Anda di halaman 1dari 2

Ketika MM memformulasikan dividend irrelevance proposition, mereka

berasumsi di pasar terjadi symmetric information di mana setiap orang, manajer

dan investor, memiliki informasi dan persepsi yang sama tentang prospek kinerja

perusahaan. Namun di dalam realita pasar, informasi tentang perusahaan yang

diterima investor dan yang dimiliki oleh manajer tidak sama. Manajer,

merupakan pihak yang memiliki dan menguasai informasi tentang prospek

perusahaan lebih baik dibanding investor karena ia menguasai informasi tertentu

yang orang luar tidak memilikinya, misalnya tentang produk, pasar, strategi, dan

peluang investasi (investment opportunities) dari perusahaan. Jenis informasi ini

disebut private information. Kondisi demikian menyebabkan manajer dan

investor memiliki persepsi yang berbeda tentang prospek kinerja perusahaan

termasuk prospek aliran dividen dan tingkat ketidakpastiannya di masa yang

akan datang. Inilah yang disebut dengan situasi asymmetric information dimana

manajer, investor dan pelaku pasar yang lain memiliki tingkat informasi yang

berbeda tentang perusahaan sehingga persepsi dan ekspektasi mereka tentang

prospek perusahaan juga berbeda satu sama lain.

Signaling theory of dividend ini dikembangkan oleh (Miller &

Modigliani (1961), Bhattacharya (1979), John & Williams (1985), dan Miller &

Rock (1985) berdasarkan asumsi assymmetric information sebagaimana

dijelaskan di atas. Argumen dari teori ini menyatakan bahwa manajer sebagai

orang dalam perusahaan (insider) menggunakan kebijakan yang diambilnya,

termasuk kebijakan dividen, sebagai sarana untuk memberikan sinyal kepada

para investor/ pasar tentang private information yang ia miliki (Baker et al,

2002). Dividen digunakan sebagai alat oleh manajer untuk memberikan sinyal

atau menyampaikan pesan tentang prospek kinerja perusahaan. Oleh karena itu,

diumumkan oleh perusahaan dianggap memiliki muatan informasi

atau indikasi tentang prospek perusahaan.

Teori ini memprediksi bahwa pengumuman kenaikan dividen yang

dilakukan oleh manajemen dianggap mengindikasikan tentang prospek positif

dari kinerja perusahaan ke depan. Kenaikan dividen dipersepsi sebagai kabar

baik (good news) oleh investor sehingga mendorong terjadinya kenaikan pada
harga saham perusahaan. Prediksi ini didasarkan kepada asumsi bahwa manajer

berusaha menghindari adanya penurunan dividen di kemudian hari karena

penurunan dividen bisa merusak reputasi manajer di mata investor. Dengan

asumsi tersebut, jika manajer memutuskan menaikkan dividen berarti manajer

meyakini mampu mempertahankan kenaikan tersebut pada periode-periode

berikutnya, sehingga aliran dividen terhindar dari penurunan. Keyakinan

manajer tersebut didasarkan kepada keyakinan manajer sendiri sebagai pengelola

perusahaan, terhadap prospek positif atas kinerja atau profitabilitas perusahaan

ke depan.

Sebaliknya pengumuman tentang penurunan

dividen dianggap

mengindikasikan tentang prospek negatif dari kinerja perusahaan ke depan.

Penurunan dividen dipersepsi sebagai kabar buruk (bad news) oleh investor

sehingga akan mendorong terjadinya penurunan pada harga saham perusahaan.

Dengan demikian signaling theory ini memprediksi tentang adanya pengaruh

positif dividen terhadap nilai perusahaan atau harga saham perusahaan. Semakin

tinggi dividen (kenaikan dividen) yang diumumkan semakin tinggi nilai atau

harga saham perusahaan, dan sebaliknya.

Anda mungkin juga menyukai