JTPG Pengeringikan 2 Naura
JTPG Pengeringikan 2 Naura
net/publication/316738683
CITATION READS
1 3,572
3 authors, including:
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by Yunita Djamalu on 08 May 2017.
Abstrak
Standar SNI 01-2721-1992 kadar air untuk ikan layang adalah 40%. Sedangkan Tubuh ikan
segar mengandung 56%-80% air. Untuk mendapatkan standar tersebut, ikan harus melewati
proses pengeringan. Pada prinsipnya, Pengeringan merupakan cara pengawetan ikan dengan
mengurangi kadar air pada tubuh ikan sebanyak mungkin sehingga kegiatan bakteri
terhambat dan jika mungki dapat mematikan bakteri tersebut. Pengeringan pada umumnya
masih dilakukan masyarakat Gorontalo dengan memanfaatkan tenaga matahari secara
langsung. Namun kekurangannya pada tahap pekerjaan ini sangat bergantung pada musim,
waktu pengeringan yang lama, tenaga kerja yang banyak, dan tempat penjemuran yang luas.
Salah satu metode pengeringan buatan yang telah dikembangkan saat ini adalah pengering
efek rumah kaca. Pada penelitian ini dirancang alat pengering dengan tipe efek rumah kaca
yang berbentuk prisma dengan menambahkan variasi batu dibawah pengering yang
difungsikan untuk penyimpan panas dan exhaust dibagian atas pengering.
Dari hasil pengujian kadar air awal ikan adalah 68,86%. Dengan penjemuran secara
konvensional selama 3 (tiga) hari kadar air ikan menjadi 24,74%, Dan dengan menggunakan
alat pengering ikan asin efek rumah kaca berbentuk prisma segi empat dengan variasi batu
sebagai penyimpan panas dalam waktu 3(tiga) hari kadar air menjadi 16,07%. Suhu yang
tersimpan dalam batu sebagai penyimpan panas setelah pukul 17.00 WITA adalah 30°C
sampai 37°C dengan rata-rata suhu 26°C.
dengan menggunakan lahan kosong atau Kadar air akhir ikan asin kering
rak yang dirancang khusus untuk yang baik menurut SNI di Indonesia
meletakan ikan agar terkena sinar ditetapkan berdasarkan SNI 01-2721-1992
matahari langsung. Namun cara ini masih yakni 40% adapun syarat mutu ikan asin
mempunyai kelemahan, selain kering dapat dilihat pada tabel 1:
membutuhkan lahan yang besar untuk
proses pengeringan, memerlukan waktu Tabel 1. Syarat mutu Ikan Asin Kering
yang lama dalam untuk mencapai kadar Persyaratan
Jenis Uji Satuan
air yang diinginkan, cara ini juga sangat Mutu
memungkinkan ikan yang dijemur Organoleptic
terkontaminasi dengan debu/kotoran yang Nilai minimal 6,5
berterbangan. Kapang Negative
Oleh karena itu dibutuhkan Mikrobiologi
alternatif alat pengering yang dapat TPC,Maksimum Koloni/gram 1X10
meningkatkan kualitas ikan asin dan Eschericia coli, maks MPN/gram <3
mempercepat proses pengeringan yaitu Salmonella* per 25 gram Negative
dengan alat pengering efek rumah kaca Vibrio cholerae* Per 25 gram Negative
yang divariasikan dengan batu sebagai Staphylococcus
Per 25 gram 1X10³
aureus*
penyimpan panas.
Kimia
Air, maksimum %b/b 25
II. LANDASAN TEORI Garam, maksimum %b/b 10-20
Abu tak larut dalam
Ikan Asin asam, maks
%b/b 1,5
Ikan merupakan bahan pangan
yang sangat mudah rusak. Penyebabnya (Sumber : Margono, 1993, N.A., 2006)
adalah daging ikan mempunyai kadar air
yang sangat tinggi, pH netral, teksturnya
lunak, Dan kandungan gizinya tinggi Proses Pengeringan
sehingga menjadi medium yang sangat Pengeringan adalah proses
baik untuk pertumbuhan jasad renik, pengeluaran air atau pemisahan air dalam
terutama bakteri. jumlah yang relatif kecil dari bahan
dengan menggunakan energi panas. Hasil
dari proses pengeringan adalah bahan
kering yang mempunyai kadar air setara
dengan kadar air keseimbangan udara
(atmosfir) normal atau setara dengan nilai
aktivitas air (aw) yang aman dari
kerusakan mikrobiologis, enzimatis dan
kimiawi. Pengertian proses pengeringan
berbeda dengan proses penguapan
Gambar 1. ikan asin (evaporasi).
terjadi penguapan air, uap air yang dikatakan semakin efisien. Proses yang
terbentuk harus dipindahkan melalui efisien ditandai dengan perbaikan proses
struktur bahan ke medium sekitarnya. sehingga menjadi lebih murah dan lebih
Proses ini akan menyangkut aliran fluida cepat.
di mana cairan harus ditransfer melalui
struktur bahan selama proses pengeringan Efisiensi Pengeringan
berlangsung. Jadi panas harus disediakan Efisiensi pengeringan adalah hasil
untuk menguapkan air dan air harus perbandingan antara panas yang secara
mendifusi melalui berbagai macam teoritis dibutuhkan dengan penggunaan
tahanan agar supaya dapat lepas dari panas yang sebenarnya dalam pengeringan
bahan dan berbentuk uap air yang bebas. dimana evaluasi ini lebih kepada proses
Lama proses pengeringan tergantung pada pengeringan (Setiawan, 2008). Jumlah
bahan yang dikeringkan dan cara kalor (panas) yang digunakan untuk
pemanasan yang digunakan. Dengan pengeringan dapat dihitung dengan
sangat terbatasnya kadar air pada bahan menggunakan rumus berikut :
yang telah dikeringkan, maka enzim-
enzim yang ada pada bahan menjadi tidak = 1+ 2+ 3
aktif dan mikroorganisme yang ada pada
bahan tidak dapat tumbuh. Keterangan:
Pertumbuhan mikroorganisme Q1 =Jumlah panas yang
dapat dihambat, bahkan beberapa jenis digunakan
dimatikan karena mikroorganisme seperti Q2 = Panas sensible air
umumnya jasad hidup yang lain Q3 = Panas laten penguapan air
membutuhkan air untuk proses
metabolismenya. Mikroorganisme hanya Dimana Q1 (jumlah panas yang digunakan
dapat hidup dan melangsungkan untuk memanaskan bahan) didapat dari:
pertumbuhannya pada bahan dengan kadar
air tertentu. Walaupun setelah proses 2= . ( − ~)
pengeringan secara fisik masih terdapat
(tersisa) molekul-molekul air yang terikat, Q2 (Panas sensible air) yaitu panas yang
tetapi molekul air tersebut tidak dapat digunakan untuk menaikkan suhu air
dipergunakan oleh mikrooganisme. didalam bahan yang didapat dari rumus :
Disamping itu enzim tidak mungkin aktif
pada bahan yang sudah dikeringkan, 2= . ( − ~)
karena reaksi biokimia memerlukan air
sebagai medianya. Berdasarkan hal Q3 (Panas laten penguapan air) yaitu
tersebut, berarti kalau kita bermaksud jumlah panas yang digunakan untuk
mengawetkan bahan melalui proses menguapkan air bahan yang didapat dari :
pengeringan, maka harus diusahakan
kadar air yang tertinggal tidak mungkin 3= .ℎ
dipakai untuk aktivitas enzim dan
mikroorganisme. (Rachmawan, 2001). Untuk menentukan banyaknya kalor
(panas) yang diberikan oleh udara panas
pada bahan yang dikeringkan digunakan
Efisiensi rumus sebagai berikut:
Efisiensi adalah ukuran tingkat
penggunaan sumber daya dalam suatu = . . ( − )
proses. Semakin hemat/sedikit
penggunaan sumber daya, maka prosesnya
= 100 %
Mulai
Keterangan :
1. Penutup Blower 2. Pembuatan Rangka Alat.
2. Blower Menyiapkan besi siku tebal 40mm x
3. Rangka alat 40mm yang akan dipotong sesuai
4. Rangka 1 ukuran yang di berikan pada rangka
5. Rangka 2 alat.
6. Rangka 3 3. Pembuatan rak batu sebagai
7. Rangka kaca penyimpan panas
8. Lubang udara Menyediakan batu, plat garvanis 98
9. Rangka batu sebagai penyimpan cm x 98 cm, Paku rivet, kemudian
panas memotong plat garvanis dengan
10. Kaca dinding alat ukuran yang telah diberikan sesuai
11. Pintu dengan lebar alat, setelah plat
terpotong, kemudian dibentuk wadah
Metode Perancangan Alat segi empat, setelah terbentuk
1. Rak 1 berfungsi sebagai tempat produk kemudian diletakan pada rangka alat
yang akan dikeringkan. Menyediakan sebagai tempat batu untuk
besi siku tipis yang berukuran 30 mm x penyimpanan panas.
30 mm untuk bingkai dari rak alat,
kemudian memotongnya dengan
ukuran yang sesuai dengan lebar alat,
setelah selesai bingkainya kemudian
kita menyediakan kasa untuk wadah
dari rak alat.
Suhu Rak 3
panas yang ada di lingkungan, suhu panas Pada gambar diatas Merupakan tampilan
yang ada pada rak 3 bisa dikatakan sama, grafik yang menampilkan suhu panas
suhu terendahnya 25ºc dan bisa mencapai yang tersimpan pada rak 2 dengan suhu
65ºc. terendah pada hari ke-1 dan ke-2 pukul
20.00 WITA mencapai 25°C dan suhu
Panas yang tersimpan tertinggi yaitu pada hari ke-1 mencapai
Panas yang tersimpan diukur 42°C.
setelah proses pengeringan yaitu dari
pukul 17.00 sampai dengan 20.00 WITA. Panas yang tersimpan pada rak 3
Dari hasil pengukuran yang dilakukan di
peroleh data pengeringan penyimpan
panas terbaik adalah pada rak batu dengan
suhu lingkungan yang lebih rendah dari
rak lainnya namun memiliki tingkat
penyimpan panas yang lebih baik. Data
tersebut dapat dilihat pada grafik 4.10.
Kadar air
Gambar 9. Grafik panas yang tersimpan pada Kadar air ikan asin masing-masing
rak 1 rak setelah pengeringan dengan
pengeringan efek rumah kaca (ERK)
Gambar diatas menunjukkan bahwa dengan menggunakan variasi batu sebagai
panas yang tersimpan pada rak 1 pada hari penyimpan panas dapat disajikan dengan
ke-1 dan ke-2 pada pukul 20.00 WITA rumus sebagai berikut :
memiliki suhu terendah 25°C dan pada
hari ke-3 pukul 17.00 WITA memiliki
suhu tertinggi mencapai 43°C. Kadar air basis kering :
Keterangan :
W0 = Massa aԝal bahan (%)
Wd = Massa akhir bahan (%)
Mdb = Kadar air basis kering (%)
W W = 0,151x100%
Dik : Mdb = x 100%
W
= 15,46%
, ( , , )
Mdb= x100% Kadar air basis kering tradisional
(lamporan) :
, ,
=
,
, W -W
= , Mdb = = x 100%
W
= 0,201 x 100%
, ( , , )
= x 100%
= 20,12%
, ,
Kadar air basis kering rak 2 : = ,
,
=
,
W W
Mdb= x 100% = 0,247x100%
W
, ( , , ) = 24,74%
= x100%
, , Efisiensi pengeringan
= ,
Menghitung efisiensi pengeringan :
, Data yang diketahui:
= , Berat ikan yang akan dikeringkan
= 8 kg
= 0,160x100%
Suhu Masuk ( )
= 16,07% = 45 0C
Menentukan Q : V.PENUTUP
+ + Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan
Keterangan: pada pengujian yang telah dilakukan
Q1 = Jumlah panas yang terhadap alat pengering dapat di
Digunakan untuk simpulkan sebagai berikut :
memanaskan bahan 1. Sebaran suhu ruang pengering
Mk = Massa kering ikan (kg) selama percobaan memiliki pola
Cp = Panas jenis ikan (kj/kg°c) yang relative seragam dengan
Tp = Temperatur akhir ikan kisaran suhu ruang rata-rata adalah
Ta = Temperatur awal ikan 53°C pada rentang 45°C – 60°C.
2. Pada proses pengujian alat
Dik Q1 = 35,884 kj pengering ikan asin efek rumah
Q2 = 11,5684 kj kaca berbentuk prisma segi empat
Q3 = 8696,48 kj dengan variasi batu sebagai
penyimpan panas ini digunakan
Dit Q = ? ikan layang dengan berat awal 8Kg
dengan kadar air awal 68,86%. Dan
Penye: Q = Q1 + Q2 + Q3 setelah dilakukan pengeringan pada
alat pengering didapatkan kadar air
=35,884 + 11,5684 + 8696,48 15,46%.
= 8743,9kj 3. Panas yang tersimpan pada alat
pengering dari pukul 17.00 WITA
Untuk menentukan banyaknya sampai pada pukul 20.00 WITA
kalor (panas) yaitu 40°C dengan suhu ruang
Untuk menemukan hasil q maka berkisar antara 30°C sampai 37°C.
terlebih dahulu melakukan pencarian nilai 4. Alat pengering ikan asin efak rumah
dari dengan menggunakan rumus: kaca berbentuk prisma segi empat
dengan variasi batu sebagai
= penyimpan panas mempunyai
efisiensi pengeringan 26,15%
Keterangan:
= masa pada rak 2 Saran
= Volume Untuk penelitian selanjutnya, di
harapkan kepada seluruh pihak yang
Dik = 1,254kg bersangkutan, agar kiranya dapat
= 0,126m3 mengembangkan alat pengering ikan asin
efek rumah kaca berbentuk prisma segi
Dit = ? empat dengan variasi batu sebagai
penyimpan panas dengan memperhatikan
Peny = seluruh kegiatan, sehingga bisa lebih
,
mengoptimalkan proses kerja alat
= pengering.
,
= 9,952kg/m3