Anda di halaman 1dari 5

Kilas Balik

Air Terjun Lembah Anai, Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat

Oleh :
Imam Agus Triyono
NIM. 3173131017

1. Kondisi Fisik Kawasan Lembah Anai


a. Kondisi Geografis Wilayah

Air Terjun Lembah Anai adalah sebuah air terjun yang terletak
di Kabupaten Tanah Datar, Sumatra Barat tepatnya di Nagari
Singgalang, Kecamatan Sepuluh Kotio, Kabupaten Tanah
Datar, Sumatra Barat, Indonesia. Air terjun setinggi sekira 35 meter ini
berada tepat di tepi Jalan Raya Padang-Bukittinggi di kaki Gunung
Singgalang yang terletak di koordinat 0,48° Lintang selatan – 100.33°
Bujur timur.

Air Terjun Lembah Anai merupakan bagian dari aliran Sungai


Batang Lurah, anak Sungai Batang Anai yang berhulu di Gunung
Singgalang di ketinggian 400 Mdpl. Air terjun ini terletak di batas barat
kawasan Cagar Alam Lembah Anai sehingga suasana masih alami
dengan hutan lebat serta pepohonan rimbun. Disekitar air terjun pun
terdapat monyet yang yang berkeliaran. Pada saat liburan, air terjun ini
dikunjungi oleh ratusan pengunjung. Keindahannya membuat Air
Terjun Lembah Anai menjadi ikon pariwisata Provinsi Sumatra Barat.

Airnya yang jernih mengalir menyusuri perbukitan menuju


lereng, lalu mengalir terus melewati hutan Gunung Singgalang sebelum
sampai di tepi tebing yang curam. Dari tebing ini, aliran air kemudian
terjun ke dasar lembah Anai dan membentuk kolam tempat air
berkumpul. Air terjun yang berkabut air membentuk gugusan indah
yang berwarna-warni ketika disinari oleh cahaya mentari. Debit airnya
cukup deras dan stabil di musim penghujan namun akan sangat deras
saat hujan lebat turun. Tak jarang air terjun ini akan mengalami banjir
dan airnya meluap ke jalan raya.

Seperti yang dituturkan narasumber yang ada disana pada


tanggal 10 Desember 2018, air terjun di Lembah Anai yang dijadikan
cagar alam semenjak 1922 ini meluap dan menyebabkan banyak
kerusakan. Salah satunya jalur yang menghubungkan Padang- Bukit
tinggi, jembatan kalu dan jembatan piyaram ambruk. Hal ini
mengakibatkan jalan yang terdapat didekat air terjun ditutup karena tak
dapat dilintasi, dan dialihkan ke jalur alternatif.

Rute perjalanan yang harus di lalui pengunjung jika di mulai dari


kota Padang cukup lumayan jauh. Pengunjung harus menempuh
perjalanan selama hampir 5 jam, karena jarak dari kota Padang ke air
terjun lembah anai sekitar 60 Km.Lembah Anai terbuka untuk
dikunjungi pengunjung kapan pun. Jadi lokasi ini terbuka 24 jam untuk
dikunjungi. Untuk memasuki Lembah Anai ini akan dikenakan biaya
kontribusi sebesar Rp. 5000,- untuk dewasa dan Rp. 3000,- untuk anak-
anak. Disekitar air terjun akan ditemui beberapa tempat penjual
souvenir, rumah makan, hingga penginapan.

Di samping itu, daya tarik obyek wisata Air Terjun lebih banyak
dikenal dari pada Cagar Alam ini sendiri.Hutan Lembah berfungsi untuk
menjaga kelestarian dan keseimbangan ekosistem alam agar tidak rusak
dan tercemar. Lebat Hutan Lembah Anai berguna sebagai penjaga
kestabilan iklim mikro, memasok produksi oksigen, dan menyerap
CO2.Keberadaan kawasan Cagar Alam bisa menjadi paru-paru alam
untuk sirkulasi udara di Provinsi Sumatra Barat. Kawasan ini memiliki
hamparan hutan hujan tropis yang lebat dengan aneka ragam jenis flora
dan fauna. Dan masih banyak lagi objek wisata yang ada disekitaran
lembah anai tersebut.

2. Sejarah Lembah Anai

Selain keindahan yang disajikan, Lembah Anai merupakan satu


contoh tempat bekas jajahan kolonial. Lembah Anai merupakan suatu
tempat terjadinya kerja paksa untuk membangun jalan. Saat membangun
Jalan Lintas Sumatra yang menghubungkan Padang dan Padang Panjang
melalui Lembah Anai, menurut Elizabeth E. Graves dalam Asal-usul Elite
Minangkabau Modern: Respons terhadap Kolonial Belanda Abad
XIX/XX (2007), masyarakat dikenai kerja paksa dan para pekerja kerap
harus menempuh waktu berhari-hari menuju proyek pembangunan.
Jalan tersebut menghubungkan Padang dengan dataran tinggi di
Padangpanjang, melalui Lembah Anai, sebuah jalan sempit melewati aliran
Batang Anai. Jalan tersebut akan memungkinkan transportasi barang-
barang dalam jumlah yang besar dan membantu menghemat ongkos
pemerintah dalam bersaing dengan pedagang pribumi.

Panjang proyek jalan Anai sekitar 10 mil atau sekitar 17 kilometer.


Di banyak tempat, para pekerja harus menyingkirkan batu-batu besar yang
menghalangi arah jalan. Para pekerja memang dikerahkan dari sejumlah
daerah di sekitar kawasan itu, sebab penduduk setempat jumlahnya tak
seberapa. Pada masa itu tidak ada lahan yang cocok untuk pertanian
sehingga tak ada kampung atau nagari.

Belanda mengeluarkan perintah yang mewajibkan semua penduduk


untuk ikut kerja paksa, kecuali perempuan, orang jompo, dan pemuka
agama. Kepala Nagari dan Angku Lareh (pemimpin wilayah dalam era
tanam paksa), bekerja melalui penghulu suku mengurus tenaga kerja ini.
Setiap orang membawa makanannya sendiri-sendiri. Mereka juga harus
menyiapkan sendiri peralatan kerja dan transportasi menuju tempat kerja.

Seperti peristiwa yang akhir-akhir ini terjadi, sejak dulu jalan di


kawasan ini sering mengalami masalah karena hujan besar menyebabkan
tanah longsor yang menutupi badan jalan. Dikarenakan Topografi Lembah
Anai menyebabkan kawasan ini sering terjadi longsor. Terlebih kawasan ini
juga termasuk daerah rawan gempa seperti Sumatera pada umumnya.
Orang-orang tua dahulu tidak akan lupa kenangan pahit pada 28 Juni 1926,
di mana gempa sebesar 7,8 SR pernah melanda Padangpanjang dan
sekitarnya.

Anda mungkin juga menyukai