Anda di halaman 1dari 12

CLINICAL SCIENCE SESSION

INISIASI MENYUSU DINI (IMD)

Disusun oleh:

Tamia Setia Tartila 130112170692

Kelompok 1 Periode 10 September 2018 – 9 November 2018

Preseptor:

Dr. Maringan Diapari Lumban Tobing, dr., Sp.OG(K), M.Kes

DEPARTEMEN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJADJARAN

RUMAH SAKIT UMUM PUSAT DR HASAN SADIKIN

BANDUNG

2018
DAFTAR ISI

Daftar Isi ........................................................................................................................... 2

Fisiologi Laktasi................................................................................................................ 3

Definisi Inisiasi Menyusu Dini ......................................................................................... 5

Epidemiologi Inisiasi Menyusu Dini ................................................................................ 6

Prinsip Inisiasi Menyusu Dini........................................................................................... 6

Manfaat Inisiasi Menyusu Dini ......................................................................................... 7

Langkah Inisiasi Menyusu Dini ........................................................................................ 8

Daftar Pustaka ................................................................................................................... 12

2
A. Fisiologi Laktasi

Payudara pada wanita yang tidak hamil tersusun terutama oleh jaringan adiposa dan
sistem duktus rudimentari. Selama kehamilan, payudara dipersiapkan untuk proses laktasi
atau produksi air susu ibu (ASI). Di bawah pengaruh hormon selama kehamilan, terjadi
perkembangan struktur kelenjar payudara yang berfungsi untuk produksi ASI. Payudara
dalam masa laktasi memiliki susunan duktus yang bercabang dari putting susu dan berakhir
di lobules. Tiap lobulus tersusun dari kumpulan kelenjar yang dilapisi oleh epitel, yaitu
alveoli. ASI disintesis oleh sel epitel alveoli lalu disekresi ke dalam lumen alveoli.
Selanjutnya ASI didrainase oleh duktus yang membawa ASI ke permukaan puting susu.

Gambar 1. Struktur Payudara saat Kehamilan

Selama kehamilan, konsentrasi estrogen yang tinggi mendukung perkembangan pesat


dari duktus sedangkan konsentrasi progesteron yang tinggi menstimulasi pembentukan dari
lobulus dan alveoli. Peningkatan konsentrasi prolaktin (hormon yang dihasilkan pituitari
anterior dan distimulai oleh peningkatan kadar estrogen) dan human chorionic
somatomammotropin (hCS, hormon yang dihasilkan oleh plasenta dan memiliki struktur yang
mirip dengan growth hormone dan prolaktin) juga berperan dalam perkembangan kelenjar
payudara dengan menginduksi sintesis enzim yang diperlukan untuk produksi ASI. Ukuran
kelenjar pituitari meningkat dua hingga tiga kali lipat selama kehamilan karena pengaruh
estrogen yang menginduksi peningkatan jumlah sel penghasil prolaktin.
Perubahan pada payudara terjadi pada pertengahan awal kehamilan sehingga payudara
sudah dapat menghasilkan ASI. Namun, sekresi ASI baru terjadi setelah kelahiran.
Konsentrasi estrogen dan progesteron yang tinggi pada pertengahan akhir kehamilan

3
mencegah laktasi dengan menghambat aksi stimulasi prolaktin pada sekesi ASI. Penurunan
kadar estrogen dan progesterone yang tiba-tiba ketika lepasnya plasenta pada saat persalinan
memulai proses laktasi, sehingga kelenjar payudara bisa beroperasi saat bayi lahir.

Gambar 2. Refleks Pengeluaran ASI

Refleks neuroendokrin saat bayi menghisap payudara ibu menstimulasi keluarnya


hormon-hormon yang berperan penting dalam mempertahankan laktasi, yaitu:
 Oksitosin
ASI dikeluarkan secara aktif dari alveoli menuju duktus oleh kontraksi sel
myoepitel yang mengelilingi tiap alveolus. Bayi yang menghisap payudara akan
menginisiasi potensial aksi yang berjalan dari sumsum tulang belakang menuju
hipotalamus. Selanjutnya hipotalamus memicu pengeluaran oksitosin dari kelenjar

4
pituitari posterior. Oksitosin lalu menstimulasi kontraksi dari sel myoepitel yang
akan mengejeksi ASI. Pengeluaran ASI tidak akan terjadi tanpa adanya oksitosin.
 Prolaktin
Selain oksitosin, prolaktin juga disekresi oleh pituitari anterior saat bayi menghisap
payudara ibu karena impuls yang dibawa dari puting susu mencapai hipotalamus.
Prolaktin bekerja pada epitel alveolus untuk mendukung terjadinya sekresi ASI.
Setelah lahir, bayi belum menunjukkan kesiapannya untuk menyusu. Refleks menghisap
bayi timbul setelah 20-30 menit setelah bayi lahir. Bayi selanjutnya menunjukkan kesiapan
untuk menyusu 30-40 menit setelah lahir. Terdapat 3 jenis refleks yaitu:
 Refleks Mencari Puting Susu (Rooting Reflex)
Bayi akan menoleh ke arah dimana terjadi sentuhan pada pipinya. Bayi akan
membuka mulutnya apabila bibirnya disentuh dan berusaha untuk mengisap benda
yang disentuhkan tersebut.
 Refleks Menghisap (Suckling Reflex)
Rangsangan puting susu pada langit-langit bayi menimbulkan refleks menghisap.
Isapan ini akan menyebabkan areola dan puting susu ibu tertekan gusi, lidah, dan
langit-langit bayi sehingga sinus laktiferus di bawah areola dan ASI terpancar
keluar.
 Refleks Menelan (Swallowing Reflex)
Kumpulan ASI di dalam mulut bayi mendesak otot-otot di daerah mulut dan faring
untuk mengaktifkan refleks menelan dan mendorong ASI ke dalam lambung bayi.

B. Definisi Inisiasi Menyusu Dini

Inisiasi menyusu dini (IMD) adalah permulaan kegiatan menyusu dalam satu jam
pertama setelah bayi lahir. IMD juga dapat diartikan sebagai cara bayi menyusu dengan usaha
sendiri dan bukan disusui. Ketika bayi sehat diletakkan di atas perut atau dada ibu segera
setelah lahir dan terjadi kontak kulit (skin to skin contact), bayi akan bereaksi oleh
rangsangan sentuhan ibu dan akan bergerak di atas perut ibu untuk menjangkau payudara.
Cara bayi melakukan IMD dinamakan The Breast Crawl atau merangkak mencai payudara.
IMD dilakukan dalam keadaan ibu dan bayi stabil dan tidak membutuhkan tindakan medis
gawat darurat.

5
C. Epidemiologi Inisiasi Menyusu Dini

Hasil Riskesdas menunjukkan proses mulai menyusui atau IMD mengalami kenaikan
dari 29,3% pada tahun 2010 menjadi 34,5% pada tahun 2013. Persentase IMD tertinggi di
Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) sebesar 52,9% sedangkan terendah di Provinsi Papua
Barat sebesr 21,7%. Cakupan IMD nasional sebesar 34,5% dan terdapat 18 provinsi yang
cakupannya di bwah angka nasional.

Gambar 3. Cakupan IMD Berdasarkan Provinsi Tahun 2013

D. Prinsip Inisiasi Menyusu Dini

Protokol yang baru telah diperbarui oleh WHO dan UNICEF tentang asuhan bayi baru
lahir untuk satu jam pertama menyatakan bahwa:
 Bayi harus mendapatkan kontak kulit dengan kulit dengan ibunya segera setelah
lahir selama paling sedikit satu jam.
 Bayi harus dibiarkan untuk melakukan inisiasi menyusu dan ibu dapat mengenali
bahwa bayinya siap untuk menyusu serta memberi bantuan jika diperlukan.
 Menunda semua prosedur lainnya yang harus dilakukan kepada bayi baru lahir
hinga inisiasi menyusu selesai dilakukan, prosedur tersebut seperti: memandikan,
menimbang, pemberian vitamin K, dan obat tetes mata.
Prinsip pemberian ASI adalah dimulai sedini mungkin dan secara eksklusif. Segera
setelah bayi lahir, setelah tali pusat dipotong, letakkan bayi tengkurap di dada ibu dengan
kulit bayi melekat pada kulit ibu. Biarkan kontak kulit ke kulit menetap selama setidaknya 1
jam bahkan lebih sampai bayi dapat menyusu sendiri. Apabila ruang bersalin dingin, bayi

6
diberi topi dan diselimuti. Ayah dan keluarga dapat memberi dukungan dan membantu ibu
selama proses bayi menyusu ini.

E. Manfaat Inisiasi Menyusui Dini

1. Manfaat Kontak Kulit dengan Kulit untuk Bayi


 Mengoptimalkan keadaan hormonal ibu dan bayi.
 Mengendalikan temperatur tubuh bayi.
 Mendorong keterampilan bayi untuk menyusu yang lebih cepat dan efektif.
 Meningkatkan hubungan antara ibu dan bayi.
 Tidak terlalu banyak menangis selama satu jam pertama.
 Menjaga kolonisasi kuman yang aman dari ibu di dalam perut bayi sehingga
memberikan perlindungan terhadap infeksi.
2. Manfaat Kontak Kulit dengan Kulit untuk Ibu
 Merangsang produksi oksitosin dan prolaktin pada ibu.
 Oksitosin
- Membantu kontraksi uterus sehingga perdarahan pasa persalinan lebih rendah.
- Merangsang pengeluaran kolostrum.
- Penting untuk kelekatan hubungan ibu dan bayi.
- Ibu lebih tenang dan lebih tidak merasa nyeri pada saat plasenta lahir dan
prosedur pasca persalinan lainnya.
- Membantu ibu mengatasi stress.
 Prolaktin
- Meningkatkan produksi ASI.
- Mendorong ibu untuk tidur dan relaksasi setelah bayi selesai menyusu.
- Menunda ovulasi.
3. Manfaat Menyusu Dini untuk Bayi
 Merangsang kolostrum segera keluar
 Makanan dengan kualitas dan kuantitas optimal yang sesuai dengan kebutuhan
bayi.
 Memberikan kesehatan bayi dengan kekebalan pasif yang segera kepada bayi.
Kolostrum adalah imunisasi pertama bagi bayi

7
 Memperkuat refleks menghisap bayi. Refleks menghisap awal pada bayi paling
kuat dalam beberapa jam pertama setelah lahir.
 Membantu bayi mengoordinasikan hisap, telan, dan napas.
 Meningkatkan jalinan kasih sayang ibu-bayi.
 Meningkatkan kenaikan berat badan.
 Bilirubin akan lebih cepat normal dan mengeluarkan mekonium lebih cepat
sehingga menurunkan kejadian ikterus bayi baru lahir.
 Kadar gula dan parameter biokimia lain yang lebih baik selama beberapa jam
pertama hidupnya.

F. Langkah Inisiasi Menyusu Dini

1. Langkah 1
Lahirkan, keringkan, dan lakukan penilaian pada bayi.
 Saat bayi lahir, catat waktu kelahiran.
 Kemudian letakkan bayi di perut bawah ibu.
 Nilai usaha nifas dan pergerakan bayi apa diperlukan resusitasi atau tidak (selama
2 detik).
 Setelah itu keringkan bayi. Setelah kering, selimuti bayi dengan kain kering untuk
menunggu 2 menit sebelum tali pusat diklem. Keringkan tubuh bayi mulai dari
muka, kepala, dan bagian tubuh lainnya dengan halus tanpa membersihkan verniks.
Verniks akan membantu menghangatkan tubuh bayi.
 Hindari mengeringkan tangan bayi. Bau cairan amnion pada tangan bayi juga
membantunya mencari puting ibunya yang berbau sama.
 Lendir cukup dilap dengan kain bersih. Hindari isap lendir di dalam hidung atau
mulut bayi karena penghisap dapat merusak selaput lendir dan meningkatkan risiko
infeksi pernapasan.
 Lakukan rangsangan taktil dengan menepuk atau menyentil telapak kaki dan
menggosok punggung, perut, dada, atau tungkai bayi dengan telapak tangan.
Rangsangan ini dapat memulai pernapasan bayi serta membant bayi dapat bernapas
lebih baik.
 Setelah satu menit mengeringkan dan menilai bayi, periksa kembai uterus untuk
memastikan tidak ada lagi bayi di dalamm uterus. Kemudian suntikkan oksitosin

8
intramuskular 10 IU pada ibu. Biarkan bayi di atas handuk atau kain bersih di perut
ibu.
2. Langkah 2
Lakukan kontak kulit dengan kulit selama paling sedikit satu jam.
 Setelah 2 menit pasca persalinan, lakukan pemotongan tali pusat.
 Letakkan bayi tengkurap di dada ibu. Luruskan bahu bayi sehingga bayi menempel
di dada ibu. Kepala bayi harus berada di antara payudara ibu, tetapi lebih rendah
dari puting.
 Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi di kepala bayi.
 Biarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu paling sedikit satu
jam. Mintalah ibu untuk memeluk dan membelai bayinya. Bila perlu letakkan
bantal dibawah kepala ibu untuk mempermudah kontak visual antara ibu dan bayi.
Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan inisiasi menyusu dini dalam waktu
30-60 menit.
 Hindari membasuh atau menyeka payudara ibu sebelum bayi menyusu.
 Selama kontak kulit ke kulit tersebut, lanjutkan dengan langkah manajemen aktif
kala 3 persalinan.
3. Langkah 3
Biarkan bayi mencari dan menemukan puting ibu dan mulai menyusu.
 Biarkan bayi mencari dan menemukan puting dan mulai menyusu.
 Anjurkan ibu dan orang lainnya untuk tidak menginterupsi menyusu. Menyusu
pertama biasanya berlangsung sekiat 10-15 menit. Bayi cukup menyusu dari satu
payudara.
 Menunda semua asuhan bayi baru lahir normal lainnya hingga bayi selesai
menyusu. Tunda pula memandikan bayi 6-24 jam setelah bayi lahir untuk
mencegah terjadinya hipotermia.
 Usahakan untuk tetap menempatkan ibu dan bayi di ruang bersalin hingga bayi
selesai menyusu.
 Segera setelah bayi baru lahir selesai menghisap, bayi akan berhenti menelan dan
melepaskan puting. Bayi kemudian dibungkus dengan kain bersih lalu lakukan
penimbangan untuk pengukuran bayi, memberikan suntikan vitamin K, dan
mengoleskan salep antibiotik pada mata bayi.

9
- Jika bayi belum melakukan inisiasi menyusu dini dalam waktu 1 jam, posisikan
bayi lebih dekat dengan puting ibu dan biarkan kontak kulit dengan kulit
selama 30-60 menit berikutnya.
- Jika bayi masih belum melakukan inisiasi menyusu dini dalam waktu 2 jam,
pindahkan ibu ke ruang pemulihan dengan bayi tetap di dada ibu. Lanjutkan
asuhan bayi baru lahir dan kemudian kembalikan bayi kepada ibu untuk
menyusu.
 Kenakan pakaian pada bayi atau tetap diselimuti untuk menjaga kehangatannya.
Tetap tutupi kepala bayi dengan topi selama beberapa hari pertama. Bila suatu saat
kaki bayi terasa dingin saat disentuh, buka pakaiannya kemudian telungkupkan
kembali di dada ibu sampai bayi hangat kembali.
 Satu jam kemudian, berikan bayi suntikan hepatitis B pertama.
 Lalu tempatkan ibu dan bayi di ruangan yang sama. Letakkan kembali bayi dekat
dengan ibu sehingga muda terjangkau dan bayi bisa menyusu sesering
keinginannya.

Tabel 1. Urutan Perilaku Bayi saat Menyusu Pertama Kali


Langkah Perilaku Perkiraan Waktu
1 Bayi beristirahat dalam keadaan siaga. Bayi diam 30 menit pertama
tidak bergerak dan sesekali mata terbuka lebar.
2 Bayi mulai mendecakkan bibir dan membawa jarinya
ke mulut. Bayi mencium dan merasakan cairan
ketuban yang ada di tangannya. Bau ini sama dengan
bau yang dikeluarkan payudara ibu sehingga 30-60 menit setelah
membimbing bayi untuk menemukan payudara ibu. lahir dengan kontak
3 Bayi mengeluarkan air liur kulit dengan kulit terus
4 Bayi menendang, menggerakkan kaki, bahu, lengan, menerus tanpa terputus
dan badannya ke arah dada ibu dengan mengandalkan
indra penciumannya
5 Bayi meletakkan mulut ke puting ibu

10
Langkah IMD pada persalinan sectio caesarea:
 Jika mungkin, diusahakan suhu ruangan 20-25°C. disediakan selimut untuk
menutupi punggung bayi untuk mengurangi hilangnya panas dari kepala bayi.
 Usahakan pembiusan ibu bukan pembiusan umum tetapi epidural.
 Langkah selanjutnya sama dengan langkah pada persalinan normal.
 Jika IMD belum terjadi di kamar bersalin, kamar operasi, atau bayi harus dipindah
sebelum satu jam maka bayi tetap diletakan di dada ibu ketika dipindahkan ke
kamar perawatan atau pemulihan. Menyusu dini dilanjutkan di kamar perawatan
ibu atau kamar pulih.

11
DAFTAR PUSTAKA

1. Sherwood L. Human physiology: from cells to systems. Cengage learning; 2015.


2. Kemenkes RI. Infodatin: Situasi dan Analisis ASI Eksklusif. Jakarta Selatan; 2014.
3. Protecting, promoting and supporting breastfeeding in facilities providing maternity
and newborn services. Geneva: World Health Organization; 2017.
4. Departemen Kesehatan RI, JNPK-KR, POGI, IBI, IDAI. Asuhan persalinan normal.
2008.
5. Kemenkes RI. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 33 tahun 2012 tentang
pemberian air susu ibu eksklusif. Kementerian Kesehatan, Republik Indonesia; 2012.

12

Anda mungkin juga menyukai