Anda di halaman 1dari 13

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/316738683

RANCANG BANGUN ALAT PENGERING IKAN ASIN EFEK RUMAH KACA


BERBENTUK PRISMA SEGI EMPAT DENGAN VARIASI BATU SEBAGAI
PENYIMPAN PANAS

Article · May 2016

CITATION READS
1 3,572

3 authors, including:

Yunita Djamalu Evi Sunarti Antu


Politeknik Gorontalo Politeknik Gorontalo
18 PUBLICATIONS   3 CITATIONS    10 PUBLICATIONS   1 CITATION   

SEE PROFILE SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

evi sunarti antu View project

All content following this page was uploaded by Yunita Djamalu on 08 May 2017.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Jurnal Teknologi Pertanian Gorontalo (JTPG) 38

RANCANG BANGUN ALAT PENGERING IKAN ASIN


EFEK RUMAH KACA BERBENTUK PRISMA SEGI
EMPAT DENGAN VARIASI BATU SEBAGAI
PENYIMPAN PANAS
Sukarmanto Abdjul 1) Yunita Djamalu 2),
Evi Sunarti Antu 2)
1)
Mahasiswa Politeknik Gorontalo, Kampus Puncak Desa Panggulo Bone Bolango
2)
Tim Pengajar pada Program Studi Mesin dan Peralatan Pertanian, Politeknik Gorontalo

Abstrak

Standar SNI 01-2721-1992 kadar air untuk ikan layang adalah 40%. Sedangkan Tubuh ikan
segar mengandung 56%-80% air. Untuk mendapatkan standar tersebut, ikan harus melewati
proses pengeringan. Pada prinsipnya, Pengeringan merupakan cara pengawetan ikan dengan
mengurangi kadar air pada tubuh ikan sebanyak mungkin sehingga kegiatan bakteri
terhambat dan jika mungki dapat mematikan bakteri tersebut. Pengeringan pada umumnya
masih dilakukan masyarakat Gorontalo dengan memanfaatkan tenaga matahari secara
langsung. Namun kekurangannya pada tahap pekerjaan ini sangat bergantung pada musim,
waktu pengeringan yang lama, tenaga kerja yang banyak, dan tempat penjemuran yang luas.
Salah satu metode pengeringan buatan yang telah dikembangkan saat ini adalah pengering
efek rumah kaca. Pada penelitian ini dirancang alat pengering dengan tipe efek rumah kaca
yang berbentuk prisma dengan menambahkan variasi batu dibawah pengering yang
difungsikan untuk penyimpan panas dan exhaust dibagian atas pengering.
Dari hasil pengujian kadar air awal ikan adalah 68,86%. Dengan penjemuran secara
konvensional selama 3 (tiga) hari kadar air ikan menjadi 24,74%, Dan dengan menggunakan
alat pengering ikan asin efek rumah kaca berbentuk prisma segi empat dengan variasi batu
sebagai penyimpan panas dalam waktu 3(tiga) hari kadar air menjadi 16,07%. Suhu yang
tersimpan dalam batu sebagai penyimpan panas setelah pukul 17.00 WITA adalah 30°C
sampai 37°C dengan rata-rata suhu 26°C.

Kata kunci : Rancang bangun, efek rumah kaca, Ikan asin

I. PENDAHULUAN kegiatan bakteri pembusuk. Meskipun


Pengeringan ikan sebagai salah pengeringan itu akan merubah sifat daging
satu cara pengawetan yang paling mudah, ikan dan ketika sifatnya masih segar,
murah, dan merupakan cara pengawetan tetapi nilai gizinya relativ tetap. Kadar air
yang tertua. Dilihat dari segi penggunaan yang mengalami penurunan akan
energi, Pengeringan dengan menggunakan mengakibatkan kandungan protein
sinar matahari dianggap tidak memerlukan didalam bahan mengalami peningkatan
biaya sama sekali. Pengeringan akan (Adawyah, 2007).
bertambah baik dan cepat apabila Masyarakat Gorontalo terutama
sebelumnya ikan digarami dengan jumlah diwilayah sekitar pesisir pantai melakukan
garam yang cukup untuk menghentikan pengeringan ikan asin dengan cara manual

ISSN 2502-485X Volume 1, Nomor 1, Mei 2016


Jurnal Teknologi Pertanian Gorontalo (JTPG) 39

dengan menggunakan lahan kosong atau Kadar air akhir ikan asin kering
rak yang dirancang khusus untuk yang baik menurut SNI di Indonesia
meletakan ikan agar terkena sinar ditetapkan berdasarkan SNI 01-2721-1992
matahari langsung. Namun cara ini masih yakni 40% adapun syarat mutu ikan asin
mempunyai kelemahan, selain kering dapat dilihat pada tabel 1:
membutuhkan lahan yang besar untuk
proses pengeringan, memerlukan waktu Tabel 1. Syarat mutu Ikan Asin Kering
yang lama dalam untuk mencapai kadar Persyaratan
Jenis Uji Satuan
air yang diinginkan, cara ini juga sangat Mutu
memungkinkan ikan yang dijemur Organoleptic
terkontaminasi dengan debu/kotoran yang Nilai minimal 6,5
berterbangan. Kapang Negative
Oleh karena itu dibutuhkan Mikrobiologi
alternatif alat pengering yang dapat TPC,Maksimum Koloni/gram 1X10
meningkatkan kualitas ikan asin dan Eschericia coli, maks MPN/gram <3
mempercepat proses pengeringan yaitu Salmonella* per 25 gram Negative
dengan alat pengering efek rumah kaca Vibrio cholerae* Per 25 gram Negative
yang divariasikan dengan batu sebagai Staphylococcus
Per 25 gram 1X10³
aureus*
penyimpan panas.
Kimia
Air, maksimum %b/b 25
II. LANDASAN TEORI Garam, maksimum %b/b 10-20
Abu tak larut dalam
Ikan Asin asam, maks
%b/b 1,5
Ikan merupakan bahan pangan
yang sangat mudah rusak. Penyebabnya (Sumber : Margono, 1993, N.A., 2006)
adalah daging ikan mempunyai kadar air
yang sangat tinggi, pH netral, teksturnya
lunak, Dan kandungan gizinya tinggi Proses Pengeringan
sehingga menjadi medium yang sangat Pengeringan adalah proses
baik untuk pertumbuhan jasad renik, pengeluaran air atau pemisahan air dalam
terutama bakteri. jumlah yang relatif kecil dari bahan
dengan menggunakan energi panas. Hasil
dari proses pengeringan adalah bahan
kering yang mempunyai kadar air setara
dengan kadar air keseimbangan udara
(atmosfir) normal atau setara dengan nilai
aktivitas air (aw) yang aman dari
kerusakan mikrobiologis, enzimatis dan
kimiawi. Pengertian proses pengeringan
berbeda dengan proses penguapan
Gambar 1. ikan asin (evaporasi).

Pengawetan ikan tradisional di Prinsip Dasar Pengeringan


Indonesia meliputi pengasinan, Proses pengeringan pada
Pemindangan, Pembuatan Peda, Terasi, prinsipnya menyangkut proses pindah
Petis, Dan lain-lainnya. Pembuatan ikan panas dan pindah massa yang terjadi
asin merupakan yang paling sederhana secara bersamaan (simultan). Pertama-
dengan biaya yang murah. tama panas harus ditransfer dari medium
pemanas ke bahan. Selanjutnya setelah

ISSN 2502-485X Volume 1, Nomor 1, Mei 2016


Jurnal Teknologi Pertanian Gorontalo (JTPG) 40

terjadi penguapan air, uap air yang dikatakan semakin efisien. Proses yang
terbentuk harus dipindahkan melalui efisien ditandai dengan perbaikan proses
struktur bahan ke medium sekitarnya. sehingga menjadi lebih murah dan lebih
Proses ini akan menyangkut aliran fluida cepat.
di mana cairan harus ditransfer melalui
struktur bahan selama proses pengeringan Efisiensi Pengeringan
berlangsung. Jadi panas harus disediakan Efisiensi pengeringan adalah hasil
untuk menguapkan air dan air harus perbandingan antara panas yang secara
mendifusi melalui berbagai macam teoritis dibutuhkan dengan penggunaan
tahanan agar supaya dapat lepas dari panas yang sebenarnya dalam pengeringan
bahan dan berbentuk uap air yang bebas. dimana evaluasi ini lebih kepada proses
Lama proses pengeringan tergantung pada pengeringan (Setiawan, 2008). Jumlah
bahan yang dikeringkan dan cara kalor (panas) yang digunakan untuk
pemanasan yang digunakan. Dengan pengeringan dapat dihitung dengan
sangat terbatasnya kadar air pada bahan menggunakan rumus berikut :
yang telah dikeringkan, maka enzim-
enzim yang ada pada bahan menjadi tidak = 1+ 2+ 3
aktif dan mikroorganisme yang ada pada
bahan tidak dapat tumbuh. Keterangan:
Pertumbuhan mikroorganisme Q1 =Jumlah panas yang
dapat dihambat, bahkan beberapa jenis digunakan
dimatikan karena mikroorganisme seperti Q2 = Panas sensible air
umumnya jasad hidup yang lain Q3 = Panas laten penguapan air
membutuhkan air untuk proses
metabolismenya. Mikroorganisme hanya Dimana Q1 (jumlah panas yang digunakan
dapat hidup dan melangsungkan untuk memanaskan bahan) didapat dari:
pertumbuhannya pada bahan dengan kadar
air tertentu. Walaupun setelah proses 2= . ( − ~)
pengeringan secara fisik masih terdapat
(tersisa) molekul-molekul air yang terikat, Q2 (Panas sensible air) yaitu panas yang
tetapi molekul air tersebut tidak dapat digunakan untuk menaikkan suhu air
dipergunakan oleh mikrooganisme. didalam bahan yang didapat dari rumus :
Disamping itu enzim tidak mungkin aktif
pada bahan yang sudah dikeringkan, 2= . ( − ~)
karena reaksi biokimia memerlukan air
sebagai medianya. Berdasarkan hal Q3 (Panas laten penguapan air) yaitu
tersebut, berarti kalau kita bermaksud jumlah panas yang digunakan untuk
mengawetkan bahan melalui proses menguapkan air bahan yang didapat dari :
pengeringan, maka harus diusahakan
kadar air yang tertinggal tidak mungkin 3= .ℎ
dipakai untuk aktivitas enzim dan
mikroorganisme. (Rachmawan, 2001). Untuk menentukan banyaknya kalor
(panas) yang diberikan oleh udara panas
pada bahan yang dikeringkan digunakan
Efisiensi rumus sebagai berikut:
Efisiensi adalah ukuran tingkat
penggunaan sumber daya dalam suatu = . . ( − )
proses. Semakin hemat/sedikit
penggunaan sumber daya, maka prosesnya

ISSN 2502-485X Volume 1, Nomor 1, Mei 2016


Jurnal Teknologi Pertanian Gorontalo (JTPG) 41

Untuk menentukan efisiensi pengeringan Diagram Alir


dapat digunakan rumus :

= 100 %
Mulai

Efisiensi pengering dievaluasi berdasarkan


panas yang dihasilkan dalam rumah kaca, Identifikasi Masalah
dimana jumlah kalor yang di gunakan di
bagi dengan energi input. Jumlah kalor
(panas) yang digunakan : Analisis Masalah
= 1+ 2+ 3
Tinjauan
Energi input pada rumah kaca dapat di
tuliskan Pustaka
dalam persamaan :
Tidak Perancangan
= ( ). . Alat

Dimana ; 1(t) adalah rata – rata intensitas


matahari, A adalah luas bak pengering dan Pembuatan Alat
t adalah waktu dalam menit (Setiawan,
2008).

Panas yang tersimpan Pengujian Alat


Analisa panas yang tersimpan
dilakukan dengan mengukur suhu pada Ya
alat pengering setelah proses pengeringan Kesimpulan
berlangsung yaitu, Pada pukul 17.00
sampai dengan 22.00 WITA. Titik
pengukuran panas yang tersimpan
dilakukan pada 5 (lima) titik pengukuran Selesai
yaitu pada atap bagian dalam, pada bak
pengering, pada dinding bagian dalam, Gambar 2. Diagram Alir
pada ruang pengering dan pada
lingkungan sekitar.
1. Identifikasi masalah
III. METEDOLOGI PENELITIAN Menguraikan tentang
pengelompokan dan pemilihan
Pada bagian ini menjelaskan suatu masalah yang akan di teliti.
mengenai gambaran umum pada 2. Analisis masalah
pembuatan Rancang bangun pengering Menguraikan tentang bagaimana
ikan asin efek rumah kaca berbentuk cara menganalisis dan
prisma segi empat dengan variasi batu menyelesaikan masalah yang telah
sebagai penyimpan panas. dikelompokan.
3. Tinjauan Pustaka
Menguraikan tentang dasar-dasar
teori yang di gunakan dalam

ISSN 2502-485X Volume 1, Nomor 1, Mei 2016


Jurnal Teknologi Pertanian Gorontalo (JTPG) 42

penyusunan untuk menyelesaikan 4. Penyiku berfungsi untuk membuat


permasalahan. sudut siku 90° pada rangka agar
4. Perancangan alat simetris.
Menguraikan tentang cara 5. Meter roll berfungsi untuk
merancangan alat. mengukur panjang benda kerja yang
5. Pembuatan alat akan dipotong.
Membuat dan Menguraikan 6. Gerinda tangan berfungsi untuk
komponen-komponen alat meratakan benda kerja sebelum
pengering ikan asin efek rumah dilas.
kaca berbentuk prisma segi empat 7. Gunting plat berfungsi untuk
dengan variasi batu sebagai menggunting plat sebagai tempat
penyimpan panas. untuk meletakan batu untuk
6. Uji coba alat penyimpan panas pada alat
Menguraikan tentang pengujian alat pengering.
yang telah dibuat dan di rancang 8. Lem kaca berfungsi untuk
sedemikian rupa yang nantinya menyatukan kaca sebagai penerima
mendapatkan hasil yang diinginkan. radiasi matahari.
7. Kesimpulan 9. Gerinda potong berfungsi untuk
Setelah pembahasan disimpulkan memotong besi siku sebagai rangka
apa saja hasil yang diperoleh dari alat pengering.
pengujian.
Bahan
Adapun bahan yang akan
Tempat dan waktu pelaksanaan digunakan dalam pembuatan alat
penelitian pengering ikan asin efek rumah kaca
Penelitian ini dilakukan pada berbentuk prisma segi empat dengan
bulan Juni dan bertempat di Labolatorium variasi batu sebagai penyimpan panas
las fabrikasi logam dan labolatorium adalah sebagai berikut : Besi siku tebal,
mesin umum produksi, prodi Mesin dan plat garvanis, Kaca tebal 5”, Exhaust fan,
Peralatan Pertanian jurusan teknik mesin batu, kasa, paku rivet, Pipa PVC ø 4ʺ, besi
Politeknik Gorontalo. siku tipis, Cat, Tinner, Elektroda, besi siku
aluminium.

Alat dan Bahan Desain alat


Alat
Alat bantu perakitan yang
digunakan untuk mempermudah proses
perakitan, diantaranya:
1. Mesin Las berfungsi untuk
menyatukan dua buah besi siku
yang telah dipotong untuk kontruksi
rangka.
2. Bor tangan berfungsi untuk
melubangi benda kerja untuk
pemasangan paku rivet.
3. Penitik berfungsi untuk menandai
benda kerja yang akan dipotong
maupun yang akan dibor. Gambar 3. Desain alat pengering tipe ERK
bentuk Prisma

ISSN 2502-485X Volume 1, Nomor 1, Mei 2016


Jurnal Teknologi Pertanian Gorontalo (JTPG) 43

Keterangan :
1. Penutup Blower 2. Pembuatan Rangka Alat.
2. Blower Menyiapkan besi siku tebal 40mm x
3. Rangka alat 40mm yang akan dipotong sesuai
4. Rangka 1 ukuran yang di berikan pada rangka
5. Rangka 2 alat.
6. Rangka 3 3. Pembuatan rak batu sebagai
7. Rangka kaca penyimpan panas
8. Lubang udara Menyediakan batu, plat garvanis 98
9. Rangka batu sebagai penyimpan cm x 98 cm, Paku rivet, kemudian
panas memotong plat garvanis dengan
10. Kaca dinding alat ukuran yang telah diberikan sesuai
11. Pintu dengan lebar alat, setelah plat
terpotong, kemudian dibentuk wadah
Metode Perancangan Alat segi empat, setelah terbentuk
1. Rak 1 berfungsi sebagai tempat produk kemudian diletakan pada rangka alat
yang akan dikeringkan. Menyediakan sebagai tempat batu untuk
besi siku tipis yang berukuran 30 mm x penyimpanan panas.
30 mm untuk bingkai dari rak alat,
kemudian memotongnya dengan
ukuran yang sesuai dengan lebar alat,
setelah selesai bingkainya kemudian
kita menyediakan kasa untuk wadah
dari rak alat.

Gambar 5. Rak susunan batu sebagai


penyimpan Panas

4. Pembuatan Rumah Kaca.


Menyediakan kaca 36 cm x 98 cm
dengan panjang 168 cm, Kemudian
kita potong sesuai dengan ukuran
yang telah kita berikan, setelah kaca
selesai di potong, kemudian kita
letakan sebagai dinding dari alat
tersebut.
5. Pembuatan Lubang Udara
Menyediakan 2 buah pipa PVC 4”
yang berdiameter 10 cm, kemudian
kita membuat lubang sebanyak 2 buah
pada bagian samping bawah alat
pengering sebagai tempat melekatnya
2 buah pipa tersebut.

Gambar 4. Rak penampungan ikan asin

ISSN 2502-485X Volume 1, Nomor 1, Mei 2016


Jurnal Teknologi Pertanian Gorontalo (JTPG) 44

Spesifikasi Alat Suhu Rak 2


Alat pengering ikan asin efek rumah
kaca berbentuk prisma segi empat dengan
variasi batu sebagai penyimpan panas
memiliki tinggi alat 2000cm dengan lebar
alat 1000cm. Dan mempunyai kapasitas
8Kg ikan layang asin.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


Gambar 7. Grafik Suhu Rak 2
Hasil Uji Lapangan
Berikut ini adalah grafik-grafik Pada rak 2 ini proses
hasil pengukuran yang telah dilakukan pengeringannya juga tidak jauh berbeda
selama tiga hari. Untuk pengukuran suhu dengan yang ada pada rak 2 dimana
dan kadar air pada setiap harinya proses pengeringan dari kedua rak ini
dilakukan dari pukul 08.00 WITA sampai mengandalkan panas dari sinar surya yang
dengan pukul 17.00 WITA. terdapat pada batu, dinding kaca dari alat
pengering juga dapat membantu dalam
Suhu pada alat pengering selama proses pengeringan ini. Berdasarkan tabel
pengujian di atas dapat membuktikan bahwa suhu
panas yang ada di dalam alat pengering
Suhu Rak 1 lebih tinggi dari suhu panas yang ada di
lingkungan, suhu panas yang ada pada rak
2 bisa dikatakan sama, suhu terendahnya
25ºc dan bisa mencapai 62ºc.

Suhu Rak 3

Gambar 6. Grafik Suhu Rak 1

Rak 1 adalah sebagai tempat


dimana ikan asin ditempatkan kemudian
dimasukan kedalam pengering, Dimana
alat pengering ini akan ditembus oleh
cahaya matahari. Proses pengeringannya Gambar 8. Grafik Suhu Rak 3
menggunakan suhu panas yang ada di
dalam batu dihisap oleh blower dan Pada gambar diatas menggambarkan
disirkulasikan didalam alat pengering. proses pengeringan pada rak 3 dimana
Suhu panasnya bisa mencapai 62ºc dan proses pengeringan dirak 3 juga
suhu terendahnya 25ºc. mengandalkan panas dari sinar surya yang
terdapat pada batu, dinding kaca dari alat
pengering dapat membantu dalam proses
pengeringan ini. Berdasarkan gambar di
atas dapat membuktikan bahwa suhu
panas yang ada di dalam alat pengering
lebih tinggi di bandingkan dengan suhu

ISSN 2502-485X Volume 1, Nomor 1, Mei 2016


Jurnal Teknologi Pertanian Gorontalo (JTPG) 45

panas yang ada di lingkungan, suhu panas Pada gambar diatas Merupakan tampilan
yang ada pada rak 3 bisa dikatakan sama, grafik yang menampilkan suhu panas
suhu terendahnya 25ºc dan bisa mencapai yang tersimpan pada rak 2 dengan suhu
65ºc. terendah pada hari ke-1 dan ke-2 pukul
20.00 WITA mencapai 25°C dan suhu
Panas yang tersimpan tertinggi yaitu pada hari ke-1 mencapai
Panas yang tersimpan diukur 42°C.
setelah proses pengeringan yaitu dari
pukul 17.00 sampai dengan 20.00 WITA. Panas yang tersimpan pada rak 3
Dari hasil pengukuran yang dilakukan di
peroleh data pengeringan penyimpan
panas terbaik adalah pada rak batu dengan
suhu lingkungan yang lebih rendah dari
rak lainnya namun memiliki tingkat
penyimpan panas yang lebih baik. Data
tersebut dapat dilihat pada grafik 4.10.

Tabel dan Grafik Panas yang tersimpan


Panas yang tersimpan pada rak 1 Gambar 11. Grafik panas yang tersimpan pada
rak 3

Berdasarkan Gambar 11 diatas


dapat membuktikan bahwa suhu yang
tersimpan pada rak 3, Pada pukul 17.00
WITA yaitu 42ºC. dan pada pukul 20.00
WITA yaitu 27ºC.

Kadar air
Gambar 9. Grafik panas yang tersimpan pada Kadar air ikan asin masing-masing
rak 1 rak setelah pengeringan dengan
pengeringan efek rumah kaca (ERK)
Gambar diatas menunjukkan bahwa dengan menggunakan variasi batu sebagai
panas yang tersimpan pada rak 1 pada hari penyimpan panas dapat disajikan dengan
ke-1 dan ke-2 pada pukul 20.00 WITA rumus sebagai berikut :
memiliki suhu terendah 25°C dan pada
hari ke-3 pukul 17.00 WITA memiliki
suhu tertinggi mencapai 43°C. Kadar air basis kering :

Panas yang tersimpan pada rak 2 Mdb = W0  Wd x100%


Wd

Keterangan :
W0 = Massa aԝal bahan (%)
Wd = Massa akhir bahan (%)
Mdb = Kadar air basis kering (%)

Gambar 10. Grafik panas yang tersimpan pada


rak 2

ISSN 2502-485X Volume 1, Nomor 1, Mei 2016


Jurnal Teknologi Pertanian Gorontalo (JTPG) 46

Kadar air basis kering rak 1 : ,


=
,

W W = 0,151x100%
Dik : Mdb = x 100%
W
= 15,46%

, ( , , )
Mdb= x100% Kadar air basis kering tradisional
(lamporan) :
, ,
=
,
, W -W
= , Mdb = = x 100%
W
= 0,201 x 100%
, ( , , )
= x 100%
= 20,12%

, ,
Kadar air basis kering rak 2 : = ,
,
=
,
W W
Mdb= x 100% = 0,247x100%
W
, ( , , ) = 24,74%
= x100%

, , Efisiensi pengeringan
= ,
Menghitung efisiensi pengeringan :
, Data yang diketahui:
= , Berat ikan yang akan dikeringkan
= 8 kg
= 0,160x100%
Suhu Masuk ( )
= 16,07% = 45 0C

Suhu awal ikan ( )


Kadar air basis kering rak 3 : = 410C
W W
Mdb = x 100% Suhu akhir ikan
W = 42 0C

Laju aliran udara didalam pengering)


, ( , , ) = 2 m/s (standar)
= x 100%

, , Panas Jenis ikan ( )


= =3,601 Kj/kg0C
,

ISSN 2502-485X Volume 1, Nomor 1, Mei 2016


Jurnal Teknologi Pertanian Gorontalo (JTPG) 47

Panas Jenis air ( ) Tp = 41°c


= 4,2 Kj/kg0C Ta = 45°c
Dit: Q1 = ?
Kadar air awal Penye: = . ( − )
= 68,86% = 2,4912 x 3,601(45-41)
= 8,971x4
Kadar air yang diinginkan =35,884kj
= 40 %
Waktu yang diinginkan untuk  Menentukan :
=1080 menit mencapai kadar air 40%
= . ( − )
Panas Laten Penguapan air
= 2260 Kj/kg Keterangan:
Q2 = Panas sensible air
Massa kering yaitu massa dimana kadar = Massa air
air bahan 0% = Panas jenis air
= Temperatur akhir ikan
= 8 (1 − 0,6886) = 2,4912 = Temperatur awal ikan
Bagian bahan yang kering adalah : Dik: ma = 0,6886 %
ca = 4,2 kj/kg0C
2,4912
= = 4,152 Tp = 41°c
1 − 0,4 Ta = 45 °c
Banyaknya uap air yang harus diuapkan Dit: Q2 = ?
sampai kadar air 40% adalah :
Penye: = . ( − )
= 8 − 4,152 = 3,848 = 0,6886 x 4,2 (41-45)
= 11,5684kj
Menentukan Hasil + +
Melalui Tahap Berikut:
 Menentukan :

Menentukan : = .ℎ
= . ( − ) Keterangan :
Q3 = Panas yang digunakan
Keterangan : untuk menguapkan air
Q1 =Jumlah panas yang bahan
digunakan untuk = Banyaknya uap air
memanaskan bahan ℎ = Panas laten penguapan air
mk = Massa kering ikan
cp = Panas jenis ikan Dik: mw = 3,848 kg
Tp = Temperatur akhir ikan ℎ = 2260 kj/kg
Ta = Temperatur awal ikan Dit: Q3 = ?
Penye: = .ℎ
Dik: mk = 2,4912 kg = 3,848 x 2260
cp =3,601 Kj/kg0C = 8696,48kj

ISSN 2502-485X Volume 1, Nomor 1, Mei 2016


Jurnal Teknologi Pertanian Gorontalo (JTPG) 48

 Menentukan Q : V.PENUTUP

+ + Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan
Keterangan: pada pengujian yang telah dilakukan
Q1 = Jumlah panas yang terhadap alat pengering dapat di
Digunakan untuk simpulkan sebagai berikut :
memanaskan bahan 1. Sebaran suhu ruang pengering
Mk = Massa kering ikan (kg) selama percobaan memiliki pola
Cp = Panas jenis ikan (kj/kg°c) yang relative seragam dengan
Tp = Temperatur akhir ikan kisaran suhu ruang rata-rata adalah
Ta = Temperatur awal ikan 53°C pada rentang 45°C – 60°C.
2. Pada proses pengujian alat
Dik Q1 = 35,884 kj pengering ikan asin efek rumah
Q2 = 11,5684 kj kaca berbentuk prisma segi empat
Q3 = 8696,48 kj dengan variasi batu sebagai
penyimpan panas ini digunakan
Dit Q = ? ikan layang dengan berat awal 8Kg
dengan kadar air awal 68,86%. Dan
Penye: Q = Q1 + Q2 + Q3 setelah dilakukan pengeringan pada
alat pengering didapatkan kadar air
=35,884 + 11,5684 + 8696,48 15,46%.
= 8743,9kj 3. Panas yang tersimpan pada alat
pengering dari pukul 17.00 WITA
 Untuk menentukan banyaknya sampai pada pukul 20.00 WITA
kalor (panas) yaitu 40°C dengan suhu ruang
Untuk menemukan hasil q maka berkisar antara 30°C sampai 37°C.
terlebih dahulu melakukan pencarian nilai 4. Alat pengering ikan asin efak rumah
dari dengan menggunakan rumus: kaca berbentuk prisma segi empat
dengan variasi batu sebagai
= penyimpan panas mempunyai
efisiensi pengeringan 26,15%
Keterangan:
= masa pada rak 2 Saran
= Volume Untuk penelitian selanjutnya, di
harapkan kepada seluruh pihak yang
Dik = 1,254kg bersangkutan, agar kiranya dapat
= 0,126m3 mengembangkan alat pengering ikan asin
efek rumah kaca berbentuk prisma segi
Dit = ? empat dengan variasi batu sebagai
penyimpan panas dengan memperhatikan
Peny = seluruh kegiatan, sehingga bisa lebih
,
mengoptimalkan proses kerja alat
= pengering.
,
= 9,952kg/m3

ISSN 2502-485X Volume 1, Nomor 1, Mei 2016


Jurnal Teknologi Pertanian Gorontalo (JTPG) 49

DAFTAR PUSTAKA Margono, Tri dkk, 1993. Buku Panduan


Teknologi Pangan
Adawiyah R. 2007. Pengolahan dan Http://www.ristek.go.id
pengawetan Ikan Bumi aksara : Setiawan, FD 2008, perwatan mekanikal
Jakarta mesin produksi maximus,
Ekechuwu, O.V., Norton, B (1999), Yogyakarta
Review of Solar-Energy Drying
System I:an Overview of Drying Rachmawan, O. 2001. Pengering,
Principle and theory, international pendinginan dan pengemasan
Journal of Energy Conversion &
komuditi pertanian. Depdiknas.
management
Jakarta

ISSN 2502-485X Volume 1, Nomor 1, Mei 2016

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai