andi Ayu Tririzkia Handayani
4211151024

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN GIGI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
CIMAHI
MEI 2019
Gambaran Karies pada Anak Usia 12 Tahun yang Mengalami Dental Fear
and Anxiety
di Sekolah Dasar Cimahi Mandiri 5

An Overview of Caries Experiencing Dental Fear and Anxiety in 12 Year Old


Children
at Sekolah Dasar Cimahi Mandiri 5

Andi Ayu Tririzkia Handayani1, Andi Supriatna2, Rhabiah El Fithriyah3

1
Program Studi Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran Jenderal Achmad Yani,
2
Bagian Kesehatan Masyarakat Program Studi Kedokteran Gigi Fakultas
Kedokteran Jenderal Achmad Yani,3Bagian Kedokteran Gigi Anak Fakultas
Kedokteran Jenderal Achmad Yani

ABSTRAK
Karies disebabkan adanya interaksi kompleks antara flora mulut kariogenik
(biofilm) dengan diet karbohidrat yang terfermentasi pada permukaan gigi dari
waktu ke waktu. Dinas Kesehatan kota Cimahi tahun 2018, menyatakan 6.241
orang dari 535.685 orang penduduk yang berada di Cimahi mengalami karies gigi.
World Health Organization menyatakan bahwa 90% anak usia sekolah (6-12 tahun)
di seluruh dunia menderita karies. Tingginya tingkat karies pada anak dapat
dipengaruhi oleh tingginya tingkat kecemasan dalam melakukan kunjungan ke
dokter gigi, sehingga akan mempengaruhi meningkatnya prevalensi karies. Dental
fear and anxiety (DFA) merupakan kecemasan yang sering terjadi pada anak ketika
melakukan perawatan di dokter gigi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode survei deskriptif dengan menggunakan rancangan public opinion
survey. Pada penelitian ini menggunakan 109 sampel di Sekolah Dasar Negeri
Cimahi Mandiri 5 pada bulan Februari 2019 yang sesuai dengan kriteria inklusi.
Dari hasil penelitian tersebut, didapat gambaran karies pada anak usia 12 tahun di
SD Cimahi Mandiri 5 termasuk ke dalam kategori rendah, gambaran anak usia 12
tahun yang mengalami DFA di SD Cimahi Mandiri 5 termasuk ke dalam kategori
kecemasan moderate, dan gambaran karies pada anak usia 12 tahun yang
mengalami DFA termasuk ke dalam kategori rendah. Hal ini dapat disebabkan,
murid yang berada di SD Cimahi Mandiri 5 menjaga kesehatan gigi dan mulut
dengan baik serta tidak ada trauma yang dialami pada saat melakukan perawatan
gigi serta adanya peran orang tua dalam menjaga kebersihan gigi anak.

Kata kunci : DFA, usia 12 tahun, karies


ABSTRACT

Caries was caused by complex interactions between cariogenic oral flora


(biofilm) and carbohydrate diets on tooth surface over time. Health office Cimahi
at year 2018, found that 6.241 people from 535.685 population in Cimahi have
dental caries. World Health Organization found that 90% of student (6-12 years)
in the world have caries. High incidence of caries can be affected by the increasing
anxiety in children. Dental fear and anxiety (DFA) is an anxiety which often occur
in children when doing dental care at dentist. This research is using the descriptive
survey method with a public opinion survey method design. This research used 109
sample at SDN Cimahi Mandiri 5 in February 2019 accordance with inclusion
criteria. The result showed, the overview of the caries in 12 years old children in
SD Cimahi Mandiri 5 was low, the overview of 12 years old children that has DFA
in SD Cimahi Mandiri 5 was moderate, and the overview of caries in 12 years old
children that has DFA was low. It was caused by good dental care, the absence of
trauma during dental caree procedure, and parents supervision.

Key Words: DFA, 12 years old, caries

PENDAHULUAN
Karies dapat dianggap sebagai hasil proses demineralisasi berulang oleh asam
yang berasal dari mikroba. Hal ini terbentuk karena adanya ketidakseimbangan
antara proses demineralisasi yang berlebih dan proses remineralisasi yang
dilakukan oleh komponen saliva pada rongga mulut. Berdasarkan hasil Riset
Kesehatan Daerah pada tahun 2018 mengenai proporsi masalah gigi dan mulut
berdasarkan provinsi di Indonesia memiliki rata-rata 57,6.1,2
World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa 90% anak usia sekolah
(6-12 tahun) di seluruh dunia menderita karies. Karies gigi anak di dunia berada di
usia kurang lebih 12 tahun, rata-rata mengalami kerusakan lebih dari satu gigi.
Berdasarkan data kesehatan gigi pada Dinas Kesehatan kota Cimahi tahun 2018,
menyatakan 6.241 orang dari 535.685 orang penduduk yang berada di kota Cimahi
mengalami karies.3,4
Alasmari AA, Aldossari GS, dan Aldossary MS menyatakan bahwa dari hasil
penelitiannya, tingginya tingkat karies pada anak dapat dipengaruhi oleh tingginya
tingkat kecemasan dalam melakukan kunjungan ke dokter gigi. Kecemasan dental
dapat membuat individu menghindari perawatan gigi, dimana hal ini dapat
berpengaruh terhadap meningkatnya prevalensi karies pada anak. Berdasarkan data
pada Dinas Kesehatan kota Cimahi, murid kelas 1 sampai dengan kelas 6 yang
membutuhkan perawatan gigi lebih banyak (9.935 orang) dibandingkan dengan
yang mendapat atau selesai perawatan (2.583 orang).4,5
Dental fear and anxiety (DFA) pada anak seringkali merupakan penyebab
utama masalah penatalaksanaan tingkah laku yang mengganggu perawatan gigi.
Efek negatif lain dari DFA adalah terbentuknya reaksi penolakan secara psikologis
maupun perilaku pada anak untuk menghindari perawatan gigi. Hal ini merupakan
masalah utama bagi sebagian besar anak yang ingin pergi ke dokter gigi. Prevalensi
DFA pada anak dan remaja berkisar dari 5-20% di berbagai negara, dengan
beberapa kasus dianggap sebagai dental phobia (severe DFA).6,7
Berdasarkan Xiaoli G pada tahun 2013, anak dan remaja dengan DFA sering
tidak kooperatif selama melakukan kunjungan ke dokter gigi, sehingga membuat
pengobatan menjadi sulit atau tidak mungkin dikerjakan. Berdasarkan Klinberg G,
Raadal M, dan Arnrup K pada tahun 2009, bahwa pada anak berumur 12 tahun
memiliki rasa takut dan cemas pada perawatan gigi yaitu sebesar 9,4%. Dari
penelitian tersebut, terdapat temuan yang menarik dimana anak di atas usia 10 tahun
masih mengalami kecemasan untuk melakukan perawatan gigi. 8,9
Usia 12 tahun adalah usia dimana mereka belajar mengenai hal baru yang ada
di lingkungannya. Hal ini berhubungan dengan situasi yang mereka hadapi saat itu,
salah satunya dapat berupa pengalaman yang mereka terima saat ke dokter gigi.
Menurut studi yang dilakukan oleh Kartono dan Sartono pada tahun 1992, terdiri
atas 3 faktor yang mempengaruhi kecemasan, yaitu suara dari bur 81,46%, duduk
di dental chair 50,72%, jarum 39,13%, dental instrument 39,13% dan cerita
pengalaman negatif tentang perawatan gigi dari orang lain 33,33%. 10,11
Berdasarkan temuan hasil penelitian terdahulu dan pengamatan peneliti
tersebut, peneliti tertarik untuk mengetahui gambaran karies pada anak usia 12
tahun yang mengalami DFA di Sekolah Dasar Negeri Cimahi. Pada penelitian ini,
peneliti menggunakan SD Cimahi Mandiri 5. Hal ini karena sekolah tersebut
berdekatan dengan puskesmas dan belum ada penelitian mengenai DFA yang
dilakukan di SD tersebut.
SUBJEK DAN METODE
Jenis penelitian ini menggunakan metode survei deskriptif dengan rancangan
public opinion survey. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran karies
yang mengalami DFA pada anak usia 12 tahun di SDN Cimahi. Subjek penelitian
ini adalah anak usia 12 tahun yang berada di Sekolah Dasar Cimahi Mandiri 5.
Penelitian ini diawali dengan mengunjungi tempat penelitian untuk menjelaskan
maksud dan tujuan penelitian (informed consent). Lembar informed consent yang
telah diisi oleh responden akan didata oleh peneliti agar dapat mengelompokkan
responden berdasarkan usia sesuai kriteria inklusi. Pengambilan data didasarkan
dengan kriteria inklusi penelitian. Pengumpulan data dilakukan dengan
pemeriksaan DFA pada anak dan pemeriksaan indeks DMF-T pada anak berumur
12 tahun di Sekolah Dasar Cimahi Mandiri 5. Peneliti akan membagikan kuesioner
MCDAS kepada responden untuk diisi. Hasil dari jawaban kuesioner tersebut,
peneliti menentukan tingkat kecemasan pada anak. Peneliti akan melakukan
pemeriksaan indeks DMF-T. Sebelum melakukan pemeriksaan, peneliti memeriksa
gigi dan menanyakan terlebih dahulu pengalaman responden ke dokter gigi agar
sesuai dengan kriteria inklusi. Pemeriksaan karies anak menggunakan probe WHO
dan kaca mulut lalu dicatat hasilnya dalam lembar pemeriksaan indeks DMF-T.
Pengumpulan data dilakukan pada bulan Februari hingga Maret 2019.
Data yang diperoleh berupa data primer yaitu data hasil pemeriksaan DFA serta
data hasil pemeriksaan karies pada anak berumur 12 tahun di SD Cimahi Mandiri
5. Data diolah menggunakan program microsoft excel.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran karies pada anak usia 12
tahun yang mengalami DFA yang telah dilakukan pada bulan Februari 2019.
Jumlah keseluruhan siswa di SD Cimahi Mandiri 5 sebanyak 212 orang dan
ditemukan sebanyak 109 orang sesuai dengan kriteria inklusi. Data diperoleh dari
hasil responden mengisi MCDAS data tersebut kemudian dikategorikan ke dalam
tidak cemas, kecemasan moderat, kecemasan tinggi, dan kecemasan berat atau fobia
dan dilanjutkan dengan pemeriksaan indeks DMF-T untuk penilaian karies.
Penyajian data hasil penelitian ditampilkan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi
dan persentase variabel yang berupa data kategori.
Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin pada 109 responden
dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin


Karakteristik Responden Jumlah Persentase (%)
Responden
Laki-laki 37 33,9
Perempuan 72 66,1
Jumlah 109 100,0

Berdasarkan tabel 4.1 menunjukkan bahwa responden yang diteliti didominasi


oleh perempuan sebanyak 72 orang (66,1%) sedangkan laki-laki sebanyak 37 orang
(33,9%).
Gambaran karies anak usia 12 tahun di SD Cimahi Mandiri 5 berjumlah 109
orang yang diketahui berdasarkan pemeriksaan indeks DMF-T, kemudian dihitung
dengan menjumlahkan D, M, dan F pada setiap gigi responden. Hasil dari
penjumlahan tersebut dikategorikan berdasarkan kategori karies menurut WHO
yaitu: sangat rendah, rendah, sedang, dan tinggi.

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Karies pada Anak Usia 12 Tahun


Indeks DMF-T Jumlah
D 208
M 1
F 3
Jumlah 212
Rata-Rata 1,94

Berdasarkan tabel 4.2 menunjukkan bahwa karies pada anak usia 12 tahun di SD
Cimahi Mandiri 5, didapat rata-rata sebesar 1,94 dari 109 anak. Berdasarkan
kategori WHO termasuk ke dalam kategori rendah. Hal ini disebabkan adanya
perhatian dari orang tua terhadap menjaga kesehatan gigi dan mulut pada anak.
Penelitian yang dilakukan pada tahun 2016 oleh Faranitha R, Muhibat SS, dan
Suryanti N, pada murid usia 12-13 tahun di SMP Negeri 1 Bandung dan SMP
Negeri 1 Cimenyan tahun ajaran 2013-2014 memiliki indeks DMF-T dengan
kategori sangat rendah dengan jumlah 112 anak, sedangkan katagori indeks DMF-
T terendah dimiliki oleh kategori tinggi dengan jumlah 33 anak. Dari penelitian
tersebut menyatakan adanya hubungan tingkat ekonomi anak dapat mempengaruhi
karies. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ambarawati IGAD pada anak
usia 10-13 tahun di SDNegeri 29 Dangin Puri Denpasar menunjukkan karies
dengan kategori sangat rendah yaitu sebanyak 26 orang dari 60 siswa (58%).
Penelitian tersebut menyatakan bahwa tingkat pengetahuan dan perilaku hidup
sehat dapat mempengaruhi karies pada anak.12,13

Gambaran DFA anak usia 12 tahun di SD Cimahi Mandiri 5 yang berjumlah 109
orang. Hal ini diketahui berdasarkan penilaian jawaban dari lembaran MCDAS.
Perhitungan berdasarkan jumlah jawaban yang dipilih oleh responden. Setiap
pilihan memiliki skor yang jumlahnya akan disamakan dengan kategori tidak
cemas, sedikit cemas, cemas, cemas sekali, dan sangat cemas sekali.

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi DFA pada Anak Usia 12 Tahun


Jumlah
Kategori kecemasan Perentase (%)
Responden
Tidak cemas 9 8,3
Moderate 43 39,4
Tinggi 18 16,5
Berat 39 35,8
Jumlah 109 100,0

Berdasarkan tabel 4.3 menunjukkan bahwa frekuensi DFA pada anak usia 12
tahun di SD Cimahi Mandiri 5, didapat jumlah sampel yang tidak mengalami DFA
sebanyak 9 orang (8,3%) dan yang mengalami DFA sebanyak 100 orang (91,7%).
Hal ini dapat disebabkan adanya pengalaman pada saat perawatan gigi yang tidak
cukup baik, serta adanya pengaruh informasi negatif dari keluarga maupun
lingkungan sekitar mengenai perawatan gigi. Namun tidak begitu banyak anak yang
mengalami trauma terhadap hal itu. Sehingga anak yang termasuk ke dalam
kategori kecemasan moderate ini masih dapat ditangani sebelum dilakukannya
perawatan gigi.
Penelitian yang dilakukan oleh Sanger SE, Pangemanan DHC, dan Leman MA
pada anak usia 6-12 tahun di SD Kristen Eben Haezer 2 Manado menyatakan bahwa
tingkat kecemasan rendah didapatkan pada 27 anak, dan tingkat kecemasan tinggi
didapatkan pada 17 anak. Berdasarkan penelitian dari Mayank K, Astha W,
Radhika T, Iqra V, dan Arvind KS tahun 2016 pada anak usia 10-14 tahun di kota
Belgaum menyatakan semakin bertambah usia dan pengalaman anak, semakin
menurun kecemasan anak terhadap perawatan gigi. Pada penelitiannya tersebut
didapatkan bahwa anak usia 12 tahun lebih memiliki kecemasan yang rendah
(18,09%) dibandingkan anak usia 10 tahun (31,42%).14,15
Gambaran karies dan DFA pada anak usia 12 tahun di SD Cimahi Mandiri 5 dari
100 orang didapat hasil pada tabel dibawah ini.

Tabel 4.4 Gambaran Karies pada Anak Usia 12 Tahun yang Mengalami DFA
Indeks DMF-T Jumlah
D 199
M 1
F 3
Jumlah 203
Rata-rata 2,03

Berdasarkan tabel 4.4 menunjukkan bahwa karies pada anak usia 12 tahun yang
mengalami DFA di SD Cimahi Mandiri 5,didapat jumlah rata-rata sebesar 2,03 dari
100 orang. Berdasarkan kategori WHO termasuk ke dalam kategori rendah.
Penelitian yang dilakukan oleh Khasanah U, Gunawan P, dan Munayang H,
pada anak usia 10-12 tahun di SDN 27 Manado menyatakan bahwa anak yang
kategori indeks DMF-T 0-3 (sangat rendah-sedang) sebanyak 11 anak (27,5%)
memiliki cemas ringan (kecemasan moderat) terdapat di posisi tertinggi dan pada
anak usia 10 tahun yang memiliki kategori tidak cemas dan cemas sedang sebanyak
1 anak (2,5%). Berdasarkan penelitian dari Oba AA, Dulgergil CT, dan Sonmez IS
menyatakan kecemasan terhadap perawatan gigi berkurang seiring dengan
meningkatnya usia.16,17
Penelitian yang dilakukan oleh Balan A, Pasareanu M, Savin C, Balcons C, Zetu
Iriana tahun 2013 pada 2654 anak usia 10-19 tahun menyatakan bahwa anak yang
memiliki indeks DMF-T yang rendah (1,23±0,7) dimiliki anak dengan ekonomi
tinggi sedangkan anak dengan ekonomi rendah memiliki indeks DMF-T yang tinggi
sebesar 2,76±1,27. Hal ini berhubungan dengan tingginya pengetahuan yang
didapat serta kebiasaan baik dalam menjaga kesehatan gigi dan mulut yang
diberikan oleh orang tua.18

SIMPULAN DAN SARAN


Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian gambaran karies yang mengalami DFA pada anak
usia 12 tahun dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Gambaran karies pada anak usia 12 tahun di SDN Cimahi termasuk kedalam
kategori rendah.
2. Gambaran DFA pada anak usia 12 tahun di SDN Cimahi termasuk kedalam
skategori kecemasan moderate.
3. Gambaran karies pada anak usia 12 tahun yang mengalami DFA termasuk ke
dalam kategori rendah.

Saran
1. Kuesioner MCDAS pada penelitian ini diharapkan dapat digunakan oleh dokter
gigi sebelum melakukan prosedur perawatan gigi sehingga dapat melakukan
penanganan dan mengurangi rasa cemas pada anak.
2. Penelitian selanjutnya diharapkan melakukan telah lebih jauh terhadap faktor-
faktor lain yang tidak diteliti pada penelitian ini yang mungkin berhubungan
dengan karies dari segi perilaku dan kebiasaan.
3. Bagi peneliti diharapkan memakai responden yang lebih banyak serta dilakukan
pemerataan jumlah pada setiap karakteristik responden.
DAFTAR PUSTAKA
1. Jeffrey A. Dean, David R. Avery, Ralph E. McDonald. McDonald and Avery
Dentistry for Child and Adolescent. Edisi 10. Mosby. 2011. hlm.156.
2. Badan Penelitian dan Perkembangan Kesehatan. Hasil Utama Riskesdas 2018.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta. 2018.
3. Norfai, Rahman E. Hubungan Pengetahuan dan Kebiasaan Menggosok Gigi
dengan Kejadian Karies Gigi di SDI Darul Mu’minin Kota Banjarmasin Tahun
2017. Dinamika Kesehatan 2017;8(1):212-218.
4. Dinas Kesehatan Kota Cimahi. Laporan Kegiatan Rawat Jalan Kesehatan Gigi.
2018. Cimahi.
5. Alasmari AA, Aldossari GS, Aldossary MS. Dental Anxiety in Children: A
Review of the Contributing Factors. Journal of Clinical and Diagnosis Research
2018;12(4):1-3.
6. Berge M. Dental Fear in Children: Clinical with Dental Fear. Eur Arch
Paediatric Dent 2008;9(1):6-41.
7. Moore R, Brodsgaard, Rosenberg N. The Contributin of Embarrassment to
Phobic Dental Anxiety: a Qualititive Research Study. BMC Psychiatry 2004;
4(10):1-11.
8. Xiaoli G. Dental Fear and Anxiety in Children and Adolescents: Quantitative
Study Using Youtube. Jurnal of Medical Internet Research 2013;15(2):1-11.
9. Klinberg G, Raadal M, Arnrup K. Dental Fear and Behaviour Management
Problems. Koch G, Poulsen S. Pediatric Dentistry: A Clinical Approach. 2 nd ed.
United Kingdom: John Wiley & Sons Ltd. 2009. hlm. 32.
10. Marwah N, Asopa K. Child Psychology. Marwah N. Textbook of Pediatric
Dentistry. Edisi 3. Jaypee Brothers Medical Publishers (P) Ltd. 2014. hlm.194.
11. Setiawan AS, Zidnia H, Sasmita IS. Mozart Effect on Dental Anxiety in 6–12
Year Old Children. Dental Journal 2010;43(1):17-20.
12. Faranitha R, Muhibat SS, Suryanti N. Perbedaan Indeks DMFT Antara Siswa
SMP di Perkotaan dan Perdesaan Usia12-13 tahun. J Ked Gi Unpad.
2016;28(3):176-184.
13. Ambarawati IGAD. Gambaran Karies Gigi Pada Siswa Sekolah Dasar Negeri
29 Dangin Puri Denpasar. Jurnal Kesehatan Gigi. 2016. Program Studi
Pendidikan Dokter Gigi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. hal. 1-19.
14. Sanger SE, Pangemanan DHC, Leman MA. Gambaran Kecemasan Anak
Usia 6-12 Tahun terhadap Perawatan Gigi di SD Kristen Eben Haezar 2
Manado. Jurnal e-Gigi. 2017;5(2):190-196.
15. Mayank K, Astha W, Radhika T, Iqra V, Arvind KS. Prevalensi of Dental
Anxiety in 10-14 Years Old Children and Its Implication. J Dent Anesth Pain
Med. 2016;16(3):199-202
16. Khasanah U, Gunawan P, Munayang H. Hubungan Kecemasan Terhadap
Perawatan Gigi dengan Indeks DMF-T pada Anak Usia 10-12 Tahun di SD
Negeri 27 Manado. Junal e-Gigi. 2018;6(2):118-123.
17. Oba AA, Dulgergil CT, Sonmez IS. Prevalence of Dental Anxiety in 7 to
11Years Old Children and Its Relationship to Dental Caries. Medical
Principal and Practice. 2009;18:453-457.
18. Balan A, Pasareani M, Savin C, Balcos C, Zetu I. Socio-Economis Status and
Oral Health Behaviour-Possible Dental Caries Risk Factors in School
Communities. International Journal of Medical Dentistry. 2013;17:32-37.

Anda mungkin juga menyukai