DISUSUN OLEH:
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul “Fraksionasi Biomassa” ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari
penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah “Pulp dan
Kertas”.
Saya menyadari sepenuhnya, dalam penyusunan makalah ini masih jauh
dari kata sempurna. Oleh karena itu, saya sangat mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari semua pembaca guna menjadi acuan agar saya sebagai
penulis bisa menjadi lebih baik lagi di masa mendatang.
Selulosa dapat larut dalam asam pekat (seperti asam sulfat 72%) yang
mengakibatkan terjadinya pemecahan rantai selulosa secara hidrolisis. Hidrolisis
selulosa dapat terhalang oleh lignin dan hemiselulosa ada di sekitarnya, namun
laju hidrolisis selulosa akan meningkat seiring kenaikan temperatur dan tekanan.
Selulosa digunakan secara luas dalam industri tekstil, deterjen, pulp dan
kertas. Selulosa juga digunakan dalam pengolahan kopi dan dalam industri
farmasi sebagai zat untuk membantu sistem pencernaan serta proses fermentasi
dari biomassa menjadi biofuel, seperti bioethanol.
2.2.2 Hemiselulosa
Hemiselulosa adalah bagian dari kelompok polisakarida yang memiliki
rantai pendek dan bercabang. Pada tumbuhan, hemiselulosa berfungsi sebagai
bahan pendukung dinding sel. Hemiselulosa juga merupakan senyawa polimer
yang terdapat pada biomassa. Pada berbagai jenis tanaman, jumlah dan jenis
monomer penyusun hemiselulosa berbeda-beda.
Hemiselulosa mirip dengan selulosa yang merupakan polimer gula.
Namun, berbeda dengan selulosa yang hanya tersusun dari glukosa, hemiselulosa
tersusun dari bermacam-macam jenis gula. Monomer gula penyusun hemiselulosa
terdiri dari monomer gula berkarbon 5 (C-5) dan 6 (C-6), misalnya: xylosa,
mannose, glukosa, galaktosa, arabinosa, dan sejumlah kecil rhamnosa, asam
glukoroat, asam metal glukoronat, dan asam galaturonat (Sa’adah, 2010). Xylosa
adalah salah satu gula C-5 dan merupakan gula terbanyak kedua di di biosfer
setelah glukosa.Stuktur penyusun dari hemiseluloda dapat dilihat pada gambar 2.
Jumlah hemiselulosa di dalam biomassa lignoselulosa sebesar 11% hingga 37%
(berat kering biomassa). Hemiselulosa lebih mudah dihidrolisis daripada selulosa,
tetapi gula C-5 lebih sulit difermentasi menjadi etanol daripada gula C-6.
2.4 Delignifikasi
Delignifikasi adalah proses penyisihan lignin dari biomassa. Proses
delignifikasi terjadi karena putusnya ikatan α-aril eter dalam makromolekul lignin.
Ikatan α-aril eter merupakan pengikat rantai-rantai polimer lignin pada
makromolekul lignoselulosa padatannya. Pemutusan ikatan lignin tersebut
disebabkan adanya ion hidrogen (H+) yang berasal dari cairan pemasak, sehingga
lignin lepas dari makromolekul lignoselulosa akan larut dalam larutan pemasak.
Ada beberapa metode untuk pembuatan pulp yang merupakan proses
pemisahan selulosa dari senyawa pengikatnya, terutama lignin yaitu secara
mekanis, semikimia dan kimia. Pada dasarnya pembuatan pulp terbagi menjadi
dua, yaitu:
1) Pembuatan Pulp Mekanik, merupakan proses penyerutan kayu dimana kayu
gelondong setelah dikuliti diserut dalam batu asah yang diberi semprotan air.
Akibat proses ini banyak serat kayu yang rusak.
2) Pembuatan Pulp Secara Kimia adalah proses dimana lignin dihilangkan sama
sekali hingga serat-serat kayu mudah dilepaskan pada pembongkaran dari
bejana pemasak (digester) atau paling tidak setelah perlakuan mekanik lunak.
3) Keberhasilan proses delignifikasi ditunjukkan oleh derajat delignifikasi dan
selektivitas fraksionasi. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses delignifikasi
antara lain konsentrasi asam organik, nisbah cairan-padatan dan waktu reaksi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses delignifikasi ini adalah:
1. Waktu pemasakan
Waktu pemasakan dipengaruhi oleh konsentrasi lignin. Semakin besar
konsentrasi lignin yang terdapat dalam bahan baku, maka semakin lama waktu
pemasakan.
2. Konsentrasi larutan pemasak
Konsentrasi larutan pemasak sebanding dengan kadar lignin. Kadar lignin
yang besar membutuhkan konsentrasi larutan pemasak yang besar.
3. Pencampuran bahan
Pencampuran bahan dapat dipengaruhi oleh pengadukan. Pengadukan dapat
meratakan campuran antara larutan dengan bahan baku yang akan dipisahkan
ligninnya.
4. Perbandingan larutan pemasak dengan bahan baku
Semakin kecil perbandingan antara larutan pemasak dengan bahan baku, maka
lignin yang akan dipisahkan dari bahan baku juga akan semakin kecil.
5. Ukuran bahan
Semakin besar ukuran bahan, maka semakin lama waktu prosesnya.
6. Suhu dan Tekanan
Suhu dan tekanan berbanding lurus dengan waktu proses. Apabila suhu dan
tekanan yang digunakan tinggi, maka waktu proses semakin cepat. Tekanan
optimum yang digunakan yaitu 1 atm dan suhu sekitar 100 oC – 110 oC.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Komponen utama penyusun biomassa adalah selulosa, hemiselulosa, dan
lignin. Oleh karena itu biomassa sering disebut sebagai bahan berlignoselulosa.
Fraksionasi biomassa adalah proses pemilahan biomassa menjadi komponen
utama komponen utama penyusun biomassa yaitu selulosa, hemiselulosa, dan
lignin dengan tanpa banyak merusak ataupun mengubah ketiga komponen tersebut
menjadi senyawa lain. Selanjutnya, hasil pemilahan tersebut dapat diolah dengan
berbagai proses menjadi senyawa ataupun produk yang bernilai jual.
DAFTAR PUSTAKA