OLEH :
Dzakiyah Nurul Isra, S.Ked
10542 0584 14
PEMBIMBING:
MAKASSAR
2019
3
LEMBAR PENGESAHAN
4
KATA PENGANTAR
AssalamualaikumWr. Wb.
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulisan laporan kasus ini dapat
diselesaikan. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Baginda Besar Nabi
Muhammad SAW.
Laporan kasus berjudul “Manajemen Perioperatif pada pasien hipertiroid” ini dapat
terselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya, sebagai salah satu syarat untuk dalam
menyelesaikan Kepanitraan Klinik di Bagian Anestesiologi. Secara khusus penulis sampaikan
rasa hormat dan terima kasih yang mendalam kepada dr. Zulfikar Djafar,M.Kes, Sp.An.
Selaku pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu dengan tekun dan sabar dalam
membimbing, memberikan arahan dan koreksi selama proses penyusunan tugas ini hingga
selesai.
Penulis menyadari bahwa penyusunan laporan kasus ini belum sempurna. Akhir kata,
penulis berharap agar laporan kasus ini dapat memberi manfaat kepada semua orang.
Penulis
5
BAB I
PENDAHULUAN
ditemukan dalam bentuk penyakit Graves, gondok noduler toksik atau hipertiroidisme
sekunder.
seluruh dunia. Di Amerika Serikat, insidens diperkirakan antara 0,05% hingga 1,3%. Pada
studi berbasiskan populasi di United Kingdom dan Irlandia, ditemukan 0,9 kasus per 100.000
meningkatnya usia. Prevalensinya sama pada orang kulit putih dan asia, dan lebih rendah
berbagai sebab yang bisa dikelompokkan menjadi primer dan sekunder yang akan dibahas
lebih lanjut.
kelenjar tiroid menggunakan iodine radioactive, dan operasi pengangkatan sebagian atau
seluruh kelenjar tiroid (tiroidektomi). Operasi tiroid dapat berkisar dari pengangkatan
sederhana dari nodul tiroid hingga operasi yang sangat kompleks. Kehadiran goiter lama atau
besar dapat menimbulkan keputusan pengelolaan jalan napas yang sulit sementara
ketidakseimbangan endokrin bisa menimbulkan manifestasi sistemik yang amat besar yang
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kelenjar tiroid adalah sebuah organ berwarna merah kecoklatan berbentuk seperti
kupu-kupu dan merupakan kelenjar endokrin yang paling banyak vaskularisasinya. Organ ini
terletak di bagian anterior dari leher bagian bawah sebelah anterior trakea, sejajar dengan
vertebra C5 sampai vertebra T1. Kelenjar tiroid dibungkus oleh kapsula yang berasal dari
lamina pretracheal fascia profunda yang melekatkan tiroid ke laring dan trakea. Kelenjar
tiroid terdiri dari lobus kanan dan lobus kiri yang dihubungkan oleh isthmus.bagian
posteromedial dari lobus kelenjar tiroid menempel pada sisi dari kartilago krikoid oleh
Kelenjar tiroid memiliki panjang kurang lebih 5 cm dan lebar 3 cm. Beratnya antara
10-20 gram bervariasi pada setiap individu. Kelenjar tiroid sedikit lebih berat pada
perempuan dan dapat membesar ketika menstruasi ataupun saat hamil. Perkiraan besar
ukuran kelenjar tiroid penting untuk evaluasi dan manajemen kelainan pada kelenjar ini.1,2
7
Kelenjar tiroid mendapat suplai darah dari arteri tiroid superior dan inferior. Arteri
kelenjar) dan posterior (memperdarahi permukaan medial dan lateral kelenjar). Sedangkan
arteri tiroid inferior mengarah ke basis dari kelenjar tiroid dan bercabang menjadi superior
(ascending) dan inferior untuk memperdarahi permukaan bagian inferior dan posterior
kelenjar.1,2
Darah dari kelenjar tiroid dialirkan melalui vena tiroid superior, media, dan inferior.
Vena tiroid superior mengalirkan darah dari bagian superior kelenjar menuju ke vena
jugularis interna. Vena tiroid media mengumpulkan darah dari bagian bawah kelenjar
kemudian menuju vena jugalaris interna. Vena tiroid inferior berhubungan dengan vena
superior dan media tiroid membentuk pleksus vena yang kemudian akan bersatu dengan vena
brachiocephalica. Vena ingerior tiroid ini akan membentuk common trunk yang menuju ke
vena cava superiror atau vena brachiochepalica kiri. Vena ini juga akan menerima darah dari
Aliran limfe kelenjar tiroid akan bersatu dengan pleksus trakeal dan diteruskan ke
nodus prelaringeal tepat diatas isthmus tiroid dan ke pretrakeal dan paratrakela nodus. Selain
itu aliran limfe ini dari kelenjar tiroid juga dialirkan ke nodus brachiocepahlica. Di bagian
lateral kelenjar, aliran limfe akan dialirkan melalui pembuluh limfe menuju ke nodus
servikalis dalam. Aliran limfe kelenjar tiroid juga dapat dialirkan menuju duktus thoracica.1,2
8
Fisiologi Kelenjar Tiroid
Dalam fisiologi kelenjar tiroid, yang perlu diperhatikan adalah keberadaan sel-sel
sekretorik utama dari kelenjar ini. Sel-sel sekretorik utama tiroid tersusun menjadi
disebut folikel. Folikel tampak sebagai cincin-cincin sel folikel yang bagian sebelah
dalamnya terdapat lumen yang dipenuhi koloid. Koloid ini merupakan suatu bahan yang
berfungsi sebagai tempat penyimpanan ekstrasel untuk hormon-hormon tiroid. Selain itu di
ruang interstitium antar folike terdapat sel sekretorik jenis lain, yaitu sel C yang
Konstituen utama koloid adalah molekul-molekul besar dan kompleks yang dikenal
iodium, yaitu tetraiodotironin (T4 atau tiroksin) yang mengandung 4 atom iodium, dan
triiodotironin (T3) yang mengandung 3 atom iodium. Kedua hormon inilah yang secara
9
Seluruh langkah sintesis hormon tiroid berlangsung di tiroglobulin yang kemudian
meyimpan hormon-hormon tersebut. Bahan dasar untuk membuat hormon tiroid adalah
tirosin dan iodium yang keduanya diserap dari darah oleh sel-sel folikel. Tirosin merupakan
suatu asam amino yang disintesis dalam jumlah memadai di dalam tubuh, sedangkan iodium
dihasilkan oleh reticulum endoplasma pada sel folikel. Tirosin akan menyatu ke
dalam molekul tiroglobulin saat molekul ini dibentuk. Setelah diproduksi, tiroglobulin
10
2. Tiroid menangkap iodium dari darah dan dialirkan ke koloid melalui suatu pompa
iodium yang sangat aktif melawan gradien konsentrasi. Selain untuk sintesis hormon
3. Di dalam koloid, iodium segera melekat ke sebuah tirosin dan perlekatan ini
diiodotirosin (DIT).2
4. Setelah itu terjadi penggabungan antara molekul tirosin beriodium. Penggabungan dua
DIT menghasilkan tetraiodotironin (T4), sedangkan penggabungan satu MIT dan satu
Kemudian enzim di folikel akan memisahkan hormon tiroid yang aktif secara biologis
luar sel folikel dan masuk ke aliran darah. Enzim di folikel akan mengeluarkan
iodium dari MIT dan DIT (tetapi tidak dari T4 dan T3), sehingga iodium yang
dibebaskan dapat didaur ulang untuk sintesis lebih banyak hormon tiroid.2
Sekitar 90% produk sekretorik yang dikeluarkan dari kelenjar tiroid adalah dalam
bentuk T4, walaupun sebenarnya T3 memiliki aktivitas biologis empat kali lebih poten
daripada T4. Namun, sebagian besar T4 yang disekresikan akan diubah menjadi T3 melalui
pengeluaran satu iodium di hepar dan ginjal. 80% T3 dalam darah berasal dari T4 yang
mengalami pengeluaran satu iodium. Dengan demikian, T3 adalah bentuk hormon tiroid yang
Setelah dikeluarkan ke dalam darah, hormon tiroid akan segera berikatan dengan
beberapa protein plasma. Hanya sedikit (kurang dari 1% T3 dan kurang dari 0,1% T4) yang
11
tetap berada dalam bentuk bebas, sedangkan sebenarnya hanya hormon bebas yang memiliki
akses ke reseptor sel sasaran dan menimbulkan suatu efek. Terdapat tiga protein plasma yang
sirkulasi.2
Hampir semua sel di tubuh dipengaruhi secara langsung atau tidak langsung oleh
hormon tiroid. Efek hormon tiroid dapat dikelompokan menjadi beberapa kategori:
Hormon ini merupakan regulator terpenting bagi tingkat konsumsi oksigen dan
2. Efek kalorigenik
tubuh.2
dalam metabolisme bahan bakar. Hormon ini mempengaruhi sintesis dan penguraian
karbohidrat, lemak, dan protein. Efek ini dapat berbeda-beda tergantung kadar
simpanan glukosa) dipermudah oleh keberadaan hormon tiroid dalam jumlah kecil,
Demikian pula sejumlah tertentu hormon ini diperlukan untuk sintesis protein yang
berperan dalam pertumbuhan, namun hormon tiroid dalam dosis tinggi akan
12
menyebabkan penguraian protein. Secara umum, keadaan hipertiroid akan
glikogen, penurunan simpanan lemak, dan penciutan otot akibat penguraian protein.2
4. Efek simpatomimetik
(epinefrin dan norepinefrin), suatu zat perantara kimiawi yang digunakan oleh sistem
sasaran, karena itu pada keadaan hipertiroid akan dijumpai efek yang serupa dengan
dan kekuatan kontraksi otot jantung sehingga curah jantung meningkat. Selain itu
dan sistem saraf terutama SSP. Hormon tiroid tidak saja merangsang sekresi hormon
pertumbuhan tetapi juga mendorong efek hormon pertumbuhan pada sintesis protein
struktural baru dan pada pertumbuhan rangka. Kadar hormon tiroid yang abnormal
akan menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan tubuh dan otak anak terganggu,
13
Gambar 4. Fisiologis Axis Hipotalamus-hipofisis-tiroid pada manusia
hormone, hormon tropik tiroid dari hipofisis anterior adalah regulator fisiologis terpenting
bagi sekresi hormon tiroid. Hampir semua langkah dalam pembentukan dan pengeluaran
hormon tiroid dirangsang oleh TSH. TSH juga bertanggung jawab untuk mempertahankan
integritas struktural kelenjar tiroid. Bila stimulasi terhadap TSH berlebihan, kelenjar tiroid
akan mengalami hipertrofi (peningkatan ukuran setiap sel folikel) dan hiperplasia
14
(peningkatan jumlah sel folikel), demikian pula sebaliknya tanpa adanya TSH, kelenjar tiroid
merangsang pengeluaran TSH yang akhirnya merangsang pengeluaran T3 dan T4. Inhibisi
terutama berlangsung di tingkat hipofisis anterior dengan mekanisme umpan balik negatif.
Kelainan fungsi tiroid adalah salah satu kelainan di bidang endokrin yang cukup
banyak terjadi. Fungsi tiroid dalam keadaan normal disebut eutiroid. Kelainan pada fungsi
tiroid dapat digolongkan menjadi dua bagian besar yaitu hipertiroid dan hipotiroid yang
masing-masing mencerminkan defisiensi dan kelebihan sekresi hormon tiroid. Secara umum,
Hipertiroid:
Hipotiroid:
Hipotiroidisme
metabolisme secara keseluruhan. Pasien hipotiroidisme antara lain mengalami penurunan laju
metabolik basal, memperlihatkan penurunan toleransi terhadap dingin karena tidak adanya
efek kalorigenik, selain itu cenderung mengalami pertambahan berat karena tubuh tidak
15
memakai bahan bakar dengan kecepatan yang normal, mudah lelah karena penurunan
produksi energi, denyut nadinya lemah dan lambat akibat penurunan kecepatan dan kekuatan
kontraksi jantung dan penurunan curah jantung, dan memperlihatkan perlambatan refleks dan
kemampuan mental. Selain itu ditandai juga oleh berkurangnya kewaspadaan, bicara
Karakteristik lain yang nyata adalah keadaan edematosa yang disebabkan infiltrasi
molekul-molekul karbohidrat kompleks penahan air di kulit yang diduga sebagai akibat
perubahan metabolisme. Penampakan wajah, tangan, dan kaki yang bengkak dikenal sebagai
miksedema.3
Jika individu mengalami hipotiroidisme sejak lahir, yang terjadi adalah keadaan yang
disebut sebagai kretinisme. Karena pertumbuhan yang normal dan perkembangan SSP
memerlukan kadar hormon tiroid yang adekuat, kretinism ditandai oleh tubuh yang cebol dan
Retardasi mental dapat dicegah apabila terapi penggantian segera diberikan, tetapi
menjadi ireversibel jika retardasi tersebut sudah berkembang sampai beberapa bulan setelah
disebabkan oleh defisiensi iodium, yang pengobatannya adalah asupan iodium adekuat dalam
makanan.3,4
Hipertiroidisme
Hipertiroidisme adalah suatu keadaan dimana terjadi kelebihan produksi dan sekresi
hormon tiroid pada tubuh seseorang. Bentuk yang paling sering timbul pada kondisi ini
adalah diffuse toxic goiter (penyakit grave), toxic multinodular goiter, toxic adenoma.
Hipertiroidisme dapat timbul dari berbagai etiologi, yaitu autoimmune (penyakit Grave,
16
penyakit Hashimoto, dan lain-lain), drug-induced (pemberian iodine, amiodarone,
antineoplastic agent), infeksi, idiopatik, iatrogenic, maupun keganasan (seperti pada toxic
autoimun dimana pada penyakit ini tubuh dengan sendirinya membentuk Thyroid-stimulating
immunoglobulin (TSI). TSI adalah suatu antibodi yang sasarannya ada;ah reseptor TSH di sel
tiroid. TSI merangsang sekresi dan pertumbuhan tiroid dengan cara serupa yang dilakukan
oleh TSH. Namun, tidak seperti TSH, TSI tidak dipengaruhi oleh inhibisi umpan balik negatif
oleh hormon tiroid, sehingga sekresi dan pertumbuhan tiroid terus berlangsung. Selain itu TSI
juga menyebabkan peningkatan uptake iodium, sintesis protein, dan pertumbuhan kelenjar
tiroid.3,4
berlebihan dan penurunan toleransi terhadap panas. Walaupun nafsu makan dan asupan
makanan meningkat yang terjadi sebagai akibat peningkatan kebutuhan metabolik, berat
badan biasanya berkurang karena tubuh membakar bahan bakar dengan kecepatan abnormal.
Terjadi degradasi simpanan karbohidrat, lemak, dan protein. Penurunan massa protein otot
disebabkan baik oleh efek langsung hormon tiroid, maupun oleh interaksinya dengan
katekolamin. Kecepatan dan kekuatan denyut jantung akan sangat meningkat, sehingga
pasien akan merasakan palpitasi atau berdebar. Pada kasus yang parah, jantung mungkin
tidak dapat memenuhi kebutuhan tubuh yang sangat meningkat walaupun curah jantung
meningkat. Keterlibatan susunan saraf ditandai oleh kewaspadaan mental yang berlebihan
sampai pada keadaan pasien yang mudah tersinggung, tegang, cemas, dan sangat
emosional.3,4
17
Gambaran penyakit grave yang jelas mencolok dan tidak ditemukan pada jenis
hipertiroidisme lain adalah eksoftalmus dan kelainan kulit yang biasanya terdapat di
ekstremitas bawah. Terjadi reaksi antibodi yang menyebabkan aktivasi sel T terhadap
jaringan pada celah retro orbita dimana jaringan ini memiliki epitope antigen yang sama
dengan sel folikel pada kelenjar tiroid. Proses imun ini menyebabkan reaksi peradangan dan
infiltrasi limfosit di jaringan orbita serta pelepasan sitokin yang menstimulasi fibroblas orbita
akan menyerap air. Sebagai konsekuensinya, otot ekstraokular akan menebal dan terjadi
peningkatan volume jaringan ikat dan adiposa pada retro orbita. Retensi cairan di belakang
mata mendorong bola mata ke depan, sehingga mata menonjol keluar dari tulang orbita.
Kelopak mata juga tidak dapat menutup sempurna sehingga mata menjadi kering, teriritasi,
Penyebab umum lain dari hipertiroidisme adalah toxic multinodular goiter (penyakit
Plummer) yang biasanya lebih sering terjadi pada orang usia lanjut terutama yang mengidap
goiter kronik. Peningkatan hormon tiroid berkembang perlahan seiring waktu dan sering kali
Gejala yang timbul ringan karena hanya terjadi sedikit peningkatan pada kadar
hormon tiroid bahkan sering kali gejala tidak tampak karena biasanya pasien sudah lanjut
usia.3,4
Penyebab lain dari hipertiroid adalah toxic adenoma yang disebabkan oleh salah satu
folikel tiroid yang mengalami keadaan hiperfungsi karena adanya adenoma. Kelebihan
sekresi hormon tiroid timbul dari tumor monoklonal jinak yang biasanya lebih besar dari 2,5
sentimeter diameternya.3,4
18
Diagnosis
Pada hipertiroid diagnosis dapat ditegakkan dengan manifestasi klinis yang ada dan
beberapa pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan T3, T4, dan TSH. Manifestasi klinis
dari hipertiroid dapat dilihat berdasarkan indeks Wayne dan New Castle.3,4
Gejala dan tanda hipertiroid tampak pada tabel dalam penilaian dengan indeks
Wayne. Hasil dari penilaian dengan indeks Wayne adalah jika kurang dari 11 maka eutiroid,
Gejala Gejala
Angka Ada Tidak
Subyektif Obyektif
Lelah +2 Eksoftalmus +2 -
Tahan terhadap
-5 Lid Retraction +2 -
suhu panas
Nafsu makan
+3 - -3
bertambah
<80x/menit
Nafsu makan
-3
berkurang
80-90 x/menit - -
Berat badan
-3
naik
19
turun
Fibrilasi atrium +3
≥ 20 : hipertiroid
Sementara itu menurut index New Castle dapat dilihat dari tabel berikut :
Untuk fase awal penentuan diagnosis perlu T4 (T3) dan TSH, namun pada pemantauan cukup
diperiksa T4 saja, sebab sering TSH tetap tersupresi padahal keadaan membaik. Hal ini
karena supresi terlalu lama pada sel tirotrop oleh hormon tiroid, sehingga lamban pulih (lazy
pituitary). Untuk memeriksa mata disamping klinis digunakan alat eksofalmometer Herthl.
Karena hormon tiroid berpengaruh terhadap semua sel/organ maka tanda kliniknya
Peningkatan FT4 dan TSH rendah atau tidak terdeteksi merupakan diagnosis pasti
keadaan tirotoksikosis
20
Peningkatan FT4 disertai TSH yang berlebih menunjukan keadaan hipertiroidisme
diagnosis hipertiroidisme..
Hyperglycemia
Hypercalcemia
Leukocytosis
Hypokalemia
Sinus takikardi
Penatalaksanaan hipertiroidisme
adalah propylthiouracil (PTU) dan methimazole. PTU biasanya diberikan 3 x 100 mg sehari.
Obat-obatan ini cara kerjanya yaitu menghambat formasi dan pengabungan iodotirosin pada
tiroglobulin karena itu, efek yang ditimbulkan biasanya perlahan, sekitar 2 – 8 minggu. Selain
itu, PTU juga dapat menghambat konversi T4 ke T3. Methimazole lebih poten daripada PTU,
dan efek yang ditimbulkan lebih panjang. Biasanya methimazole dikonsumsi sekali sehari.
21
Obat-obatan ini memiliki efek samping reaksi alergi dan dapat menyebabkan gangguan atau
kerusakan hepar. Karena itu, pemberian obat-obatan ini harus selalu dikontrol. Selain itu
dapat juga diberikan larutan potasium iodida ataupun iopanoic acid 1gr/hari.3,4
Selain itu pengobatan lain adalah pemberian iodine radioaktif yang lebih populer
digunakan di Amerika Serikat. Efek yang ditimbulkan lebih cepat dari farmakoterapi dengan
PTU dan Methimazole. Pengobatan ini tidak boleh dilakukan pada wanita hamil, karena
iodine radioaktif dapat menembus sawar plasenta dan merusak kelenjar tiroid fetus sehingga
yaitu:
Ibu hamil yang tidak berhasil atau tidak dapat mentoleransi pengobatan antitiroid
farmakoterapi
Pasien dengan goiter yang sangat besar atau memiliki gangguan ophtalmopathy yang
berat
Pasien yang membutuhkan normalisasi fungsi hormon tiroid secara cepat, seperti pada
ibu hamil, wanita yang mengharapkan kehamilan dalam 6 bulan kedepan, ataupun
pemberian beta-blocker. Secara umum pemberian obat antitiroid diberikan hingga fungsi
tiroid normal 4-8 minggu. Propanolol di titrasi hingga nadi dibawah 80x/menit, pemberian
iodida dalam bentuk larutan potasium iodide 1-2 tetes 2x/hari selama 10-14 hari sebelum
22
tiroidektomi. Iodide terapi berguna untuk mengurangi ekskresi hormon tiroid dan mengurangi
aliran darah pada kelenjar tiroid sehingga membantu mengurangi perdarahan intraopereative.
Dexamethasone 8mg dapat diberikan sebelom operasi untuk mengurangi nasuea, nyeri,
Manifestasi utama pada hipertiroid adalah kehilangan berat badan, diare, kulit yang
kondisi gugup, tidak tahan terhadap suhu panas, takikardia, tremor, aritmia jantung, prolaps
mitral valvula, dan hingga gagal jantung. Ketika fungsi tiroid dalam kondisi yang tidak
normal, hal yang paling mengacam jiwa adalah gangguan pada sistem kardiovaskuler.5
Apabila terdapat diare yang berat, keadaan dehidrasi harus segera dikoreksi saat
hiperkalsemia, kelemahan otot dan tulang keropos seringkali muncul pada keadaan
hipertiroid. Kelainan pada otot yang ditimbulkan kondisi hipertiroid biasanya melibatkan
otot-otot bagian proksimal dan belum pernah ada laporan kejadian paralisis otot pada otot
pernapasan.5,6
Pada pasien yang berumur lebih dari 60 tahun dengan kondisi hipertrioid, gejala yang
muncul seringkali terkait dengan efek gangguan dari jantungnya dan hal ini mendominasi
gejala klinik pasien-pasien ini. Beberapa tanda yang muncul akibat gangguan fungsi jantung
ini adalah takikardi, irama jantung yang ireguler, fibrilasi atrium (10 %) sampai kepada gagal
jantung.7
Secara umum, penanganan pasien dengan hipertiroid adalah untuk menurunkan level
hormon tiroid dan memberikan “counter” (perlawanan balik) terhadap tanda dan gejala yang
muncul, terutama yang dapat mengancam jiwa. Penanganan medis hipertiroid menggunakan
23
methimazole) atau obat-obatan yang menghambat pelepasan hormon (misalnya potasium,
sodium iodida), atau obat yang melawan overaktivitas dari adrenergik seperti propanolol.
Meskipun β-adrenergik antagonis tidak mempengaruhi fungsi dari kelenjar tiroid, obat-obatan
ini menghambat konversi perifer T4 menjadi T3. Iodium radioaktif merusak fungsi sel-sel
kelenjar tiroid tetapi obat ini tidak direkomendasikan untuk pasien hamil dan dapat
menghasilkan suatu kondisi hipotiroid. Tiroidektomi sub total sekarang mulai berkurang
penerapannya tetapi tetap dibutuhkan pada pasien dengan goiter multinodul yang toksik
Preoperatif
lain yang akan menjalani prosedur pembedahan dengan penekanan pada anamnesis serta
Gejala dan tanda yang harus menjadi perhatian utama pasien hipertiroid adalah terkait dengan
fungsi jantung dan respirasi. Pasien dengan goiter yang besar memiliki problem potensial
terkait dengan jalan napasnya. Sehingga, pada pasien ini, penilaian jalan napas menjadi hal
utama yang harus dinilai dengan cermat. Pasien dapat memberikan gejala kesulitan napas
misalnya positional dyspnoe dan hal ini dapat dihubungkan dengan beberapa derajat dari
disfagia. Pasien juga dapat menunjukkan gejala sumbatan pada vena cava terutama pada
kasus goiter retrosternal. Beberapa penilaian lain terhadap jalan napas dapat beruba penilaian
jarak tiromental, derajat protrusi gigi bawah, keterbatasan gerak dari leher dan observasi
struktur faring.8
Pasien dinilai tekanan darah, temperatur, denyut dan ritme jantungnya. Selain itu juga
dinilai gejala-gejala yang berhubungan dengan miopati, manifestasi sistem saraf pusat ( misal
: kondisi gugup), tanda-tanda di mata, tanda dehidrasi, maupun adanya kehamilan maupun
24
EKG, profil darah tes fungsi pembekuan darah, CT scan leher, foto rontgen dada (terutama
pada pasien goiter). Pasien juga harus dinilai apakah akan menjalani pembedahan elektif atau
pembedahan emergency.8,9,10
tiroidektomi subtotal, harus ditunda hingga pasien mengalami keadaan klinis dan kimiawi
yang “eutiroid”. Penilaian preoperatif harus termasuk penilaian terhadap fungsi tiroid. Nadi
baik untuk sedasi preoperatif.8 Meski demikian, beberapa berpendapat bahwa pemberian
sedasi yang berlebihan tidak dianjurkan terutama pada pasien yang memiliki goiter yang
besar yang mengganggu airway. Meskipun hal ini sebenaranya tidak berhubungan langsung
dengan kondisi hipertiroidnya,lebih pada gangguan jalan nap.7 Preparasi cepat dibutuhkan
untuk pasien yang akan menjalani pembedahan darurat. Preparasi cepat ini dilakukan dengan
(mengandung iodium dan penghambat pelepasan hormon tiroid). Wanita yang akan
menjalani evakuasi darurat dari mola hidatidosa dapat dalam keadaan hipertiroid dan
Obat antitiroid dan antagonis β-adrenergik dilanjutkan sampai pagi hari operasi.
Pemberian Prophylthiouracil dan methimazole adalah penting karena kedua obat ini memiliki
waktu paruh yang pendek. Apabila akan dilakukan pembedahan darurat (emergency),
Akan tetapi, obat-obatan jenis ini harus dipertimbangkan ulang pemberiannya untuk pasien-
pasien dengan kondisi gagal jantung kongestif (CHF). Meski demikian, menurunkan denyut
jantung dapat meningkatkan fungsi pompa jantung itu sendiri. Kemudian, pasen hipertiroid
yang memiliki laju ventrikel yang cepat dan dalam kondisi CHF serta membutuhkan
25
pembedahan segera, dapat diberikan esmolol yang dipandu dengan perubahan pulmonary
artery wedge pressure. Jika dosis kecil esmolol (50 μg/kg) yang diberikan tidak memperparah
kondisi gagal jantung yang telah ada, dapat diberikan esmolol tambahan.7
Intraoperatif
Fungsi kardiovaskuler dan temperatur tubuh harus dimonitor secara ketat pada pasien
yang memiliki riwayat hipertiroid. Mata pasien harus dilindungi secara baik, karena keadaan
eksoftalmus pada penyakit Grave’s meningkatkan resiko abrasi kornea sampai dengan
ulserasi. Ketamin, pancuronium, agonis adrenergik indirek dan obat-obat lain yang
tekanan darah dan denyut jantung. Thiopental dapat menjadi obat induksi pilihan di mana
obat ini memiliki efek antitiroid pada dosis tinggi. Pasien hipertiroid dapat menjadi
hipovolemi dan vasodilatasi dan menjadi rentan untuk mengalami respon hipotensi selama
induksi anestesi. Kedalaman anestesi yang adekuat harus dicapai sebelum dilakukan
laringoskopi atau stimulasi pembedahan untuk menghindari takikardi, hipertensi atau aritmia
ventrikel. Pemberian agen blok neuromuskuler (NMBAs) harus diberikan secara hati-hati,
dan miastenia gravis. Hipertiroid tidak meningkatkan kebutuhan anestesia seperti tidak
intubasi dapat diberikan lidokain, fentanyl atau kombinasi keduanya yang diberikan sebelum
intubasi.6 Pasien dengan goiter yang besar dan mengalami obstruksi jalan napas dikelola
seperti pasien-pasien lain yang mengalami gangguan jalan napas.6 Kesulitan intubasi
meningkat kejadiannya pada pasien dengan goiter. Induksi inhalasi atau intubasi sadar
dengan fiberoptik dapat dipertimbangkan apabila ada bukti obstruksi jalan napas ataupun
26
Tujuan utama dari manajemen intraoperatif pasien hipertiroid adalah untuk mencapai
kedalaman anestesia (sering dengan isofluran atau desfluran) yang mencegah peningkatan
respon sistem saraf pusat terhadap stimulasi pembedahan. Apabila menggunakan anestesi
Postoperatif
Ancaman serius pada pasien hipertiroid pada periode postoperatif adalah badai tiroid
(thyroid storm)3,7, yang memiliki ciri hiperpireksia, takikardi, penurunan kesadaran (agitasi,
delirium, koma) dan hipotensi. Onset badai tiroid biasanya 6-24 jam setelah pembedahan
tetapi dapat muncul intraoperatif, menyerupai hipertermi maligna. Tidak seperti hipertermi
maligna, badai tiroid tidak berhubungan dengan rigiditas otot, peningkatan kreatinin kinase,
Penanganan badai tiroid termasuk hidrasi dan pendinginan, infus esmolol atau
propanolol intravena (0,5 mg dan ditingkatkan sampai denyut jantung < 100/menit),
propylthioruacil (250-500 mg tiap 6 jam secara oral maupun dengan nasograstric tube) diikuti
sodium iodida (1g intravena dalam 12 jam) dan koreksi faktor yang mempresipitasi (misal:
Cedera pada nervus reccurent laryngeal akan berakibat pada suara serak (jika unilateral) atau
afonia dan stridor (bilateral). Fungsi pita suara dapat dievaluasi dengan laringoskopi segera
setelah ekstubasi dalam, meskipun hal ini jarang diperlukan. Kegagalan gerak dari satu atau
dua pita suara memerlukan intubsi dan eksplorasi luka. Formasi hematom dapat
dapat menyebabkan hipokalsemia dalam 12-72 jam.9 Pasien yang menjalani subtotal
27
tiroidektomi juga beresiko mengalami hipotiroid paska pembedahan dengan insidensi
sebanyak 60%. Sedangkan untuk pasien yang menjalani total tiroidektomi, sebagian besar
28
BAB III
KESIMPULAN
1. Hipertiroid adalah kumpulan gejala klinis akibat peningkatan hormon tiroid bebas
keadaan hiperdinamik yang mana memerlukan perhatian dari seorang ahli anestesi
2. Tindakan pembedahan pada pasien hipertiroid pada pasien yang akan menjalani
3. Tindakan pembedahan pada pasien hipertiroid pada pasien yang akan menjalani
29
DAFTAR PUSTAKA
2006.
2. Sherwood, Lauralee. Human Physiology: From Cells to Systems. Ed 2th. West. USA.
1996.
4. Sjamsuhidajat, et all. Buku Ajar Ilmu Bedah-de Jong. Edisi 3. Penerbit Buku
Storm, and Graves Disease”. Erik D Schraga, MD; Chief Editor: Rick Kulkarni, MD
Patient Following Cardiac Failure. Nigeria Journal of Clinical Practice, Vol 14, p 482-
485).
9. Morgan GE, 2006, Anesthesia for Patient With Endocrine Disease, Clinical
30
31