Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PULP DAN KERTAS


“FRAKSIONASI BIOMASSA”

DISUSUN OLEH:

MUTIA HERLISA (03031381722099)

JURUSAN TEKNIK KIMIA

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul “Fraksionasi Biomassa” ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari
penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah “Pulp dan
Kertas”.
Saya menyadari sepenuhnya, dalam penyusunan makalah ini masih jauh
dari kata sempurna. Oleh karena itu, saya sangat mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari semua pembaca guna menjadi acuan agar saya sebagai
penulis bisa menjadi lebih baik lagi di masa mendatang.

Palembang, 14 Februari 2020


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL …………………………………………….……… i


KATA PENGANTAR…………………………………………………… ii
DAFTAR ISI …………………………………………….……………… iii
BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………… 1
A. Latar Belakang …………………………………………….… 1
B. Rumusan Masalah …………………………………………… 2
C. Tujuan ……………………………….………………………. 2
E. Manfaat ……………………………………………………… 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ……………………………………….. 3
A. Ampas Tebu……………….. ..………………………………. 3
B. Komponen Penyusun Biomassa …………...………………… 3-6
C. Fraksionasi Biomassa ………………………………………... 6-8
D. Delignifikasi …………………………………………………...8-9
BAB III PENUTUP ……………………………………………...……… 10
A. Kesimpulan ………………………………………………....... 10
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………… 10
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Perkembangan industri saat ini menghadapi tantangan yang cukup berat
dikarenakan menipisnya sumber daya alam, baik sebagai bahan baku industri
maupun sebagai sumber energi. Upaya pemanfaatkan biomassa lignoselulosa
menjadi suatu harapan untuk terus berkembangnya industri, khususnya industri
kimia. Biomassa lignoselulosa merupakan biomassa yang berasal dari tanaman
dengan komponen utama, yaitu selulosa, hemiselulosa, dan lignin.
Ada banyak sumber energi alternatif yang dapat dikembangkan. Biomassa
dapat dijadikan salah satu alternatif. Salah satu keunggulan biomassa jika
digunakan sebagai sumber energi dibandingkan dengan sumber fosil yaitu
mengurangi limbah organik karena memafaaatkan limbah. Sampah organik seperti
sampah pertanian (jerami, tongkol), limbah pengolahan biodiesel (cangkang biji
jarak pagar, cangkang sawit), sampah kota, limbah kayu, ranting, dan pengolahan
kayu (sawdust) merupakan limbah yang keberadaanya kurang bermanfaat.
Fraksionasi biomassa merupakan salah satu konsep pengolahan biomassa
yang dianggap mampu memberikan hasil / produk maksimal serta mampu
meminimalkan dampak negatif terhadap lingkungan. Penggunaan bahan baku
yang berharga murah dan pemakaian proses ramah lingkungan tentu akan
mendorong terbentuknya suatu sistem industri yang lebih baik.

1.2. Rumusan Masalah


1. Menjelaskan pengaruh variabel terhadap produk fraksionasi biomassa.
2. Menghitung neraca massa pada sistem fraksionasi biomassa.
3. Menghitung yield sistem fraksionasi biomassa.
4. Menghitung persentase recovery komponen-komponen utama biomassa.
1.3. Tujuan
1) Mengetahui pengaruh variabel terhadap produk fraksionasi biomassa.
2) Mengetahui nilai neraca massa pada sistem fraksionasi biomassa.
3) Mengetahui nilai yield sistem fraksionasi biomassa.
4) Mengetahui persentase recovery komponen-komponen utama biomassa.
1.4. Manfaat

1) Dapat menambah wawasan mengenai pengaruh variabel terhadap produk


fraksionasi biomassa.
2) Dapat menambah wawasan mengenai perhitungan neraca massa pada sistem
fraksionasi biomassa.
3) Dapat menambah wawasan mengenai perhitungan yield sistem fraksionasi
biomassa.
4) Dapat menambah wawasan mengenai perhitungan persentase recovery
komponen-komponen utama biomassa
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ampas Tebu


Ampas tebu merupakan salah satu limbah padat pabrik gula. Ampas tebu
jumlahnya berlimpah di Indonesia. Ampas tebu merupakan limbah padat dari
pengolahan industri gula tebu yang volumenya mencapai 30-40% dari tebu
giling. Saat ini perkebunan tebu rakyat mendominasi luas areal perkebunan tebu
di Indonesia. Ampas tebu termasuk biomassa yang mengandung lignoselulosa
sangat dimungkinkan untuk dimanfaatkan menjadi sumber energi alternatif seperti
bioetanol atau biogas. Ampas tebu memiliki kandungan selulosa 52,7%,
hemiselulosa 20,0%, dan lignin 24,2%.
Holoselulosa merupakan istilah yang digunakan untuk menyebutkan
selulosa dan hemiselulosa. Selulosa adalah polimer glukosa (hanya glukosa) yang
tidak bercabang. Selulosa dapat dihidrolisis menjadi glukosa dengan
menggunakan asam atau enzim. Hidrolisis menggunakan asam biasanya dilakukan
pada temperatur tinggi. Proses ini relatif mahal karena kebutuhan energi yang
cukup tinggi. Pada tahun 1980-an, mulai dikembangkan hidrolisis selulosa dengan
menggunakan enzim selulase (Gokhan Coral, et al., 2002). Selanjutnya glukosa
yang dihasilkan dapat difermentasi menjadi etanol. Ampas tebu yang mengandung
selulosa, hemiselulosa dan lignin tidak dapat langsung difermentasi oleh mikroba
menjadi biofuel, karena ampas tebu merupakan senyawa komplek lignoselulosa.
Lignin dihilangkan terlebih dahulu agar proses hidrolisis selulosa dan
hemiselulosa menjadi etanol berjalan secara optimal.
2.2 Komponen Penyusun Biomassa
Komponen utama penyusun biomassa adalah selulosa, hemiselulosa, dan
lignin. Oleh karena itu biomassa sering disebut sebagai bahan berlignoselulosa.
2.2.1 Selulosa
Selulosa adalah polimer yang tersusun atas unit-unit glukosa melalui
ikatan α-1,4-glikosida. Bentuk polimer ini memungkinkan selulosa saling
menumpuk/terikat menjadi bentuk serat yang sangat kuat. Panjang molekul
selulosa ditentukan oleh jumlah unit glukosa di dalam polimer yang disebut
dengan derajat polimerisasi. Derajat polimerisasi selulosa tergantung pada jenis
tanaman dan umumnya dalam kisaran 200-27.000 unit glukosa. Selulosa dapat
dihidrolisis menjadi glukosa dengan menggunakan asam atau enzim.

Gambar 2.1. Struktur Selulosa

Selulosa dapat larut dalam asam pekat (seperti asam sulfat 72%) yang
mengakibatkan terjadinya pemecahan rantai selulosa secara hidrolisis. Hidrolisis
selulosa dapat terhalang oleh lignin dan hemiselulosa ada di sekitarnya, namun
laju hidrolisis selulosa akan meningkat seiring kenaikan temperatur dan tekanan.
Selulosa digunakan secara luas dalam industri tekstil, deterjen, pulp dan
kertas. Selulosa juga digunakan dalam pengolahan kopi dan dalam industri
farmasi sebagai zat untuk membantu sistem pencernaan serta proses fermentasi
dari biomassa menjadi biofuel, seperti bioethanol.
2.2.2 Hemiselulosa
Hemiselulosa adalah bagian dari kelompok polisakarida yang memiliki
rantai pendek dan bercabang. Pada tumbuhan, hemiselulosa berfungsi sebagai
bahan pendukung dinding sel. Hemiselulosa juga merupakan senyawa polimer
yang terdapat pada biomassa. Pada berbagai jenis tanaman, jumlah dan jenis
monomer penyusun hemiselulosa berbeda-beda.
Hemiselulosa mirip dengan selulosa yang merupakan polimer gula.
Namun, berbeda dengan selulosa yang hanya tersusun dari glukosa, hemiselulosa
tersusun dari bermacam-macam jenis gula. Monomer gula penyusun hemiselulosa
terdiri dari monomer gula berkarbon 5 (C-5) dan 6 (C-6), misalnya: xylosa,
mannose, glukosa, galaktosa, arabinosa, dan sejumlah kecil rhamnosa, asam
glukoroat, asam metal glukoronat, dan asam galaturonat (Sa’adah, 2010). Xylosa
adalah salah satu gula C-5 dan merupakan gula terbanyak kedua di di biosfer
setelah glukosa.Stuktur penyusun dari hemiseluloda dapat dilihat pada gambar 2.
Jumlah hemiselulosa di dalam biomassa lignoselulosa sebesar 11% hingga 37%
(berat kering biomassa). Hemiselulosa lebih mudah dihidrolisis daripada selulosa,
tetapi gula C-5 lebih sulit difermentasi menjadi etanol daripada gula C-6.

Gambar 2.2 Struktur Monomer Pembentuk Hemiselulosa (Isroi, 2008)


2.2.3 Lignin
Lignin merupakan komponen makromolekul kayu ketiga. Struktur
molekul lignin sangat berbeda bila dibandingkan dengan polisakarida karena
terdiri atas gugus aromatik yang tersusun dari unit-unit fenil propana. Selama
perkembangan sel, lignin dimasukkan sebagai komponen terakhir dalam dinding
sel, menembus diantara fibril-fibril sehingga memperkuat dinding sel. p-
hidroksinamil alkohol, l p-koumaril alkohol, koniferil alkohol dan sinapil alkohol
merupakan senyawa induk (prekursor) primer seperti pada Gambar 2.3 dan
prekursor tersebut merupakan unit pembentuk lignin (Fengel dan Wegener, 1995).
Gambar 2.3 Struktur Lignin (Brunow et al.,1995)

Lignin mempunyai kelarutan yang sangat rendah dalam kebanyakan


pelarut. Lignin dapat larut dalam asam organik pekat dan alkali encer, namun
tidak larut dalam air maupun asam mineral kuat. Lignin dapat diisolasi dengan
cara menghidrolisis, mengekstraksi atau mengubah menjadi turunan lignin. Lignin
sangat tahan terhadap degradasi, baik secara biologi, enzimatis, maupun kimia.
Lignin memiliki energi yang tinggi karena jumlah karbon yang relatif tinggi
dibandingkan dengan selulosa dan hemiselulosa, (Sa’adah, 2010).
2.3 Fraksionasi Biomassa
Fraksionasi biomassa adalah proses pemilahan biomassa menjadi
komponen utama komponen utama penyusun biomassa yaitu selulosa,
hemiselulosa, dan lignin dengan tanpa banyak merusak ataupun mengubah ketiga
komponen tersebut menjadi senyawa lain. Selanjutnya, hasil pemilahan tersebut
dapat diolah dengan berbagai proses menjadi senyawa ataupun produk yang
bernilai jual.
Fraksionasi biomassa menggunakan pelarut organik banyak
dikembangkan, karena lebih murah dan relatif ramah lingkungan, pelarutnya dapat
direcovery serta cocok untuk proses skala menengah. Beberapa proses fraksionasi
yang menggunakan pelarut adalah :
a. Proses Organosolv
Proses organosolv adalah proses pemisahan serat dengan menggunakan
bahan kimia organik seperti metanol, etanol, aseton, asam asetat, dan lain-lain.
Proses ini telah terbukti memberikan dampak yang baik bagi lingkungan dan
sangat efisien dalam pemanfaatan sumber daya hutan.Dengan menggunakan
proses organosolv diharapkan permasalahan lingkungan yang dihadapi oleh
industri pulp dan kertas akan dapat diatasi. Hal ini karena proses organosolv
memberikan beberapa keuntungan, antara lain yaitu rendemen pulp yang
dihasilkan tinggi, daur ulang lindi hitam dapat dilakukan dengan mudah, tidak
menggunakan unsur sulfur sehingga lebih aman terhadap lingkungan, dapat
menghasilkan by-products (hasil sampingan) berupa lignin dan hemiselulosa
dengan tingkat kemurnian tinggi. Ini secara ekonomis dapat mengurangi biaya
produksi, dan dapat dioperasikan secara ekonomis pada kapasitas terpasang yang
relatif kecil yaitu sekitar 200 ton pulp per hari.
Pembuatan pulp dengan organosolv (berdasarkan pemanfaatan pelarut
organik sebagai media delignifikasi) dapat digunakan sebagai teknologi
pemurnian biomassa, karena produk yang dihasilkan terdiri dari selulosa serta
liquor yang terdiri dari hemiselulosa dan lignin yang bebas dari belerang. Asam
hidrolisis dapat digunakan untuk menghidrolisis hemiselulosa menjadi monomer
pembentuk hemiselulosa.
Ada berbagai macam jenis proses organosolv, namun yang telah
berkembang pesat pada saat ini adalah proses alcell (alcohol cellulose) yaitu
proses pulping dengan menggunakan bahan kimia pemasak alkohol, proses
acetocell (asam asetat), dan proses organocell (metanol).
b. Proses Acetosolv
Penggunaan asam asetat sebagai pelarut organik disebut dengan proses
acetosolv. Proses acetosolv dalam pengolahan pulp memiliki beberapa
keunggulan, antara lain: bebas senyawa sulfur, daur ulang limbah dapat dilakukan
hanya dengan metode penguapan dengan tingkat kemurnian yang cukup tinggi,
dan nilai hasil daur ulangnya jauh lebih mahal dibanding dengan hasil daur ulang
limbah kraft (Simanjutak, 1994).
Keuntungan dari proses acetosolv adalah bahan pemasak yang digunakan
dapat diambil kembali tanpa adanya proses pembakaran bahan bekas pemasak.
Selain itu proses tersebut dapat dilakukan tanpa menggunakan bahan-bahan
organik. (Isroi, 2008). Proses ini menghasilkan by-product berupa furfuraI,
levulinic acid, hydroxyl methyl furfural, metanol, dan methyl acetat.

2.4 Delignifikasi
Delignifikasi adalah proses penyisihan lignin dari biomassa. Proses
delignifikasi terjadi karena putusnya ikatan α-aril eter dalam makromolekul lignin.
Ikatan α-aril eter merupakan pengikat rantai-rantai polimer lignin pada
makromolekul lignoselulosa padatannya. Pemutusan ikatan lignin tersebut
disebabkan adanya ion hidrogen (H+) yang berasal dari cairan pemasak, sehingga
lignin lepas dari makromolekul lignoselulosa akan larut dalam larutan pemasak.
Ada beberapa metode untuk pembuatan pulp yang merupakan proses
pemisahan selulosa dari senyawa pengikatnya, terutama lignin yaitu secara
mekanis, semikimia dan kimia. Pada dasarnya pembuatan pulp terbagi menjadi
dua, yaitu:
1) Pembuatan Pulp Mekanik, merupakan proses penyerutan kayu dimana kayu
gelondong setelah dikuliti diserut dalam batu asah yang diberi semprotan air.
Akibat proses ini banyak serat kayu yang rusak.
2) Pembuatan Pulp Secara Kimia adalah proses dimana lignin dihilangkan sama
sekali hingga serat-serat kayu mudah dilepaskan pada pembongkaran dari
bejana pemasak (digester) atau paling tidak setelah perlakuan mekanik lunak.
3) Keberhasilan proses delignifikasi ditunjukkan oleh derajat delignifikasi dan
selektivitas fraksionasi. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses delignifikasi
antara lain konsentrasi asam organik, nisbah cairan-padatan dan waktu reaksi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses delignifikasi ini adalah:
1. Waktu pemasakan
Waktu pemasakan dipengaruhi oleh konsentrasi lignin. Semakin besar
konsentrasi lignin yang terdapat dalam bahan baku, maka semakin lama waktu
pemasakan.
2. Konsentrasi larutan pemasak
Konsentrasi larutan pemasak sebanding dengan kadar lignin. Kadar lignin
yang besar membutuhkan konsentrasi larutan pemasak yang besar.
3. Pencampuran bahan
Pencampuran bahan dapat dipengaruhi oleh pengadukan. Pengadukan dapat
meratakan campuran antara larutan dengan bahan baku yang akan dipisahkan
ligninnya.
4. Perbandingan larutan pemasak dengan bahan baku
Semakin kecil perbandingan antara larutan pemasak dengan bahan baku, maka
lignin yang akan dipisahkan dari bahan baku juga akan semakin kecil.
5. Ukuran bahan
Semakin besar ukuran bahan, maka semakin lama waktu prosesnya.
6. Suhu dan Tekanan
Suhu dan tekanan berbanding lurus dengan waktu proses. Apabila suhu dan
tekanan yang digunakan tinggi, maka waktu proses semakin cepat. Tekanan
optimum yang digunakan yaitu 1 atm dan suhu sekitar 100 oC – 110 oC.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Komponen utama penyusun biomassa adalah selulosa, hemiselulosa, dan
lignin. Oleh karena itu biomassa sering disebut sebagai bahan berlignoselulosa.
Fraksionasi biomassa adalah proses pemilahan biomassa menjadi komponen
utama komponen utama penyusun biomassa yaitu selulosa, hemiselulosa, dan
lignin dengan tanpa banyak merusak ataupun mengubah ketiga komponen tersebut
menjadi senyawa lain. Selanjutnya, hasil pemilahan tersebut dapat diolah dengan
berbagai proses menjadi senyawa ataupun produk yang bernilai jual.
DAFTAR PUSTAKA

Swadi, B. 2017. “Makalah Fraksionasi Biomassa”. (Online). https://id.scribd.com/


document/363203272/Makalah-Fraksionasi-Biomassa. (Diakses pada tanggal
13 Februari 2020).

Anda mungkin juga menyukai