Anda di halaman 1dari 10

BAB II 2.

BAB II

2 PELAKSANAAN SURVEI
PELAKSANAAN SURVEI
2.1. PERSIAPAN

Kegiatan yang dilakukan pada tahap persiapan ini terdiri dari :

1. Persiapan administrasi berupa surat tugas survei, persiapan jumlah


personil yang akan melaksanakan survei

2. Persiapan alat yang akan digunakan untuk keperluan survei dan


perlengkapan survei.

3. Pengumpulan data sekunder yang berupa peta jaringan jalan serta


daftar ruas jalan yang akan di survei.

2.2. PERALATAN DAN PERLENGKAPAN SURVEI

Peralatan dan perlengkapan dasar yang diperlukan dalam melakukan


pemeriksaan inventarisasi jembatan, terdiri atas :

1 Formulir dan alat-alat tulis yang diperlukan;


2 Surat tugas;
3 Rol Meter;
4 Kamerah Digital;
5 LWD
6 GPS
7 Laptop
8 Mobil Toyota Avansa atau sejenisnya
9 Helm, sarung tangan
10 Sabuk pengaman (safety belt)

PT. GENTA PRIMA PERTIWI, KSO


2.3. TINJAUAN UMUM

22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan dikelompokkan


menjadi :

1. Jalan Kelas I, yaitu jalan yaitu jalan arteri dan kolektor yang dapat
dilalui Kendaraan Bermotor dengan ukuran lebar tidak melebihi
2.500 (dua ribu lima ratus) milimeter, ukuran panjang tidak melebihi
18.000 (delapan belas ribu) milimeter, ukuran paling tinggi 4.200
(empat ribu dua ratus) milimeter, dan muatan sumbu terberat 10
(sepuluh) ton;

2. Jalan kelas II, yaitu jalan arteri, kolektor, lokal, dan lingkungan yang
dapat dilalui Kendaraan Bermotor dengan ukuran lebar tidak
melebihi 2.500 (dua ribu lima ratus) milimeter, ukuran panjang tidak
melebihi 12.000 (dua belas ribu) milimeter, ukuran paling tinggi 4.200
(empat ribu dua ratus) milimeter, dan muatan sumbu terberat 8
(delapan) ton;

3. Jalan kelas III, yaitu jalan arteri, kolektor, lokal, dan lingkungan yang
dapat dilalui Kendaraan Bermotor dengan ukuran lebar tidak
melebihi 2.100 (dua ribu seratus) milimeter, ukuran panjang tidak
melebihi 9.000 (sembilan ribu) milimeter, ukuran paling tinggi 3.500
(tiga ribu lima ratus) milimeter, dan muatan sumbu terberat 8
(delapan) ton; dan

4. Jalan kelas khusus, yaitu jalan arteri yang dapat dilalui Kendaraan
Bermotor dengan ukuran lebar melebihi 2.500 (dua ribu lima ratus)
milimeter, ukuran panjang melebihi 18.000 (delapan belas ribu)
milimeter, ukuran paling tinggi 4.200 (empat ribu dua ratus)
milimeter, dan muatan sumbu terberat lebih dari 10 (sepuluh) ton.

Didalam pasal 6 dan pasal 9 Peraturan Pemerintah No 34 tahun 2006


tentang Jalan dijelaskan bahwa fungsi jalan terdapat pada sistem jaringan
jalan primer dan sistem jaringan jalan sekunder yang merupakan bagian
dari Sistem jaringan jalan merupakan satu kesatuan jaringan jalan yang

PT. GENTA PRIMA PERTIWI, KSO


terdiri dari sistem jaringan jalan primer dan sistem jaringan jalan sekunder
yang terjalin dalam hubungan hierarki.

Sistem jaringan jalan primer merupakan sistem jaringan jalan yang


menghubungkan antarkawasan perkotaan, yang diatur secara berjenjang
sesuai dengan peran perkotaan yang dihubungkannya. Untuk melayani lalu
lintas menerus maka ruas-ruas jalan dalam sistem jaringan jalan primer
tidak terputus walaupun memasuki kawasan perkotaan. Sistem jaringan
jalan sekunder merupakan sistem jaringan jalan yang menghubungkan
antarkawasan di dalam perkotaan yang diatur secara berjenjang sesuai
dengan fungsi kawasan yang dihubungkannya.

Perkerasan jalan adalah konstruksi yang dibangun diatas lapisan


tanah dasar (subgrade), yang berfungsi untuk menopang beban lalu-lintas.
Jenis konstruksi perkerasan jalan pada umumnya ada dua jenis, yaitu:

• Perkerasan lentur (flexible pavement) dan

• Perkerasan kaku (rigid Pavement)

Selain dari dua jenis tersebut, sekarang telah banyak digunakan jenis
gabungan (composite pavement), yaitu perpaduan antara lentur dan kaku.

Perencanaan konstruksi perkerasan juga dapat dibedakan antara


perencanaan untuk jalan baru dan untuk peningkatan (jalan lama yang
sudah pernah diperkeras). Perencanaan konstruksi atau tebal perkerasan
jalan, dapat dilakukan dengan banyak cara (metoda), antara lain: AASHTO
(Amerocan Assiociation of State Highway and Transportation Officials)
dengan CBR-nya dan The Asphalt Institute (Amerika), Road Note (Inggris)
dengan Dynamic Cone Penetrometer (DCP), NAASRA (National
Associations of Australian State Road Authorities) dan Bina Marga
(Indonesia). Perkerasan jalan merupakan lapisan yang terletak diantara
lapisan tanah dasar dan roda kendaraan, sehingga merupakan lapisan
yang berhubungan langsung dengan kendaraan. Lapisan ini yang berfungsi
memberikan pelayanan terhadap lalu-lintas dan menerima beban repetisi

PT. GENTA PRIMA PERTIWI, KSO


lalu-lintas setiap harinya, oleh karena itu pada waktu penggunaannya
diharapkan tidak mengalami kerusakan-kerusakan yang dapat menurunkan
kualitas pelayanan lalu-lintas.

Untuk mendapatkan perkerasan yang memiliki daya dukung yang baik


dan memenuhi faktor keawetan dan faktor ekonomis yang diharapkan maka
perkerasan dibuat berlapis-lapis. Pada gambar berikut ini diperlihatkan
lapisan-lapisan perkerasan yang paling atas disebut lapisan permukaan
yaitu kontak langsung dengan roda kendaraan dan lingkungan sehingga
merupakan lapisan yang cepat rusak terutama akibat air. Dibawahnya
terdapat lapisan pondasi dan lapisan pondasi bawah, yang diletakkan
diatas tanah dasar yang telah dipadatkan. Selain itu juga, untuk
menghasikan perkerasan dengan kualitas dan mutu yang direncanakan
maka dibutuhkan pengetahuan tentang sifat, pengadaan dan pengelolaan
agregat, serta sifat bahan pengikat seperti aspal dan semen yang menjadi
dasar untuk merancang campuran sesuai jenis perkerasan yang
dibutuhkan.

Gambar 2.1 Susunan Konstruksi Perkerasan Lentur

PT. GENTA PRIMA PERTIWI, KSO


Gambar 2.2 Penyebaran Beban Roda Hingga Lapisan Subgrade

Pada gambar di atas terlihat bahwa beban kenderaan dilimpahkan ke


perkerasan jalan melalui bidang kontak roda berupa beban terbagi rata (w).
Beban tersebut diterima oleh lapisan permukaan (surface course) dan
disebarkan hingga ketanah dasar (subgrade), dan menimbulkan gaya pada
masing-masing lapisan sebagai akibat perlawanan dari tanah dasar
terhadap beban lalu lintas yang diterimanya. Beban tersebut adalah :

1. Muatan atau berat kenderaan berupa gaya vertikal;

2. Gaya gesekan akibat rem berupa gaya horizontal;

3. Pukulan roda kenderaan berupa getaran-getaran.

Karena sifat dari beban tersebut semakin kebawah semakin


menyebar, maka pengaruhnya semakin berkurang sehingga muatan yang
diterima masing-masing lapisan berbeda.

2.4. LIGHT WEIGHT DEFLECTOMETER (LWD) PUSJATAN

Light Weight Deflectometer (LWD) adalah sebuah perangkat yang


mengukur deformasi vertikal oleh massa jatuh, alat ini telah digunakan
selama lebih dari dua dekade sebagai jaminan kualitas untuk konstruksi
pekerjaan tanah. Perang katini khusus digunakan dalam pekerjaan tanah
dan, baru-baru ini untuk aspal. Di Amerika Serikat, hasil pengujian LWD,
yaitu, defleksi tanah atau perkiraan modulus tanah dinamisnya (dari analisis
Boussinesq plat pembebanan pada setengah – ruang elastis), telah

PT. GENTA PRIMA PERTIWI, KSO


digunakan sebagai nilai relative dan kualitatif karena kriterianya tergantung
kepada kepadatan kering dan kadar air (David, 2013).

Light Weight Deflectometer (LWD) adalah alat untuk menganalisa


struktural jalan meliputi subbase, base, surface untuk kemudian mendesain
jalan dengan umur rencana tertentu. Hasil keluaran dari alat Light Weight
Deflectometer (LWD) adalah file lendutan.

Fungsi alat Light Weight Deflectometer (LWD) adalah :

• Menentukan defleksi yang disebabkan oleh beban terkontrol


• Menghasilkan beban impuls dinamis yang mensimulasikan beban
roda bergerak
LWD Pusjatan merupakan hasil penelitian yang dilakukan di
Puslitbang Jalan dan Jembatan pada tahun anggaran 2012 dan 2013
(Siegfried 2013). Alat LWD Pusjatan ini mempunyai perbedaan dengan alat
LWD standar, antara lain:

• Beban yang digunakan pada LWD Pusjatan berbeda dengan LWD


Standar.
• LWD Pusjatan tidak menggunakan load cell.
• Terdapat 3 buah sensor geophone yang digunakan pada LWD
Pusjatan.
Beban yang digunakan pada LWD Pusjatan adalah seberat 12 kg. Hal
ini lebih besar dibandingkan dengan beban yang digunakan pada LWD
standar. Tujuan utama menggunakan beban yang lebih berat agar bisa
menghasilkan stress level yang lebih tinggi, sehingga alat LWD Pusjatan ini
bisa digunakan juga pada pengujian jalan-jalan bervolume lalu lintas
sedang.

Pada LWD Pusjatan tidak digunakan load cell. Terdapat 5 tingkatan


beban yang dimulai dari 0 sampai dengan 4. Masing-masing tingkatan
menghasilkan beban tertentu. Besarnya beban ini sebelumnya sudah
dilakukan kalibrasi menggunakan load cell standar. Dengan tidak adanya
load cell ini maka LWD Pusjatan jauh lebih praktis dibandingkan dengan

10

PT. GENTA PRIMA PERTIWI, KSO


alat sejenis. Perawatannya jauh lebih mudah karena load cell merupakan
salah satu komponen yang memerlukan perawatan yang cukup teliti.

LWD Pusjatan dilengkapi dengan 3 buah sensor geophone. Hal ini


berbeda dengan LWD pada umumnya yang mempunyai 2 sensor.
Penggunaan 3 buah sensor ini bertujuan agar penggunaan Manual Desain
Perkerasan untuk jalan beraspal berlalu lintas sedang sampai rendah bisa
diakomodasi dengan menggunakan alat LWD Pusjatan. Gambar di bawah
ini menunjukkan satu unit LWD Pusjatan.

Gambar 2.3 LWD Pusjatan

Perhitungan LWD Pusjatan didasarkan atas teori-teori dasar dari


teknik gelombang atau yang lebih dikenal dengan omega arithmetic.
Perhitungan ini memberikan hubungan antara lendutan (displacement),
kecepatan, dan percepatan pada domain frekuensi (Mercer 2006).
Langkah-langkah perhitungan untuk LWD Pusjatan ini antara lain:

1. Dari data yang diambil, nilai count ADC dikonversikan mejadi


kecepatan lendutan dengan mempertimbangkan sifat-sifat geophone
yang dipakai.
2. Untuk data kecepatan lendutan dilakukan transformasi Fourier.
3. Tetapkan frekuensi dominan serta hitung besarnya frekuensi
angular.

11

PT. GENTA PRIMA PERTIWI, KSO


4. Lakukan perhitungan omega arithmetic untuk mendapatkan
lendutan.
5. Setelah mendapatkan lendutan kemudian dihitung modulus
menggunakan rumus Boussinesq dengan menggunakan data beban
dan Poisson’s ratio dari bahan yang diuji.
6. Rumusan omega arithmetic yang digunakan pada alat LWD Pusjatan
diberikan pada persamaan berikut ini.
𝑋̈(𝑓)
𝑋(𝑓) =
𝑖𝜔
Dimana :
𝑋(𝑓) : lendutan dalam domain frekuensi.
𝑋̈ (f)
̈ : kecepatan lendutan dalam domain frekuensi.
ω : frekuensi angular.
i : bilangan imajiner (-1)

2.5. PRINSIP KERJA LWD PUSJATAN

Survey lendutan dimaksudkan untuk mengetahui kekuatan struktur


perkerasan yang dicerminkan dengan nilai lendutan pada tiap-tiap titik
pengujian perkerasan. Dari data kekuatan struktur perkerasan ini, dapat
diperoleh umur sisa perkerasan yang ada dan tebal lapis tambah yang
dibutuhkan. Pada perkerasan kaku pengujian lendutan dilakukan pada
tengah slab. Survey lendutan perkerasan jalan dilakukan dengan
menggunakan Light Weight Deflectometer (LWD). Survey lendutan
dilakukan pada masing-masing lajur untuk masing-masing arah. Interval
atau jarak antara titik pengujian lendutan adalah setiap interval 100 meter.

Alat LWD terdiri atas beban jatuhan, pelat beban, geophone, dan
prosesor. Beban jatuhan bertujuan untuk untuk mensimulasikan beban
dinamis lalu lintas. Apabila beban dijatuhkan pada ketinggian tertentu maka
akan menghasilkan vibrasi yang akan dicatat oleh geophone. Data vibrasi
ini kemudian digunakan untuk menghitung besarnya lendutan yang
dihasilkan oleh beban jatuhan. Perhitungan ini menggunakan rumus-rumus
dasar dari teknologi vibrasi. Nilai lendutan ini kemudian dipakai untuk
menghitung besaran modulus elastisitas dari lapisan yang diuji dengan
mengaplikasikan persamaan Boussinesq (Transit New Zealand 1998).

12

PT. GENTA PRIMA PERTIWI, KSO


Perhitungan untuk mendapatkan lendutan dari data vibrasi
geophone cukup kompleks. Data vibrasi yang dicatat di dalam domain
waktu harus diubah ke dalam domain frekuensi menggunakan
transformasi Fourier. Beberapa perhitungan kemudian dilakukan pada
domain frekuensi ini sehingga mendapatkan nilai lendutan maksimum
untuk masing-masing geophone. Nilai lendutan inilah yang kemudian
digunakan untuk menghitung nilai modulus elastisitas yang merupakan
salah satu parameter kekuatan struktural tanah.

2.5.1. KOMPONEN LWD

Skematik dari alat Light Weight Deflectometer ditunjukkan pada


Gambar dibawah. Alat Light Weight Deflectometer terdiri dari beberapa
komponen utama sebagai berikut:
1. Pelat pembebanan (bearing plate) berbentuk lingkaran dengan
diameter 100 mm s/d 300 mm terbuat dari bahan logam dengan
lobang ditengahnya (annulus). Diameter annulus 50 mm s/d 75 mm,
sedangkan tebal pelat (10±5) mm.
2. Load cell yang digunakan untuk mengukur besaran beban yang
ditimbulkan oleh beban jatuhan. Akurasi dari load cell ini minimum 0.1
kN. Di dalam melakukan kalibrasi, load cell ini harus dikalibrasi pada
rentang 0 - 15 kN.
3. Geophone untuk mengukur lendutan vertikal yang ditimbulkan oleh
beban jatuhan. Akurasi dari geophone ini ±2 mikrometer. Di dalam
melakukan kalibrasi, geophone ini harus dikalibrasi pada rentang 0 s.d
2000 mikrometer.
4. Beban jatuhan dengan rentang 10 kg s.d 20 kg yang bisa diangkat
pada ketinggian tertentu dan ketika dijatuhkan akan memberikan
beban impak pada pelat pembebanan.
5. Karet buffer yang bertujuan untuk menyalurkan beban impak ke pelat
pembebanan dalam rentang waktu (16 s.d 30) mili detik.
6. Prosesor yang dilengkapi dengan Analog to Digital Converter (ADC)
dan program untuk mencatat data gelombang serta memprosesnya
menjadi lendutan. Program yang digunakan memberikan keleluasaan

13

PT. GENTA PRIMA PERTIWI, KSO


kepada operator untuk memberikan data masukan berupa besaran
Poisson's ratio, temperatur, kekakuan plat, lokasi, dan tipe perkerasan
yang diuji.
7. Prosesor harus mampu mencatat lendutan dengan akurasi ± 1
mikrometer.
8. Beban maksimum dan pengukuran lendutan harus tercatat selama
perioda minimum 60 mili detik.
9. Prosesor harus mampu mencatat beban maksimum dengan akurasi ±
1 kN.

2.5.2. PROSEDUR PENGUJIAN

1 Letakkan alat Light Weight Deflectometer pada titik pengujian.


Kemiringan permukaan lapisan yang bias diuji dengan LWD adalah
maksimum 4%. Untuk lapisan granular direkomendasikan
menggunakan lapisan tipis pasir pada titik pengujian. Hal ini untuk
mendapatkan permukaan kontak yang seragam antara pelat
pembebanan dan permukaan lapisan.

2 Periksa sekali lagi posisi pelat pembebanan dan sensor geophone.

3 Angkat beban pada ketinggian tertentu sampai mencapai level


tegangan yang diinginkan dan kemudian jatuhkan sehingga
menimbulkan beban impak pada pelat pembebanan.

4 Lakukan pengujian pada titik tersebut minimum 2 kali. Apabila


perbedaan hasil pengujian 1 dan 2 lebih besar dari 3%, catat
perbedaan ini dalam laporan. Pengujian ketiga dibutuhkan apabila
hal ini terjadi.

5 Untuk pengujian pada lapisan granular, juga dicatat besarnya kadar


air lapangan.

14

PT. GENTA PRIMA PERTIWI, KSO

Anda mungkin juga menyukai

  • Tinjauan Umum
    Tinjauan Umum
    Dokumen3 halaman
    Tinjauan Umum
    Mansur Harianto
    Belum ada peringkat
  • Peta 5602311
    Peta 5602311
    Dokumen1 halaman
    Peta 5602311
    Mansur Harianto
    Belum ada peringkat
  • KLIPPING
    KLIPPING
    Dokumen4 halaman
    KLIPPING
    Mansur Harianto
    Belum ada peringkat
  • Legenda PDF
    Legenda PDF
    Dokumen1 halaman
    Legenda PDF
    Mansur Harianto
    Belum ada peringkat
  • Peta 5600613
    Peta 5600613
    Dokumen1 halaman
    Peta 5600613
    Mansur Harianto
    Belum ada peringkat
  • Peta 5604512
    Peta 5604512
    Dokumen1 halaman
    Peta 5604512
    Mansur Harianto
    Belum ada peringkat
  • CATTATAN
    CATTATAN
    Dokumen3 halaman
    CATTATAN
    Mansur Harianto
    Belum ada peringkat
  • DASAR
    DASAR
    Dokumen1 halaman
    DASAR
    Mansur Harianto
    Belum ada peringkat
  • DASAR
    DASAR
    Dokumen1 halaman
    DASAR
    Mansur Harianto
    Belum ada peringkat
  • Peta 5604612 PDF
    Peta 5604612 PDF
    Dokumen1 halaman
    Peta 5604612 PDF
    Mansur Harianto
    Belum ada peringkat
  • Peta 5602316
    Peta 5602316
    Dokumen1 halaman
    Peta 5602316
    Mansur Harianto
    Belum ada peringkat
  • Peta 5600612
    Peta 5600612
    Dokumen1 halaman
    Peta 5600612
    Mansur Harianto
    Belum ada peringkat
  • Catatan 2 PDF
    Catatan 2 PDF
    Dokumen1 halaman
    Catatan 2 PDF
    Mansur Harianto
    Belum ada peringkat
  • Peta 5603112
    Peta 5603112
    Dokumen1 halaman
    Peta 5603112
    Mansur Harianto
    Belum ada peringkat
  • Peta 5602311
    Peta 5602311
    Dokumen1 halaman
    Peta 5602311
    Mansur Harianto
    Belum ada peringkat
  • Peta 5602311
    Peta 5602311
    Dokumen1 halaman
    Peta 5602311
    Mansur Harianto
    Belum ada peringkat
  • 10 Lampiran Tabel
    10 Lampiran Tabel
    Dokumen10 halaman
    10 Lampiran Tabel
    Mansur Harianto
    Belum ada peringkat
  • 01 Ruas 001-11-K - JLN Yos Sudarso (Sorong)
    01 Ruas 001-11-K - JLN Yos Sudarso (Sorong)
    Dokumen1 halaman
    01 Ruas 001-11-K - JLN Yos Sudarso (Sorong)
    Mansur Harianto
    Belum ada peringkat
  • 01 Halaman Judul
    01 Halaman Judul
    Dokumen8 halaman
    01 Halaman Judul
    Mansur Harianto
    Belum ada peringkat
  • Geologi 8
    Geologi 8
    Dokumen1 halaman
    Geologi 8
    Mansur Harianto
    Belum ada peringkat
  • Peta 5600615
    Peta 5600615
    Dokumen1 halaman
    Peta 5600615
    Mansur Harianto
    Belum ada peringkat
  • Daftar Gambar
    Daftar Gambar
    Dokumen5 halaman
    Daftar Gambar
    Mansur Harianto
    Belum ada peringkat
  • Geologi
    Geologi
    Dokumen1 halaman
    Geologi
    Mansur Harianto
    Belum ada peringkat
  • Geologi 6
    Geologi 6
    Dokumen1 halaman
    Geologi 6
    Mansur Harianto
    Belum ada peringkat
  • 11 Tutupan Lahan
    11 Tutupan Lahan
    Dokumen1 halaman
    11 Tutupan Lahan
    Mansur Harianto
    Belum ada peringkat
  • 12 Ndvi
    12 Ndvi
    Dokumen1 halaman
    12 Ndvi
    Mansur Harianto
    Belum ada peringkat
  • Peta Arah Lereng Daerah Rindingallo
    Peta Arah Lereng Daerah Rindingallo
    Dokumen1 halaman
    Peta Arah Lereng Daerah Rindingallo
    Mansur Harianto
    Belum ada peringkat
  • Peta Arah Lereng Daerah Rindingallo
    Peta Arah Lereng Daerah Rindingallo
    Dokumen1 halaman
    Peta Arah Lereng Daerah Rindingallo
    Mansur Harianto
    Belum ada peringkat
  • 12 Ndvi
    12 Ndvi
    Dokumen1 halaman
    12 Ndvi
    Mansur Harianto
    Belum ada peringkat